PENDAHULUAN
Dalam dunia nyata suatu perekonomian hubungan antara variabel- variabel ekonomi yang satu
dengan lainnya sangat kompleks. Oleh karena itu, untuk memudahkan hubungan antarvariabel ini maka
cara yang terbaik adalah memilih dari sekian banyak variabel ekonomi yang sesuai dengan permasalahan
ekonomi, kemudian kita hubungkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel ekonomi
menjadi suatu bentuk hubungan yang sederhana dan relevan dengan keadaan ekonomi yang ada.
Penyederhanaan hubungan antara variabel-variabel ekonomi ini sering kita disebut model ekonomi
karena hanya merupakan kerangka kasar dari dunia nyata yang sesungguhnya.
Model ekonomi ini dapat berbentuk model matematika dan nonmatematika. Apabila berbentuk
model matematika maka akan terdiri dari satu atau sekumpulan persamaan. Selanjutnya, persamaan ini
terdiri dari sejumlah variabel, kostanta, koefisien, dan/atau parameter.
Pada bab ini akan dibicarakan mengenai: variabel, konstanta, koefisien, dan parameter;
persamaan dan pertidaksamaan; sistem bilangan nyata; konsep dan teori himpunan; relasi dan fungsi;
aturan-aturan pemangkatan dan pemfaktoran; pecahan, desimal, dan persentase.
Perhatikan kedua persamaan di atas, jelas mempunyai bentuk yang berbeda, sehingga kondisi
produksi yang diasumsikan berbeda. Pada Persamaan (2.2), biaya tetap adalah 100, sedangkan pada
Persamaan (2.3) biaya tetap adalah 150. Kemudian untuk biaya variabel dari kedua persamaan juga
berbeda. Pada Persamaan (2.2) biaya variabel meningkat secara konstan sebesar 25 apabila terjadi
penambahan 1 unit produksi, sedangkan pada Persamaan (2.3) biaya variabel meningkat secara
progresif apabila terjadi penambahan 1 unit produksi.
3) Kondisi keseimbangan adalah suatu persamaan yang menggambarkan prasyarat untuk pencapaian
keseimbangan (equilibrium). Dua kondisi kesimbangan yang paling terkenal dalam ilmu ekonomi
adalah,
Model kondisi keseimbangan pasar:
Qd=Qs (jumlah yang diminta = jumlah yang ditawarkan)
Model kondisi keseimbangan pendapatan nasional:
S = I (tabungan = investasi).
Perbedaan antara bilangan rasional dan bilangan irrasional hanya terletak pada setiap angka desimalnya
(angka di belakang koma). Bilangan rasional adalah bilangan yang angka desimalnya berakhir dengan nol
atau berulang. Contoh, 5/1 = 5,00 (berakhir dengan nol); 1/3 = 0,333... (berulang). Sedangkan, bilangan
irrasional adalah bilangan yang angka desimalnya tidak berakhir dengan nol atau tidak berulang. Contoh,
√2 = 1,41423...
Dari definisi bilangan rasional di atas, maka bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat (integer) dan
bilangan pecah (fraction). Karena bilangan bulat adalah perbandingan dari setiap bilangan bulat n dengan
bilangan bulat 1, maka akan menghasilkan bilangan bulat n itu sendiri (n/1 = n). Bilangan bulat ini
mencakup semua bilangan bulat positif, negatif, dan nol; sedangkan bilangan pecah adalah bilangan yang
terletak di antara bilangan bulat baik bilangan positif maupun negatif (hanya desimal berakhir dan
berulang).
Untuk lebih jelas lagi lihat Gambar mengenai sistem bilangan nyata. Pada Gambar bilangan nyata
dikelompokkan menjadi dua, yaitu bilangan rasional dan bilangan irrasional. Seterusnya bilangan rasional
dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu: bilangan bulat dan bilangan pecah. Bilangan bulat dibagi pula
menjadi tiga kelompok, yaitu: bilangan positif, nol, dan negatif. Jadi, kesimpulannya sistem bilangan
nyata meliputi semua bilangan yang mempunyai desimal: berakhir, berulang, dan tidak berulang.
KONSEP DAN TEORI HIMPUNAN
Konsep himpunan adalah suatu konsep yang paling mendasar bagi ilmu matematika modern pada
umumnya serta di bidang ilmu ekonomi dan bisnis pada khususnya. Dalam bidang ekonomi dan bisnis,
terutama dalam hal pembentukan model, kita harus menggunakan sehimpunan/sekelompok data
observasi dari lapangan. Di samping itu konsep himpunan ini berguna dalam mempelajari konsep sistem
bilangan rasional dan irrasional. Dengan demikian, penggunaan konsep himpunan akan sering digunakan
dalam analisis matematika, apakah itu sekelompok data observasi dari lapangan, atau himpunan
penyelesaian dari nilai-nilai variabel dalam suatu model, dan sebagainya. Oleh sebab itu, sangatlah
penting bagi kita untuk mempelajari mengenai konsep, definisi, dan penerapan- penerapan dari teori
himpunan.
Penulisan himpunan biasanya dilambangkan dengan suatu huruf kapital dan elemen- elemennya
didaftarkan dalam tanda kurung kurawal {}, dan elemen-elemennya dipisahkan dengan tanda koma. Ada
dua cara untuk menulis suatu himpunan, yaitu:
1) Dengan cara mendaftarkan satu persatu. Sebagai contoh, S adalah himpunan dari 5 bilangan bulat
positif dari 1 sampai 5, maka dapat ditulis menjadi,
S = { 1, 2, 3, 4, 5 }
2) Dengan cara deskriptif. Misalnya, B adalah suatu himpunan dari semua bilangan bulat positif maka
untuk menulis elemen-elemennya satu persatu sangat sulit. Oleh karena itu, cara yang terbaik untuk
menulis adalah:
Pernyataan di atas, dibaca "B adalah himpunan seluruh bilangan x, sedemikian rupa sehingga x adalah
bilangan bulat positif". Pada penulisan deskriptif ini tanda garis vertikal kadang-kadang boleh diganti
dengan tanda titik dua (:), tanda ini disisipkan untuk memisahkan antara simbol elemen dengan
simbol uraian/deskriptif dari elemen. Huruf x di sini menyatakan sembarang elemen dari himpunan.
Suatu himpunan dapat disebut sebagai himpunan terbatas (finite set) jika mempunyai elemen-elemen
bilangan terbatas, sedangkan suatu himpunan yang mempunyai elemen- elemen bilangan tidak terbatas
disebut himpunan tak-terbatas (infinite set). Himpunan terbatas ini dapat dilihat pada contoh himpunan
S, sedangkan himpunan tak-terbatas dapat dilihat pada contoh himpunan B di atas. Himpunan terbatas
artinya, elemen- elemennya dapat dihitung satu persatu dalam suatu urutan, tetapi himpunan tak
terbatas elemen-elemennya mungkin dapat dihitung atau tidak dapat dihitung. Elemen-elemen yang
mungkin dapat dihitung misalnya, himpunan D adalah seluruh bilangan bulat yang lebih besar dari 3 dan
lebih kecil 9, maka dapat ditulis menjadi,
D = {x| 3 < x < 9}
Anggota dalam suatu himpunan dinyatakan dengan simbol (epsilon) dan dibaca "suatu elemen dari
atau anggota dari", sehingga untuk menunjukkan bahwa suatu elemen tertentu x adalah anggota dari
suatu himpunan S dapat ditulis,
XS
Dan jika suatu elemen y bukan anggota dari suatu himpunan S, maka dapat ditulis,
YS
Bila simbol R menyatakan himpunan dari seluruh bilangan nyata, dan "x adalah suatu bilangan nyata",
maka dapat ditulis,
XR
CONTOH
Jika A = {3, 5, 6, 4) dan B = {6, 5, 4, 3}
maka A dan B dikatakan sama (A= B). Perlu diingat bahwa letak elemen tidak mesti sama. Tetapi, jika
salah satu (atau lebih) elemennya berbeda, maka kedua himpunan tersebut tidak sama.
Himpunan bagian (subset) dilambangkan dengan notasi (dibaca: "himpunan bagian dari"). Bila
himpunan B adalah suatu himpunan bagian dari A jika dan hanya jika setiap elemen dari B juga adalah
suatu elemen dari A. Sebagai contoh, dua himpunan dari bilangan bulat berikut ini.
A = {1, 2, 3, 4, 5) dan B = {3, 4, 5)
maka BA (baca: B himpunan bagian dari A). Penulisan ini dapat juga ditulis dalam cara yang lain, yaitu
BA (A termasuk B).
Banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari n elemen dalam suatu himpunan S adalah
sebanyak 2n himpunan bagian.
Himpunan Khusus
Himpunan semesta (universal) adalah himpunan yang berisikan semua elemen-elemen yang sesuai untuk
suatu masalah tertentu. Himpunan universal ini biasanya dilambangkan dengan U.
Komplemen (complement) dari suatu himpunan adalah himpunan dari seluruh elemen-elemen dalam
himpunan universal yang bukan elemen atau anggota dari suatu himpunan tertentu yang sudah
didefinisikan. Komplemen dari himpunan S dilambangkan dengan S' atau Sc.
Himpunan yang tidak berisi elemen satupun disebut himpunan kosong (empty set) atau himpunan nol
(null set). Himpunan kosong ini dilambangkan dengan Ø atau { }. Perlu diperhatikan bahwa himpunan
kosong, {}, berbeda dengan himpunan yang berisi elemen nol, {0}. Himpunan kosong ini adalah istimewa,
karena himpunan ini adalah suatu himpunan bagian (subset) dari setiap himpunan yang mungkin.
Operasi Himpunan
Operasi himpunan berbeda dengan operasi bilangan biasa. Operasi matematis untuk bilangan biasa
misalnya menambah, mengurangi, mengali, membagi, dan lain sebagainya; sedangkan operasi
himpunan meliputi: gabungan (union), irisan (intersection), dan komplemen (complement). Ketiga
operasi himpunan ini akan dibahas satu demi satu.
Gabungan (union) dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan baru yang berisikan elemen-
elemen baik yang dimiliki oleh A maupun B. Definisi ini juga dapat diperluas mencakup gabungan yang
lebih dari dua himpunan. Himpunan gabungan diberi simbol A B (dibaca: "A gabungan B").
CONTOH
Jika A = {1, 3, 5, 7} dan B {2, 4, 6, 8}
maka A B = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}
Irisan (intersection) dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan baru yang berisikan elemen-
elemen milik A dan B. Himpunan irisan ini diberi simbol A B (baca: "A irisan B").
CONTOH
Jika A = {1, 3, 5, 7} dan B = { 3, 5, 6, 8}
maka A B = {3,5}
CONTOH
Jika C = {-1, -3, -5) dan D = {2, 4, 6}
maka C D = Ø = { }
Himpunan C dan himpunan D adalah "disjoint" (terputus), sehingga írisannya adalah himpunan kosong.
Disjoint adalah hubungan dua himpunan yang masing-masing elemennya tidak sama.
Tanda gabungan dan irisan masing-masing mempunyai arti "atau" serta “dan”, Untuk jelasnya
perhatikan definisi "gabungan" dan "irisan" berikut ini.
Komplemen dari himpunan A adalah seluruh elemen atau anggota dalam himpunan universal U yang
tidak ada dalam himpunan A. Komplemen dari himpunan A diberi simbol A' atau Ac. Jadi, untuk
mengetahui komplemen dari himpunan A harus diketahui dahulu himpunan universal U. Definisi
komplemen ini adalah sebagai berikut.
Ac = (x|x U dan x A}
Ketiga macam operasi himpunan ini supaya lebih jelas pemahamannya, maka akan disajikan dalam
bentuk diagram yang dikenal dengan nama "diagram Venn".
ATURAN PEMANGKATAN, PENGAKARAN, PEMFAKTORAN, DAN PERKALIAN
Pemangkatan dan Pengakaran
Sering suatu variabel, konstanta, atau suku dapat dipangkatkan dengan suatu bilangan nyata, misalnya
X³ atau 52 atau (X² + Y). Bilangan nyata yang menjadi pangkat tersebut adalah bilangan nyata yang terdiri
dari: bilangan bulat positif atau negatif; bilangan pecah positif atau negatif; dan bilangan nol.
Aturan dalam operasi pemangkatan berbeda dengan aturan-aturan dalam operasi matematika lainnya
(misalnya, penjumlahan atau pengurangan; perkalian atau pembagian). Oleh karena itu, di sini akan
dibahas mengenai definisi dan cara-cara perhitungannya serta aturan pemangkatan dan pengakaran.
Pangkat dalam aljabar digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu variabel atau konstanta dikalikan
dengan variabel atau konstanta itu sendiri dan perkaliannya bergantung pada bilangan yang menjadi
pangkatnya. Jika variabel X adalah bilangan nyata yang akan dipangkatkan dan n adalah bilangan bulat
positif sebagai pemangkat, maka pangkat (exponent) dapat didefinisikan secara umum,
Xn= X1.X2.X3........Xn
1 1
𝑋 −𝑛 = 𝑛
=
𝑋 𝑋1 . 𝑋2 . 𝑋3…………. 𝑋𝑛
Selanjutnya, jika X adalah bilangan nyata dan n adalah bilangan pecah positif. Misalnya
2/3, maka dapat didefinisikan,
3
X2/3 = √𝑋 2
di mana tanda disebut tanda akar (radical sign). Jadi, tanda akar (√) digunakan untuk pangkat bilangan
pecah. Secara umum bentuk ini dapat ditulis,
𝑛 𝑛 𝑚
𝑋 𝑚/𝑛 = √𝑋 𝑚 = ( √𝑋)
di mana:
X = Bilangan nyata
m dan n = Bilangan bulat positif.
Seterusnya, bila m = 1 dan n adalah bilangan bulat positif yang lebih besar satu, maka akan menjadi akar
pangkat ke-n dari X atau
x¼=√√x
3
Jadi, misalnya X1/3, maka akan menjadi akar pangkat 3 dari X atau √𝑋 ; 𝑋 1/2 adalah akar pangkat 2 dari X
atau √𝑋; dan lain sebagainya. Perhatikan untuk akar pangkat 2, indeks 2 tidak ditulis.
Selain pangkat pecahan yang positif, ada pula pangkat pecahan yang negatif, dan ini dapat ditulis: X-m/n
di mana m dan n adalah bilangan bulat positif, sehingga bentuk ini akan menjadi,
1 1 1
𝑋 −𝑚/𝑛 = = 𝑛 = 𝑚
𝑋 𝑚/𝑛 √𝑋 𝑚 𝑛
( √𝑋)
Dengan demikian, antara pangkat pecahan dan tanda akar saling berhubungan erat. Pangkat pecahan
dapat diubah menjadi tanda akar dan sebaliknya. Berikut ini beberapa contoh numerik dari pangkat
pecahan yang diubah ke dalam tanda akar dan cara perhitungannya.
CONTOH
7 7
1281/7 = √128 = √27 = 2
Pemfaktoran
Suatu faktor adalah satu di antara pengali-pengali yang terpisah dalam suatu hasil kali. Misalnya,
pernyataan matematika yang berbentuk ab + ac, maka dapat difaktorkan menjadi a(b + c). Jadi, dengan
kata lain pemfaktoran dapat ditulis seperti berikut.
ab + ac = a(b + c)
Proses pemfaktoran dimulai dengan cara mencari nilai-nilai bersama pada suatu pernyataan matematika
(misalnya: ab + ac) kemudian menuliskannya kembali sebagai suatu hasil kali dari faktor-faktornya [a dan
(b + c)]. Pemfaktoran ini adalah suatu teknik yang digunakan untuk menyederhanakan pernyataan-
pernyataan matematika dan pemecahan masalah lainnya dalam operasi matematika.
Bila suatu kelompok suku mempunyai satu faktor bersama (seperti yang ditunjukkan oleh a di atas pada
suku ab dan ac), proses pembentukan suku-suku ini kedalam faktor-faktor dianggap sebagai
pemfaktoran monomial (monomial factoring). Berikut contohnya.
CONTOH
Faktorkanlah 2Y³ - 3XY² - 4Y
Faktor bersama pada pernyataan matematika di atas adalah Y dalam setiap suku. Pemfaktoran monomial
dari pernyataan matematika ini dapat dituliskan secara lengkap dengan menuliskan hasil kali dari faktor
bersama Y dan pernyataan matematika yang mencakup semua suku- suku yang tersisa. Dengan
demikian, faktor-faktor ini antara lain:
Kebenaran matematika untuk operasi ini adalah hukum distributif dari bilangan- bilangan nyata.
Bila suatu pernyataan matematika mempunyai dua faktor bersama, prosedur yang digunakan untuk
memperoleh faktor-faktor ini disebut pemfaktoran binomial (binomial factoring). Pencarian faktor-faktor
binomial adalah suatu teknik yang digunakan pada analisis matematika. Berikut contohnya.
CONTOH
Faktorkanlah Y = X² - 9X + 20
Untuk mendapatkan faktor-faktor dari pernyataan matematika ini, dua bilangan yang tidak diketahui a
dan b dapat digunakan untuk membentuk dua faktor tersebut, sebagai berikut.
Y = (X + a)(X + b)
Y=X² + (a + b)X + ab
Sebagaimana yang diterapkan dalam contoh ini, diasumsikan bahwa (a + b) adalah koefisien dari X (itu
adalah -9) dan ab adalah nilai dari suku konstan 20. Jadi,
a + b= -9
ab = 20
Prosedur ini membantu untuk menuntun proses penyelesaian sebagaimana penetapannya suatu pola
untuk masing-masing faktor. Akan tetapi, nilai-nilai numerik yang khusus untuk a dan b diperoleh dengan
cara mencoba-coba (trial and error). Dalam kasus ini,
a = -4
b = -5
menghasilkan nilai-nilai yang cocok dengan X² - 9X + 20. Penetapan dari nilai-nilai numerik -4 dan -5 untuk
a dan b tidak mengubah hasil akhir dari pemfaktoran. Dengan demikian, faktor-faktor untuk pernyataan
matematika ini adalah:
Hasil kali (X - 5)(X-4) atau (X-4)(X - 5) dihitung sebagai pemeriksaan (pengecekan) untuk menentukan
apakah sama dengan pernyataan matematika yang mula-mula. Oleh karena nilai-nilai untuk a dan b
sering diperoleh melalui metode coba-coba, sehingga jelas bahwa faktor-faktor ini tidak selalu dapat
diidentifikasi dengan mudah.
Sebagaimana pada contoh 2.6, jika a dan b memiliki nilai sama, maka koefisien dari X adalah (a + a) - 2a
dan suku konstanta menjadi aa = a², sehingga dapat ditulis persamaannya menjadi; Y = X² + 2aX+ a² atau
Y = (X+a)(X+a)= (X +a)², dan ini disebut dengan kuadrat sempurna,
CONTOH
Faktorkanlah Y=X+10X + 25
Dalam contoh ini 2a = 10, sedangkan a=25, sehingga pemfaktorannya menjadi,
(X+5)(X+5)=(X+5)2
Selanjutnya, akan ditunjukkan contoh jenis pemfaktoran binomial lain yang lebih sulit Misalnya,
CONTOH
Faktorkanlah Y = 8X² +26X + 15
Dalam kasus ini, pernyataan matematika ini dapat dinyatakan kembali dengan penggunaan faktor-faktor
berikut ini.
Y = (aX + c)(bX+ d)
a = 4; b = 2; c = 3; dan d = 5.
Hasil ini adalah benar karena perkalian dua faktor ini akan menghasilkan seperti pernyataan matematika
semula, yaitu:
Y = 8X²+26X + 15
Suatu pernyataan matematika yang bentuk umumnya X² - b, di mana b adalah kuadrat dari suatu
bilangan nyata, dianggap sebagai perbedaan di antara dua kuadrat (difference of two squares). Berikut
ini contoh sekaligus penjelasan pemfaktorannya.
CONTOH
Faktorkanlah Y=X²-25
Faktor-faktor dari pernyataan matematika ini, diperoleh dengan cara mencoba-coba adalah:
(X+5) (X - 5)
Lihat bahwa X² adalah kuadrat dari X dan 25 adalah kuadrat dari 5. Jika X dan 5 dimisalkan sebagai
bilangan nyata, itu dapat dikatakan bahwa perbedaan di antara kuadrat dari dua bilangan adalah hasil
kali dari jumlah dan perbedaan dari bilangan-bilangan itu. Gagasan-gagasan ini dapat diperluas untuk
jumlah dan perbedaan di antara dua suku yang berpangkat tiga. Berikut contohnya.
CONTOH
Faktorkanlah X + 27
Dalam kasus ini, aturan pemfaktoran jumlah di antara dua suku berpangkat tiga adalah sebagai berikut.
X³ + 27 = (X + 3) (X² - 3X +9)
Dalam kasus ini, aturan untuk pemfaktoran perbedaan antara dua suku berpangkat tiga adalah
digunakan rumus:
Berdasarkan penjelasan dan contoh-contoh yang telah diberikan di atas, maka dapat dirangkum aturan-
aturan pemfaktoran sebagai berikut.
Aturan 1: YX + YZ = Y(X+Z)
Aturan 2: X² + (a+b)X + ab = (X+a)(X+b)
Aturan 3: abX² + (ad+bc)X + cd = (aX+c)(bX+d)
Aturan 4: X² + 2aX+ a² = (X+a)²
Aturan 5: X²-2aX + a² = (X-a)²
Aturan 6: X²-a² = (X-a)(X+a)
Aturan 7: X³ + a³ = (X-a) (X² - aX + a²)
Aturan 8: X³-a³ = (X-a)(X² + ax + a²)
PERKALIAN ISTIMEWA
Selain aturan pemangkatan dan pengakaran serta pemfaktoran, aturan perkalian istimewa juga harus
dipahami supaya pengetahuan dasar matematika dapat menjadi lebih baik dan lengkap. Aturan-aturan
perkalian istimewa (special products) ini adalah seperti berikut ini.
Aturan 6: (X-a)(X+a)=X²-a²
CONTOH 2.37
(X-6)(X+6)=X²-6²=X²-36
Suatu bilangan pecahan adalah pembagian atas dua bilangan bulat, di mana bulat yang dibagi disebut
sebagai pembilang (numerator) dan bilangan bulat yang membagi atau pembagi disebut sebagai
penyebut (denominator). Penulisan bilangan pecahan biasanya digunakan tanda garis horizontal (-) atau
garis miring (/), di mana bilangan bulat sebagai pembilang diletakkan di atas garis horizontal atau garis
miring dan bilangan bulat pada penyebut diletakkan di bawah garis horizontal atau garis miring
3
(contohnya 4 atau 3/4), bilangan bulat 3 sebagai pembilang (numerator) dan bilangan bulat 4 sebagai
penyebut (denominator). Bilangan pecahan seperti ini biasanya disebut dengan nama pecahan biasa.
Bilangan pecahan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Pecahan sebenarnya (proper fractions) adalah pembagian atas dua bilangan bulat yang mempunyai
nilai lebih kecil dari pada satu (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa pembilangnya (numerator) lebih kecil
1 2
dari pada penyebutnya (denominator). Contoh: 2 , 3 dan lainnya.
2) Pecahan tak sebenarnya (improper fractions) adalah pembagian atas dua bilangan bulat yang
mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari pada satu (≥ 1).Hal ini menunjukkan bahwa
pembilangnya (numerator) sama dengan atau lebih besar dari pada penyebutnya (denominator).
3 5
Contoh: 3 , 4, dan lainnya.
3) Pecahan campuran (mixed fractions) adalah penjumlahan dari suatu bilangan bulat yang lebih besar
nol dan bilangan pecahan sebenarnya. Contoh: 12,5,152 ,23 ,68 dan lainnya. 4 3 6 1235 2'3'4'6
Bilangan Desimal
Bilangan atau angka desimal (decimal) untuk Indonesia adalah angka-angka yang terletak di sebelah
kanan tanda koma (,), bukan tanda titik. Angka desimal ini berupa bilangan bulat dari 1 digit sampai
seterusnya. Angka desimal ini mengartikan bahwa jika angka itu terletak 1 digit di sebelah kanan tanda
koma, maka nilainya dibagi dengan 10; jika terletak 2 digit di sebelah kanan tanda koma, maka nilainya
dibagi dengan 100; jika terletak 3 digit di sebelah kanan tanda koma, maka nilainya dibagi dengan 1.000;
dan seterusnya. Jadi, pembaginya atau penyebutnya adalah 10 dipangkatkan dengan jumlah digit di
sebelah kanan tanda koma. Berikut contohnya: 0,3 =3/10; 0.08 = 8/10; dan seterusnya.
Angka-angka desimal dalam contoh ini sering juga disebut sebagai pecahan desimal. Dengan demikian,
angka pecahan ada dua macam, yaitu pecahan biasa dan pecahan desimal.
Persentase
Kata persentase berasal dari kata "percents" dalam bahasa Inggris yang berarti per seratus atau dibagi
dengan seratus. Penulisan simbol dari persentase adalah yang menunjukkan per seratus atau dibagi
dengan seratus. Jadi, bilangan atau angka persentase (percentage) adalah suatu bilangan atau angka
yang menunjukkan sebagai bagian dari 100. Sebagai contoh, 15% menunjukkan 15 dari 100 atau 15
dibagi dengan 100. Tetapi, secara umum persentase adalah bagian dari keseluruhan. Sebagai contoh, 4
bagian dari keseluruhan 16 sama dengan 1 bagian dari 4 atau 1 dibagi dengan 4, dan bila dikonversi ke
angka persentase akan menjadi 25%, karena angka 25% menunjukkan 25 dibagi dengan 100.
Angka persentase dan bilangan pecahan mempunyai hubungan yang sangat erat, di mana angka
persentase dapat diubah/dikonversi ke bilangan pecahan, dan sebaliknya bilangan pecahan dapat
dikonversikan ke angka persentase karena angka persentase sebenarnya bilangan pecahan. Pada angka
persentase penyebutnya atau pembaginya (denominator) sudah ditetapkan 100, sedangkan bilangan
pecahan pembagi atau penyebutnya tidak harus 100, bisa saja bilangan atau angka lainnya. Jadi, dapat
dikatakan bahwa angka persentase adalah bilangan pecahan khusus karena pembagi atau penyebutnya
sudah ditetapkan sebesar 100.
JB = R x JT
di mana:
JB = Jumlah bagian dari total (keseluruhan).
R = Tingkat persentase yang menunjukkan bagian dari keseluruhan yang harus dihitung
JT =Jumlah total (keseluruhan) yang menjadi dasar.
𝐽𝐵
𝑅=
𝐽𝑇
CONTOH
Misalkan seorang pengusaha mempunyai pendapatan Rp120.000.000 per tahun. Pajak atas
pendapatannya dikenakan sebesar 15%. Berapa bagian pendapatan yang harus dia bayarkan untuk
pajak?
Penyelesaian:
JT= 120.000.000; R = 15%
JB = Rx JT = 15% x 120.0000.000 = 18.000.000
Jadi, bagian pendapatan yang harus dibayar adalah Rp18.000.000
CONTOH
Misalkan seorang pengusaha mempunyai pendapatan bersih (netto) Rp200.000.000 per tahun. Ini
artinya pendapatannya sudah dikurangi (dipotong) pajak sebesar 20%. Berapa jumlah pendapatan total
atau pendapatan keseluruhan (bruto) dari pengusaha tersebut?
Penyelesaian:
JB= 200.000.000; R (%) yang harus dihitung adalah R pendapatan, yaitu 100% - 20% = 80%.
𝐽𝐵 200.000.000
𝐽𝑇 = = = 250.000.000
𝑅 80%
Perhatikan jumlah bagian pajak yang dibayarkan = 250.000.000-200.000.000 = 50.000.000.
Dengan demikian,
50.000.000 1
𝑅(%)𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 = = = 20% 𝑑𝑎𝑛
250.000.000 5
200.000.000 4
𝑅(%)𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = = = 80% (𝑇𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖)
250.000.000 5
CONTOH
Misalkan harga beras mula-mula adalah Rp 10.000 per kg, kemudian permintaan konsumen meningkat
sehingga terjadi kenaikan harga menjadi Rp 12.500 per kg. Berapa persen (%) kenaikan harga beras
tersebut?
Penyelesaian:
A0 = 10.000; dan A1 = 12.500
𝐴1 − 𝐴0 12.500 − 10.000 2.500
𝐴𝑃 = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 25%
𝐴0 10.000 10.000
CONTOH
Misalkan, harga beras mula-mula adalah Rp.12.500 per kg, kemudian suplai beras oleh produsen
meningkat, sehingga terjadi penurunan harga menjadi Rp 10.000 per kg. Berapa persen (%) penurunan
harga beras tersebut?
Penyelesaian:
A0 = 12.500; dan A1 = 10.000
𝐴1 − 𝐴0 10.000 − 12.500 −2.500 −1
𝐴𝑃 = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 𝑋 100% = = 20%
𝐴0 12.500 12.500 5
Perhatikan tanda negatif karena terjadi penurunan, oleh karena itu disebut sebagai penurunan harga
20%.