Anda di halaman 1dari 17

MODUL MODEL EKONOMI

PENDAHULUAN
Dalam dunia nyata suatu perekonomian hubungan antara variabel- variabel ekonomi yang satu
dengan lainnya sangat kompleks. Oleh karena itu, untuk memudahkan hubungan antarvariabel ini maka
cara yang terbaik adalah memilih dari sekian banyak variabel ekonomi yang sesuai dengan permasalahan
ekonomi, kemudian kita hubungkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel ekonomi
menjadi suatu bentuk hubungan yang sederhana dan relevan dengan keadaan ekonomi yang ada.
Penyederhanaan hubungan antara variabel-variabel ekonomi ini sering kita disebut model ekonomi
karena hanya merupakan kerangka kasar dari dunia nyata yang sesungguhnya.
Model ekonomi ini dapat berbentuk model matematika dan nonmatematika. Apabila berbentuk
model matematika maka akan terdiri dari satu atau sekumpulan persamaan. Selanjutnya, persamaan ini
terdiri dari sejumlah variabel, kostanta, koefisien, dan/atau parameter.
Pada bab ini akan dibicarakan mengenai: variabel, konstanta, koefisien, dan parameter;
persamaan dan pertidaksamaan; sistem bilangan nyata; konsep dan teori himpunan; relasi dan fungsi;
aturan-aturan pemangkatan dan pemfaktoran; pecahan, desimal, dan persentase.

VARIABEL, KONSTANTA, KOEFISIEN, DAN PARAMETER


Model-model matematika sering dinyatakan dengan sekelompok tanda atau simbol yang masing-masing
terdiri atas beberapa kombinasi variabel, konstanta, koefisien, dan/atau parameter. Simbol-simbol ini
mewakili satu bilangan nyata atau sekelompok bilangan nyata.
Suatu variabel adalah sesuatu yang nilainya dapat berubah-ubah dalam suatu masalah tertentu.
Variabel dalam matematika murni sering dilambangkan dengan huruf terakhir dari abjad alfabet, tetapi
dalam matematika terapan (ekonomi dan bisnis) variabel sering dilambangkan dengan huruf yang ada di
depan nama variabel tersebut. Misalnya, variabel yang digunakan dalam ekonomi dan bisnis adalah
harga (price) = P, jumlah yang diminta/ditawarkan (quantity) = Q, biaya (cost) = C, penerimaan (revenue)
= R, investasi (invesment) = I, tingkat bunga (interest rate) = i, dan lain-lain.
Variabel dalam model ekonomi terdiri atas dua jenis, yaitu variabel endogen dan variabel eksogen.
Variabel endogen adalah suatu variabel yang nilai penyelesaiannya diperoleh dari dalam model,
sedangkan variabel eksogen adalah suatu variabel yang nilai-nilainya diperoleh dari luar model atau
sudah ditentukan berdasarkan data yang ada. Kemudian perlu diingat bahwa suatu variabel mungkin
merupakan variabel endogen pada suatu model dan mu kin juga merupakan variabel eksogen pada
model yang lainnya. Misalnya, dalam analisis penentuan harga dan jumlah keseimbangan pasar suatu
barang maka variabel P merupakan variabel endogen karena nilai variabel P akan diperoleh melalui
penyelesaian didalam model. Tetapi, dalam rangka penentuan pengeluaran konsumen, variabel P
merupakan variabel eksogen karena variabel P merupakan data konsumen perorangan. Untuk
membedakan variabel endogen dan variabel eksogen supaya tidak keliru, maka pada variabel endogen
tidak diberi simbol subscript 0, tetapi pada variabel eksogen diberi simbol subscript 0. Sebagai contoh, P
adalah variabel endogen dan Po adalah variabel eksogen, atau pada contoh lainnya misalnya, I = variabel
endogen dan I₁ = variabel eksogen, dan lain sebagainya.
Suatu konstanta adalah suatu bilangan nyata tunggal yang nilainya tidak berubah- ubah dalam
suatu masalah tertentu. Konstanta ini sama halnya dengan variabel eksogen karena nilainya sudah tetap
yang berupa data. Bila konstanta dengan variabel digabungkan menjadi satu, misal 5R, 4P, atau 0,3C,
maka angka konstanta yang ada di depan variabel disebut koefisien dari variabel tersebut. Dengan kata
lain, koefisien adalah angka pengali konstan terhadap variabelnya.
Sekarang kalau suatu konstanta yang digabungkan dengan variabel, di mana konstanta tadi
digantikan dengan suatu simbol a maka yang akan terjadi adalah aR. aP, atau aC. Simbol a ini menyatakan
suatu bilangan konstanta tertentu, tetapi belum ditetapkan nilainya maka nilai a bisa menunjukkan
bilangan berapa saja. Nilai a ini adalah suatu konstanta yang masih bersifat variabel yang kita sebut
sebagai konstanta parameter atau yang lebih dikenal dengan istilah parameter. Dengan demikian,
parameter dapat didefinisikan sebagai suatu nilai tertentu dalam suatu masalah tertentu dan mungkin
akan menjadi nilai yang lain pada suatu masalah yang lainnya.
Parameter biasanya dilambangkan dengan huruf awal abjad Yunani atau Romawi misalnya, a, ß,
dan x, atau a, b, dan c. Hal ini tidak lain untuk membedakan dengan lambang variabel, sehingga kalau
digabungkan tidak akan memperoleh huruf yang sama. Perlu diingat, parameter ditulis dengan huruf
kecil.

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN


Model-model matematika sering mencakup satu pernyataan atau sekelompok pernyataan (statements)
yang meliputi bebagai simbol dari variabel-variabel dan konstanta-konstanta. Pernyataan-pernyataan
(statements) dalam bentuk matematika dianggap sebagai lambang- lambang (expressions). Jika suatu
lambang mempunyai bagian-bagian yang dipisahkan oleh tanda positif dan/atau negatif, bagian-bagian
ini secara individu disebut suku (terms). Faktor-faktor sering disajikan dalam setiap suku. Suatu faktor
(factor) adalah satu dari pengali-pengali yang dipisahkan dalam suatu hasil kali. Definisi-definisi ini akan
dijelaskan dengan contoh berikut ini.
Misalkan pernyataan matematika adalah,
3XYZ + XY - 5XZ
Pernyataan ini berarti suatu lambang yang terdiri atas dua bilangan bulat 3 dan 5, dan tiga variabel,
yaitu X, Y, dan Z. Suku-suku dalam lambang adalah +3XYZ, +XY, dan -5XZ. Suku pertama mempunyai
empat faktor, yaitu +3, X, Y, dan Z. Suku kedua terdapat dua faktor, yaitu +X dan Y, dan suku ketiga
terdapat tiga faktor, yaitu -5, X, dan Z.
Lambang-lambang matematika di atas yang berupa variabel dan kostanta sangat penting untuk
membangun suatu model matematika. Namun, membuat model tersebut akan menjadi berarti jika
variabel-variabel dan/atau konstanta tersebut ditata sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu
persamaan atau pertidaksamaan.
Persamaan adalah suatu pernyataan bahwa dua lambang adalah sama, sedangkan pertidaksamaan
adalah suatu pernyataan yang menyatakan bahwa dua lambang adalah tidak sama. Persamaan biasanya
disimbolkan dengan tanda = (baca: "sama dengan") dan pertidaksamaan disimbolkan dengan tanda <
(baca: "lebih kecil dari") atau > (baca: "lebih besar dari").
Dalam matematika ekonomi dan bisnis terdapat tiga macam persamaan, yaitu (1) persamaan
definisi; (2) persamaan perilaku; dan (3) kondisi keseimbangan. Ketiga persamaan ini akan diuraikan satu
demi satu.
1) Persamaan definisi (identity, ≡) adalah suatu bentuk persamaan di antara dua pernyataan yang
mempunyai arti yang sama. Sebagai contoh, penerimaan total adalah perkalian antara harga per unit
dengan jumlah barang yang terjual. Ini dapat ditulis,
TRE ≡ P.Q ..................................(2.1)
2) Persamaan perilaku (behavioral equation) adalah suatu persamaan yang menunjukkan bahwa
perubahan perilaku suatu variabel sebagai akibat dari perubahan variabel lainnya yang berhubungan.
Persamaan ini dapat diterapkan pada perilaku manusia. Misalnya, perubahan perilaku pola konsumsi
secara keseluruhan sebagai akibat dari perubahan pendapatan nasional, atau pada perilaku bukan
manusia, misalnya perubahan biaya total dari suatu perusahan sebagai akibat dari perubahan dalam
jumlah produksi. Persamaan perilaku ini selalu harus dibuat asumsi-asumsi tertentu mengenai pola
perilaku dari suatu variabel yang diteliti. Untuk lebih jelas lihat dua fungsi biaya berikut ini.
TC= 100+ 25Q (2.2)
TC = 150+ Q (2.3)
di mana:
TC = Biaya total
Q=Jumlah produksi (output)

Perhatikan kedua persamaan di atas, jelas mempunyai bentuk yang berbeda, sehingga kondisi
produksi yang diasumsikan berbeda. Pada Persamaan (2.2), biaya tetap adalah 100, sedangkan pada
Persamaan (2.3) biaya tetap adalah 150. Kemudian untuk biaya variabel dari kedua persamaan juga
berbeda. Pada Persamaan (2.2) biaya variabel meningkat secara konstan sebesar 25 apabila terjadi
penambahan 1 unit produksi, sedangkan pada Persamaan (2.3) biaya variabel meningkat secara
progresif apabila terjadi penambahan 1 unit produksi.

3) Kondisi keseimbangan adalah suatu persamaan yang menggambarkan prasyarat untuk pencapaian
keseimbangan (equilibrium). Dua kondisi kesimbangan yang paling terkenal dalam ilmu ekonomi
adalah,
Model kondisi keseimbangan pasar:
Qd=Qs (jumlah yang diminta = jumlah yang ditawarkan)
Model kondisi keseimbangan pendapatan nasional:
S = I (tabungan = investasi).

SISTEM BILANGAN NYATA


Model matematika sering berbentuk persamaan. Selanjutnya persamaan ini terdiri atas variabel-
variabel dan/atau konstanta. Variabel dan konstanta ini mempunyai nilai-nilai berupa bilangan/angka.
Sebagian besar analisis matematika yang diterapkan dalam ilmu ekonomi dan bisnis sering menggunakan
bilangan nyata. Oleh karena itu, dalam subbab ini akan dibahas mengenai sistem bilangan, di mana hanya
mencakup bilangan nyata, sedangkan bilangan lain (misalnya bilangan imajiner) tidak akan dibahas.
Himpunan bilangan nyata meliputi dua jenis bilangan, yaitu bilangan rasional, dan bilangan irrasional.
Bilangan rasional dapat dinyatakan sebagai perbandingan dari dua bilangan bulat, contohnya: 8/2 dan
5/4 . Sementara, bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai perbandingan
dari dua bilangan bulat. Sebagai contoh, akar pangkat 2 dari bilangan bulat 2 (√2) atau akar pangkat 2
dari bilangan bulat 3 (√3).

Perbedaan antara bilangan rasional dan bilangan irrasional hanya terletak pada setiap angka desimalnya
(angka di belakang koma). Bilangan rasional adalah bilangan yang angka desimalnya berakhir dengan nol
atau berulang. Contoh, 5/1 = 5,00 (berakhir dengan nol); 1/3 = 0,333... (berulang). Sedangkan, bilangan
irrasional adalah bilangan yang angka desimalnya tidak berakhir dengan nol atau tidak berulang. Contoh,
√2 = 1,41423...

Dari definisi bilangan rasional di atas, maka bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat (integer) dan
bilangan pecah (fraction). Karena bilangan bulat adalah perbandingan dari setiap bilangan bulat n dengan
bilangan bulat 1, maka akan menghasilkan bilangan bulat n itu sendiri (n/1 = n). Bilangan bulat ini
mencakup semua bilangan bulat positif, negatif, dan nol; sedangkan bilangan pecah adalah bilangan yang
terletak di antara bilangan bulat baik bilangan positif maupun negatif (hanya desimal berakhir dan
berulang).

Untuk lebih jelas lagi lihat Gambar mengenai sistem bilangan nyata. Pada Gambar bilangan nyata
dikelompokkan menjadi dua, yaitu bilangan rasional dan bilangan irrasional. Seterusnya bilangan rasional
dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu: bilangan bulat dan bilangan pecah. Bilangan bulat dibagi pula
menjadi tiga kelompok, yaitu: bilangan positif, nol, dan negatif. Jadi, kesimpulannya sistem bilangan
nyata meliputi semua bilangan yang mempunyai desimal: berakhir, berulang, dan tidak berulang.
KONSEP DAN TEORI HIMPUNAN
Konsep himpunan adalah suatu konsep yang paling mendasar bagi ilmu matematika modern pada
umumnya serta di bidang ilmu ekonomi dan bisnis pada khususnya. Dalam bidang ekonomi dan bisnis,
terutama dalam hal pembentukan model, kita harus menggunakan sehimpunan/sekelompok data
observasi dari lapangan. Di samping itu konsep himpunan ini berguna dalam mempelajari konsep sistem
bilangan rasional dan irrasional. Dengan demikian, penggunaan konsep himpunan akan sering digunakan
dalam analisis matematika, apakah itu sekelompok data observasi dari lapangan, atau himpunan
penyelesaian dari nilai-nilai variabel dalam suatu model, dan sebagainya. Oleh sebab itu, sangatlah
penting bagi kita untuk mempelajari mengenai konsep, definisi, dan penerapan- penerapan dari teori
himpunan.

Definisi dan Penulisan Himpunan


Dalam ilmu matematika, suatu himpunan adalah suatu kelompok dari objek-objek yang berbeda. Objek-
objek ini mungkin berupa suatu kelompok bilangan atau suatu kelompok yang lainnya. Sebagai contoh,
seluruh manajer yang berpendapatan tertentu dari 15 perusahaan, atau sekelompok bilangan bulat yang
terdiri atas 1 sampai 5. Objek-objek dalam suatu himpunan disebut sebagai elemen-elemennya.

Penulisan himpunan biasanya dilambangkan dengan suatu huruf kapital dan elemen- elemennya
didaftarkan dalam tanda kurung kurawal {}, dan elemen-elemennya dipisahkan dengan tanda koma. Ada
dua cara untuk menulis suatu himpunan, yaitu:

1) Dengan cara mendaftarkan satu persatu. Sebagai contoh, S adalah himpunan dari 5 bilangan bulat
positif dari 1 sampai 5, maka dapat ditulis menjadi,
S = { 1, 2, 3, 4, 5 }

2) Dengan cara deskriptif. Misalnya, B adalah suatu himpunan dari semua bilangan bulat positif maka
untuk menulis elemen-elemennya satu persatu sangat sulit. Oleh karena itu, cara yang terbaik untuk
menulis adalah:

B = {x|x bilangan bulat positif}

Pernyataan di atas, dibaca "B adalah himpunan seluruh bilangan x, sedemikian rupa sehingga x adalah
bilangan bulat positif". Pada penulisan deskriptif ini tanda garis vertikal kadang-kadang boleh diganti
dengan tanda titik dua (:), tanda ini disisipkan untuk memisahkan antara simbol elemen dengan
simbol uraian/deskriptif dari elemen. Huruf x di sini menyatakan sembarang elemen dari himpunan.

Suatu himpunan dapat disebut sebagai himpunan terbatas (finite set) jika mempunyai elemen-elemen
bilangan terbatas, sedangkan suatu himpunan yang mempunyai elemen- elemen bilangan tidak terbatas
disebut himpunan tak-terbatas (infinite set). Himpunan terbatas ini dapat dilihat pada contoh himpunan
S, sedangkan himpunan tak-terbatas dapat dilihat pada contoh himpunan B di atas. Himpunan terbatas
artinya, elemen- elemennya dapat dihitung satu persatu dalam suatu urutan, tetapi himpunan tak
terbatas elemen-elemennya mungkin dapat dihitung atau tidak dapat dihitung. Elemen-elemen yang
mungkin dapat dihitung misalnya, himpunan D adalah seluruh bilangan bulat yang lebih besar dari 3 dan
lebih kecil 9, maka dapat ditulis menjadi,
D = {x| 3 < x < 9}
Anggota dalam suatu himpunan dinyatakan dengan simbol (epsilon) dan dibaca "suatu elemen dari
atau anggota dari", sehingga untuk menunjukkan bahwa suatu elemen tertentu x adalah anggota dari
suatu himpunan S dapat ditulis,
XS

Dan jika suatu elemen y bukan anggota dari suatu himpunan S, maka dapat ditulis,
YS

Bila simbol R menyatakan himpunan dari seluruh bilangan nyata, dan "x adalah suatu bilangan nyata",
maka dapat ditulis,
XR

Hubungan Antara Himpunan


Dua himpunan adalah sama jika setiap elemen dari dua himpunan adalah sama.

CONTOH
Jika A = {3, 5, 6, 4) dan B = {6, 5, 4, 3}
maka A dan B dikatakan sama (A= B). Perlu diingat bahwa letak elemen tidak mesti sama. Tetapi, jika
salah satu (atau lebih) elemennya berbeda, maka kedua himpunan tersebut tidak sama.

Himpunan bagian (subset) dilambangkan dengan notasi  (dibaca: "himpunan bagian dari"). Bila
himpunan B adalah suatu himpunan bagian dari A jika dan hanya jika setiap elemen dari B juga adalah
suatu elemen dari A. Sebagai contoh, dua himpunan dari bilangan bulat berikut ini.
A = {1, 2, 3, 4, 5) dan B = {3, 4, 5)
maka BA (baca: B himpunan bagian dari A). Penulisan ini dapat juga ditulis dalam cara yang lain, yaitu
BA (A termasuk B).

Banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari n elemen dalam suatu himpunan S adalah
sebanyak 2n himpunan bagian.

Himpunan Khusus
Himpunan semesta (universal) adalah himpunan yang berisikan semua elemen-elemen yang sesuai untuk
suatu masalah tertentu. Himpunan universal ini biasanya dilambangkan dengan U.

Komplemen (complement) dari suatu himpunan adalah himpunan dari seluruh elemen-elemen dalam
himpunan universal yang bukan elemen atau anggota dari suatu himpunan tertentu yang sudah
didefinisikan. Komplemen dari himpunan S dilambangkan dengan S' atau Sc.

Himpunan yang tidak berisi elemen satupun disebut himpunan kosong (empty set) atau himpunan nol
(null set). Himpunan kosong ini dilambangkan dengan Ø atau { }. Perlu diperhatikan bahwa himpunan
kosong, {}, berbeda dengan himpunan yang berisi elemen nol, {0}. Himpunan kosong ini adalah istimewa,
karena himpunan ini adalah suatu himpunan bagian (subset) dari setiap himpunan yang mungkin.

Operasi Himpunan
Operasi himpunan berbeda dengan operasi bilangan biasa. Operasi matematis untuk bilangan biasa
misalnya menambah, mengurangi, mengali, membagi, dan lain sebagainya; sedangkan operasi
himpunan meliputi: gabungan (union), irisan (intersection), dan komplemen (complement). Ketiga
operasi himpunan ini akan dibahas satu demi satu.

Gabungan (union) dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan baru yang berisikan elemen-
elemen baik yang dimiliki oleh A maupun B. Definisi ini juga dapat diperluas mencakup gabungan yang
lebih dari dua himpunan. Himpunan gabungan diberi simbol A  B (dibaca: "A gabungan B").

CONTOH
Jika A = {1, 3, 5, 7} dan B {2, 4, 6, 8}
maka A  B = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}

Irisan (intersection) dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan baru yang berisikan elemen-
elemen milik A dan B. Himpunan irisan ini diberi simbol A  B (baca: "A irisan B").

CONTOH
Jika A = {1, 3, 5, 7} dan B = { 3, 5, 6, 8}
maka A  B = {3,5}

CONTOH
Jika C = {-1, -3, -5) dan D = {2, 4, 6}
maka C  D = Ø = { }

Himpunan C dan himpunan D adalah "disjoint" (terputus), sehingga írisannya adalah himpunan kosong.
Disjoint adalah hubungan dua himpunan yang masing-masing elemennya tidak sama.

Tanda gabungan  dan irisan  masing-masing mempunyai arti "atau" serta “dan”, Untuk jelasnya
perhatikan definisi "gabungan" dan "irisan" berikut ini.

Gabungan: A  B= {x|x  A atau x  B}

Irisan :A  B = {x|x  A dan x  B)

Komplemen dari himpunan A adalah seluruh elemen atau anggota dalam himpunan universal U yang
tidak ada dalam himpunan A. Komplemen dari himpunan A diberi simbol A' atau Ac. Jadi, untuk
mengetahui komplemen dari himpunan A harus diketahui dahulu himpunan universal U. Definisi
komplemen ini adalah sebagai berikut.

Ac = (x|x U dan x  A}

Simbol komplemen sebenarnya berartikan "tidak atau bukan".

Ketiga macam operasi himpunan ini supaya lebih jelas pemahamannya, maka akan disajikan dalam
bentuk diagram yang dikenal dengan nama "diagram Venn".
ATURAN PEMANGKATAN, PENGAKARAN, PEMFAKTORAN, DAN PERKALIAN
Pemangkatan dan Pengakaran
Sering suatu variabel, konstanta, atau suku dapat dipangkatkan dengan suatu bilangan nyata, misalnya
X³ atau 52 atau (X² + Y). Bilangan nyata yang menjadi pangkat tersebut adalah bilangan nyata yang terdiri
dari: bilangan bulat positif atau negatif; bilangan pecah positif atau negatif; dan bilangan nol.

Aturan dalam operasi pemangkatan berbeda dengan aturan-aturan dalam operasi matematika lainnya
(misalnya, penjumlahan atau pengurangan; perkalian atau pembagian). Oleh karena itu, di sini akan
dibahas mengenai definisi dan cara-cara perhitungannya serta aturan pemangkatan dan pengakaran.

Pangkat dalam aljabar digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu variabel atau konstanta dikalikan
dengan variabel atau konstanta itu sendiri dan perkaliannya bergantung pada bilangan yang menjadi
pangkatnya. Jika variabel X adalah bilangan nyata yang akan dipangkatkan dan n adalah bilangan bulat
positif sebagai pemangkat, maka pangkat (exponent) dapat didefinisikan secara umum,

Xn= X1.X2.X3........Xn

Jadi, misalnya X4 = X.X.X.X atau contoh lain, misalnya 5³ = 5.5.5.


Lebih jauh lagi, jika X adalah bilangan nyata dan n adalah suatu bilangan bulat negatif, maka pangkat
negatif akan berlaku menjadi,

1 1
𝑋 −𝑛 = 𝑛
=
𝑋 𝑋1 . 𝑋2 . 𝑋3…………. 𝑋𝑛

Jika n = 0, maka dapat didefinisikan,


X0= 1

Selanjutnya, jika X adalah bilangan nyata dan n adalah bilangan pecah positif. Misalnya
2/3, maka dapat didefinisikan,

3
X2/3 = √𝑋 2
di mana tanda disebut tanda akar (radical sign). Jadi, tanda akar (√) digunakan untuk pangkat bilangan
pecah. Secara umum bentuk ini dapat ditulis,
𝑛 𝑛 𝑚
𝑋 𝑚/𝑛 = √𝑋 𝑚 = ( √𝑋)

di mana:
X = Bilangan nyata
m dan n = Bilangan bulat positif.

Seterusnya, bila m = 1 dan n adalah bilangan bulat positif yang lebih besar satu, maka akan menjadi akar
pangkat ke-n dari X atau

x¼=√√x

3
Jadi, misalnya X1/3, maka akan menjadi akar pangkat 3 dari X atau √𝑋 ; 𝑋 1/2 adalah akar pangkat 2 dari X
atau √𝑋; dan lain sebagainya. Perhatikan untuk akar pangkat 2, indeks 2 tidak ditulis.

Selain pangkat pecahan yang positif, ada pula pangkat pecahan yang negatif, dan ini dapat ditulis: X-m/n
di mana m dan n adalah bilangan bulat positif, sehingga bentuk ini akan menjadi,

1 1 1
𝑋 −𝑚/𝑛 = = 𝑛 = 𝑚
𝑋 𝑚/𝑛 √𝑋 𝑚 𝑛
( √𝑋)

Dengan demikian, antara pangkat pecahan dan tanda akar saling berhubungan erat. Pangkat pecahan
dapat diubah menjadi tanda akar dan sebaliknya. Berikut ini beberapa contoh numerik dari pangkat
pecahan yang diubah ke dalam tanda akar dan cara perhitungannya.

CONTOH
7 7
1281/7 = √128 = √27 = 2

Aturan-Aturan Pangkat dan Akar


Berdasarkan definisi di atas, maka pangkat akan mengikuti aturan-aturan seperti yang akan disajikan
berikut ini. Tetapi, sebelum aturan-aturan ini dirumuskan, diasumsikan bahwa m dan n adalah bilangan
bulat positif, dan X dan Y adalah bilangan nyata positif.

Aturan 1 : Xm.Xn = Xm+n


𝑋𝑚
Aturan 2 : = 𝑋 𝑚−𝑛
𝑋𝑛
Aturan 3 : (Xm)n =Xm.n
Aturan 4: (X.Y)n= Xn.Yn
𝑋 𝑛 𝑋𝑛
Aturan 5: (𝑌 ) = 𝑌𝑛
𝑋 −𝑛 𝑌𝑛
Aturan 6: (𝑌 ) = 𝑋 𝑛
𝑛
Aturan 7: 𝑋1/𝑛 = Akar
√𝑋 pangkat n dari X
1 1
Aturan 8: 𝑋 −1/𝑛 = = 𝑛
𝑋 1/𝑛 √𝑥
𝑛
Aturan 9: 𝑋 𝑚/𝑛 = √𝑋 𝑚
1
Aturan 10: 𝑋 −𝑛 = 𝑋𝑛
1
Aturan 11: 𝑋 −𝑛 = 𝑋𝑛
𝑛 𝑛 𝑛
Aturan 12: √𝑋 √𝑌 = √𝑋𝑌
𝑛
√𝑋 𝑛 𝑋
Aturan 13: 𝑛 = √𝑌
√𝑌
𝑚
𝑛 (𝑚)(𝑛)
Aturan 14: √ √𝑋 = √𝑋

Kasus Khusus untuk Aturan Pangkat


Aturan 15: X1=X
Aturan 16: X0 = 1
Aturan 17: 1n = 1
𝑋𝑛
Aturan 18: 𝑋 𝑛 = 1
𝑛 𝑛 𝑛
Aturan 19: ( √𝑋) = (𝑋 1/𝑛 ) = 𝑋

Pemfaktoran
Suatu faktor adalah satu di antara pengali-pengali yang terpisah dalam suatu hasil kali. Misalnya,
pernyataan matematika yang berbentuk ab + ac, maka dapat difaktorkan menjadi a(b + c). Jadi, dengan
kata lain pemfaktoran dapat ditulis seperti berikut.

ab + ac = a(b + c)

Proses pemfaktoran dimulai dengan cara mencari nilai-nilai bersama pada suatu pernyataan matematika
(misalnya: ab + ac) kemudian menuliskannya kembali sebagai suatu hasil kali dari faktor-faktornya [a dan
(b + c)]. Pemfaktoran ini adalah suatu teknik yang digunakan untuk menyederhanakan pernyataan-
pernyataan matematika dan pemecahan masalah lainnya dalam operasi matematika.

Bila suatu kelompok suku mempunyai satu faktor bersama (seperti yang ditunjukkan oleh a di atas pada
suku ab dan ac), proses pembentukan suku-suku ini kedalam faktor-faktor dianggap sebagai
pemfaktoran monomial (monomial factoring). Berikut contohnya.

CONTOH
Faktorkanlah 2Y³ - 3XY² - 4Y

Faktor bersama pada pernyataan matematika di atas adalah Y dalam setiap suku. Pemfaktoran monomial
dari pernyataan matematika ini dapat dituliskan secara lengkap dengan menuliskan hasil kali dari faktor
bersama Y dan pernyataan matematika yang mencakup semua suku- suku yang tersisa. Dengan
demikian, faktor-faktor ini antara lain:

2Y³ - 3XY²+4Y = Y(2Y² - 3XY + 4)

Kebenaran matematika untuk operasi ini adalah hukum distributif dari bilangan- bilangan nyata.

Bila suatu pernyataan matematika mempunyai dua faktor bersama, prosedur yang digunakan untuk
memperoleh faktor-faktor ini disebut pemfaktoran binomial (binomial factoring). Pencarian faktor-faktor
binomial adalah suatu teknik yang digunakan pada analisis matematika. Berikut contohnya.
CONTOH
Faktorkanlah Y = X² - 9X + 20

Untuk mendapatkan faktor-faktor dari pernyataan matematika ini, dua bilangan yang tidak diketahui a
dan b dapat digunakan untuk membentuk dua faktor tersebut, sebagai berikut.

Y = (X + a)(X + b)

Perluasan di antara dua faktor baru ini menghasilkan:

Y=X² + (a + b)X + ab

Sebagaimana yang diterapkan dalam contoh ini, diasumsikan bahwa (a + b) adalah koefisien dari X (itu
adalah -9) dan ab adalah nilai dari suku konstan 20. Jadi,
a + b= -9
ab = 20

Prosedur ini membantu untuk menuntun proses penyelesaian sebagaimana penetapannya suatu pola
untuk masing-masing faktor. Akan tetapi, nilai-nilai numerik yang khusus untuk a dan b diperoleh dengan
cara mencoba-coba (trial and error). Dalam kasus ini,

a = -4
b = -5

menghasilkan nilai-nilai yang cocok dengan X² - 9X + 20. Penetapan dari nilai-nilai numerik -4 dan -5 untuk
a dan b tidak mengubah hasil akhir dari pemfaktoran. Dengan demikian, faktor-faktor untuk pernyataan
matematika ini adalah:

Y=X²-9X + 20 = (X-4)(X - 5) atau


Y=X²-9X + 20 = (X - 5)(X-4)

Hasil kali (X - 5)(X-4) atau (X-4)(X - 5) dihitung sebagai pemeriksaan (pengecekan) untuk menentukan
apakah sama dengan pernyataan matematika yang mula-mula. Oleh karena nilai-nilai untuk a dan b
sering diperoleh melalui metode coba-coba, sehingga jelas bahwa faktor-faktor ini tidak selalu dapat
diidentifikasi dengan mudah.

Sebagaimana pada contoh 2.6, jika a dan b memiliki nilai sama, maka koefisien dari X adalah (a + a) - 2a
dan suku konstanta menjadi aa = a², sehingga dapat ditulis persamaannya menjadi; Y = X² + 2aX+ a² atau
Y = (X+a)(X+a)= (X +a)², dan ini disebut dengan kuadrat sempurna,

CONTOH

Faktorkanlah Y=X+10X + 25
Dalam contoh ini 2a = 10, sedangkan a=25, sehingga pemfaktorannya menjadi,
(X+5)(X+5)=(X+5)2

Selanjutnya, akan ditunjukkan contoh jenis pemfaktoran binomial lain yang lebih sulit Misalnya,
CONTOH
Faktorkanlah Y = 8X² +26X + 15

Dalam kasus ini, pernyataan matematika ini dapat dinyatakan kembali dengan penggunaan faktor-faktor
berikut ini.

Y = (aX + c)(bX+ d)

Perluasan dari kedua faktor ini menghasilkan:

Y = abX² + (ad + cb)X + cd

Kebanyakan, persoalan seperti di atas, memerlukan penemuan nilai-nilai a, b, c, dan d. Untuk


menemukan nilai-nilai tersebut harus digunakan metode coba-coba. Dalam kasus ini,

a = 4; b = 2; c = 3; dan d = 5.

Jadi, faktor-faktornya adalah sebagai berikut.


Y = (4X+3)(2X + 5)

Hasil ini adalah benar karena perkalian dua faktor ini akan menghasilkan seperti pernyataan matematika
semula, yaitu:

Y = 8X²+26X + 15

Suatu pernyataan matematika yang bentuk umumnya X² - b, di mana b adalah kuadrat dari suatu
bilangan nyata, dianggap sebagai perbedaan di antara dua kuadrat (difference of two squares). Berikut
ini contoh sekaligus penjelasan pemfaktorannya.

CONTOH
Faktorkanlah Y=X²-25

Faktor-faktor dari pernyataan matematika ini, diperoleh dengan cara mencoba-coba adalah:

(X+5) (X - 5)

Lihat bahwa X² adalah kuadrat dari X dan 25 adalah kuadrat dari 5. Jika X dan 5 dimisalkan sebagai
bilangan nyata, itu dapat dikatakan bahwa perbedaan di antara kuadrat dari dua bilangan adalah hasil
kali dari jumlah dan perbedaan dari bilangan-bilangan itu. Gagasan-gagasan ini dapat diperluas untuk
jumlah dan perbedaan di antara dua suku yang berpangkat tiga. Berikut contohnya.

CONTOH
Faktorkanlah X + 27

Dalam kasus ini, aturan pemfaktoran jumlah di antara dua suku berpangkat tiga adalah sebagai berikut.

X³ + a³ = (X + a)(X² - aX+ a²)


Untuk contoh ini, a = 3 dan hasil pemfaktorannya adalah:

X³ + 27 = (X + 3) (X² - 3X +9)

Sekali lagi, perkalian di antara faktor-faktor akan menghasilkan X³ + 27.


CONTOH
Faktorkanlah X³-64

Dalam kasus ini, aturan untuk pemfaktoran perbedaan antara dua suku berpangkat tiga adalah
digunakan rumus:

X³-a³ = (X-a) (X² + ax + a²)

Dalam contoh ini, a = 4, sehingga hasil pemfaktorannya adalah:

X³ - 64 = (X-4) (X² + 4X + 16)

Perkalian dari faktor-faktor ini akan menghasilkan X³ - 64.

Berdasarkan penjelasan dan contoh-contoh yang telah diberikan di atas, maka dapat dirangkum aturan-
aturan pemfaktoran sebagai berikut.
Aturan 1: YX + YZ = Y(X+Z)
Aturan 2: X² + (a+b)X + ab = (X+a)(X+b)
Aturan 3: abX² + (ad+bc)X + cd = (aX+c)(bX+d)
Aturan 4: X² + 2aX+ a² = (X+a)²
Aturan 5: X²-2aX + a² = (X-a)²
Aturan 6: X²-a² = (X-a)(X+a)
Aturan 7: X³ + a³ = (X-a) (X² - aX + a²)
Aturan 8: X³-a³ = (X-a)(X² + ax + a²)

PERKALIAN ISTIMEWA
Selain aturan pemangkatan dan pengakaran serta pemfaktoran, aturan perkalian istimewa juga harus
dipahami supaya pengetahuan dasar matematika dapat menjadi lebih baik dan lengkap. Aturan-aturan
perkalian istimewa (special products) ini adalah seperti berikut ini.

Aturan 1: Y(X+Z) =YX+YZ


CONTOH
3(4+5)= (3.4)+(3,5) = 12 +15=27

Aturan 2: (X+a)(X+b) = X² + (a+b)X + ab


CONTOH 2.33
(X+3)(X+4)= X² + (3+4)X + 3.4 = X² +7X + 12

Aturan 3: (aX+c)(bX+d) = abX² + (ad+bc)X + cd


CONTOH 2.34
(2X+5)(3X+6)= (2)(3)X² + [(2)(6)+(3)(5)]X + (5)(6) = 6X² + 27X+30

Aturan 4: (X+a)²=X² + 2aX + a²


CONTOH 2.35
(X+4)²=X²+ + 2(4)X + 4² = X² + 8X + 16

Aturan 5: (X-a)²=X² - 2aX + a²


CONTOH 2.36
(X-5)²=X²-2(5)X +5² = X² - 10X + 25

Aturan 6: (X-a)(X+a)=X²-a²
CONTOH 2.37
(X-6)(X+6)=X²-6²=X²-36

Aturan 7: (X+a)= X³+ 3aX² + 3a³X + a²


BAB 2 Model Ekonomi
CONTOH 2.38
(X+2)³ = X²+ 3(2)X² + 3(2)X + 2¹=X+6X² + 12X + 8

Aturan 8: (X-a)=X² 3aX² + 3a³X - a'


CONTOH 2.39
(X-4)³=X²-3(4)X +3(4)X-4-X 12X¹ + 48X-64

PECAHAN, DESIMAL, DAN PERSENTASE


Bilangan
Pecahan bilangan

Suatu bilangan pecahan adalah pembagian atas dua bilangan bulat, di mana bulat yang dibagi disebut
sebagai pembilang (numerator) dan bilangan bulat yang membagi atau pembagi disebut sebagai
penyebut (denominator). Penulisan bilangan pecahan biasanya digunakan tanda garis horizontal (-) atau
garis miring (/), di mana bilangan bulat sebagai pembilang diletakkan di atas garis horizontal atau garis
miring dan bilangan bulat pada penyebut diletakkan di bawah garis horizontal atau garis miring
3
(contohnya 4 atau 3/4), bilangan bulat 3 sebagai pembilang (numerator) dan bilangan bulat 4 sebagai
penyebut (denominator). Bilangan pecahan seperti ini biasanya disebut dengan nama pecahan biasa.
Bilangan pecahan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Pecahan sebenarnya (proper fractions) adalah pembagian atas dua bilangan bulat yang mempunyai
nilai lebih kecil dari pada satu (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa pembilangnya (numerator) lebih kecil
1 2
dari pada penyebutnya (denominator). Contoh: 2 , 3 dan lainnya.

2) Pecahan tak sebenarnya (improper fractions) adalah pembagian atas dua bilangan bulat yang
mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari pada satu (≥ 1).Hal ini menunjukkan bahwa
pembilangnya (numerator) sama dengan atau lebih besar dari pada penyebutnya (denominator).
3 5
Contoh: 3 , 4, dan lainnya.

3) Pecahan campuran (mixed fractions) adalah penjumlahan dari suatu bilangan bulat yang lebih besar
nol dan bilangan pecahan sebenarnya. Contoh: 12,5,152 ,23 ,68 dan lainnya. 4 3 6 1235 2'3'4'6
Bilangan Desimal
Bilangan atau angka desimal (decimal) untuk Indonesia adalah angka-angka yang terletak di sebelah
kanan tanda koma (,), bukan tanda titik. Angka desimal ini berupa bilangan bulat dari 1 digit sampai
seterusnya. Angka desimal ini mengartikan bahwa jika angka itu terletak 1 digit di sebelah kanan tanda
koma, maka nilainya dibagi dengan 10; jika terletak 2 digit di sebelah kanan tanda koma, maka nilainya
dibagi dengan 100; jika terletak 3 digit di sebelah kanan tanda koma, maka nilainya dibagi dengan 1.000;
dan seterusnya. Jadi, pembaginya atau penyebutnya adalah 10 dipangkatkan dengan jumlah digit di
sebelah kanan tanda koma. Berikut contohnya: 0,3 =3/10; 0.08 = 8/10; dan seterusnya.

Angka-angka desimal dalam contoh ini sering juga disebut sebagai pecahan desimal. Dengan demikian,
angka pecahan ada dua macam, yaitu pecahan biasa dan pecahan desimal.

Persentase
Kata persentase berasal dari kata "percents" dalam bahasa Inggris yang berarti per seratus atau dibagi
dengan seratus. Penulisan simbol dari persentase adalah yang menunjukkan per seratus atau dibagi
dengan seratus. Jadi, bilangan atau angka persentase (percentage) adalah suatu bilangan atau angka
yang menunjukkan sebagai bagian dari 100. Sebagai contoh, 15% menunjukkan 15 dari 100 atau 15
dibagi dengan 100. Tetapi, secara umum persentase adalah bagian dari keseluruhan. Sebagai contoh, 4
bagian dari keseluruhan 16 sama dengan 1 bagian dari 4 atau 1 dibagi dengan 4, dan bila dikonversi ke
angka persentase akan menjadi 25%, karena angka 25% menunjukkan 25 dibagi dengan 100.

Angka persentase dan bilangan pecahan mempunyai hubungan yang sangat erat, di mana angka
persentase dapat diubah/dikonversi ke bilangan pecahan, dan sebaliknya bilangan pecahan dapat
dikonversikan ke angka persentase karena angka persentase sebenarnya bilangan pecahan. Pada angka
persentase penyebutnya atau pembaginya (denominator) sudah ditetapkan 100, sedangkan bilangan
pecahan pembagi atau penyebutnya tidak harus 100, bisa saja bilangan atau angka lainnya. Jadi, dapat
dikatakan bahwa angka persentase adalah bilangan pecahan khusus karena pembagi atau penyebutnya
sudah ditetapkan sebesar 100.

Menghitung Jumlah Bagian dan Jumlah Total


Berdasarkan uraian tentang konsep angka persentase di atas, maka untuk menghitung suatu jumlah
bagian persentasenya dari suatu jumlah total (keseluruhan), rumusnya adalah,

JB = R x JT
di mana:
JB = Jumlah bagian dari total (keseluruhan).
R = Tingkat persentase yang menunjukkan bagian dari keseluruhan yang harus dihitung
JT =Jumlah total (keseluruhan) yang menjadi dasar.

Selanjutnya, jumlah total (keseluruhan) dapat dihitung dengan rumus,


𝐽𝐵
𝐽𝑇 =
𝑅
Juga, tingkat persentase (%) dapat dihitung dengan rumus,

𝐽𝐵
𝑅=
𝐽𝑇
CONTOH
Misalkan seorang pengusaha mempunyai pendapatan Rp120.000.000 per tahun. Pajak atas
pendapatannya dikenakan sebesar 15%. Berapa bagian pendapatan yang harus dia bayarkan untuk
pajak?

Penyelesaian:
JT= 120.000.000; R = 15%
JB = Rx JT = 15% x 120.0000.000 = 18.000.000
Jadi, bagian pendapatan yang harus dibayar adalah Rp18.000.000

CONTOH
Misalkan seorang pengusaha mempunyai pendapatan bersih (netto) Rp200.000.000 per tahun. Ini
artinya pendapatannya sudah dikurangi (dipotong) pajak sebesar 20%. Berapa jumlah pendapatan total
atau pendapatan keseluruhan (bruto) dari pengusaha tersebut?

Penyelesaian:
JB= 200.000.000; R (%) yang harus dihitung adalah R pendapatan, yaitu 100% - 20% = 80%.
𝐽𝐵 200.000.000
𝐽𝑇 = = = 250.000.000
𝑅 80%
Perhatikan jumlah bagian pajak yang dibayarkan = 250.000.000-200.000.000 = 50.000.000.
Dengan demikian,

50.000.000 1
𝑅(%)𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 = = = 20% 𝑑𝑎𝑛
250.000.000 5

200.000.000 4
𝑅(%)𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = = = 80% (𝑇𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖)
250.000.000 5

Jadi, pendapatan total (keseluruhan) sebelum dikurangi pajak adalah Rp250.000.000.

Persentase Kenaikan dan Penurunan


Selain itu, angka persentase juga dapat digunakan untuk melihat perubahan dari suatu angka ke angka
lainnya. Sebagai contoh dari angka 4 berubah menjadi 6, ini berarti terjadi perubahan angka mutlak
sebesar 2, tetapi perubahan angka dalam persentase adalah sebesar 50 persen (50%). Angka 50% ini
diperoleh dengan cara angka perubahan dibagi dengan angka mula-mula, yaitu 2 dibagi dengan 4 atau
2/4 = ½. Contoh lain misalnya, terjadi perubahan dari angka 10 menjadi 12, ini berarti terjadi perubahan
angka mutlak
sebesar 2, tetapi perubahan angka dalam persentase adalah sebesar 20 persen (20%). Angka 20% ini
diperoleh dengan cara angka perubahan dibagi dengan angka mula-mula, yaitu 2 dibagi dengan 10 atau.
Jadi, angka presentase dari kedua contoh ini bergantung pada angka mula-mula sebagai pembaginya
atau penyebutnya (denominator) dan angka perubahannya sebagai angka pembilang (numerator), yaitu
selisih antara angka setelah perubahan dan angka mula-mula, kemudian dikalikan dengan 100%. Oleh
karena itu, angka persentase dapat disebut juga sebagai angka relatif dan bukan angka mutlak. Dengan
demikian, dapat ditulis rumus umumnya seperti berikut ini,
𝐴1 − 𝐴0
𝐴𝑃 =
𝐴0
dimana :
AP = Angka Presentase (%)
A0 = Angka mula-mula
A1 = Angka setelah kenaikan atau penurunan

CONTOH
Misalkan harga beras mula-mula adalah Rp 10.000 per kg, kemudian permintaan konsumen meningkat
sehingga terjadi kenaikan harga menjadi Rp 12.500 per kg. Berapa persen (%) kenaikan harga beras
tersebut?

Penyelesaian:
A0 = 10.000; dan A1 = 12.500
𝐴1 − 𝐴0 12.500 − 10.000 2.500
𝐴𝑃 = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 25%
𝐴0 10.000 10.000

CONTOH
Misalkan, harga beras mula-mula adalah Rp.12.500 per kg, kemudian suplai beras oleh produsen
meningkat, sehingga terjadi penurunan harga menjadi Rp 10.000 per kg. Berapa persen (%) penurunan
harga beras tersebut?

Penyelesaian:
A0 = 12.500; dan A1 = 10.000
𝐴1 − 𝐴0 10.000 − 12.500 −2.500 −1
𝐴𝑃 = 𝑋 100% = 𝑋 100% = 𝑋 100% = = 20%
𝐴0 12.500 12.500 5

Perhatikan tanda negatif karena terjadi penurunan, oleh karena itu disebut sebagai penurunan harga
20%.

Anda mungkin juga menyukai