Anda di halaman 1dari 45

PENDAHULUAN

1. Pengertian Matematika Ekonomi


Matematika ekonomi merupakan pendekatan analisis yang digunakan oeh para ahli
ekonomi dengan menggunakan simbol-simbol dalam menyatakan suatu persoalan yang
didasarkan pada teori / kaidah-kaidah matematika, untuk membantu dalam suatu
penalaran.

2. Matematika Ekonomi VS Non Matematika Ekonomi


Pada dasarnya kedua pendekatan tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu
untuk mencari suatu pemecahan atau teorema dengan suatu set / kumpulan asumsi
melalui suatu proses penalaran (reasoning).
Perbedaan pokok antara matematika ekonomi dan non matematika ekonomi
(literary economy), adalah cara menyatakan asumsi dan melakukan konklusi /
pemecahan. Dalam matematika ekonomi, asumsi dan pemecahan dinyatakan dengan
simbol matematika, sedangkan non matematika non ekonomi dengan kata-kata atau
kalimat.

Keuntungan dalam menggunakan pendekatan matematika :


a. Dalam melakukan analisis, asumsi dapat dinyatakan lebih eksplisit
b. Bahasa yang digunakan lebih pasti dan tepat

3. Matematika Ekonomi VS Ekonometri


Matematika ekonomi semata-mata merupakan suatu aspek teori dari analisis
ekonomi, dengan tanpa menghiraukan masalah statistik. Sedangkan ekonometri,
menekankan pada pengukuran data ekonomi, oleh karena itu berhubungan dengan
suatu studi dari observasi empiris yang mengggunakan metode statistik.

4. Model Ekonomi
Teori ekonomi diperlukan untuk membuat suatu gambaran dari dunia nyata. Karena
kompleknya persoalan ekonomi yang sebenarnya, membuat kita tidak mungkin untuk
menguasai semua hubungan antara suatu variabel ekonomi dengan variabel ekonomi
lainnya. Oleh karena itu kita hanyalah perlu untuk mengetahui gejala ekonomi yang
kita pandang perlu saja. Hubungan suatu variabel dengan variabel lain yang penting
tersebut kita nyatakan dalam model ekonomi
.
5. Unsur Model Matematika
Model matematika hanyalah merupakan suatu kerangka teoritir, jadi tidak ada
alasan mengapa harus matematika tetapi bila model tersebut matematika, biasanya
terdiri dari kumpulan persamaan yang dibuat untuk menggambarkan struktur dari
model. Dengan menghubungkan suatu variabel dengan lainnya dengan cara tertentu,
persamaan ini memberikan bentuk matematika pada suatu kumpulan asumsi analistis.
Kemudian melalui penggunaan operasi matematika yang relevan terhadap persamaan
tersebut, kita dapat membuat suatu pemecahan yang logis dari suatu asumsi tersebut.

1 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


6. Variabel
Merupakan suatu besaran yang dapat berubah, yaitu merupakan sesuatu yang
nilainya dapat berbeda-beda. Variabel yang biasa digunakan dalam ekonomi misalnya :
harga, pendapatan, produksi, konsumsi dsb. Karena setiap variabel tersebut nilainya
dapat berubah-ubah, maka biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol, bukan
merupakan angka. Mis : simbol untuk harga = p, untuk konsumsi = c, pendapatan = Y
dsb.

Endogenous variabel : variabel yang nilainya berasal dari pemecahan soal mis : profit
maksimum, harga keseimbangan.

Exogenous variabel : variabel yang besarnya diperoleh dari suatu data tertentu.

7. Konstante
Biasanya variabel dikombinasikan dengan suatu angka tertentu. Mis : 7p atau 0,5Y
dst. Angka tersebut disebut konstante. Jadi dengan demikian suatu konstante adalah
besaran yang tidak berubah-ubah. Bila konstante digabungkan dengan variabel, maka
disebut juga koefisien.

8. Parameter
Suatu koefisien tidak selalu berupa angka, tapi bisa juga berupa simbol. Misalnya
kita dapat memberikan simbol a untuk menggantikan suatu konstante tertentu dan
menyatakan ekspresi ap untuk menggantikan 7p dalam suatu model untuk menyatakan
sesuatu yang lebih umum. Untuk menyatakan status khususnya dinamakan parameter.

9. Persamaan
Variabel mungkin dapat berdiri sendiri, tetapi akan tidak menjadi menarik, tanpa
dihubungkan dengan variabel lain melalui suatu persamaan (equation) atau
ketidaksamaan (inequalities). Dalam aplikasi ekonomi kita dapat membedakan 3 jenis
persamaan yaitu :
a. Persamaan definisi (definition equation)
b. Persamaan tingkah laku (behavioral equation)
c. Kondisi keseimbangan (equilibrium condition)

Persamaan definisi : merupakan dua pernyataan alternatif yang identik yang


mempunyai arti yang persis sama. Untuk persamaan yang demikian diberikan tanda =
(identik dengan). Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya, yang dapat
kita nyatakan sebagai :
P=R–C

Di mana : P = laba (profit)


R = pendapatan (revenue)
C = biaya (cost)

Persamaan tingkah laku : merupakan suatu persamaan yang mana, suatu variabel
tertentu nilainya akan ditentukan dari perubahan nilai variabel lainnya. Ini mungkin
berupa tingkah laku manusia (seperti pola aggregate consumption dalam hubungannya

2 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


dengan pendapatan nasional), atau tingkah laku bukan manusia (seperti bagaimana
reaksi total biaya terhadap perubahan produksi). Secara umum persamaan tingkah laku
dapat digunakan untuk membentuk suatu model. Mis : fungsi / persamaan biaya di
bawah ini :

C = 75 + 10 Q
Di mana :
C = biaya
Q = output / produksi

Nilai dari variabel biayaakan tergantung dari besar output / produksi. Apabila
produksi = 0, maka biaya akan sebesar 75. Bila besar produksi = 1 maka biaya akan
sebesar 85. Dengan perkataan lain, setiap pertambahan produksi 1 unit, akan
mengakibatkan bertambahnya biaya sebesar 10 unit.

Kondisi keseimbangan : merupakan suatu persamaan yang menggambarkan keadaan


untuk mencapai tingkat keseimbangan. Dua kondisi keseimbangan yang lazim dalam
ekonomi adalah :

Qd = Qs artinya jumlah barang yang diminta sama dengan yang ditawarkan


I = s artinya jumlah investasi sama dengan jumlah tabungan

Kedua kondisi keseimbangan tersebut masing-masing disebut sebagai model


keseimbangan pasar dan model keseimbangan pendapatan nasional.

HIMPUNAN

PENGERTIAN HIMPUNAN
Himpunan adalah kumpulan dari obyek-obyek tertentu dan antara satu obyek
dengan obyek lainnya dapat dibedakan.
Obyek yang terdapat dalam suatu himpunan dinamakan anggota himpunan. Obyek-obyek
suatu himpunan sangat bervariasi dapat berupa orang-orang tertentu atau benda-benda
tertentu, hurup maupun angka angka tertentu.
Notasi himpunan pada umumnya ditulis dengan hurup-hurup besar A, B,C,....atau
Z. Sedangkan obyek yang menjadi anggota suatu himpunan dilambangkan dengan hurup-
hurup kecil, a, b,c,... atau z.

Anggota himpunan
Jika a merupakan anggota himpunan A maka ditulis a  A dan sebaliknya jika a bukan
anggota himpunan A ditulis a  A

Sub himpunan

Jika A adalah merupakan sub himpunan B, ditulis A B, maka setiap anggota himpunan A merupakan
anggota himpunan BJika himpunan A sama dengan himpunan B (A=B), berarti bahwa A  B dan B 
A

3 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


PENYAJIAN HIMPUNAN
Penyajian himpunan dapat ditulis dengan dua cara yaitu cara daftar dan cara kaedah.
Cara daftar yaitu dengan mencantumkan seluruh obyek yang menjadi anggota himpunan.
A={1,2,3,4,5}
Sedangkan penyajian dengan cara kaedah yaitu dengan menyebutkan karakteristik tertentu
dari obyek-obyek yang menjadi anggota himpunan. A={x; 0 < x < 5 }.
Kecuali dinyatakan lain, setiap himpunan tertentu dianggap terdiri dari beberapa himpunan
bagian yang masing-masing mempunyai anggota. Himpunan “besar” tadi dinamakan
himpunan universal atau himpunan semesta dan dilambangkan dengan notasi U atau S.
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota dan dilambangkan
dengan notasi { } atau  Secara teoritis, himpunan kosong adalah merupakan himpunan
bagian dari setiap himpunan apapun.
Berdasarkan adanya konsep himpunan Universal atau Semesta yang merupakan induk bagi
semua himpunan, dan himpunan kosong yang merupakan himpunan bagian dari setiap
himpunan, maka terhadap setiap himpunan tertentu (misalkan A) berlaku ketentuan 
 A  U atau   A  S
Untuk jelasnya pemahaman pengertian-pengertian dasar himpunan, berikut ini disajikan
ilustrasi sebagai berikut.
Andaikata kita memiliki data tentang beberapa himpunan sebagai berikut:
S = { 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}
A = {0,1,2,3,4,}
B= ( 5,6,7,8,9,}
C= {0,1,2,3,4,}

Kesimpulan yang bisa ditarik berkenaan dengan data di atas adalah :


x  S dimana 0  x  9
y  A dimana 0  y  4
z  B dimana 5  z  9
y  C dimana 0  y  4
A  S : B  S : dan, C  S
A = C ; A = B dan B = C
y  A dan juga y  C , maka A  C dan C  A
y  B , dan dilain pihak z  A , z  C
  A :  B :  C :  S
  A  S :  B  S :  C  S

OPERASI HIMPUNAN
1. Gabungan (Union) dengan notasi 
Gabungan (union) dari himpinan A dan himpunan B, ditulis A  B , adalah himpunan
yang beranggotakan obyek-obyek milik A atau milik B.

A  B  {x; x  A atau x B}

4 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


2. Irisan (Intersection) dengan notasi 
Irisan (Intersection) dari himpunan A dan himpunan B, ditulis A  B , adalah
himpunan yang beranggotakan obyek- obyek milik A maupun obyek milik B.

A  B  {x;x  A dan x B}
Dalam hal A  B   , yakni jika himpunan A dan himpunan B tidak mempunyai
satupun anggota yang dimiliki bersama, maka A dan B dikatakan saling asing atau
disjoint

3. Selisih Himpunan
Selisih dari himpunan dan himpunan B, ditulis A – B, adalah himpunan yang
beranggotakan obyek-obyek milik A tetapi bukan obyek milik B.

A–B= {x; x  A tetapi x B}



4. Komplemen (Complement) dari himpunan A, ditulis A , adalah himpunan yang
beranggotakan obyek-obyek yang tidak dimiliki oleh A.
_
A= {x; x  S tetapi x A}

“Aturan main” dalam pengoperasian himpunan ini akan lebih mudah dengan bantuan
Diagram Venn .

PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA

I. PANGKAT DAN AKAR


Kaedah-kaedah dasar dalam pemangkatan dan pengakaran

1. X o  1 Contoh : 50  1

2. 0 n  0 Contoh ; 05  0

3. X 1  X Contoh ; 41  4
4. X a . X b  X a b Contoh ; 3 2.33  3 2 3  35  243

5. ( X a ) b  X ab Contoh ; (3 2 ) 3  3 2.3  36  729

6. ( XY ) a  X a Y a Contoh ; (3.4) 2  3 2.4.2  9.16  729

X a Xa 3 2 32 9
7. ( )  a Contoh : ( )  2 
Y Y 4 4 16

5 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


1 1 1
8.  X a Contoh ;  32 
Xa 3 2
9

Xa 1 32 1
9. b
 X a b  b  a Contoh ; 3
 3 23  3 1 
X X 3 3

a 3
10. X b  b X a Contoh : 2 4
 4 23  4 23  4 8

11. a xy  x a . y a Contoh : 2 3.4  2


3.2 4  22 3

1 1
12. a
xx a Contoh : 2
33 2

13. a .b x  ab
x Contoh : 2 3 9  2.3 9  6 9

a
x x 3 23 3 3
14. a  2 
Contoh :   1/ 2 3
2
y
a y
4 4 4 2
Catatan : Pagkat dua pada tanda akar biasanya tidak dicantumkan, sehingga 2
x
,cukup
Dengan dituliskan x saja.

II. LOGARITMA
Logaritma pada hakekatnya merupakan kebalikan dari proses pengakaran. Logaritma
dari suatu bialangan adalah pangkat yang harus dikenakan pada bilangan pokok logaritma
untuk memperoleh bilangan tersebut. Bilangan pokok logaritma tersebut, namakanlah a,
harus positip dan tidak sama dengan satu : Jadi jika a  1 dan a = 1. Dari sekian banyak
kemungkinan bilangan pokok yang ada, lazimnya yang dipakai dalam dalam logaritma
adalah bilangan 10 dan bilangan e ( = 2,718287 ). Berdasarkan jenis bilangan pokok yang
digunakan ini maka dikenal dua macam logaritma. Pertama logaritma persepuluhan atau
logaritma Brigg ( nama penemunya, hidup antara tahun 1560 – 1631 ), yaitu logaritma
dengan bilangan pokok 10. Sedangkan yang lain,logaritma alam atau logaritma Napier
(hidup antara tahun 1550 – 1617 ), yaitu logaritma dengan bilanghan pokok e. Logaritma
Brigg ditulis dengan symbol log, dan logaritma Napier dituliskan dengan symbol ln.
Log dengan bilangan pokok 10 ditulis 10 log dan biasanya cukup ditulis log saja.
Demikian juga log dengan bilangan pokok e, cukup ditulis dengan ln saja.

KAEDAH-KAEDAH LOGARITMA

1. a log a p  p Contoh : a) 3 log 9 3 log3 2  2


b) log10010 log10 2  2

2. a a log b  b Contoh : a) 33 log 10  10


b) 1010 log 100  1010 log10 2  10 2  100
6 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika
3. a log xy  a log x  a log y Contoh : a) log 8 = log(2.4)= log2 + log 4
b)log1000=log(10x100)=log10+log100=
1+2 = 3

1000
x a  log1000  log100 
log
a
4. log  log x  a log y Contoh : a) 10
y
log10 3  log10 2  3  2  1
b)
12
2
log 12 2 log 3 2 log  2 log 4 2 log 2 2  2
3

1
5. a log x n  n a log x Contoh a) 2
log 8 3  13 2 log 8  13 2 log 2 3  13 .3  1
b) 10
log100 10 log10 2  210 log10  2.1  2

6. a log a  1 Contoh : 4 log 4  1 atau 10


log 10  1

7. a log1  0 Contoh : 5 log 1  0 karena 50 = 1 atau 10


log 1  0 karena 100 = 1

1
8. log b  b log a atau a log b.b log a  1
a

1
Contoh : a). 10 log 100.100 log10  1 atau 10
log10 2.100 log100 2  2. 12  1

b) 2 log 5.5 log16 2 log16 2 log 2 4  4

9. a log b.b log c.c log a  1


Contoh :
a).
1
10
log100.100 log10000.10000 log1010 log10 2.100 log100 2.10000 log10000 4  2.2. 14  1
b) 3
log 27.27 log 81.81 log 3  1

DERET
Deret ialah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur. Bilangan-bilangan yang
merupakan unsur dan pembentuk sebuah deret dinamakan suku. Keteratuan rangkaian
bilangan yang membentuk sebuah deret terlihat pada “pola perubahan” bilangan-
bilangan tersebut dari satu suku ke suku berikutnya.
Dilihat dari banyaknya suku yang membentuknya, deret dibedakan menjadi deret
berhinggga dan deret tak berhingga. Deret berhingga adalah deret yang banyak suku-
sukunya tertentu (terbatas), sedangkan deret tak berhingga adalah deret yang banyak suku-
sukunya tak terbatas. Sedangkan dilihat dari pola perubahan bilangan pada suku-sukunya,
deret bisa di bedakan menjadi deret hitung, deret ukur dan deret harmoni.
1. Deret Hitung
7 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika
Contoh : 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, ..............“x”
S1(a) S2 S3 S4 S5 S6 S7 Sn
Jika dilihat contoh di atas, ternyata besarnya selisih antara nilai-nilai dua suku yang
berurutan (b) adalah 5. Suku pertama, yaitu S1 atau a adalah 5. Selanjutnya berturut-turut
dapat dihitung :
S1 = a = 5
S2 = a + b = 5 + 5 = 10
S3 = a + 2b = 5+ 10 = 15
S4 = a + 3b = 5+ 15 = 20
.
.

Sn = a + ( n – 1 ) b
Dengan demikian dapatlah ditarik rumus mengenai deret hitung sebagaimana terurai
dibawah ini.
Besarnya suku ke- n adalah :

Sn = a + ( n – 1 ) b

Sedangkan jumlah nilai-nilainya sampai dengan suku ke- n adalah :

n a : besarnya suku pertama atau S1


Dn 
2 ( a + Sn ) b : Selisih antara nilai-nilai dua suku yang
berurutan ( beda)
n : banyaknya suku
atau Sn: besarnya atau nilai-nilai suku ke - n
Dn: jumlah nilai-nilai sampai suku ke - n
n
Dn  { 2a + ( n - 1 ) b
2

Untuk contoh di atas besarnya suku ke- 7 adalah :


S7 = 5 + ( 7 – 1 ) 5 = 35; sedangkan jumlah nilai deretnya sampai dengan suku ke-7
adalah : D7 = 3,5 ( 5 + 35 ) = 140.

DERET UKUR
Contoh : 5, 10, 20, 40, 80, 160, 320, ...............”x”
S1(a) S2 S3 S4 S5 S6 S7 Sn
Jika diperhatikan contoh di atas. ternyata besarnya hasil bagi antara nilai-nilai dua suku
yang berurutan (p), yaitu antara suatu suku dengan suku di depannya adalah 2. Suku
pertama, yaitu a atau S1, adalah 5. Selanjutnya berturut-turut dapat dihitung :
S1 = a = 5
S2 = ap = 5 . 2 = 10
S3 = ap2 = 5 . 22 = 20
S4 = ap3 = 5 . 23 = 40
.

8 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


.
Sn = ap n – 1

Dengan demikian dapatlah ditarik rumus mengenai deret ukur sebagaimana terurai
berikut ini.
Besarnya suku ke - n adalah :
Sn = apn - 1

Sedangkan jumlah nilai-nilainya sampai dengan suku ke – n adalah :

a(1  p n ) a : besarnya suku pertama


Dn 
1 p b : hasil bagi nilai-nilai dua suku yang berurutan
(pengganda).
n : banyaknya suku
Sn: besarnya suku ke – n
Dn: jumlah nilai-nilai sampai dengan suku ke – n
Berdasarkan contoh di atas, besarnya suku ke – 7 adalah :
S7 = 5 . 2 7-1 = 5 . 26 = 320.; sedangkan jumlah nilai-nilainya sampai dengan suku ke- 7
adalah :
5(1  2 7 ) 5(27)
D7    635
1 2 1

Deret harmoni tidak dibahas karena penerapan nya di bidang ekonomi tidak pernah
dilakukan.

PENERAPAN EKONOMI

1. Perkembangan Usaha
Di bidang ekonomi, teori deret sering diterapkan dalam kasus-kasus yang menyangkut
perkembangan; seperti misalnya perkembangan produksi, perkembangan biaya produksi,
perkembangan harga atau perkembangan pendapatan. Apabila perkembangan ha—hal
tersebut seirama atau identik dengan pola perubahan nilai-nilai suatu deret, deret hitung
maupun deret ukur, maka dapatlah diperkirakan misalnya dimasa-masa yang akan datang.

Contoh 1 :
Perusahan “A” menghasil suatu produk sebanyak 3000 unit pada bulan pertama
produksinya. Dengan penambahan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas, maka
perusahaan mampu menambah produksinya sebanyak 500 unit setiap bulan. Jika
produksinya konstan, berapa unit produk yang dihasilkannya pada bulan ke-5 ? Berapa unit
yang telah dihasilkannya sampai dengan bulan tersebut.
Diketahui a = 3000 ; b = 500 ; n = 5
S5 = 3.000 + (5-1) 500 = 5.000

5
D5 = (3.000  5.000)  20.000
2

9 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Contoh 2.
Besarnya penerimaan perusahaan “B” dari hasil penjualan barangnya adalah Rp 720 juta
pada tahun kelima dan Rp 980 juta pada tahun ketujuh. Jika seandainya perkembangan
penerimaan perusahaan tersebut berpola seperti deret hitung, berapa perkembangan
penerimaan pertahun ? Berapa besar penerimaan pada tahun pertama, dan pada tahun
keberapa penerimaannya sebesar Rp 460 juta.
Jawab :
S7 = 980 a + 6 b = 980
S5 = 720 a + 4 b = 720 (-)
2 b = 260 b = 130
Perkembangan penerimaan tiap tahun adalah sebesar Rp 130 juta.
a + 4 b = 720 a = 720 – 4 b = 720 – 4(130) = 200.
Penerimaan pada tahun pertama adalah Rp 200 juta.
Sn = a + (n - 1)b 460 = 200 + (n – 1)130
460 = 200 + 130 n – 130
460 = 70 + 130 n
390
390 = 130 n n= 3
130
Jadi penerimaan sebesar Rp 460 juta diterimanya pada tahun ketiga.

2. Teori Nilai Uang


Khusus deret ukur sering diterapkan dalam kasus pinjam meminjam dan kasus
investasi, seperti dalam hal diaman kita akan menghitung besarnya kredit yang harus
dilyunasi pada jangka waktu tertentu berdasarkan tingkat bunganya, atau menghitung
tingkat bunga dari suatu pinjaman berjangka waktu tertentu. Dengan demikian deret ukur
dapat diterapkan pada teori nilai uang yaitu : untuk menghitung jumlah di masa datang
dari suatu jumlah sekarang, atau menghitung nilai sekarang dari suatu jumlah di masa
datang.
Misal suatu modal pokok sebesar Rp 1.000 (P) dibungakan secara majemuk dengan suku
bunga 10% per tahun (i), maka besarnya modaltersebut di masa datang (F) dapat dihitung
sebagai berikut :
Setelah satu tahun : F1 = 1000 + (1000 x 0,10 ) = 1100
F1 = P + Pi = P(1 + i )
F2 = 1100 + (1100 x 0,10 ) = 1210
F2 = (P + Pi) + (P + Pi) i = P + Pi + Pi +Pii
= P + 2Pi + Pi2 = P (1 + 2i + i2)
=P(1+i)2
Setelah tiga tahun : F3 = P ( 1 + i ) ; berarti setelah n tahun : Fn = P(1 + i)n
3

Dengan demikian, dalam teori nilai uang , nilai dimasa datang dari suatu jumlah sekarang
adalah :

Rumus mengandung asumsi atau anggapan bahwa bunga dibayarkan satu kali dalam 1
Fn = P ( 1 + i ) n
tahun.
Tetapi jika bunga dibayarkan lebih dari satu kali (misal : m kali) dalam setahun, maka
nilai dimasa depan menjadi :

10 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


i
i nilai ( 1 + i ) dan (1 + ) dalam teori ekonomi
Fn  P(1  ) nm m
m dinamakan bunga majemuk (Compounding interest
factor), yaitu suatu bilangan yang lebih besar dari
1 yang dapat dipakai untuk mengalikan suatu
jumlah yang ada sekarang untuk menentukan nilai
di masa datang.
Dari rumus di atas , dengan manipulasi matematis, dapat pula dihitung besarnya nilai
sekarang apabila yang diketahui jumlahnya di masa datang. Nilai sekarang dari suatu
jumlah dimasa datang adalah :
F 1
P  F.
(1  i) n (1  i ) n
Selanjutnya, jika bunganya dibayarkan lebih dari satu kali ( misal : m kali) dalam satu
tahun, mka nilai sekarang tersebut menjadi :
1 1
F 1 dan
P  F. Nilai (1  i ) n i dalam
i i (1  ) nm
(1  ) nm (1  ) nm m
m m dunia ekonomi dinamakan faktor
diskonto ( Discount factor ), yaitu
bilangan lebih kecil dari satu yang
dapat dipakai untuk mengalikan
suatu jumlah di masa datang demi
menentukan nilainya pada saat
sekarang.
Catatan :
P = jumlah sekarang
F = Nilai di masa depan
i = suku bunga pertahun
n = jumlah tahu
m = frekuensi pembayaran dalam setahun

Contoh 3:
Seorang nasabah meminjam uang di bank sebanyak Rp 5 juta untuk jangka waktu 3 tahun,
dengan tingkat bunga 2 % per tahun. Berapa jumlah seluruh uang yang harus dibayarnya
pada saat pelunasan? Berapa pula jumlah uang yang harus dibayarnya, seandainya bunga
diperhitungkan tiap semester.?
Jawab:
Diketahui : P = 5.000.000 ; n = 3 . i = 0,02

Fn = P (1 + i )n
F3 = 5.000.000 (1 + 0,02 )3 = 5.000.000 (1,061208) = 5.306.040
Jadi pada saat pelunasan,setelah 3 tahun, nasabah tersebut keseluruhan harus
Membayar sebesar Rp5.306.040,--

Seandainya bunga diperhitungkan tiap semester, berarti m = 2, maka :

11 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


i nm
F3 = P ( 1+ ) F3 = 5.000.000 ( 1 + 0,01)6
m
F3 = 5.000.000 (1,0615208) = 5.307.600
Jumlah uang yang harus dibayarnya adalah Rp5.307.600

Contoh 4 :
Tabungan seorang pemuda akan menjadi sebesar Rp159.720,-- tiga tahun yang akan
datang. Jika suku bunga bank yang berlaku 10% per tahun, berapa tabungan pemuda
tersebut pada saat sekarang ini.
Diketahui : F = 159.720 ; n=3 i = 0,10
Fn
P=
(1  i ) n
159.720 159.720
P =   120.000
(1  0,10) 3
1,331
Jadi besarnya tabungan sekarang adalah Rp 120.000,-

SOAL 1:
Seorang nasabah meminjam uang di bank sebanyak Rp 5 juta untuk jangka waktu 3 tahun.
Jumlah seluruh uang yang harus dibayarnya pada saat pelunasan adalah sebesar Rp.
5.306.040. Seandainya bunga diperhitungkan setiap tahun, maka hitunglah besarnya suku
bunga per tahun!

SOAL 2:
Seorang nasabah meminjam uang di bank sebanyak Rp 5 juta. Dengan tingkat bunga 2 %
per tahun, sedangkan jumlah seluruh uang yang harus dibayarnya pada saat pelunasan
adalah sebesar Rp. 5.306.040. Berapa lama jangka waktu pinjaman nasabah tersebut,
seandainya bunga diperhitungkan setiap tahun?

SOAL 3:
Seorang nasabah meminjam uang di bank sebanyak Rp 5 juta untuk jangka waktu 3 tahun.
Jumlah seluruh uang yang harus dibayarnya pada saat pelunasan adalah sebesar Rp.
5.307.600. Seandainya bunga diperhitungkan tiap semester, maka hitunglah besarnya suku
bunga per tahun!

SOAL 4:
Seorang nasabah meminjam uang di bank sebanyak Rp 5 juta. Dengan tingkat bunga 2 %
per tahun, sedangkan jumlah seluruh uang yang harus dibayarnya pada saat pelunasan
adalah sebesar Rp. 5.307.600. Berapa lama jangka waktu pinjaman nasabah tersebut,
seandainya bunga diperhitungkan tiap semester.?

12 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


FUNGSI
Fungsi adalah suatu bentuk hubungan matematis yang menyatakan hubungan
ketergantungan (hubungan fugsional) antara satu variabel dengan variabel lain. Sebuah
fungsi dibentuk oleh beberapa unsur. Unsur-unsur pembentuk fungsi adalah variabel,
koefsien dan konstanta. Secara umum fungsi dapat ditulis sebagai berikut : y = f (x) atau
atau y = ax2 + bx + c
-
y dan x adalah variabel
-
a dan b adalah koefisien yaitu bilangan atau angka yang terkait pada suatu variabel.
-
c adalah konstanta atau bilangan konstan yang tidak terkait dengan suatu variabel.
Variabel ialah unsur pembentuk fungsi yang mencermikan atau melambangkan faktor
tertentu, dinyatakan dengan huruf atau simbol lainnya. Berdasarkan sifatnya dalam suatu
fungsi terdapat dua macam variabel yaitu :
-
variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung
pada variabel lainnya.
-
Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang nilainya tergantung pada
lain.

Jenis-jenis Fungsi
Fungsi dapat digolongkan mejadi dua jenis yaitu fungsi aljabar dan fungsi non aljabar.
Fungsi aljabar :
- Fungsi Linier Bentuk umum : y = ax + b
-
Fungsi Kwadrat Bentuk Umum : y = ax2 + bx + c
-
Fungsi kubik Bentuk Umum : y = ax3 + bx2 + cx + d

-
Fungsi pangkat n Bentuk umum : y = xn
Fungsi non aljabar
- Fungsi logaritma Bentuk umum : y = alogx

- Fungsi trigonometri Bentuk umum : y = sin 5 x


- Fungsi eksponen Bentuk umum : y = nx
Bentuk fungsi berdasarkan letak ruas variabel-variabelny dibedakan menjadi :
a. Fungsi eksplisit dimana letak antara variabel bebas dan variabel terikat terletak pada
ruas yang berlainan. Contoh : y = ax2 + bx + c
b. Fungsi implisit dimana letak antara variabel bebas dan variabel terikat terletak pada
ruas yang sama. Contoh : ax2 + bx + c – y = 0

13 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Penggambaran Fungsi
1. Penggambaran fungsi linier
a. Dengan metode tracing proces ( menggunakan tabel)
y = 2x +1
x 1 2 3 .........dst
y 3 5 7 ..........dst

y = 2x + 1
5-
4-
3-
2-
1-
0 x
1 2
b. Dengan menggunakan identitas penting dari fungsi.
Ada dua ciri dari fungsi linier yaitu :
1. Dilihat dari nilai koefisien arah (a)
Jika a positif maka grafik bergerak dari kiri bawah ke kanan atas
sebaliknya jika a negatif maka grafik bergerak dari kiri atas ke kanan
bawah.
2. Jika nilai x = 0, maka grafik berpotongan dengan y
jika y = 0, maka grafik akan berpotongan dengan x

Dalam penggambaran fungsi linier, yang digunakan adalah ciri yang kedua.
y
Contoh : Diketahui fungsi y = x + 2
x=0 y=2
y=0 x = -2 y=x+2

2-
1-
! x

-2 0

14 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


2. Penggambaran fungsi kwadrat
a. Dengan metode tracing proces ( menggunakan tabel)
Contoh : y = x2 – 4x + 8

X 0 1 2 3 4
Y 8 5 4 5 8

8-
7-
6-
5-
4-
3-
2-
1-
! ! ! ! !
0 1 2 3 4
b. Dengan menggunakan identitas penting dari fungsi kwadrat.
Identitas tersebut adalah sebagai berikut :
Bentuk umum y = ax2 + bx + c
1. Jika x = 0 maka y = c
2. Jika y = 0 maka ax2 + bx + c = 0 berarti terdapat dua titik potong yaitu:
 b  b 2  4ac
x1.2 =
2a

3. Titik ekstreem ( titik puncak) : x =


b
; y=
D
=

b 2  4ac 
2a 4a 4a
b  D
atau P( , )
2a 4a
b
4. Sumbu symetris yaitu pada x =
2a

Contoh : Gambarkan grafik dari fungsi y = -x2 – 2x + 8


Penggambaran :
1. Jika x = 0 y=8
2. Jika y = 0 -x2 – 2x + 8 =0
 b  b 2  4ac 2  (2) 2  4.  1.8 2  36 2  6
x1.2 = = = =
2a 2.  1 2 2
26 26
x1 = = -4 ; x2 = =2
2 2
2. Titik Ekstreem
b  ( 2) D  (b 2  4ac)  ((2 2 )  4( 1.8))
x= = = -1 dan y = = = =9
2a 2( 1) 4a 4a 4.  1
sehingga P (-1 , 9)

15 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


 b  ( 2)
3. Sumbu symetris : x = = = -1`
2a 2( 1)

y
12-
-
10-
-
8-
-
6-
-
4-
-
2-
1-
! ! ! ! ! ! ! ! ! ! x
-1 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Pembentukan Persamaan atau Fungsi


1. Persamaan atau Fungsi Linier
Fungsi linier dapat dibentuk melalui dua macam cara, yaitu, metode “ dwi
koordinat” ( bi- coordinates) dan metode “ koordianat lereng” (slope-coordinate).
a. Metode “Dwi koordinat”
Fungsi linier dapat dibentuk jika diketahui dua titik koordinat tertentu yang dilalui oleh
grafik dari tersebut. Misalnya titik A (x1, y1); dan titik B(x2, y2), maka persamaannya
y  y1 x  x1
adalah =
y 2  y1 x 2  x1
Contoh : Bentuklah persamaan linier yang melalui titik A(2,3) dan B(6,5).
y  y1 x  x1 y 3 x2 y 3 x2
= = =
y 2  y1 x 2  x1 53 62 2 4

4y –12 = 2x – 4 4y = 2x + 8 y = 0,5 x + 2

16 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


b. Metode “Koordinat Lereng”
Jika diketahui sebuah titik koordinat A(x1, y1) dan koordinat lerengnya atau koeffsien
arahnya (a), maka persamaannya adalah : y – y1 = a (x – x1)
Contoh :
Bentuklah persamaan linier yang melalui titik A(2,3) dengan koeffisien arahnya a =
0,5.
y – y1 = a (x – x1) y – 3 = 0,5 (x – 2) y = 0,5x + 2

2. Persamaan atau Fungsi kwadrat


Fungsi kwadrat dapat dibentuk degan dua cara yaitu :
a. Jika diketahui 3 titik koordinat tertentu misalnya A(x 1,y1); B(x2,y2) dan C(x3,y3) yang
dilalui oleh grafik, maka fungsi dapat dibentuk dengan memasukkan nilai dari titik-
titik koordinat pada persamaan umum dari fungsi kwadrat yaitu y = ax 2 + bx+ c.
Selanjutnya diperoleh 3 (tiga) persamaan. Dari tiga persamaan tersebut dilakukan
dengan cara subsitusi, sehinga diperoleh nilai a, b dan c.
Contoh : Bentuklah fungsi kwadrat, jika diketahui tiga titik koordinat yang dilalui oleh
fungsi tersebut yaitu : A(0,8) ; B(1,5) dan C(3,5).
Persamaan umum : y = ax2 + bx + c
1. A(0,8) 8 = a(02) + b(0) + c Persamaan (1)
2. B(1,5) 5 = a(12) + b(1) + c Persamaan (2)
2
3. C(3,5) 5 = a(3 ) + b(3) + c Persamaan (3)
Dari persamaan (1) diperoleh c = 8
Persamaan (2) a + b + c = 5
Persamaan (3) 9a + 3b + c = 5 (- )
-8a – 2b =0 -2b = 8a b = -4a
Persamaan (2) a + b + c = 5
a – 4a + c = 5 -3a + 8 = 5 -3a = -3 a=1
Persamaan (2) a + b + c = 5 1+b+8=5 b = -4
Persamaan umum : y = ax2 + bx + x
y = 1x2 – 4x + 8
y = x2 – 4x + 8

b. Cara kedua : Fungsi kwadrat dapat dibentuk jika diketahui satu titik koordinat
tertentu A (x1,y1) dan titik ekstremnya P (h,k). Pembentukan persamaannya
menggunakan formula (persamaan) y = a (x – h )2 + k.
Contoh : Bentuklah fungsi kwadrat yang melalui titik A( 3,5) ddengan titik ekstrem
P (2,4).
Penyelesaian : Diketahui A (3,5) dan P (2,4)
Persamaan : y = a (x – h)2 + k
5 = a (3 – 2)2 + 4
5 = a (12)+ 4 a=1
Persamaan : y = a (x – h )2 + k
y = 1(x – 2)2 + 4 y = x2 – 4x + 4 + 4
y = x2 – 4x + 8

17 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


3. Hubungan antara dua fungsi linear atau Persamaan garis lurus
a. Dua buah garis akan berimpit, jika persamaan garis yang satu merupakan kelipatan
dari persamaan garis yang lain. Dengan demikian , garis ny = n(ax +b) akan
berimpit dengan garis y = ax + b untuk n = bilangan positip.
b. Dua buah garis akan sejajar, jika koefisien arah persamaan pertama sama dengan
koefisien arah persamaan kedua ( a1 = a2).
c. Dua buah garis akan berpotongan, jika koefsien arah persaman pertama tidak sama
dengan koefisien arah persamaan kedua ( a1 = a2 ).
d. Dua buah aris akan berpotongan tegak lurus, jika koefisien arah persamaan pertama
merupakan kebalikan dari koefisien arah persamaan kedua atau
1
sebaliknya (a1= - ) atau (a1.a2 = -1)
a2
4. Koordinat titik potong antara dua persaman garis lurus
Mencari koordiant titik potong antara dua persamaan dapat dilakukan
dengan cara Subsitusi.
Contoh : Carilah nilai variabel x dan y dari dua persamaan 2x + 3y = 21 dan
x + 4y = 23 .
Penyelesaian :
Selesaikan lebih dahulu persamaan kedua untuk variabel x, diperoleh : x = 23 – 4y.
Kemudian subsitusikan hasil x (yang mengandung y) ke dalam persamaan
pertama,sehingga : 2 (23 – 4y) + 3y = 21
46 – 8y + 3y = 21
46 – 5y = 21
5y = 25 y=5
Kemudian masukkan nilai y ke dalam salah satu persamaan :
x + 4y = 23 x + 4(5) = 23 x = 23 – 20 x=3
Jadi koordianat titik potongnya adalah T(3,5)

PENERAPAN FUNGSI DALAM TEORI EKONOMI


Fungsi linear dan fungsi kwadrat sangat lazim diterapkan dalam ilmu ekonomi,
baik dalam pembahasan ekonomi makro maupun dalam ekonomi mikro. Dua variabel
ekonomi yang saling berhubungan acapkali diterjemahkan ke dalam persamaan linear dan
fungsi kwadrat.

Fungsi permintaan (Demand); Fungsi penawaran (Supply) dan Titik keseimbangan


pasar (Market Equilibrium).
a. Fungsi permintaan (demand) dan Fungsi penawaran (Supply)
Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dengan variabel jumlah
(barang/jasa) yang diminta. Sedangkan fungsi penawaran menghubungkan antara variabel
harga dengan variabel jumlah (barang/jasa) yang ditawarkan. Pada fungsi permintaan dan
fungsi penawaran variabel harga dapat sebagai variabel bebas : Q = f(P) atau sebaliknya
jumlah barang yang diminta atau ditawarkan merupakan variabel bebas : P = f(Q)

Ketentuan-ketentuan fungsi demand fd


-
Grafik bergerak dari kiri atas ke kanan bawah
-
Hanya berlaku nilai-nilai Q dan P yang positip
-
Setiap satu nilai Q hanya berhubungan dengan satu niali P atau sebaliknya

18 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Ketentuan-ketentuan fungsi Supply fs
-
Grafik bergerak dari kiri bawah ke kanan atas
-
Hanya berlaku nilai-nilai Q dan P yang positip
-
Setiap satu nilai Q hanya berhubungan dengan satu niali P atau sebaliknya

Titik keseimbagan pasar (Market Equilibrium) E


Titik keseimbangan pasar merupakan perpotongan antara fungsi permintaan dan fungsi
penawaran .
Ketentuan-ketentuan titik keseimbangan pasar (E)
-
E  fd = fs
-
Berlaku ketentuan-ketentuan fungsi permintaan dan fungsi penawaran seperti hanya
berlaku nilai-nilai Q dan P yang positip dan Setiap satu nilai Q hanya berhubungan
dengan satu niali P atau sebaliknya

Grafik fungsi permintaan dan fungsi penawaran


P

fd
fs

E
Pe

Q
Qe

19 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Contoh 1 :
Fungsi permintaan terhadap suatu barang ditunjukkan oleh persamaan
P = -Q + 15 sedangkan penawarannya P = 0,5 Q + 3. Tentukan harga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan yang tercipta di pasar serta gambarkan grafiknya.
Penyelesaian:
E  fd = fs -Q + 15 = 0,5 Q + 3 1,5 Q = 12 Q=8
fd P = -Q + 15 P = -8 + 15 P= 7
Jadi E ( 8,7)

15
fd
fs
7 E

3
Q
0 8 15

Contoh 2:
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Q = 19 – P2 dan fungsi
penawarannya adalah Q = -8 + 2P2. Tentukan titik keseimbangan pasar terhadap barang
tersebut.
Penyelesaian :
E  fd = fs 19 – P2 = -8 + 2P2 27 = 3P2 P2 = 9 P=3
2 2
fd Q = 19 – P Q = 19 – (3 ) Q = 10
Jadi E(10, 3)

20 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Pengaruh Pajak (t) dan Subsidi (s)

Cara pemecahan keseimbangan pasar jika terdapat pajak dan subsidi adalah sama
seperti yang sebelumnya. Pajak atau subsidi menyebabkan harga jual yang ditawarkan oleh
produsen beerubah, ini dicerminkan oleh berubahnya fungsi penawaran, sehingga harga
keseimbagan dan jumlah keseimbangan yang tercipta dipasar pun berubah. Pajak
menyebabkan harga naik (P naik) dan berarti jumlah keseimbangan menurun (Q menurun).
Sebaliknya subsidi menyebabkan harga turun ( P turun) dan jumlah keseimbangan naik (Q
naik ).

Pajak per unit (t)


Secara matematis titik keseimangan pasar sebelum dan setelah pajak adalah sbb:
- Keseimbangan sebelum adanya pajak E  fd = fs
- Keseimbangan setelah adanya pajak Et  fd = fst
Contoh : Fungsi permintaan dan penawaran suatu barang adalah P = -Q + 15 dan
P = 0,5Q + 3. Jika terhadap barang tersebut dikenakan pajak sebesar 3 per unit, maka:
-
Tentukan titik keseimbangan sebelum dan sesudak adanya pajak
-
Berapa besarnya pajak yang ditanggung konsumen dan produsen
-
Berapa besarnya pajak yang diterma pemerintah.
Penyelesaian :
Fungsi permintaan sebelum dan sesudah pajak tidak berubah :fd P = -Q +15
Fungsi penawaran sebelum pajak : fs P = 0,5Q + 3

Fungsi penawaran setelah pajak : fs1 P = ( 0,5 Q + 3 ) + t


P = ( 0,5 Q + 3 ) + 3
P = 0,5 Q + 6

Keseimbangan pasar sebelum adanya pajak :


E  fd = fs - Q + 15 = 0,5 Q + 3 1,5 Q = 12 Q = 8 dan P = 7
E ( 8,7 )
Keseimbangan pasar setelah adanya pajak :
Et  fd = fs1 - Q + 15 = 0,5 Q + 6 1,5 Q = 9 Q = 6 dan P = 9
Et ( 6 , 9 )
a. Jadi keseimbangan sebelum dan sesudah adanya pajak adalah sebagai berikut :
E( 8,7 ) dan Et ( 6,9 )

b. Besarnya pajak yang ditanggung konsumen dan produsen.


Pajak yang ditanggung konsumen (PDK)
Per unit = P1 – P = 9 – 7 = 2
Total = Qt x (P1 – P) = 6 x 2 = 12
Pajak yang ditanggung Produsen (PDP)
Per unit = t - (P1 – P) = 3 – 2 = 1
Total = Q1 x { t - (P1 – P)}= 6 x 1 = 6
Pajak yang diterima Pemerintah (T)
T = Q1 x t = 6 x 3 = 18

21 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Subsidi per unit (s)
Secara matematis titik keseimangan pasar sebelum dan setelah subsidi adalah sbb:
- Keseimbangan sebelum adanya subsidi E  fd = fs
- Keseimbangan setelah adanya subsidi Et  fd = fst
Harga keseimbangan setelah adanya subsidi akan turun dan jumlah keseimbangan akan
naik. Subsidi merupakan pengeluaran (beban) bagi pemerintah tetapi secara tidak langsung
merupakan penerimaan bagi konsumen dan produsen melalui penurunan harga.
Jika seandainya titik keseimbangan sebelum subsidi E(Q,P) dan keseimbangan
sesudah subsidi E1(Q1,P1) maka secara matematis dapat dihitung sebagai barikut.
-
Subsidi yang dinikmati konsumen
Per unit : P – P1
Totalnya : Q1(P – P1)
-
Subsidi yang dinikmati produsen
Per unit : s – (P-P1) Subsidi perunit yang dikeluarkan dikurangi
subsidi perunit yang dinikmati konsimen.
Totalnya : Q1{ s – (P-P1)}

Fungsi Biaya , Fungsi Penerimaan dan Keuntungan, kerugian serta Titik Pulang
Pokok (Break Even Point).

a. Fungsi Biaya
Biaya total (Total Cost) yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam operasi
bisnisnya terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variable Cost). Secara
matematis Fungsi biaya adalah sebagai berikut:
FC = k
VC = f(Q) = aQ

Total Cost C = f(Q) = FC + VC


C = k + aQ

c. Fungsi Penerimaan
Penerimaan sebuah perusahaan dari hasil penjualan barangnya merupakan fungsi dari
jumlah barang yang terjual atau diproduksinya. (Total Revenue) adalah merupakan
hasil kali jumlah barang yang tejual dengan harga jual perunit barang tersebut. Secara
matematis Penerimaan total adalah sebagai berikut : R = F(Q) = Q x P

22 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Keuntungan, kerugian dan Titik Pulang Pokok (Break Even Point).
Dengan diketahuinya penerimaan total (R) yang diperoleh dan biaya total (C) yang
dikeluarkan, dapat dianalisis apakah perusahaan mendapatkan keuntungan ataukah
kerugian, dalam operasinya.
-
Jika R > C maka perusahaan memperoleh keuntungan.
-
Jika R < C maka perusahaan mengalami kerugian
-
Jika R = C maka perusahaan pada posisi pulang pokok (Break Even Point)

Hubungan antara biaya total dan penerimaan total serta keuntungan, kerugian dan pulang
pokok secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut :
C, R

R
C

Laba
VC

BEP

Rugi
FC=k

Contoh:
Biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh persamaan
C = 20.000 + 100 Q dan penerimaan totalnya R = 200 Q.
-
Pada tingkat produksi berapa unit perusahaa ini dalam posisi pilang pokok
-
Apa yang terjadi jika ia memproduksi sebanyak 300 unit.
Penyelesaian :
Pulang pokok : R = C
200 Q = 20.000 + 100 Q
100 Q = 20.000
Q = 200
Jika Q = 300
R = 200 ( 300) = 60.000
C = 20.000 + 100 (300)
C = 50.000
Keuntungan : R – C = 60.000 – 50.000 = 10.000

23 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL
Tahun 2008-2009
MATA KULIAH : MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS
HARI/TANGGAL : SENIN/10 NOVEMBER 2008
SMT/JUR/KELAS : 1/MJ/B (MALAM)
WAKTU : 120 MENIT
DOSEN PENGUJI : MUZ’AN SULAIMAN, S.E..M.M.

1. Perusahaan keramik menghasilkan 5.000 buah keramik pada bulan pertama


produksinya. Dengan adanya penambahan tenaga kerja, maka jumlah produk yang
dihasilkan juga dapat ditingkatkan. Akibatnya, perusahaan tersebut dapat menambah
jumlah produksinya sebanyak 300 buah setiap bulannya. Jika perkembangan
produksinya konstan setiap bulan, berapa jumlah kramik yang dihasilkannya pada
bulan ke dua belas? Berapa buah jumlah keramik yang dihasilkannya selama satu tahun
pertama produksinya?

2. Penerimaan Perusahaan Jaya hasil penjualannya sebesar Rp 1,2 miliar pada tahun
kelima dan sebesar Rp 1,8 miliar pada tahun ke tujuh. Apabila perkembangan
penerimaan perusahaan tersebut konstan dari tahun ke tahun, berapakah perkembangan
penerimaannya per-tahun, berapakah penerimaannya pada tahun pertama, dan pada
tahun keberapa penerimaannya mencapai Rp 2,7 miliar?

3. Tuan “A” mendepositokan uangnya pada suatu bank sebesar Rp 5.000.000,00. Selama
6 tahun, menurut penjelasan pihak Bank uang Tuan “A” setelah 6 tahun adalah menjadi
Rp 8.500.000,00.
a. Tuan “A” minta tolong pada saudara untuk menghitung tingkat bunga deposito
bank tersebut, jika bunga diperhitungkan setahun sekali
b. Berapa jumlah uang Tuan “A” keseluruhan setelah 6 tahun jika tingkat bunga bank
sebesar 14% per tahun dan bunga diperhitungkan 3 kali per tahun?

4. Diketahui fungsi permintaan dan penawaran suatu barang masing-masing:


P = -2Q + 8 dan Q = 2P – 6
Terhadap barang tersebut pemerintah memberikan subsidi sebesar = 2.5 per unit.
Ditanya :
a. Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah adanya subsidi
b. Besarnya subsidi baik yang diterima konsumen maupun produsen
c. Gambarkan kurvanya

5. Biaya tetap yang dikeluarkan suatu perusahaan sebesar Rp 3.150.000,00. Harga jual per
unit barang Rp 4.500,00. Biaya produksi adalah 30% dari penerimaan.
Ditanya:
a. Fungsi total cost, fungsi penerimaan
b. Berapa produk yang harus diproduksi agar perusahaan tersebut dalam posisi BEP
c. Apa yang terjadi jika produksi sebanyak 1.500 unit
d. Gambarkan kurvanya

24 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


DIFERENSIAL
Kuosion diferensi
Jika y = f(x) dan terdapat tambahan variabel x sebesar  x, berarti variabel y akan
bertambah pula sebesar  y, maka bentuk persamaannya dapat dituliskan menjadi :
y = f(x)
y +  y = f(x +  x)
 y = f(x +  x) – y
 y = f(x +  x) – f(x) , jika ruas kiri dan kanan dibagi dengan  x, maka
y f ( x  x )  f ( x )
persamaan akan menjadi : =
x x
y
Bentuk disebut kuosien diferensi ( difference quotiont), yang
x
mencerminkan tingkat perubahan rata-rata variabel terikat y terhadap variabek bebas x.

Diferensiasi dan Derivatif


Proses penurunan sebuah fungsi , disebut juga proses pendiferensian atau
diferensiasi yang pada dasarnya meerupakan proses penarikan limit atas suatu kuosien
diferensi dalam hal tambahan variabel bebasnya mendekati nol. hasil yang diperoleh dari
proses diferensiasi tersebut dinamakan turunan fungsi atau derivatif (derivative). Dengan
demikian, jika :
y = f(x), maka :kuosien diferensinya adalah :
y f ( x  x )  f ( x )
= dan turunan fungsinya :
x x
y f ( x  x )  f ( x )
limit = limit
x x
x 0 x 0

Contoh : Jika diketaui fungsi y = x 2 – x , cari tunan fungsi tersebut dengan proses
penarikan limit dari kuosien diferensinya , dimana x 0.
y = x2 – x
y + y = ( x  x) 2  ( x  x)
y + y = x 2  2 xx  x 2  x  x
y = x 2  2 xx  x 2  x  x -y
y = x 2  2 xx  x 2  x  x - x 2  x
y 2 xx  x 2  x y
y = 2 xx  x 2  x ;  ;  2 x  x - 1
x x x
y
Limit  Limit 2 x  x - 1
x
x 0 x 0
y
Limit  2 x  0  1 = 2x – 1.
x
x 0

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa notasi dari turunan fungsi dapat ditulis
sebagi berikut :

25 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


y dy
Limit ; f’(x) ; ; atau y’
x dx
x 0

Proses penurunan suatu fungsi berikutnya dilakukan dengan menggunakan kaedah-


kaedah (rumus) dari turunan fungsi. Bebarapa kaedah-kaedah dasar turunan fungsi adalah
sebagai berikut:
1. Jika y = xn maka y’ = n xn-1
5
Contoh : y = x y’ = 5x4
2. Jika y = k dimana k adalah konstanta maka y’ = 0
Contoh : y = 5 y’ = 0

3. Jika y = u  v dimana u dan v merupakan fungsi x, maka y’ = u’  v’


Contoh : y = 2x2 + x3 dimana u = 2x2 dan v = x3 maka y’ = 4x + 3x2

4. Jika y = u v dimana u dan v merupakan fungsi x maka : y’ = u’v + uv’


Contoh : y = (3x2) ( 2x3) dimana u = (3x2) dan v = ( 2x3) maka :
y’ = (6x)( 2x3) + (3x2) ( 6x2)
y’ = 12x4 + 18x4
y’ = 30x4
u u ' v  uv '
4. Jika y = dimana u dan v merupakan fungsi x maka y’ =
v v2
(2 x 4 )
Contoh : y = dimana u dan v merupakan fungsi x maka :
(3 x 2 )
(8 x 3 )(3 x 2 )  ( 2 x 4 )(6 x)
y’ =
(3 x 2 ) 2
( 24 x 5 )  (12 x 5 )
y’ =
(9 x 4 )
(12 x 5 )
y’ =
(9 x 4 )
4 1
y’= x=1 x
3 3

5. Turunan berantai dari suatu fungsi


dy dy du
jika y = f(u) dimana u = f(x) maka ,  .
dx du dx
contoh : y = (x2 + 3x)2
dy
 2( x 2  3 x).(2 x  3)
dx
dy
 ( 2 x 2  6 x).(2 x  3)
dx
dy
 4 x 3  12 x 2  6 x 2  18 x
dx
dy
 4 x 3  18 x 2  18 x
dx

26 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Turunan fungsi logaritma
Terdapat dua basis yang biasanya dipakai di dalam perhitungan logaritma yaitu bilangan 10
dan e.
Logaritma 10 sebagai basis disebut logaritma biasa dan logaritma dengan e sebagai basis
disebut logaritma naturalis. e = 2,718281828459

6. Logaritma biasa
dy 1
a. Jika y = log x maka  log e
dx x
dy 1 du
b. Jika y = log u dimana u = f(x) maka  . log e
dx u dx
Contoh : y = log (4x + 1 )
dy 1 4
 .4 log e  log e
dx ( 4 x  1) ( 4 x  1)

7. Logaritma naturalis
dy 1
a. Jika y = ln x maka 
dx x
dy 1 du
b. Jika y = ln u dimana u =f(x) maka  .
dx u dx
Contoh 1 : y = ln x3
y = 3 ln x
dy 1 3
 3. 
dx x x
Contoh 2: y = ln8 x2
y = ln 8 + 2 ln x
dy 1 2
 0  2. 
dx x x
8. Diferensial logaritma
Penurunan beberapa fungsi tertentu dapat lebih mudah dilakukan jika fungsi tersebut
didalam bentuk logaritma. Cara penurunan dengan mengubah bentuk fungsi menjadi
bentuk logaritma dinamakan diferensial logaritma. Pada umum banyak digunakan pada
fungsi berbentuk eksponen.
Misalnya y = xx , fungsi ini bisa dirubah menjadi bentuk logaritma.
ln y = x ln x
1 dy 1
.  x.  ln x.1
y dx x
1 dy
.  1  ln x
y dx
dy
 x x (1  ln x )
dx

Turunan dari turunan fungsi


Jika y = 4 x3 + 3 x2 – 2 x – 1
dy
Turunan pertama : y’ atau  12 x 2  6 x  2
dx
27 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika
d2y
Turunan kedua : y’’ atau  24 x  6
dx 2
d3y
Turunan ketiga : y’’’ atau  24
dx 3
.
.
. dan seterusnya sampai tidak bisa diturunkan lagi

Fungsi kwadrat : Titik Ekstreem (Maksimum dan Minimum)


Bentuk umum y = ax2 + bx + c
a. Untuk mengetahui titik ekstreem syaratnya y’ = 0
b. Untuk mengetahui apakah titik ekstreem tersebut maksimum atau minimum adalah
sebagai berikut :
-
Jika turunan kedua atau y’’< 0 maka titiknya adalah maksimum
-
Jika turunan kedua atau y’’ > 0 maka titik tersebut adalah minimum

Fungsi kubik ( Fungsi pangkat tiga): Titik Ekstreem dan titik belok
Bentuk Umum : y = ax3 + bx2 + cx + d
a. Untuk mengetahui titik ekstreem syaratnya y’ = 0
b. Untuk mengetahui apakah titik ekstreem tersebut maksimum atau minimum
adalah sebagai berikut :
-
Jika turunan kedua atau y’’< 0 maka titiknya adalah maksimum
-
Jika turunan kedua atau y’’ > 0 maka titik tersebut adalah minimum
c. Untuk mengetahui titik belok yaitu y’’ = 0

Contoh: Jika y = x2 – 4x + 8
maka y’ = 2x – 4 dan y’’ = 2 > 0
Karena y’’ lebih besar dari 0 maka titik ekstreemnya adalah minimum. Untuk mencari titik
ekstreemnya yaitu : y’ = 0 atau 2x-4 = 0 ; x = 2 dan y = x2 – 4x + 8
y = 22 – 4.2 + 8
y=4
Jadi titik ekstreemnya adalah (2,4)

8 y

y’

2,4
28 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika
4

2 y’’

0 x
2

1 3
Contoh : Jika y = x  3x 2  8 x  5 , maka y’ = x2 – 6x + 8 dan y’’ = 2x – 6
3
Mencari titik ekstreem :
Syaratnya y’ = 0 ; berarti x2 – 6x + 8 = 0
(x – 2)(x – 4) = 0 diperoleh x1=2 dan x2 = 4
Untuk x = 2, maka y’’ = 2.2 – 6 = -2 < 0 ( titik maksimum)
Untuk x = 4, maka y’’ = 2.4 – 6 = 2 > 0 ( titk minimum)
1 3
Untuk x1 = 2 maka y = (2 )  3(2) 2  8( 2)  5  1,67 ; titik maksimum(2; 1,67)
3
1
Untuk x2 = 4 maka y = (4 3 )  3(4) 2  8(4)  5  0,33 ; titik minimum (4; 0,33)
3
Mencari titik belok ; y’’ = 0 ; berarti 2x – 6 = 0 maka diperoleh x = 3
1 3
Jika x = 3 maka y = (3 )  3(3) 2  8(4)  5  1 berarti titik belok (3,1)
3

PENERAPAN DIFERENSIAL DALAM EKONOMI


1. Elastisitas Permintaan ( price elasticity of demand)
Elastisitas permintaan adalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya pengaruh
jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga.
Secara matematis, jika fungsi permintaan Q = f(P) dimana Q adalah quantitas atau
jumlah barang yang diminta dan P adalah harga maka elastisitas permintaan adalah :
dQ P
ed = dP . Q

29 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


2. Elastisitas Penawaran (price elasticity of supply)
Elastisitas penawaran adalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya pengaruh
perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga.
Secara matematis, jika fungsi penawran Q = f(P) dimana Q adalah quantitas atau
jumlah barang yang ditawarkan dan P adalah harga, maka elastisitas penawaran
dQ P
adalah : es = dP . Q .
3. Elastisitas Produksi
Elastisitas produksi adalah suatu koefisien yang menjelaskan perubahan jumlah out put
yang dihasilkan akibat adanya perubahan jumlah input yang digunakan.
Secara matematis, jika fungsi produksi P = f(X) dimana P adalah jumlah out put yang
dihasilkan dan X adalah jumlah in put yang digunakan maka elastisitas produksi adalah
dP X
: ep = .
dX P
Klasifikasi dari nilai elastisitas adalah sebagai berikut :
-
jika e > 1 adalah bersifat elastis
-
Jika e < 1 adalah bersifat in elastis
-
jika e = 1 adalah bersifat unitary elastis

4. Biaya Marjinal
Biaya marjinal ( marginal cost/MC) ialah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk
menghasilkan satu unit tambahan output.
Secara matematis , jika fungsi total cost adalah C = f(Q), dimana C adalah total cost
dan Q adalah jumlah output, maka biaya marjinal (marginal cost).
dC
MC = C’ = dQ
5. Penerimaan Marjinal (Marginal Revenue/MR)
Penerimaan marjinal adalah penerimaan tambahan yang diperoleh berkenaan adanya
tambahan satu unit tambahan output yang diproduksi atau terjual.
Secara matematis , jika fungsi penerimaan total adalah R = f(Q), dimana R adalah total
revenue dan Q adalah jumlah output, maka penerimaan marjinal (marginal Revenue).
dR
MR = R’ = dQ
6. Produk Marjinal (Marginal Product/MP)
Produk marjinal adalah out put tambahan yang dihasilkan dari adanya penggunaan satu
unit input.
Secara matematis , jika fungsi produk total adalah P = f(X), dimana P adalah total
product dan X adalah jumlah input, maka produk marjinalnya (marginal Product).
dP
MP = P’ =
dX
7. Utilitas Marjinal (marginal utility/MU)
Utilitas marjinal adalah utilitas tambahan yang diperoleh konsumen berkenaan adanya
satu unit tambahan output yang dikonsumsinya. Secara matematis, jika fungsi utilitas
total U = f(Q), dimana U adalah utilitas total dan Q adalah jumlah barang yang
dU
dikonsumsi, maka utilitas marjinalnya : MU = U’ = dQ
8. Keuntungan Maksimum

30 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Jika fungsi penerimaan total adalah R = f(Q) dan fungsi biaya total (Total cost/C)
adalah C = f(Q) Fungsi laba (Profit) :   R  C
d
Profit maksimum syaratnya jika  '  0 atau 0
dQ

Jika   R  C berarti jika  '  0 maka MR – MC =0


 '  R 'C ' atau '  MR  MC MR = MC

Selanjutnya jika turunan kedua dari fungsi profit yaitu :


-
Jika ' '  0 , maka menunjukkan keuntungan maksimum
-
Jika ' '  0 , maka menunjukkan kerugian maksimum.

Contoh analisis untuk aplikasi turunan fungsi


1. Elastisitas permintaan
Fungsi permintaan terhadap suatu barang ditunjukkan oleh persamaan
Q = 50 – P2. Hitung elastisitas permintaannya pada tingkat harga P = 3 dan jelaskan sifat
permintaan barang tersebut.
dQ P P P 3
Penyelesaian : ed = dP . Q = -2P Q =  2.3  6.
(50  P 2 ) (50  3 2 )

 18
=  0,441
41
Karena ed < 1 maka sifat permintaan barang tersebut adalah inelastis.

2. Elastisitas penawaran
Hitunglah elastisitas penawaran suatu barang pada tingkat harga P = 10 dan pada tingkat
penawaran Q = 193, jika fungsi penawarannya Q = -50 + 3 P2.
dQ P P 6P 2
es = .  6 P. 
dP Q ( 50  3P ) (50  3P 2 )
2

6.10 2 600
- Untuk es pada P = 10 =   2,4
( 50  3.10 ) 250
2

-
Pada Q = 193, maka 193 = -50 + 3P2 diperoleh P = 9 selanjutnya
6P 2 6.9 2
es =   2,5
(50  3P 2 ) (50  3.9 2 )

3. Elastisitas Produksi
Andaikan fungsi produksi suatu barang dapat dinyatakan dengan
P = 3 X2 – 2X3. P melambangkan output dan X melambangkan input. Hitunglah elastisitas
produksinya pada tingkat penggunaan input sebanyak 4 unit dan 10 unit.
dP X X
P = 3 X2 – 2X3 , .  (6 X  6 X 2 ).
dX P (3 X  2 X 3 )
2

31 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


4  288
Untuk X = 4 ep = (6.4 – 6.42).   3,6
(3.4  2.4 )
2 3
 80

10  5400
Untuk X = 10 ep = (6.10 – 6.102).   3,2
(3.10 2  2.10 3 )  1700

4. Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan ditunjukkan oleh


AC = 0,5 Q2 - 15Q + 160 + 150/Q. Hitunglah tingkat produksi yang memberikan biaya
marjinal minimum tersebut. Hitung juga besarnya biaya total dan biaya rata-rata.
5. Hitunglah berapa unit barang yang harus dijual oleh seorang pedagang monopolist agar
penerimaan totalnya maksimum, jika fungsi permintaannya adalah P =1600 – 20 Q.
Berapa penerimaan total maksimum tersebut dan harga jual barangnya perunit.
6. Pada tingkat penggunaan input berapa unit, jumlah output yang dihasilkan oleh seorang
produsen akan maksimum jika fungsi produksinya adalah P = 30 X2 – 2X3 ( P= output
dan X= input). Berapa jumlah output maksimum tersebut.
7. Seorang produsen menghadapi fungsi permintaan P = 100 – 4 Q dan biaya totalnya C =
50 + 20 Q. Hitunglah tingkat produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum,
besarnya keuntungan maksimum dan harga jual barang perunit.

TURUNAN FUNGSI PARSIAL


Jika y = f(x,z), maka y dapat diturunkan secara parsial terhadapx dan z, yaitu :
y y
Turunan y terhadap x adalah dan turunan y terhadap z adalah .
x z
Contoh : Diketahui fungsi y = x3 + 5z2 – 4x2z – 6xz2 + 8z –7. Tentukan turunan y terhadap
x dan turunan y terhadap z.
y y
 3 x 2  8 xz  6 z 2 dan  10 z  4 x 2  12 xz  8
x z

TURUNAN DARI TURUNAN PARSIAL


Jika turunan parsial dari suatu fungsi parsial masih berbentuk suatu fungsi yang
masih mengandung beberapa variabel bebas, maka turuan berikutnya masih dapat
dipecah-pecah lagi menjadi beberapa turunan parsial pula.
Contoh : y = x3 + 5z2 – 4x2z – 6xz2 + 8z –7.
y
(1)  3 x 2  8 xz  6 z 2
x
y
(2)  10 z  4 x 2  12 xz  8
z

32 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


y y
Dalam contoh ini baik maupun masih dapat diturunkan secara parsial baik
x z
terhadap x maupun terhadap z.
y 2 y
(1a) terhadap x : = 6x – 8z
x x 2
y 2 y
(1b) terhadap z :  8 x  12 z
x x.z
y 2 y
(2a) terhadap x :  8 x  12 z
z z.x
y 2 y
(2b) terhadap z :  10  12 x
z z 2
Ternyata turunan parsial kedua (1a), (1b), (2a),dan (2b) masih dapat diturunkan secara
parsial lagi baik terhadap x maupun te4hadap z.
2 y 3 y
(1a.1) terhadap x : 6
x 2 x 3
2 y 3 y
(1a.2) terhadap z :  8
x 2 x 2 .z
2 y 3 y
(1b.1) terhadapx :  8
x.z x.z.x
2 y 3 y
(1b.2) terhadapz :  12
x.z x.z 2
2 y 3 y
(2a.1) terhadapx :  8
z.x z.x 2
2 y 3 y
(2a.2) terhadapz :  12
z.x z.xz
2 y 3 y
(2b.1) terhadapx :  12
z 2 z 2 x
2 y 3 y
(2b.2) terhadapz : 0
z 2 z 3

Nilai Ekstrim : Maksimum dan Minimum


Nilai-nilai ekstrim dari sebuah fungsi yang mengandung lebih dari dua variabel
bebas dapat dicari dengan pengujian sampai turunan keduanya.
Untuk y = f(x,z), maka y akan mencapai titik ekstrimnya jika :

y
 0 dan
x
y
0
z adalah syarat yang diperlukan aagar fungsinya mencapai titik ekstrim. Guna
Syarat di atas
mengetahui apakah titik ekstrim tersebut merupakan titik maksimum atau titik minimum
diperlukan syarat kedua yaitu :

33 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


 2
y  2
y
Maksimum, jika : 0 dan 0
x 2
z 2

y :  y2 0y dan  y  0
2 2
Minimum, 2jika
Dalam hal dan 2 2 , tak dapat ditegaskan mengenai nilai ekstrimnya. Untuk kasus
x 2 xz z 2
ini diperlukan penyelidikan dan pengujian lebih lanjut.
Contoh :
Selidiki apakah titik ekstrim dari fungsi betikut ini marupakan titik maksimum ataukah
titik minimum : y = -x2 + 12x – z2 + 10Z –45.
y
 2 x  12  0 -2x + 12 = 0 x=6
x
y
 2 x  10  0 - 2z + 10 = 0 z=5
z
y = - (62) + 12(6) – (5)2 +10(5) – 45 = 16

2 y  2
y
 20 dan  20 hal ini berarti nilai y = 16 adalah titik
x 2
z 2
maksimum.

PROFIT MAKSIMUM UNTUK PERUSAHAAN YANG MEMPRODUKSI DUA


MACAM OUTPUT DENGAN BIAYA PRODUKSI GABUNGAN
Jika perusahaan memproduksi dua macam barang , a dan b, dimana fungsi
permintaan akan masing-masing barang dicerminkan oleh Qa dan Qb, serta biaya
produksinya C = f(Qa,Qb), maka :
Penerimaan dari memproduksi a : Ra = Qa. Pa= f(Qa)
Penerimaan dari memproduksi b : Rb = Qb. Pb= f(Qb)
Penerimaan total : R = Ra + Rb = f(Qa) + f(Qb)
Dengan biaya total C = f(Qa,Qb), fungsi keuntungannya adalah :
  R – C = f(Qa) + f(Qb) - f(Qa,Qb)

34 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


 
Profit maksimum (  maksimum) jika  '  0 atau 0 dan 0
Qa Qb

Contoh :
Biaya total yang dikeluarkan sebuah perusahaanyang memproduksi dua macam barang, a
dan b, ditunjukan oleh persamaan C = Q a2 + 3Qb2 + Qa.Qb. Harga jual masing-masing
barang per unit adalah Pa = 7 dan Pb = 20. Hitunglah berapa unit masing-masing barang
harus diproduksi agar keuntungannya maksimum dan besarnya
keuntunganmaksimumtersebut.
Ra = Qa.Pa = 7 Qa
R = Ra + Rb = 7 Qa + 20 Qb
Rb = Qb.Pb = 20 Qb
 = R – C = 7Q + 20 Qa b - Qa2 – 3 Qb - Qa.Qb

Agar maksimum,  '  0



1. 0 7 – 2Qa - Qb = 0
Qb

2. 0 20 – 6 Qb - Qa = 0
Qb
Dari 1 dan 2 diperoleh Qa = 2 dan Qb = 3
 maksimu = 7Qa + 20 Qb - Qa2 – 3 Qb - Qa.Qb
= 7(2) + 20(3) –(2)2 – 3(3)2 – (2)(3) = 37

MATRIKS
Matrik adalah kumpulan bilangan yang tersusun secara teratur berdasarkan baris
dan kolom. Banyaknya baris dan kolom menunjukkan ukuran atau dimensi dari suatu
matrik. Bilangan-bilangan yang tersusun didalam suatu matrik dinamakan unsur atau
elemen. Unsur-unsur suatu matrik yang tersusun dalam baris dan kolom dibatasi oleh
antara dua tanda kurung yaitu kurung biasa atau ( ) atau antara dua tanda kurung siku [ ].

35 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Secara umum notasi suatu matriks dilambangkan dengan huruf-hurup besar, A, B,
C, D, ..... dst, sedangkan notasi dari unsur-unsur suatu matriks dilambangkan dengan
huruf-huruf kecil yang diikuti dengan huruf i dan huruf j, misalnya aij, bij , cij ........ dst. i
menunjukkan kedudukan unsur suatu matriks pada baris ke i dan j menunjukan kedudukan
unsur suatu matriks pada kolom ke j. Sendainya i = 2 dan j = 3, maka berarti unsur
tersebut berkedudukan pada baris ke 2 dan kolom ketiga.

36 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Bentuk umum suatu matirks dapat ditulis sebagai berikut : A m x n = (aij) m x n atau lebih
lengkapnya adalah A m x n = a11 a12 a13 ........a1j
a21 a22 a23 ........a2j
a31 a32 a33 ........a3j.
. . . .
. . . .
ai1 ai2 ai3 ....... aij

Kesamaan matriks
Dua buah matrik dikatakan sama, jika kedua martrik tersebut mempunyai baris dan
kolom yang sama dan semua unsur-nsur yang terkandungnya di dalamnya sama.

Contoh .
A= 1 3 5 B= 1 3 5 A sama dengan B (A = B )
-1 4 7 -1 4 7
2 -4 4 2 -4 4

Operasional matrik
1. Penjumlahan Antara Matriks
Dua buah matriks dapat dijumlahkan, jika kedua matiks tersebut mempunyai ukuran
yang sama dan matriks hasil penjumlahan juga akan berukuran sama.

A mxn  B mxn = C mxn

Contoh :
A= 1 4 6 B= 2 -1 3 =C 3 3 9
-2 3 1 2 4 -1 0 7 0

2. Perkalian (Penggandaan) Antara Matriks


Dalam perkalian / penggandaan antara dua buah matrik harus dibedakan antara
pengganda awal dan pengganda akhir. Misal : A x B, dimana A adalah pengganda awal
dan B adalah pengganda akhir.
Dua matiks dapat dikalikan / digandakan, jika jumlah kolom pengganda awal harus
sama dengan jumlah baris pengganda akhir, dan matriks hasil gandaan akan berukuran
sama dengan jumlah baris pengganda awal dan jumlah kolom pengganda akhir.

Am x n x Bn x p = Cm x p

Contoh :
A= 1 4 5 x B= 4 3 = C=. 23 29
2 3 1 1 4 14 20
3 2

37 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Bentuk-Bentuk Matriks
1. Matriks bujursangkar (Matrik Kwadrat)
Matriks bujursangkar (Matrik Kwadrat), adalah suatu matriks dimana jumlah baris dan
kolomnya sama.

Contoh : A = 1 2 4
-1 3 5
2 -4 0

2. Matrik Diagonal
Matri digonal adalah suatu matrik dimana unsur-unsur digonal utamanya adalah bilangan
konstan dan unsur-nsur lainnya bilangan nol.

Contoh. A = 1 0 0
0 3 0
0 0 2

3. Matrik Identitas
Matrik Identitas adalah suatu matrik dimana unsur-unsur diagonal utamanya adalah
bilangan satu dan unsur-unsur lainnya bilangan nol. Matriks yang mempunyai diagonal
adalah matriks yang mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama.
Contoh : A = 1 0 0
0 1 0
0 0 1

4. Matriks Transpos
Matriks Transpos adalah merupakan matrik putaran yang berasal dari matriks lainnya,
dimana matrik asal tersebut unsur-unsurnya diputar, baris diputar menjadi kolom dan
kolom diputar menjadi baris. Transpos dari matriks Amxn (aij) adalah A’ n x m = (a’ji).

A= 1 3 4 A’ = 1 2 3
2 5 6 3 5 5
3 5 1 4 6 1
5. Matrik Invers
Matrik invers adalah matrik bujur sangkar A yang apabila dikalikan dengan matrik
inversnya A-1, maka akan menghasilkan matrik identitas (AA-1 = I).

Contoh :

A = -1 6 dan A-1 = -1/9 2/9 maka : A.A-1 = 1 0

4 3 4/27 1/27 0 1

38 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


DETERMINAN MATRIK
Determinan adalah suatu matrik yang memounyai nilai numerik. Determian suatu
matrik ditulis diantara dua tanda garis tegak atau . Determinan suatu matrik biasanya
ditulis dengan notasi A atau Det.A. Matrik yang mempu
nyai nilai determinan adalah matik bujursangkar (jumlah baris sama denga jumlah kolom)

Matrik berukuran 2 x 2
Matrik A = a11 a12 , Determinan A atau Det.A = a11. a22 - a21. a12
a21 a22

Contoh :
Diketahui A = 1 3 : Det.A = (1).(4) – (3).(-2)
-2 4 = 10

Matrik berukuran 3x3


Matrik A = a11 a12 a13 ; Det.A = a11a22a33 + a12a23a31 + a13a32a21 -
a21 a22 a23 a13 a22 a31 – a12a21a33 – a11a23a32
a31 a32 a33
Contoh :
Matrik A = 1 3 2 ; Det.A = 1.5.9 + 3.6.7 + 2.8.4 – 2.5.7.- 3.4.9 – 1.6.8.
4 5 6 = 45 + 126 + 64 - 70 - 108 - 48
7 8 9 =9
Untuk matrikberukuran 3 x 3 dapat juga dilakukan dengan sistem SORRUS. Sistem
Sorrus ini hanya berlaku untuk matirk berukuran 3 x 3 . Dengan cara ini dilakukan dengan
menambah kolom ke-4 dan kolom ke-5 dari matrik tersebut. Kolom ke-4 diisi dengan
unsur kolom 1 dan kolom lima diisi dengan unsur kolom ke-2. Dengan sistem Sorrus
dapat dilihat sebagai berikut:

4 5 6
a11 a12 a13 a11 a12 Det.A atau A = ( 1 + 2 + 3 ) – ( 4 + 5 + 6 )

a21 a22 a23 a21 a23

a31 a32 a33 a31 a32


1 2 3

A = 1 3 2 1 3 ; Det.A = 1.5.9 + 3.6.7 + 2.4.8 – 2.5.7.- 1.6.8 –3.4.9


4 5 6 4 5 = 45 + 126 + 64 - 70 - 48 - 108
7 8 9 7 8 =9

MINOR DAN KOFAKTOR


Jika diketahui suatu matrik kwadrat A, maka dari matrik A tersebut dapat dibentuk
suatu matrik baru yaitu matrik minor A. Unsur-unsur dari matrik minor (mij) adalah

39 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


merupakan determinan dari sisa matrik dengan menghilangkan unsur-unsur baris ke-i
dan kolom ke-j unsur-unsurdari matrik A. Selanjutnya dari matrik minor A dapat
dibentuk matrik kofaktor A. Unsur-unsur dari matrik kofaktor (kij), adalah berasal dari
unsur-unsur dari matrik minor dengan menambahkan tanda negatif atau poitif didepan
unsur-unsur minor yaitu :
kij = (-1)i+jmij

Misal matrik A = a11 a12 a13 MA = m11 m12 m13 KA = k11 k12 k13
a21 a22 a23 m21 m22 m23 k21 k22 k23
a31 a32 a33 m31 m32 m33 k31 k32 k33

Untuk m11 adalah minor dari unsur a11, yang merupakan determinan dari sisa
matrik dan diperoleh dengan jalan menghilangkan baris ke-1 dan
kolom ke-1. atau m11 = a22 a23 dan k11 = (-1)1+1. m11
a32 a33
Untuk m12 adalah minor dari unsur a12, yang merupakan determinan dari sisa
matrik dan diperoleh dengan jalan menghilangkan baris ke-1 dan
kolom ke-2. atau m12 = a21 a23 dan k12 = (-1)1+2. m12
a31 a33
Untuk m13 adalah minor dari unsur a13, yang merupakan determinan dari sisa
matrik dan diperoleh dengan jalan menghilangkan baris ke-1 dan
kolom ke-3. atau m13 = a21 a22 dan k13 = (-1) 1+3.m13
a31 a32
Contoh :
Misal matrik A = 1 3 2
2 3 4
4 3 1

m11 = 3 4 = -9 dan k11 = (-1)1+1.(-9) = -9


3 1
m12 = 2 4 = -14 dan k12 = (-1)1+2(-14) = 14
4 1
m13 = 2 3 = - 6 dan k13 = (-1)1+3 (-6)= - 6
4 3
m21 = 3 2 = -3 dan k14 = (-1)2+1 (-3) = 3
3 1
m22 = 1 2 = -7 dan k22 = (-1)2+2 (-7) = -7
. 4 1
.
dan seterusnya dapat dibentuk matrik Minor A (MA) dan matrik kofaktor A (KA)

Misal matrik A = 1 3 2 MA = -9 -14 -6 KA = -9 14 -6


2 3 4 -3 -7 -9 3 -7 9
4 3 1 6 0 -3 6 0 -3

Mencari Determinan Dengan Menggunakan Kofaktor

40 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Prinsip mencari determinan dengan cara seperti telah dijelaskan sebelumnya hanya
berlaku untuk matrikkwadrat yang berukuran 3 x 3, dan tidak dapat dirterapkan untuk
matrik yang berukuran lebih besar dari 3 x 3. Dalam hal ini Laplace telah berhasil
menemukan suatu cara penyelesaian yang berlaku untuk determinan matrik berukuran
berapapun yaitu dengan menggunakan unrur-unsur dari matrik tersebut dan unsur-unsur
matrik kofaktornya. Misal diketahui :
Matrik A = a11 a12 a13 dan matrik kofaktor A atau KA = k11 k12 k13
a21 a22 a23 k21 k22 k23
a31 a32 a32 k31 k32 k33
Determinan matrik A dapat dicari dengan cara menjumlahkan hasil kali antara unsur-unsur
salah satu baris atau kolom dari matrik A dengan matrik kofaktornya. Contoh : Misal baris
atau kolom yang digunakan adalah sebagai berikut :
Baris ke 1 : Det.A = a11.k11 + a12.k12 + a13. k13
Baris ke 3 : Det.A = a31.k31 + a32.k32 + a33.k33
Kolom ke 2 : Det.A = a12.k12 + a22.k22 + a32.k32
Kolom ke 1 : Det.A = a11.k11 + a21.k21 + a31.k31
Dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa penjumlahan dari hasil kali antara unsur-
unsur salah satu baris atau kolom dari suatu matrik dengan matrik kofaktornya adalah
merupakan determinan dari matrik itu sendiri.
Contoh : Cari nilai determinan matrik A dengan menggunakan kofaktor.
Misal matrik A = 1 3 2 KA = -9 14 -6
2 3 4 3 -7 9
4 3 1 6 0 -3
a. Dasar perhitungan menggunakan baris ke 2.
Det.A = a21.k21 + a22.k22 + a23.k23
= (2)(3) + (3)(-7) + (4)(9) = 21
b. Dasar perhitungan menggunakan kolom ke 3.
Det.A = a13.k13 + a23.k23 + a33.k33
= (2)(-6) + (4)(9) + (1)(-3) = 21

ADJOIN MATRIKS
Adjoin dari suatu matrik adalah merupakan tranpos dari matrik kofaktornya.

Adjoin A = Tranpos dari kofaktor A


atau
Adjoin A = (KA)’
Contoh :

Misal matrik A = 1 3 2 KA = -9 14 -6
2 3 4 3 -7 9
4 3 1 6 0 -3

Adjoin A = (KA)’ = -9 3 6
14 -7 0
-6 9 -3

Invers Matrik

41 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa invers matrik A atau A -1, jika dikalikan
dengan matrik asalnya atau matrik akan menghasilkan matrik Identitas ( A.A -1 = I ).
Mencari invers suatu matrik dapat dilakukan dengan menggunakan determinan dan
adjoin matrik yang bersangkutan yaitu sbb :

Adjoin. A 1
A-1 =  . Adjoin. A
Det. A Det.a

Contoh :
Misal matrik A = 1 3 2 Det.A = 21 dan KA = -9 14 -6
2 3 4 3 -7 9
4 3 1 6 0 -3

Adjoin A = (KA)’ = -9 3 6
14 -7 0
-6 9 -3

Adjoin. A 1
A-1 =  . Adjoin. A
Det. A Det.a

A-1 = (1/21) . –9 3 6 = -9/21 3/21 6/21


14 -7 0 14/21 -7/21 0
-6 9 -3 -6/21 9/21 -3/21

42 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


PENYELESAIAN PERSAMAAN LINEAR SECARA SIMULTAN
Jika diketahui pesamaan linear sebagai berikut :
Persaman I ; a11x1 + a12x2 + a13x3 = y1
Persamaan II : a21x1 + a22x2 + a23x3 = y2
Persamaan III : a31x1 + a32x2 + a33x3 = y3
Dari ketiga persamaan tersebut dapat dibentuk persamaan dalam bentuk matrik
yaitu sebagai berikut :

a11 a12 a13 x1 y1 X=


a21 a22 a23 x x2 = y2 atau A.X = Y 1
a31 a32 a33 x3 y3 .Y  A 1 .Y
A

Contoh :
Jika diketahui tiga persamaan linear sebagai berikut :
Persamaan I : X1 + 3 X2 + 2X3 = 13
Persamaan II : 2X1 + 3X2 + 4X3 = 20
Persamaan III : 4X1 + 3X2 + X3 = 13
Dari data di atas , berapakah nilai X1, X2 dan X3 yang dapat memenuhi ketiga
persamaan tersebut.
Dari ketiga persamaan tersebut dapat dibentuk persamaan dalam bentuk matrik yaitu
sebagai berikut :
A X Y
1 3 2 x1 13
2 3 4 x x2 = 20 AX = Y X = A 1 .Y
4 3 1 x3 13

A-1 = (1/21) . –9 3 6 A-1 = -9/21 3/21 6/21


14 -7 0 14/21 -7/21 0
-6 9 -3 -6/21 9/21 -3/21

X = A 1 .Y atau A-1 . Y = X
-9/21 3/21 6/21 13 X1
14/21 -7/21 0 x 20 = X2
-6/21 9/21 -3/21 13 X3
X1 = (-9/21)(13) + (3/21)(20) + (6/21)(13) = -117/21 + 60/21 + 78/21 =21/21= 1

X2 = (14/21)(13) + (-7/21)(20) + (0)(13) = 182/21 – 140/21 + 0 = 42/21 = 2

X3 = (-6/21)(13) + (9/21)(20) + (-3/21)(13) = -78/21 + 180/21 – 39/21 = 3

43 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


PENYELESAIAN PERSAMAAN LINEAR SIMULTAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CRAMER
Jika diketahui tiga persamaan linear sebagai berikut :
Persamaan I : X1 + 3 X2 + 2X3 = 13
Persamaan II : 2X1 + 3X2 + 4X3 = 20
Persamaan III : 4X1 + 3X2 + X3 = 13
Dari data di atas , berapakah nilai X1, X2 dan X3 yang dapat memenuhi ketiga
persamaan tersebut.
Dari ketiga persamaan tersebut dapat dibentuk persamaan dalam bentuk matrik yaitu
sebagai berikut :
A X Y
1 3 2 x1 13
2 3 4 x x2 = 20 AX = Y
4 3 1 x3 13

Dengan metode Cramer nilai X1, X2 dan X3 dengan cara sebagai berikut :
Det. A1
X1 = Det.A1 adalah determinan yang berasal dari matrik A, dimana
Det. A
kolom pertama matrik A, unsur-unsurnya diganti dengan X 2 =
Det. A2
unsur –unsur matrik y.
Det. A
Det.A2 adalah determinan yang berasal dari matrik A, dimana
Det. A3
X3 = kolom kedua matrik A, unsur-unsurnya diganti dengan
Det. A
unsur –unsur matrik y.
De t.A3 adalah determinan yang berasal dari matrik A, dimana
kolom ketiga matrik A, unsur-unsurnya diganti dengan
unsur –unsur matrik y.
Contoh :
A X Y
1 3 2 x1 13
2 3 4 x x2 = 20 AX = Y
4 3 1 x3 13

A= 1 3 2 Det.A = 1.3.1 + 3.4.4 + 2.2.3 – 2.3.4 – 3.2.1 – 1.4.3


2 3 4 = 3 + 48 + 12 – 24 – 6 – 12 = 21
4 3 1

A1 = 13 3 2 Det.A1= 13.3.1 + 3.4.13 + 2.20.3 - 2.3.13 – 3.20.1- 13.4.3


20 3 4 = 39 + 156 + 120 – 78 – 60 – 156 = 21
Det. A.1 21
 1
13 3 1 X1= Det. A 21

44 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika


A2 = 1 13 2 Det.A2 = 1.20.1 + 13.4.4 + 2.2.13 – 2.20.4 – 13.2.1 – 1.4.13
2 20 4 = 20 + 208 + 52 – 160 – 26 – 52 = 42
Det. A2 42
4 13 1 X2 =  2
Det. A 21

A3 = 1 3 13 Det.A3 = 1.3.13 + 3.20.4 + 13.2.3 – 13.3.4 – 3.2.13 – 1.20.3


2 3 20 = 39 + 240 + 78 – 156 – 78 – 60 = 63
Det. A3 63
4 3 13 X3 =  3
Det. A 21

45 Modul Matrikulasi Mata Kuliah Matematika

Anda mungkin juga menyukai