Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

MODEL EKONOMI

2.1 PENDAHULUAN
Dalam dunia nyata suatu perekonomian hubungan antara variabel-
variabel ekonomi yang satu dengan lainnya sangat kompleks. Oleh
karena itu, untuk memudahkan hubungan antar variabel ini, maka
cara yang terbaik adalah memilih dari sekian banyak variabel
ekonomi yang sesuai dengan permasalahan ekonomi, kemudian kita
hubungkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel
ekonomi menjadi suatu bentuk hubungan yang sederhana dan relevan
dengan keadaan ekonomi yang ada. Penyederhanaan hubungan
antara variabel-variabel ekonomi ini sering kita disebut model
ekonomi, kerena hanya merupakan kerangka kasar dari dunia nyata
yang sesungguhnya.
Model ekonomi ini dapat berbentuk model matematika dan
non-matematika. Apabila berbentuk model matematika, maka akan
terdiri atas satu atau sekumpulan persamaan. Selanjutnya pesamaan
ini terdiri atas sejumlah variabel, konstanta, koefisien, dan/atau
parameter.
Pada bab ini akan dibicarakan mengenai: variabel, kosntanta,
koefisein, dan parameter, persamaan dan pertidaksamaan; sistem
bilangan nyata; konsep dan teori himpunan; relasi dan fungsi; serta
aturan-ataran pemangkatan dan pemfaktoran.

2.2 VARIABEL, KONSTANTA, KOEFISIEN, DAN


PARAMETER
Model-model matematika sering dinyatakan dengan sekompok tanda
atau simbol, masing-masing terdiri atas beberapa kombinasi variabel,
konstanta, koefisien, dan/atau parameter. Simbol-simbol ini
mewakili satu bilangan nyata atau sekelompok bilangan nyata.
Varaibel adalah sudatu yang nilainya dapat berubah-ubah
dalam suatu masalah tertentu. Variabel dalam matematika murni
sering dilambangkan dengan huruf terakhir dari abjad alfabet, tetapi
dalam matematika terapan (ekonomi) variabel sering dilambangkan
dengan huruf yang ada di depan nama variabel tersebut. Misalnya,
variabel yang digunakan dalam ekonomi adalah harga (price)=P,
Jumlah yang diminta/ditawarkan (quantity)=Q, biaya (cost)=C,
1
penerimaan (revenue)=R, investasi (investment)=I, tingkat bunga
(interest rate)=i, dan lain-lain.
Variabel dalam model ekonomi terdiri atas dua jenis yaitu:
variabel endogen dan variabel eksogen. Yang dimaksud dengan
variabel endogen adalah suatu variabel yang nilai penyelesaiannya
diperoleh dari dalam model, sedangkan variabel eksogen adalah
suatu varaibel yang nilai-nilainya diperoleh dari luar model, atau
sudah ditentukan berdasarkan data yang ada. Kemudian perlu diingat
bahwa suatu variael mungkin merupakan variabel endogen pada
suatu model dan mungkin juga merupakan variabel eksogen pada
model yang lainnya. Misalnya, dalam analisis penentuan harga dan
jumlah keseimbangan pasar suatu barang, maka variabel P
merupakan variabel endogen, karena nilai variabel P akan diperoleh
melalui penyelesaian di dalam model. Tetapi dalam rangka
penentuan pengeluaran konsumen, variabel p merupakan variabel
eksogen, karena variabel P merupakan data konsuen perorangan.
Untuk membedakan variabel endogen dan variabel eksogen
supaya tidak keliru, maka pada variabel endogen tidak diberi simbol
subscript 0, tetapi pada variabel eksogen diberi simbol subscript 0.
Sebagai contoh, P adalah variabel endogen, dan P 0 adalah variabel
eksogen, dan contoh lainnya misalnya, I=variabel endogen dan
I0=variabel eksogen, dan lain sebagainya.
Konstanta adalah suatu bilangan nyata tunggal yang nilainya
tidak berubah-ubah dalam suatu masalah tertentu. Konstanta ini sama
halnya dengan variabel eksogen, karena nilainya sudah tetap yang
berupa data.
Bila konstanta dengan variabel digabungkan menjadi satu,
misal 5R; 4P; atau 0,3C; maka angka konstanta yagn ada di depan
variabel disebut koefisien dari variabel tersebut. Dengan kata lain,
koefisien adalah angka pengali konstan terhadap variabelnya.
Sekarang kalau suatu konstanta yang digabungkan dengan
variabel, dimana konstanta tadi digantikan dengan suatu simbol a,
maka yang akan terjadi adalah aR, aP, atau aC. Simbol a ini
menyatakan suatu bilangan konstanta tertentu, tetapi belum
ditetapkan nilainya, maka nilai a bisa menunjukkan bilangan berapa
saja. Nilai a ini adalah suatu konstanta yang masih bersifat variabel,
yang kita sebut sebagai konstanta parameter atau yang lebih dikenal
dengan istilah parameter. Dengan demikian, parameter dapat
2
didefinisikan sebagai suatu nilai tertentu dalam suatu masalah
tertentu dan mungkin akan menjadi nilai yang lain pada suatu
masalah yang lainnya.
Parameter biasanya dilambangkan dengan huruf awal abjad
yunani atau Arab, misalnya , α, β, dan χ atau a,b, dan c. Halini tidak
lain untuk membedakan denganlambang variabel,sehingga kalau
digabungkan tidak akan memperoleh huruf yangsama. Perlu diingat
bahwa parameter ditulis dengan hruf kecil.

2.3 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN


Model-model matematika sering mencakup satu pernyataan atau
sekelompok pernyataan (statements) yang meliputi berbagai simbol
dari variabel-variabel dan konstanta-konstanta. Pernyataan-
pernyataan dalambentuk matematika dianggapa sebagai lambang-
lambang (ex-pressions). Jika suatu lambang mempunyai bagian-
bagian yang dipisahkan oleh tanda positif dan/atau negatif, bagian-
bagian ini secara individu disebut suku (terms). Faktor-faktor sering
disajikan dalam setiap suku. Faktor (factor) adalah satu dari pengali-
pengali yang dipisahkan dalam uatu hasil kali. Definisi-definisi ini
akan dijelaskan dengan contoh berikut ini:
Misalkan pernyataan matematika adalah,
3XYZ + XY – 5XZ
Pernyataan ini adalah suatu lambang yang terdiri atas dua bilangan
bulat 3 dan 5,dan tiga variabel yaitu: X, Y, dan Z. Suku-suku dalam
lambang adalah: +3XYZ, +XY,dan -5XZ.suku pertama mempunyai
empatfaktor,yaitu: +3,X, Y, dan Z. Suku kedua terdapat dua faktor,
yaitu: +X dan Y. Dan suku ke tida terdapat tiga faktor,yaitu:
-5,X,dan Z.
Lambang-lambang matematika di atas yang berupa variabel
dan konstanta sangatlah penting untuk membangun suatu model
matematika.namun untuk membuat model tersebut menjadi bearti
jika variabel-variabel dan/atau konstanta tersebut ditata sedemikian
rupa sehingga menajdi sutu persamaan atau pertidaksamaan.
Persamaan adalah suatu pernyataan bahwa dua lambang
adalah sama,sedangkan pertidaksamaan adalah suatu pernyataan
yang menyatakan bahwa dua lambang adalah tidak sama.persamaan
biasanya disimbolkan dengan tanda = (baca: “sama dengan”) dan

3
pertidaksamaan disimbolkan dengan tanda < (baca: “lebih kecil
dari”) atau > (baca: “lebih besar dari”).
Dalam matematika ekonomi dan bisnis terdapat tiga macam
persamaan, yaitu (1) persamaan definisi; (2) persamaan perilaku; (3)
kondisi keseimbangan. Ketiga persamaan ini akan diuraikan satu
demi satu.
(1) Persamaan definisi (identity),=) adalah suatu ebntuk kesamaan
di antara dua pernyataan yang mempunyai arti yang
sama.Sebagai contoh,pendapatan nasional bruto (Gross national
product-GNP) adalah penjumlahan dari pengeluaran konsumsi
(C), Investasi (I),pengeluaran pemerintah (G),dan ekspor neto
(X-M).secara matematis persamaan ini dapat ditulis menjadi,
GNP=C+I+G+(X-M)
Persamaan definisi (2.1) tidak boleh diartikan sebagai hubungan
fungsional 9lihat butir2). Dengan kata lain,kita tidak boleh
mengatakan bahwa GNP adalah fungsi dari konsumsi
(C),Investasi (I),pengelauran (G),ekspor (X), dan Impor (M).
Tetapi hanyalah merupakan suatu kesamaan,dimana jika ruas
kanan tanda sama dengan pada satu atau beberapa variabel
ditambah atau dikurangi dengan nilai tertentu misalnya
1.000,maka di ruas kiri tanda sama dengan pasti akan bertambah
atau berkurang nilainya sebesar 1.000.
(2) Periku (behavioral equation) adalah suatu persamaan yang
menunjukkan bahwa perubahan perilaku suatu variabel sebagai
akibat dari perubahan variabel lainnya yang ada hubungannya.
Persamaan ini dapat diterapkan pada perilaku manusia,
misalnya,perubahan perilaku pola konsumsi secara keseluruhan
sebagai akibat dari perubahan pendapatan Nasional, atau
perilaku bukan manusia, misal perubahan biaya total dari suatu
perusahaan sebagai akibat dari perubahan dalam jumlah
produksi. Persamaan perilaku ini selalu harus dibuat asumsi-
asumsi tertentu mengenai pola perilaku dari suatu variabel yang
diteliti. Untuk lebih jelas lihat dua fungsi biaya berikut ini:
TC=100+25Q
TC=150+Q
Dimana: TC=biaya total
Q=Jumlah produksi (output)

4
Perhatikan kedua persamaan di atas, jelas mempunyai bentuk
yang berbeda, sehingga kondisi produksi yang diasumsikan
berbeda.pada persamaan (2.2) biaya tetapadalah 100,sedangkan
pada persamaan (2.3) biaya tetap adalah 150. Kemudaian untuk
biaya variabel darikedua persamaan juga berbeda. Pada
persamaan (2.2) biaya variabel meningkat secara konstan
sebesar 25 apabila terjadi pertambahan 1 unit
produksi,sedangkan pada Persamaan (2.3) biaya variabel
meningkat secara progresif apabila terjadi pertambahan 1 unit
produksi.
(3) Kondisi keseimbangan adalah suatu persamaan yang
menggambarkan prasyarat untuk pencapaian keseimbangan
(equilibrium). Dua kondisi keseimbangan yang paling terkenal
dalambidang ilmuekonomi adalah:
Model kondisi keseimbangan pasar,
Qd=Qs (jumlah yang diminta = jumlah yang ditawarkan)
Model kondisi keseimbangan pendapatan rasional
S = I (tabungan = investasi)

2.4 SISTEM BILANGAN NYATA


Model matematika sering berbentuk persamaan. Selanjutnya
persamaan ini terdiri dari variabel-variabel dan/atau konstanta.
Variabel dan konstanta ini mempunyai nilai-nilai yang berupa
bilangan/angka. Oleh sebab itu, dalam subbab ini akan dibahas
mengenai sistem bilangan, dimana hanya mencakup bilangan nyata,
sedangkan bilangan lain, misalnya, bilangan imajiner tidak akan
dibahas karena kebanyakan analisis matematika yang diterapkan
dalam ilmu ekonomi menggunakan bilangan nyata.
Himpunan bilangan nyata meliputi dua jenis bilangan, yaitu
bilangan rasional, dan bilangan irrasional. Bilangan rasional dapat
dinyatakan sebagai perbandingan dari dua bilangan bulat. Sebagai
8 5
contoh dan . Sedangkan bilangan irrasional adalah bilangan yang
2 4
tidak dapat dinyatakan sebagai perbandingan dari dua bilangan bulat.
Sebagai contoh, akar pangkat 2 dari bilangan bulat 2 ( √ 2 ) atau akar
pangkat 2 dari bilangan bulat 3 ( √ 3 ).
Perbedaan antara bilangan rasional dan bilangan irrasional
hanya terletak pada setiap angka desimalnya (angka dibelakang
5
koma). Bilangan rasional adalah bilangan yang angka desimalnya
5
berakhir dengan nol atau berulang.Contoh, = 5,00 (berakhir dengan
1
1
nol), = 0,333... (berulang). Sedangkan, bilangan irrasional adalah
3
bilangan yang angka desimalnya tidak berakhir dengan nol atau tidak
berulang. Contoh, √ 2=1,41423....
Dari definisi bilangan rasional di atas, maka bilangan
rasional terdiri dari bilangan bulat (integer) dan bilangan pecah
(fraction). Karena bilangan bulat adalah perbandingan dari setiap
bilangan bulat n dengan bilangan bulat 1, sehingga akan
menghasilkan bilangan bulat n itu sendiri (n/1=n). Bilangan bulat ini
mencakup semua bilangan bulat positi, negatif, dan nol; sedangkan
bilangan pecah adalah bilangan yang terletak di antara bilangan bulat
baik bilangan positif maupun negatif (hanya desimal berakhir dan
berulang).

Bilangan
Nyata

Bilangan Bilangan
Rasional Irrasional

BBilangan Bilangan
Bulat Pecah

Bilangan Bilangan
Negatif Nol Positif

Gambar 2.1 Sistem Bilangan Nyata


6
Untuk lebih jelas lagi lihat Gambar 2.1 mengenai sistem
bilangan nyata. Pada gambar 2.1 bilangan nyata dikelompokkan
menjadi dua, yaitu; bilangan rasional dan bilangan irraional.
Seterusnya bilangan rasional dibagi lagi menjadi dua kelompok
yaitu: bilangan bulat dan bilangan pecah. Kemudian, bilangan bulat
dibagi pula menajdi tiga kelompok yaitu: bilangan positif, nol dan
negatif. Jadi, kesimpulannya sistem bilangn nyata meliputi semua
bilangan yang mempunyai desimal: berakhir, berulang dan tidak
berulang.

2.5 KONSEP DAN TEORI HIMPUNAN


Konsep himpunan adalah suatu konsep yang paling mendasar bagi
ilmu matematika modern pada umumnya dan di bidang ilmu
ekonomi pada khususnya. Karena dalam bidang ekonomi terutama
dalam hal pembentukan model kita harus menggunakan
sehimpunan/sekelompok data observasi dari lapangan.di samping itu
juga, konsep himpunan ini berguna dalam mempelajari konsep
sistem bilangan rasional dan irrasional. Jadi, penggunaan konsep
himpunan akan sering digunakan dalam analisis matematika, apakah
itu sekelompok data observasi dari lapangan, atau himpunan
penyelesaian dari nilai-nilai variabel dalam suatu model, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk
mempelajari mengenai konsep, definisi, dan penerapan-penerapan
dari teroi himpunan.

DEFINISI DAN PENULISAN HIMPUNAN


Dalam ilmu matematika, himpunan adalah kelompok dari objek-
objek yang berbeda. Objek-objek ini mungkin berupa kelompok
bilangan-bilangan atau sesuatu kelompok yang lainnya. Sebagai
contoh, seluruh manajer yang berpendapatan tertentu dari 15
perusahaan, atau sekelompok bilangan bulat yang teridri dari 1
sampai 5. Objek-objek dalam suatu himpunan disebut sebagai
elemen-elemennya.
Penulisan himpunan biasanya dilambangkan dengan suatu
huruf kapital, dan elemen-elemennya didaftarkan dalam tanda { }
(baca; kurung kurawal), dan elemen-elemennya dipisahkan dengan
tanda koma. Ada dua cara untuk menulis suatu himpunan, yaitu:
7
(1) Dengan cara mendaftarkan satu per satu. Sebagai contoh, S
adalah himpunan dari 5 bilangan bulat positif dari 1 sampai 5,
maka dapat ditulis menjadi,
S={1,2,3,4,5}
(2) Dengan cara deskriptif. Misalkan, B adalah suatu himpunan dari
semua bilangan bulat positif, maka untuk menulis elemen-
elemennya satu per satu sangat sulit. Oleh karena itu cara yang
terbaik untuk menulis adalah,
B={x|x bilangan bulat positif}

Pernyataan di atas, dibaca “B adalah himpunan seluruh


bilangan x, sedemikian rupa sehingga x adalah bilangan bulat
positif.” Pada penulisan deskriptif ini tanda garis vertikal kadang-
kadang boleh diganti dengan tanda titik dua (:). Tanda ini disisipkan
untuk memisahkan antara simbol elemen dengan simbol
uraian/deskriptif dari elemen. Sedangkan huruf x disini menyatakan
sembarang elemen dari himpunan.
Jika suatu himpunan yang mempunyai elemen-elemen
bilangan terbatas, maka dapat disebut himpunan terbatas (finite set),
sedangkan suatu himpunan yang mempunyai elemen-elemen
bilangan tidak terbatas disebut himpunan tak terbatas (infinite set).
Himpunan terbatas ini dapat dilihat pada contoh himpunan S,
sedangkan himpunan tak terbats dapat dilihat pada contoh himpunan
B di atas. Himpunan terbatas artinya elemen-elemennya dapat
dihitung satu per satu dalam suatu urutan, tetapi himpunan tak
terbatas elemen-elemennya mungkin dapat dihitung atau tidak dapat
dihitung. Elemen-elemen yang mungkin dapat dihitung misalnya,
himpunan D adalah seluruh bilangan bulat yang lebih besar dari 3
dan lebih besar 9, maka dapat ditulis menjadi,
D={x | 3 < x< 9}
Anggota dalam suatu himpunan dinyatakan dengan simbol 
(epsilon) dan dibaca “suatu elemen dari atau anggota dari,” sehingga
untuk menunjukkan bahwa suatu elemen tertentu x adalah anggota
dari suatu himpunan S dapat ditulis,
xS
Dan jika suatu elemen y bukan anggota dari suatu himpunan S, maka
dapat ditulis,
yS
8
Bila simbol R menyatakan himpunan dari seluruh bilangan
nyata, dan “ x adalah suatu bilangan nyata,’ maka dapat ditulis,
xR

HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN


Dua himpunan adalah sama jika setiap setiap elemen dari dua
himpunan adalah sama.
Contoh 2.1
Jika A={3,5,6,4} dan b={6,5,4,3}
Maka A dan B dikatakan sama (A=B). Perlu diingat bahwa letak
elemen tidak mesti sama. Tetapi, jika salah satu (atau lebih)
elemennya berbeda, maka kedua himpunan tersebut tidak sama.
Himpunan bagian (subset) dilambangkan dengan notasi 
(dibaca: “himpunan bagian dari”). Bila himpunan B adalah suatu
himpunan bagian dari A jika dan hanya jika setiap elemen dari B
juga merupakan elemen dari A. Sebagai contoh, dua himpunan dari
bilangan bulat berikut ini:
A= {1,2,3,4,5} dan B={3,4,5}
Maka B  A (baca: B himpunan bagian dari A). Penulisan ini dapat
juga ditulis dalam cara yang lain yaitu A  (A termasuk B).
Banyaknya himpunan bagian yang dpat dibentuk dari n
elemen dalam suatu himpunan S adalah sebanyak 2 n himpunan
bagian.

HIMPUNAN KHUSUS
Himpunan semesta (universal) adalah himpunan yang berisikan
semua elemen-elemen yang sesuai untuk suatu masalah tertentu.
Himpunan universal ini biasanya dilambangkan dengan U.
Komplemen (complement) dari suatu himpunan adalah
himpunan dari seluruh elemen-elemen dalam himpunan universal
yang bukan elemen atau anggota dari suatu himpunan tertentu yang
sudah didefinisikan. Komplemen dari himpunan S dilambangkan
dengan S’ atau Sc.
Himpunan yang tidak berisi elemen satupun disebut
himpunan kosong (empty set) atau himpunan nol (null set).
Himpunan kosong ini dilambangkan dengan  atau {}. Perlu
diperhatikan bahwa himpunan kosong, {}, berbeda dengan himpunan
yang berisi elemen nol,{0}. Himpunan kosong ini adalah istimewa,
9
karena himpunan ini adalah suatu himpunan bagian (subset) dari
setiap himpunan yang mungkin.

OPERASI HIMPUNAN
Operasi himpunan berbeda dengan operasi bilangan biasa. Karena
operasi matematis untuk bilangan biasa misalnya, menambah,
mengurangi, mengali, membagi, dan lain sebagainya. Tetapi operasi
himpunan adalah meliputi: gabungan (union), irisan (inter-section),
dan komplemen (complement). Ketiga operasi himpunan ini akan
dibahas satu demi satu.
Gabungan (union) dari dua himpunan A dan B adalah suatu
himpunan baru yang berisikan elemen-elemen baik yang dimiliki
oleh A maupun B. Definisi ini juga dapat diperluas mencakup
gabungan yang lebih dari dua himpunan. Himpunan gabungan diberi
simbol A  B (dibaca: “A gabungan B”).
Contoh 2.2
Jika A= {1,3,5,7} dan B={2,4,6,8}
Maka A  B = {1,2,3,4,5,6,7,8}
Irisan (intersection) dari dua himpunan A dan B adalah suatu
himpunan baru yang berisikan elemen-elemen milik A dan
B.Himpunan irisan ini diberi simbol A  B (dibaca: “A irisan B”).
Contoh 2.3
Jika A= {1,3,5,7} dan B={3,5,6,8}
Maka A  B = {3,5}
Contoh 2.4
Jika C= {-1,-3,-5} dan D={2,4,6}
Maka C  D =  = { }
Himpunan C dan himpunan D adalah terputus (disjoint),
sehingga irisannya adalah himpunan kosong. Disjoint adalah
hubungan dua himpunan yang masing-masing elemennya tidak sama.
Tanda gabungan  dan irisan  masing-masing mempunyai
arti “atau” dan “dan”. Untuk jelasnya, perhatikan definisi
“gabungan” dan “irisan” berikut ini:
Gabungan : A  B = {x | x  A atau x  B}
Irisan : A  B = {x | x  A dan x  B}
Komplemen dari himpunan A adalah seluruh elemen atau
anggota dalam himpunan universal U yang tidak ada dalam
himpunan A. Komplemen dari himpunan A diberi simbol A’ atau A c.
10
Jadi,untuk mengetahui komplemen dari himpunan A harus diketahui
dahulu himpunan universal U. Definisi komplemen ini adalah,
Ac = {x | x  U dan x  A}
Simbol komplemen sebenarnya berartikan “tidak atau bukan”.
Ketiga macam operasi himpunan ini supaya lebih jelas
pemahamannya, maka akan disajikan dalambentuk diagram yang
dikenal dengan nama diagram Vent. Diagram ini ditunjukkan pada
gambar 2.2.

(a)

Gabungan
(b) Irisan

(c) Komplemen

2.6 ATURAN PEMANGKATAN DAN PEMFAKTORAN


PEMANGKATAN
Sering satu variabel, konstanta, atau suku dapat dipangkatkan dengan
suatu bilangan nyata. Misalnya, X3 atau 52 atau (X2 + Y2). Bilangan
nyata yang menajdi pangkat tersebut adalah bilangan nyata yang
terdiri dari: bilangan bulat positif atau negatif; bilangan pecah positif
atau negatif; dan bilangan nol.

11
Aturan dalam operasi pemangkatan berbeda dengan aturan-
aturan dalam operasi matematika lainnya (misalnya, penjumlahan
atau pengurangan; perkalian atau pembagian). Oleh karena itu, disini
akan dibahas mengenai definisi dan cara-cara perhitungannya serta
aturan pemangkatan.
Pangkat dalam aljabar digunakan untuk menunjukkan bahwa
suatu variabel atau konstanta dikalikan dengan variabel atau
konstanta itu sendiri dan perkaliannya tergantung pada bilangan yang
menjadi pangkatnya. Jika variabel X adalah bilangan nyata yang
akan dipangkatkan, dan n adalah bilangan bulat positif sebagai
pemangkat, maka pangkat (exponent) dapat didefinisikan secara
umum,
Xn = X1 . X2 . X3 . ... . Xn
n suku

Jadi, misalnya X = X . X . X . X atau contoh lain, misalnya 5 3=5.5.5.


4

Lebih jauh lagi, jika X adalah bilangan nyata dan n adalah suatu
bilangan bulat negatif, maka pangkat negatif akan berlaku menjadi,
1 1
X-n = n =
X X1 . X 2… X n
Jika n = 0, maka dapat didefinisikan,
X0=1
Selanjutnya, jika X adalah bilangan nyata dan n adalah bilangan
pecah positif. Misalnya 2/3, maka dapat didefinsikan,
X2/3=√3 X 2
Dimana tanda √ disebut tanda akar. Jadi, tanda akar (√ ¿ digunakan
untuk pangkat bilangan pecah. Secara umum bentuk ini dapat ditulis,
Xm/n=√n X m =(√n X )m
dimana: x = Bilangan nyata
m dan n = Bilangan bulat positif
Seterusnya, bila m =1 dan n adalah bilangan bulat positif yang lebih
besar satu, maka akan menjadi akar pangkat ke-n dari X atau
X1/n=√n X
Jadi, misalnya X1/3, maka akan menjadi akar pangkat 3 dari X atau
√3 X ; X1/2 adalah akar pangkat 2 dari X atau √ X ; dan lain sebagainya.
Perhatikan untuk akar pangkat 2, indeks 2 tidak ditulis.
Selain pangkat pecahan yang positif, ada pula pangkat
pecahan yang negatif, dan ini dapat ditulis,
12
X –m/n dimana m dan n adalah bilangan bulat positif, sehingga bentuk
ini akan menjadi,
1 1 1
-m/n
X = m = n m= n m
Xn √X (√ X )
Berikut ini beberapa contoh dari definisi pangkat dan cara
perhitungannya.
Contoh 2.5
1281/7 =√7 128 = 2
1281/2 =√ 25= 5
3
813/2 =√2 81=( √81 ) = 93 = 729
3
82/3 =√ 82=( √3 64 )= 4
1 1
16-1/4 = 4 =
√ 16 2
ATURAN-ATURAN PANGKAT
Berdasarkan definisi di atas, maka pangkat akan mengikuti aturan-
aturan seperti yang akan disajikan berikut ini. tetapi, sebelum aturan-
aturan ini dirumuskan, diasumsikan bahwa m dan n adalah bilangan
bulat positif, dan x dan Y adalah bilangan nyata positif.
Aturan 1. Xm . Xn = Xm+n
Contoh: 34 . 32 = 36 = 729

Xm
Aturan 2. = Xm-n dimana (X≠0)
Xn
45
Contoh: 2 = 45-2 = 43 = 64
4

n Xm
Aturan 3. ( X m) = = X.m.n
Xn
4
Contoh: ( 23 ) = 212 = 4.096

Aturan 4. ( X . Y )n = Xn . Yn.
2
Contoh: ( ( 3 ) ( 4) ) = 32 . 42 = (9)(16) = 144

13
n
X n X
Aturan 5. ( )
Y
= n dimana X ≠0
Y
2
2
3 3 9
Contoh: ()
5
= 2=
5 25
= 0,36

Aturan 6. X1/n = √n X akar pangkat n dari X


Contoh: 271/3 = √3 27= 3
Aturan 7. Xm/n = √n X m
Contoh: 82/3 = √3 82= 4

1
Aturan 8. X-n = = dimana (X≠0)
Xn
1 1
Contoh: 5-4 = 4 =
5 625

KASUS KHUSUS UNTUK ATURAN PANGKAT


Suatu bilangan nyata jika dipangkatkan dengan bilangan 1, maka
akan menghasilkan bilangan nyata itu sendiri.
Aturan 9. X1 = X
Contoh: 71 = 7

Suatu bilangan nyata selain nol jika dipangkatkan dengan bilangan


nol,maka akan menghasilkan nilai 1.
Aturan 10. X0 = 1 dimana (X≠0)
Contoh: 90 = 1

Bilangan satu jika dipangkatkan dengan suatu bilangan nyata apa


saja,maka akan menghasilkan bilangan satu itu sendiri.
Aturan 11. 1n = 1 dimana (X≠0)
Contoh: 16 = 1

PEMFAKTORAN
Faktor adalah satu di antara pengali-pengali yang terpisah dalam
suatu hasil kali. Misalnya, pernyataan matematika yang berbentuk
ab + ac, maka dapat difaktorkan menjadi a(b + c ). Jadi, dengan kata
lain pemfaktoran dapat ditulis,
14
ab + ac = a(b + c)
Proses pemfaktoran dimulai dengan cara mencari nilai-nilai
bersama pada suatu pernyataan matematika (seperti: ab + ac)
kemudian menuliskannya kembali sebagai suatu hasil kali dari
faktor-faktornya [a dan (b + c)]. Pemfaktoran ini adalah suatu teknik
yang digunakan untuk menyederhanakan pernyataan-pernyataan
matematika dan pemecahan masalah lainnya dalam operasi
matematika.
Bila suatu kelompok suku mempunyai satu faktor bersama
(seperti yang ditunjukkan oleh a di atas pada suku ab dan ac), proses
pembentukan suku-suku ini ke dalam faktor-faktor dianggap sebagai
pemfaktoran monomial (monomial factoring). Sebagai contoh
misalnya,

Contoh 2.6
Faktorkanlah 2Y3 – 3XY2 + 4Y
Faktor bersama pada pernyataan matematika di atas adalah Y
dalam setiap suku. Pemfaktoran monomial dari pernyataan
matematika ini dapat dituliskan secara lengkap dengan menuliskan
hasil kali dari faktor bersama Y dan pernyataan matematika yang
mencakup semua suku-suku yang tersisa. Jadi, faktor-faktor ini
adalah,
2Y3 – 3XY2 + 4Y = Y(2Y2 – 3XY + 4)
Kebenaran matematika untuk operasi ini adalah hukum distribusi
dari bilangan-bilangan nyata.
Apabila suatu pernyataan matematika mempunyai dua faktor
bersama, prosedur yang digunakan untuk memperoleh faktor-faktor
ini disebut pemfaktoran binomial (binomial factoring). Pencarian
faktor-faktor binomial adalah suatu teknik yang digunakan pada
analisis matematika. Sebagai contoh, misalnya,

Contoh 2.7
Faktorkanlah Y=X2 – 9X + 20
Untuk mendapatkan faktor-faktor dari pernyataan matematika ini,
dua bilangan yang tidak diketahui a dan b dapat digunakan untuk
membentuk dua faktor tersebut, sebagai berikut,
Y = (X + a)(X + b)
Perluasan di antara dua faktor baru ini menghasilkan
15
Y = X2 + (a + b)X + ab
Sebagaimana yang diterapkan dalam contoh ini, diasumsikan bahwa
(a + b) adalah koefisien dari X (itu adalah -9) dan ab adalah nilai dari
suku konstanta 20. Jadi,
a+b=–9
ab = 20
prosedur ini membantu untuk menuntun proses penyelesaian
sebagaimana penetapannya suatu pola untuk msaing-masing faktor.
Akan tetapi, nilai-nilai numerik yang khusus untuk a dan b diperoleh
dengan cara mencoba-coba (trial and error). Dalam kasus ini,
a=–4
b=–5
menghasilkan nilai-nilai yang cocok dengan X 2 – 9X+20. Penetapan
dari nilai-nilai numerik -4 dan -5 untuk a dan b tidak mengubah hasil
akhir dari pemfaktoran. dengan demikian, faktor-faktor untuk
pernyataan matematika ini adalah,
Y = X2 – 9 + 20 = (X – 4) (X – 5) atau
Y = X2 – 9 + 20 = (X – 5) (X – 4)
Hasil kali (X – 5)(X – 4) atau (X – 4)(X – 5) dihitung sebagai
pemeriksaaan (pengecekan) untuk menentukan apakah sama dengan
pernyataan matematika yang mula-mula. Karena nilai-nilai untuk a
dan b sering diperoleh melalui metode coba-coba, sehingga jelas
bahwa faktor-faktor ini tidak selalu secara mudah diidentifikasi.
Contoh-contoh berikut ini akan disajikan beberapa jenis
pemfaktoran binomial yang agak lebih sulit, Misalnya,

Contoh 2.8
Faktorkanlah Y = 8X2 + 26X +15
Dalam kasus ini, pernyataan matematika ini dapat dinyatakan
kembali dengan penggunaan faktor-faktor berikut ini;
Y = (aX + c)(bX + d)
Perluasan dari kedua faktor ini menghasilkan
Y = abX2 + (ad + cb)X + cd
Kebanyakan, persoalan seperti di atas, memerlukan penemuan nilai-
nilai a, b, c, dan d. Untuk menentukan nilai-nilai terebut harus
digunakan metode coba-coba. Dalam kasus ini,
a=4; b=2; c=3; dan d=5
Jadi, faktor-faktornya adalah sebagai berikut:
16
Y = (4X + 3)(2X + 5)
Hasil ini adalah benar karena perkalian dua faktor ini akan
menghasilkan seperti pernyataan matematika semula, yaitu:
Y = 8X2 + 26X + 15
Suatu pernyataan matematika yang bentuk umumnya X 2 – b,
dimana b adalah kuadarat dari suatu bilangan nyata, dianggap
sebagai perbedaaan diantara dua kuadrat (difference of two squares).
Berikut ini contoh dan sekaligus penjelasan pemfaktorannya.

Contoh 2.9
Faktorkanlah Y = X2 – 25
Faktor-faktor dari pernyataan matematika ini, diperoleh
dengan cara mencoba-coba adalah,
(X + 5)(X – 5)
Lihat bahwa X2 adalah kuadrat dari X dan 25 adalah kuadrat
dari 5. Jika X dari 5 dimisalkan sebagai bilangan nyata, itu dapat
dikatakan bahwa perbedaan diantara kuadrat dari dua bilangan
adalah hasil kali dari jumlah dan perbedaan dari bilangan-bilangan
itu.
Gagasan-gagasan ini dapat diperluas untuk jumlah dan
perbedaan di antara dua suku yang berpangkat tiga, misalnya,

Contoh 2.10
Faktorkanlah X3+27
Dalam kasus ini, aturan pemfaktoran jumlah di antara dua
suku berpangkat tiga adalah sebagai berikut:
X3 + a3 = (X + a)(X2 – aX + a2)
Untuk contoh ini,a=3 dan hasil pemfaktorannya adalah;
X3 + 27 = (X + 3)(X2 – 3X + 9)
Sekali lagi,perkalian di antara faktor-faktor akan menghasilkan
X3+27.

Contoh 2.11
Faktorkanlah X3-64
Dalam kasus ini, atauran untuk pemfaktoran perbedaaan
antara dua suku berpangkat tiga adalah menggunakan rumus:
17
X3 – a3 = (X – a)(X2 + aX + a2)
Dalam contoh ini, a = 4, sehingga hasil pemfaktorannya adalah:
X3 – 64 = (X – 4)(X2 + 4X + 162)
Perkalian dari faktor-faktor ini akan menghasilkan X 3 – 64.

18

Anda mungkin juga menyukai