MODEL EKONOMI
2.1 PENDAHULUAN
Dalam dunia nyata suatu perekonomian hubungan antara variabel-
variabel ekonomi yang satu dengan lainnya sangat kompleks. Oleh
karena itu, untuk memudahkan hubungan antar variabel ini, maka
cara yang terbaik adalah memilih dari sekian banyak variabel
ekonomi yang sesuai dengan permasalahan ekonomi, kemudian kita
hubungkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel
ekonomi menjadi suatu bentuk hubungan yang sederhana dan relevan
dengan keadaan ekonomi yang ada. Penyederhanaan hubungan
antara variabel-variabel ekonomi ini sering kita disebut model
ekonomi, kerena hanya merupakan kerangka kasar dari dunia nyata
yang sesungguhnya.
Model ekonomi ini dapat berbentuk model matematika dan
non-matematika. Apabila berbentuk model matematika, maka akan
terdiri atas satu atau sekumpulan persamaan. Selanjutnya pesamaan
ini terdiri atas sejumlah variabel, konstanta, koefisien, dan/atau
parameter.
Pada bab ini akan dibicarakan mengenai: variabel, kosntanta,
koefisein, dan parameter, persamaan dan pertidaksamaan; sistem
bilangan nyata; konsep dan teori himpunan; relasi dan fungsi; serta
aturan-ataran pemangkatan dan pemfaktoran.
3
pertidaksamaan disimbolkan dengan tanda < (baca: “lebih kecil
dari”) atau > (baca: “lebih besar dari”).
Dalam matematika ekonomi dan bisnis terdapat tiga macam
persamaan, yaitu (1) persamaan definisi; (2) persamaan perilaku; (3)
kondisi keseimbangan. Ketiga persamaan ini akan diuraikan satu
demi satu.
(1) Persamaan definisi (identity),=) adalah suatu ebntuk kesamaan
di antara dua pernyataan yang mempunyai arti yang
sama.Sebagai contoh,pendapatan nasional bruto (Gross national
product-GNP) adalah penjumlahan dari pengeluaran konsumsi
(C), Investasi (I),pengeluaran pemerintah (G),dan ekspor neto
(X-M).secara matematis persamaan ini dapat ditulis menjadi,
GNP=C+I+G+(X-M)
Persamaan definisi (2.1) tidak boleh diartikan sebagai hubungan
fungsional 9lihat butir2). Dengan kata lain,kita tidak boleh
mengatakan bahwa GNP adalah fungsi dari konsumsi
(C),Investasi (I),pengelauran (G),ekspor (X), dan Impor (M).
Tetapi hanyalah merupakan suatu kesamaan,dimana jika ruas
kanan tanda sama dengan pada satu atau beberapa variabel
ditambah atau dikurangi dengan nilai tertentu misalnya
1.000,maka di ruas kiri tanda sama dengan pasti akan bertambah
atau berkurang nilainya sebesar 1.000.
(2) Periku (behavioral equation) adalah suatu persamaan yang
menunjukkan bahwa perubahan perilaku suatu variabel sebagai
akibat dari perubahan variabel lainnya yang ada hubungannya.
Persamaan ini dapat diterapkan pada perilaku manusia,
misalnya,perubahan perilaku pola konsumsi secara keseluruhan
sebagai akibat dari perubahan pendapatan Nasional, atau
perilaku bukan manusia, misal perubahan biaya total dari suatu
perusahaan sebagai akibat dari perubahan dalam jumlah
produksi. Persamaan perilaku ini selalu harus dibuat asumsi-
asumsi tertentu mengenai pola perilaku dari suatu variabel yang
diteliti. Untuk lebih jelas lihat dua fungsi biaya berikut ini:
TC=100+25Q
TC=150+Q
Dimana: TC=biaya total
Q=Jumlah produksi (output)
4
Perhatikan kedua persamaan di atas, jelas mempunyai bentuk
yang berbeda, sehingga kondisi produksi yang diasumsikan
berbeda.pada persamaan (2.2) biaya tetapadalah 100,sedangkan
pada persamaan (2.3) biaya tetap adalah 150. Kemudaian untuk
biaya variabel darikedua persamaan juga berbeda. Pada
persamaan (2.2) biaya variabel meningkat secara konstan
sebesar 25 apabila terjadi pertambahan 1 unit
produksi,sedangkan pada Persamaan (2.3) biaya variabel
meningkat secara progresif apabila terjadi pertambahan 1 unit
produksi.
(3) Kondisi keseimbangan adalah suatu persamaan yang
menggambarkan prasyarat untuk pencapaian keseimbangan
(equilibrium). Dua kondisi keseimbangan yang paling terkenal
dalambidang ilmuekonomi adalah:
Model kondisi keseimbangan pasar,
Qd=Qs (jumlah yang diminta = jumlah yang ditawarkan)
Model kondisi keseimbangan pendapatan rasional
S = I (tabungan = investasi)
Bilangan
Nyata
Bilangan Bilangan
Rasional Irrasional
BBilangan Bilangan
Bulat Pecah
Bilangan Bilangan
Negatif Nol Positif
HIMPUNAN KHUSUS
Himpunan semesta (universal) adalah himpunan yang berisikan
semua elemen-elemen yang sesuai untuk suatu masalah tertentu.
Himpunan universal ini biasanya dilambangkan dengan U.
Komplemen (complement) dari suatu himpunan adalah
himpunan dari seluruh elemen-elemen dalam himpunan universal
yang bukan elemen atau anggota dari suatu himpunan tertentu yang
sudah didefinisikan. Komplemen dari himpunan S dilambangkan
dengan S’ atau Sc.
Himpunan yang tidak berisi elemen satupun disebut
himpunan kosong (empty set) atau himpunan nol (null set).
Himpunan kosong ini dilambangkan dengan atau {}. Perlu
diperhatikan bahwa himpunan kosong, {}, berbeda dengan himpunan
yang berisi elemen nol,{0}. Himpunan kosong ini adalah istimewa,
9
karena himpunan ini adalah suatu himpunan bagian (subset) dari
setiap himpunan yang mungkin.
OPERASI HIMPUNAN
Operasi himpunan berbeda dengan operasi bilangan biasa. Karena
operasi matematis untuk bilangan biasa misalnya, menambah,
mengurangi, mengali, membagi, dan lain sebagainya. Tetapi operasi
himpunan adalah meliputi: gabungan (union), irisan (inter-section),
dan komplemen (complement). Ketiga operasi himpunan ini akan
dibahas satu demi satu.
Gabungan (union) dari dua himpunan A dan B adalah suatu
himpunan baru yang berisikan elemen-elemen baik yang dimiliki
oleh A maupun B. Definisi ini juga dapat diperluas mencakup
gabungan yang lebih dari dua himpunan. Himpunan gabungan diberi
simbol A B (dibaca: “A gabungan B”).
Contoh 2.2
Jika A= {1,3,5,7} dan B={2,4,6,8}
Maka A B = {1,2,3,4,5,6,7,8}
Irisan (intersection) dari dua himpunan A dan B adalah suatu
himpunan baru yang berisikan elemen-elemen milik A dan
B.Himpunan irisan ini diberi simbol A B (dibaca: “A irisan B”).
Contoh 2.3
Jika A= {1,3,5,7} dan B={3,5,6,8}
Maka A B = {3,5}
Contoh 2.4
Jika C= {-1,-3,-5} dan D={2,4,6}
Maka C D = = { }
Himpunan C dan himpunan D adalah terputus (disjoint),
sehingga irisannya adalah himpunan kosong. Disjoint adalah
hubungan dua himpunan yang masing-masing elemennya tidak sama.
Tanda gabungan dan irisan masing-masing mempunyai
arti “atau” dan “dan”. Untuk jelasnya, perhatikan definisi
“gabungan” dan “irisan” berikut ini:
Gabungan : A B = {x | x A atau x B}
Irisan : A B = {x | x A dan x B}
Komplemen dari himpunan A adalah seluruh elemen atau
anggota dalam himpunan universal U yang tidak ada dalam
himpunan A. Komplemen dari himpunan A diberi simbol A’ atau A c.
10
Jadi,untuk mengetahui komplemen dari himpunan A harus diketahui
dahulu himpunan universal U. Definisi komplemen ini adalah,
Ac = {x | x U dan x A}
Simbol komplemen sebenarnya berartikan “tidak atau bukan”.
Ketiga macam operasi himpunan ini supaya lebih jelas
pemahamannya, maka akan disajikan dalambentuk diagram yang
dikenal dengan nama diagram Vent. Diagram ini ditunjukkan pada
gambar 2.2.
(a)
Gabungan
(b) Irisan
(c) Komplemen
11
Aturan dalam operasi pemangkatan berbeda dengan aturan-
aturan dalam operasi matematika lainnya (misalnya, penjumlahan
atau pengurangan; perkalian atau pembagian). Oleh karena itu, disini
akan dibahas mengenai definisi dan cara-cara perhitungannya serta
aturan pemangkatan.
Pangkat dalam aljabar digunakan untuk menunjukkan bahwa
suatu variabel atau konstanta dikalikan dengan variabel atau
konstanta itu sendiri dan perkaliannya tergantung pada bilangan yang
menjadi pangkatnya. Jika variabel X adalah bilangan nyata yang
akan dipangkatkan, dan n adalah bilangan bulat positif sebagai
pemangkat, maka pangkat (exponent) dapat didefinisikan secara
umum,
Xn = X1 . X2 . X3 . ... . Xn
n suku
Lebih jauh lagi, jika X adalah bilangan nyata dan n adalah suatu
bilangan bulat negatif, maka pangkat negatif akan berlaku menjadi,
1 1
X-n = n =
X X1 . X 2… X n
Jika n = 0, maka dapat didefinisikan,
X0=1
Selanjutnya, jika X adalah bilangan nyata dan n adalah bilangan
pecah positif. Misalnya 2/3, maka dapat didefinsikan,
X2/3=√3 X 2
Dimana tanda √ disebut tanda akar. Jadi, tanda akar (√ ¿ digunakan
untuk pangkat bilangan pecah. Secara umum bentuk ini dapat ditulis,
Xm/n=√n X m =(√n X )m
dimana: x = Bilangan nyata
m dan n = Bilangan bulat positif
Seterusnya, bila m =1 dan n adalah bilangan bulat positif yang lebih
besar satu, maka akan menjadi akar pangkat ke-n dari X atau
X1/n=√n X
Jadi, misalnya X1/3, maka akan menjadi akar pangkat 3 dari X atau
√3 X ; X1/2 adalah akar pangkat 2 dari X atau √ X ; dan lain sebagainya.
Perhatikan untuk akar pangkat 2, indeks 2 tidak ditulis.
Selain pangkat pecahan yang positif, ada pula pangkat
pecahan yang negatif, dan ini dapat ditulis,
12
X –m/n dimana m dan n adalah bilangan bulat positif, sehingga bentuk
ini akan menjadi,
1 1 1
-m/n
X = m = n m= n m
Xn √X (√ X )
Berikut ini beberapa contoh dari definisi pangkat dan cara
perhitungannya.
Contoh 2.5
1281/7 =√7 128 = 2
1281/2 =√ 25= 5
3
813/2 =√2 81=( √81 ) = 93 = 729
3
82/3 =√ 82=( √3 64 )= 4
1 1
16-1/4 = 4 =
√ 16 2
ATURAN-ATURAN PANGKAT
Berdasarkan definisi di atas, maka pangkat akan mengikuti aturan-
aturan seperti yang akan disajikan berikut ini. tetapi, sebelum aturan-
aturan ini dirumuskan, diasumsikan bahwa m dan n adalah bilangan
bulat positif, dan x dan Y adalah bilangan nyata positif.
Aturan 1. Xm . Xn = Xm+n
Contoh: 34 . 32 = 36 = 729
Xm
Aturan 2. = Xm-n dimana (X≠0)
Xn
45
Contoh: 2 = 45-2 = 43 = 64
4
n Xm
Aturan 3. ( X m) = = X.m.n
Xn
4
Contoh: ( 23 ) = 212 = 4.096
Aturan 4. ( X . Y )n = Xn . Yn.
2
Contoh: ( ( 3 ) ( 4) ) = 32 . 42 = (9)(16) = 144
13
n
X n X
Aturan 5. ( )
Y
= n dimana X ≠0
Y
2
2
3 3 9
Contoh: ()
5
= 2=
5 25
= 0,36
1
Aturan 8. X-n = = dimana (X≠0)
Xn
1 1
Contoh: 5-4 = 4 =
5 625
PEMFAKTORAN
Faktor adalah satu di antara pengali-pengali yang terpisah dalam
suatu hasil kali. Misalnya, pernyataan matematika yang berbentuk
ab + ac, maka dapat difaktorkan menjadi a(b + c ). Jadi, dengan kata
lain pemfaktoran dapat ditulis,
14
ab + ac = a(b + c)
Proses pemfaktoran dimulai dengan cara mencari nilai-nilai
bersama pada suatu pernyataan matematika (seperti: ab + ac)
kemudian menuliskannya kembali sebagai suatu hasil kali dari
faktor-faktornya [a dan (b + c)]. Pemfaktoran ini adalah suatu teknik
yang digunakan untuk menyederhanakan pernyataan-pernyataan
matematika dan pemecahan masalah lainnya dalam operasi
matematika.
Bila suatu kelompok suku mempunyai satu faktor bersama
(seperti yang ditunjukkan oleh a di atas pada suku ab dan ac), proses
pembentukan suku-suku ini ke dalam faktor-faktor dianggap sebagai
pemfaktoran monomial (monomial factoring). Sebagai contoh
misalnya,
Contoh 2.6
Faktorkanlah 2Y3 – 3XY2 + 4Y
Faktor bersama pada pernyataan matematika di atas adalah Y
dalam setiap suku. Pemfaktoran monomial dari pernyataan
matematika ini dapat dituliskan secara lengkap dengan menuliskan
hasil kali dari faktor bersama Y dan pernyataan matematika yang
mencakup semua suku-suku yang tersisa. Jadi, faktor-faktor ini
adalah,
2Y3 – 3XY2 + 4Y = Y(2Y2 – 3XY + 4)
Kebenaran matematika untuk operasi ini adalah hukum distribusi
dari bilangan-bilangan nyata.
Apabila suatu pernyataan matematika mempunyai dua faktor
bersama, prosedur yang digunakan untuk memperoleh faktor-faktor
ini disebut pemfaktoran binomial (binomial factoring). Pencarian
faktor-faktor binomial adalah suatu teknik yang digunakan pada
analisis matematika. Sebagai contoh, misalnya,
Contoh 2.7
Faktorkanlah Y=X2 – 9X + 20
Untuk mendapatkan faktor-faktor dari pernyataan matematika ini,
dua bilangan yang tidak diketahui a dan b dapat digunakan untuk
membentuk dua faktor tersebut, sebagai berikut,
Y = (X + a)(X + b)
Perluasan di antara dua faktor baru ini menghasilkan
15
Y = X2 + (a + b)X + ab
Sebagaimana yang diterapkan dalam contoh ini, diasumsikan bahwa
(a + b) adalah koefisien dari X (itu adalah -9) dan ab adalah nilai dari
suku konstanta 20. Jadi,
a+b=–9
ab = 20
prosedur ini membantu untuk menuntun proses penyelesaian
sebagaimana penetapannya suatu pola untuk msaing-masing faktor.
Akan tetapi, nilai-nilai numerik yang khusus untuk a dan b diperoleh
dengan cara mencoba-coba (trial and error). Dalam kasus ini,
a=–4
b=–5
menghasilkan nilai-nilai yang cocok dengan X 2 – 9X+20. Penetapan
dari nilai-nilai numerik -4 dan -5 untuk a dan b tidak mengubah hasil
akhir dari pemfaktoran. dengan demikian, faktor-faktor untuk
pernyataan matematika ini adalah,
Y = X2 – 9 + 20 = (X – 4) (X – 5) atau
Y = X2 – 9 + 20 = (X – 5) (X – 4)
Hasil kali (X – 5)(X – 4) atau (X – 4)(X – 5) dihitung sebagai
pemeriksaaan (pengecekan) untuk menentukan apakah sama dengan
pernyataan matematika yang mula-mula. Karena nilai-nilai untuk a
dan b sering diperoleh melalui metode coba-coba, sehingga jelas
bahwa faktor-faktor ini tidak selalu secara mudah diidentifikasi.
Contoh-contoh berikut ini akan disajikan beberapa jenis
pemfaktoran binomial yang agak lebih sulit, Misalnya,
Contoh 2.8
Faktorkanlah Y = 8X2 + 26X +15
Dalam kasus ini, pernyataan matematika ini dapat dinyatakan
kembali dengan penggunaan faktor-faktor berikut ini;
Y = (aX + c)(bX + d)
Perluasan dari kedua faktor ini menghasilkan
Y = abX2 + (ad + cb)X + cd
Kebanyakan, persoalan seperti di atas, memerlukan penemuan nilai-
nilai a, b, c, dan d. Untuk menentukan nilai-nilai terebut harus
digunakan metode coba-coba. Dalam kasus ini,
a=4; b=2; c=3; dan d=5
Jadi, faktor-faktornya adalah sebagai berikut:
16
Y = (4X + 3)(2X + 5)
Hasil ini adalah benar karena perkalian dua faktor ini akan
menghasilkan seperti pernyataan matematika semula, yaitu:
Y = 8X2 + 26X + 15
Suatu pernyataan matematika yang bentuk umumnya X 2 – b,
dimana b adalah kuadarat dari suatu bilangan nyata, dianggap
sebagai perbedaaan diantara dua kuadrat (difference of two squares).
Berikut ini contoh dan sekaligus penjelasan pemfaktorannya.
Contoh 2.9
Faktorkanlah Y = X2 – 25
Faktor-faktor dari pernyataan matematika ini, diperoleh
dengan cara mencoba-coba adalah,
(X + 5)(X – 5)
Lihat bahwa X2 adalah kuadrat dari X dan 25 adalah kuadrat
dari 5. Jika X dari 5 dimisalkan sebagai bilangan nyata, itu dapat
dikatakan bahwa perbedaan diantara kuadrat dari dua bilangan
adalah hasil kali dari jumlah dan perbedaan dari bilangan-bilangan
itu.
Gagasan-gagasan ini dapat diperluas untuk jumlah dan
perbedaan di antara dua suku yang berpangkat tiga, misalnya,
Contoh 2.10
Faktorkanlah X3+27
Dalam kasus ini, aturan pemfaktoran jumlah di antara dua
suku berpangkat tiga adalah sebagai berikut:
X3 + a3 = (X + a)(X2 – aX + a2)
Untuk contoh ini,a=3 dan hasil pemfaktorannya adalah;
X3 + 27 = (X + 3)(X2 – 3X + 9)
Sekali lagi,perkalian di antara faktor-faktor akan menghasilkan
X3+27.
Contoh 2.11
Faktorkanlah X3-64
Dalam kasus ini, atauran untuk pemfaktoran perbedaaan
antara dua suku berpangkat tiga adalah menggunakan rumus:
17
X3 – a3 = (X – a)(X2 + aX + a2)
Dalam contoh ini, a = 4, sehingga hasil pemfaktorannya adalah:
X3 – 64 = (X – 4)(X2 + 4X + 162)
Perkalian dari faktor-faktor ini akan menghasilkan X 3 – 64.
18