Anda di halaman 1dari 6

BAB 5

SISTEM PERSAMAAN LINIER

5.1 PENDAHULUAN
Dalam bab 4 telah dibicarakan mengenai suatu persamaan linier
tunggal yang berbentuk implisit yaitu Y= a 0 + a1X. Tetapi pada Bab 5
ini akan didiskusikan mengenai dua persamaan linier yang berbentuk
implisit yaitu AX+BY=C, dimana nilai C tersebut dalam penerapan
ekonomi dan bisnis sering disebut sebagai kendala (constraint) dari
sumber daya.
Kebanyakan model ekonomi yang berbentuk matematis
mempunyai lebih dari satu kendala dan variabel dalam himpunan
persamaannya. Jika setiap kendala dinyatakan sebagai suatu
persamaan linier, maka himpunan persamaan-persamaan linier ini
disebut sebagai sistem persamaan linier. Dengan kata lain, suatu
sistem persamaan linier adalah suatu himpunan yang terdiri atas dua
atau lebih persamaan linier.
Banyaknya persamaan dan variabel dalam suatu sistem
persamaan linier dapat dilihat pada dimensinya. Jika sistem
persamaan linier terdiri atas m perusahaan dan n variabel, maka
dapat dinyatakan bahwa sistem persamaan linier ini adalah sistem
mxn.

5.2 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAANLINIER: DUA


PERSAMAAN DENGAN DUA VARIABEL
Penyelesaian suatu sistem persamaan linier adalah suatu himpunan
nilai yang memenuhi secara serentak (simultan) semua persamaan-
persamaan dari sistem tersebut.
Untuk sistem persamaan linier terdapat tiga kemungkinan yaitu:
(1) ada penyelesaian tunggal (unik); (2) tidak ada penyelesaian; atau
(3) sejumlah penyelesaian yang tidak terbatas.

1
Y Y Y

Persamaan 1 Persamaan 1 Persamaan 1

X X X
Persamaan 2 Persamaan 2 Persamaan 2
(a) (b) (c)
Gambar5.1 Tiga Penyelesaian yang Mungkin untuk Sistem
dengan Dua Persamaan dan Dua Variabel

Tiga kemungkinan ini dapat diuraikan secara mudah dengan


memisalkan suatu sistem dengan dua persamaan dan dua variabel.
Suatu sistem dengan dua persamaan dan dua variabel mempunyai
penyelesaian tunggal (unik) dapat sajikan secara grafik dengan
melihat titik potong dari dua garis (persamaan) tersebut. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 5.1 (a).
Selanjutnya, pada kasus tidak ada penyelesaian untuk suatu
sistem dengan dua persamaan dan dua variabel ditunjukkan oleh dua
garis yang sejajar (paralel) atau tidak ada titik potong. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 5.1 (b). Situasi dimana terdapat sejumlah
penyelesaian yang tidak terbatas untuk suatu sistem persamaan dapat
ditunjukkan oleh dua garis yang sama atau saling berimpit. Ini
disajikan pada Gambar 5.1(c).
Jadi, untuk suatu sistem persamaan linier, terdapat tiga
penyelesaian yang mungkin, yaitu:
1. Suatu sistem persamaan linier mempunyai suatu penyelesaian
yang tunggal (unik) adalah suatu sistem persamaan yang
konsisten (consistent).
2. Suatu sistem persamaan linier tidak mempunyai suatu
penyelesaian adalah suatu sistem persamaan yang tidak konsisten
(inconsistent).
3. Suatu sistem persamaan linier mempunyai sejumlah penyelesaian
yang tidak terbatas adalah suatu sistem persamaan yang saling
ketergantungan (dependent) di antara satu dengan lainnya.

2
Untuk memperoleh nilai-nilai penyelesaian dari sistem persamaan
linier, dapat digunakan tiga metode, yaitu (1) metode eliminasi; (2)
metode substitusi; (3) metode matriks (determinan). Tetapi dalam
bab ini hanya akan dibahas dua metode yaitu: metode eliminasi dan
metode substitusi.

METODE ELIMINASI
Metode eliminasi ini merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk memperoleh penyelesaian dari sistem persaman linier.
Disamping itu juga, metode ini dapat memberikan suatu petunjuk
untuk menditeksi sistem persamaan yang tidak mempunyai
penyelesaian atau sejumlah penyelesaian yang tidak terbatas.
Metode eliminasi ini bertujuan untuk menghapus sementara salah
satu variabel. Caranya akan ditunjukkan oleh langkah-langkah
berikut ini:
1. Pilihlah salah satu variabel yang akan dieliminasi (dihilangkan
sementara).
2. Kalikan kedua persamaan dengan suatu nilai konstanta tertentu
bila diperlukan sehingga koefisien pada variabel yang dipilih akan
menjadi sama.
3. Jika tanda pada kedua koefisien dari variabel yang dipilih sama,
maka kedua persamaan dikurangkan, tetapi bila tanda pada kedua
koefisien dari variabel yang dipilih berbeda, maka kedua
persamaan dijumlahkan.
4. Carilah nilai dari variabel yang tersisa (tidak dipilih) dan
substitusikan kembali nilai ini ke dalam perasamaan mula-mula
untuk menentukan nilai dari variabel yang telah dipilih tersebut.
Sebagai ilustrasi dari metode eliminasi ini lihatlah contoh berikut ini.

Contoh 5.1
Carilah nilai-nilai dari variabel X dan Y yang dapat memenuhi kedua
persamaan berikut:
3X – 2Y = 7
2X + 4Y = 10

3
Penyelesaian:
1. Variabel yang akan dieliminasi adalah variabel Y.
2. Karena variabel Y yang dipilih, maka persamaan (5.1) harus
dikalikan dengan konstanta 2, dan persamaan (5.2) dikalikan
dengan konstanta 1, sehingga kedua persamaan menjadi,
3X – 2Y = 7 (kalikan dengan 2), maka 6X – 4Y = 14
2X + 4Y = 10(kalikan dengan 1), maka 2X + 4Y =10
3. Karena kedua koefisien dari variabel Y tandanya berbeda,
maka harus dijumlahkan, sehingga menjadi,
6X – 4Y = 14
2X + 4Y= 10 +
8X + 0 = 24
X= 3
4. Subtitusikan nilai X=3 ke dalam salah satu persamaan
semula agar diperoleh nilai Y. Apabiula diseubtitusikan pada
Persamaan (5.10, maka akan menghasilkan,
3(3) – 2Y = 7
– 2Y = 7 – 9
Y=1
Jadi, himpunan penyelesaian yang memenuhi kedua
persamaan tersebut adalah hmpunan pasangan urut (3,1).

METODE SUBSTITUSI
Selain metode eliminasi dalam menyelesaikan sistem persamaan
linier. Ada pula metode lain, yaitu metode substitusi. Untuk
memperoleh himpunan penyelesaian dari kedua variabel yang
memenuhi kedua persamaan dalam metode substitusi, ikutilah
langkah-langkah berikut ini:
1. Pilihlah salah satu variabel dalam satu persamaan, kemudian
buatlah koefisien dari variabel tersebut menjadi 1.
2. Bila persamaan pertama yang dipilih, maka substitusikanlah
persamaan ini kedalam persamaan kedua.
3. Carilah nilai variabel yang tidak dipilih dengan aturan-aturan
matematika.
4. Substitusikan kembali nilai dari variabel yang diperoleh ke dalam
persamaan mula-mula untuk memperoleh nilai variabel yang
dipilih.

4
Untuk dapat lebih memahami metode substitusi ini, ikutilah contoh
berikut ini:

Contoh 5.2
3X – 2Y = 7 (5.1)
2X + 4Y = 10 (5.2)
Misalkan variabel X yang dipilih pada persamaan (5.2), maka akan
menjadi,
2X = 10 – 4Y
X = 5 – 2Y (koefisien variabel X =1)
Karena persamaan (5.2) yang dipilih, maka substitusikan kedalam
persamaan pertama, sehingga menjadi,
3(5 – 2Y) – 2Y= 7
15 – 6Y – 2Y = 7
15 – 8Y = 7
–8Y = 7 – 15
–8Y = –8
Y= 1
Substitusikan nilai Y = 1 ini kedalam salah satu persamaan mula-
mula, misalkan persamaan (5.1), sehingga memperoleh hasil,
3X – 2(1) = 7
3X = 7 + 2
3X = 9
X =3
Jadi, himpunan penyelesain yang memenuhi kedua persamaan
tersebut adalah himpunan pasangan urut (3,1).

5.3 PERSAMAAN KETERGANTUNGAN LINIER DAN


KETIDAKKONSISTENAN
Sebagaimana telah dijelaskan dan diilustrasikan dalam contoh-
contoh pada subbab 5.2, bahwa kedua persamaan mempunyai
penyelesaian yang unik (ada penyelesaian tunggal). Tetapi ada
kalanya suatu sistem persamaan linier dengan dua persamaan dan
dua variabel tidak terdapat penyelesaian (no solution) atau
penyelesaian yang jumlahnya tidak terbatas (unlimited solution).
Apabila kedua persamaan mempunyai kemiringan (slope)
yang sama, maka gambarnya akan terdapat dua kemungkinan, yaitu:

5
1. Kedua garis adalah sejajar dan tidak mempunyai titik potong,
sehingga tidak ada penyelesaian. Kedua persamaan ini disebut
sebagai sistem persamaan linier yang tidak konsisten
(inconsistent).
2. Kedua gari akan berimpit,sehingga penyelesaiannya dalam jumlah
yang tidak terbatas. Kedua persamaan ini disebut sebagai siatem
persamaan linier yang tergantung secara linier (linearly
dependent).

Kedua persamaan yang memnuhi kemiringan yang samaakan


ditunjukkan dalam contoh-contoh berikut ini;
Contoh 5.3
2X + 3Y = 7 (5.3)
4X + 6Y = 12 (5.4)
Persamaan (5.3) dan (5.4) kedua-duanya adalah tidak konsisten,
karena kedua persamaan ini mempunyai kemiringan yang sama,
tetapi berbeda nilai intercept-nya. Jadi, bila digambarkan kedua
persamaan ini akan sejajar satu sama lainnya.
Contoh 5.4
5X + 2Y = 10 (5.5)
20X + 8Y = 40 (5.6)
Persamaan (5.5) dan (5.6) kedua-duanya tergantung secara linier,
karena kedua persamaan ini mempunyai kemiringan dan nilai
intercept yang sama. Jadi, apabila digambarkan kedua persamaan ini
akan berimpit satu sama lainnya.

Anda mungkin juga menyukai