Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

FUNGSI LINIER

4.1 PENDAHULUAN
Dalambab sebelumnya fungsi polinomial dengan satu
variabel bebas telah didefinisikan, dengan bentuk umum:
Y= a0 + a1X1 + a2X2 + ... + akXk
dimana,Y adalah variabel terikat (dependent), x adalah menyatakan
variabel bebas, dan k adalah bilangan bulat non negatif yang
merupakan tingkatdan polinomial.
Bila persamaan (4.1) di atas nilai k=1, maka fungsinya akan menjadi,
Y= a0 + a1X
Dimana, a1 tidak sama dengan nol.
Berdasarkan bentuk fungsi polinomial (4.1) di atas, maka
fungsilinier dapat dikatakan sebagai turunan dari fungsi
polinomial,apabila k=1 dan a 1≠0.
Fungsi linier adalah fungsi paling sederhana karena hanya
mempunyai satu variabel bebas dan berpangkat satu pada variabel
tersebut. Fungsi ini sering digunakan dalam penerapan ekonomi
untuk menjelaskan hubungan-hubungan ekonomi secara linier. Di
samping itu juga, fungsi ini merupakan dasar untuk mempelajari
fungsi-fungsi lainnyayang lebih rumit dalam penyelesaiannya.
Bab ini akan menyajikan beberapa topik yang berhubungan
dengan fungsi linier. Ini mencakup kemiringan (slope) garis dan titik
potong sumbu (intercept) dari suatu garis lurus bentuk standar/umum
persamaan linier,dan hubungan dua garis lurus.

4.2 KEMIRINGAN DAN TITIK POTONG SUMBU


Suatu fungsi linier bila digambarkan dalam bidang Cartesius, maka
grafiknya merupakan suatu garis lurus. Kemiringan pada setiap titik
yang terletak pada garis lurus tersebut adalah sama. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien a 1 pada persamaan Y=a0+ a1X. Koefisien
a1 ini untuk mengukur perubahan nilai variabel terikat (dependent) Y
sebagai akibat perubahan variabel bebas (independent) X sebesar
satu unit.
Kemiringan (slope) dari fungsi linier dengan satu variabel
bebas X adalah sama dengan perubahan dalam variabel terikat

1
(dependent) dibagi dengan perubahan dalam variabel bebas
(independent). Dan biasanya dilambangkan dengan huruf m, jadi,

∆Y Y 2−Y 1
Kemiringan=m= atau
∆X X 2− X 1

Sebagai contoh, Y=15-2X, kemiringan adalah -2. Ini berarti


bahwa untuk setiap kenaikan satu unit variabel X akan menurunkan 2
unit variabel Y. Sebaliknya, penurunan satu unit dalam variabel X
akan meningkatkan 2 unit variabel Y.
Secara geometri, kemiringan suatu garis lurus adalah tangent
(tg) dari sudut yang dibentuknya terhadap sumbu absis X. Sudut
tangent (tg) adalah perbandingan antara sumbu vertikal Y dengan
sumbu horizontal x. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1.

Y Y

0 X 0 X

(a) Kemiringan positif (b) Kemiringan negatif

Y Y

0 X 0 X

(c) Kemiringan nol (d) Kemiringan tak tentu

Gambar 4.1 Empat Macam Kemiringan dari Garis Lurus

2
Pada gambar 4.1 (a) garisnya mempunyai kemiringan positif,
karena menaik dari kiri bawah ke kanan atas, sehingga jika X menaik
maka Y menaik juga; Gambar 4.1 (b) garis mempunyai kemiringan
negatif, karena menurun dari kiri atas ke kanan bawah, sehingga jika
X menaik maka Y akan menurun; Gambar 4.1 (c) kemiringan
garisnya nol, karena X bertambah, Y tetap konstan; Gambar 4.1 (d)
kemiringan garis tak tentu, karena X konstan, Y tak tentu.
Parameter lainnya dalam fungsi linier Y=a 0+ a1X adalah
konstanta a0, atau yang kita sebut sebagai titik potong dengan
sumbu Y, bila X sama dengan nol.
Titik potong sumby Y (intercept Y) dari suatu fungsi linier
dengan satu variabel bebas adalah sama dengan nilai dari variabel
bebas sama dengan nol. Sebagai contoh, persamaan linier Y = 15
-2X terdahulu, maka titik potong dengan sumbu Y adalah 15. Hal ini
dikarenakan bila X = 0, maka Y = 15.

4.3 BENTUK UMUM FUNGSI LINIER


Suatu fungsi linier yang mencakup satu variabel bebas dan satu
variabel terikat mempunyai bentuk umum,
Y=a0+ a1X
dimana a1 tidak sama dengan nol.
Bentuk ini disebut sebagai bentuk kemiringan-titik potong
(slope-intercept). Bentuk seperti ini bila dilihat dari letak kedua
variabel X dan Y,maka bentuk ini dapatdisebut sebagai bentuk
eksplisit. Karena variabel bebas X dan variabel terikat Y saling
terpisah oleh tanda sama dengan (=).
Untuk fungsi linier bentuk seperti ini nilai kemiringan adalah
a dan nilai titik potong sumbu Y adalah (0,a 0). Sebagai contoh,
Y=5+3X, maka nilai kemiringannya adalah 3 dan titik potong dengan
sumbu Y adalah (0,5)
Akan tetapi untuk fungsi linier dapat juga berbentuk implisit,
yaitu kedua variabel X dan variabel Y berada pada satu ruas (kiri)
dan ruas kanan dijadikan nol. Bentuk implisit ini adalah,
AX+BY+C=0

3
−A
dimana nilai kemiringan adalah dan titik potong dengan sumbu
B
C
Y adalah (0, ), Hal ini dapat dibuktikan dengan mengikuti
B
langkah-langkah berikut ini:
1. AX+BY+C=0
2. BY=-C-AX
3. Y=-c/B-A/B(X)
Sebagai contoh 4X+5Y–20=0, maka nilai kemiringannya adalah
-4/5=– 0,8 dan titik potong dengan sumbu Y adalah (0,5).

4.4 MENENTUKAN PERSAMAAN GARIS


Untuk menentukan persamaan garis lurus terdapat beberapa metode
antara lain:
1. Metode Dua Titik
Suatu garis lurus g dapat digambarkan dengan cara
menghubungkan dua titik pada bidang Cartesius XY. Tetapi,
persamaan garis lurus tersebut tidak dapat diketahui apabila kita
tidak mengetahui letak dari dua titik tersebut dalam bidang Cartesius
XY. Oleh karena itu, untuk menentukan persamaan garis lurus
tersebut,kita harus mengetahui kedua titik tersebut.
Jika kedua titik diketahui, misalnya B(X 1, Y1) dan C(X2,Y2),
maka kemiringan garisnya dapat diperoleh dengan cara membagi
perubahan dalam Y dengan perubahan dalam X, atau kemiringan
garis = Y2– Y1/ X2–X1. Apabila ada titik lain misalnya A(X,Y) yang
terletak pada garis tersebut, maka dapat dinyatakan menjadi,
kemiringan garis = Y– Y1/ X–X1. Hal ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Y

 A(X2,Y2)
 B(X1, Y1)
 A(X,Y)

1 X

4
Karena kemiringan garis lurus adalah sama pada setiap titik
yang terletak pada garis tersebut, maka dapat kita nyatakan rumus
berikut :
Y– Y1/ X–X1= Y2– Y1/ X2–X1
Rumus di atas menunjukkan bahwa untuk memperoleh
persamaan garis lurus dengan menggunakan dua titik yang diketahui.
Caranya adalah mensubtitusikan nilai-nilai X 1, X2, Y1, dan Y2 yang
telah diketahui pada rumus di atas, sehingga akan menghasilkan
persamaan Y=a0+a1X atau AX+BY+C=0.

Contoh:
Carilah persamaan garis yang melalui titik (3,2) dan (4,6).
Penyelesaian:
X1=3, X2=4, Y1=2, dan Y2=6
Y– Y1/X–X1= Y2– Y1/ X2–X1
Y–2/X–3= 6 –2/ 4 –3
Y–2 = (6 –2/4 –3) (X–3)
Y–2 = 4(X–3)
Y= 4X–12+2
Y= 4X–10
Persamaan garis Y=4X–10 ini grafiknya ditunjukkan oleh
gambar berikut ini:

Y=4X–10
0 1 2 3 X

5
10 (0,10)

1. Metode Satu Titik Dan Satu Kemiringan


Selain metode dua titik untuk menentukan persamaan garis
lurus, ada metode lain, yaitu: metode satu titik dan satu kemiringan.
Sebenarnya metode ini berasal dari metode dua titik. Perhatikan
kembali rumus dua titik dibawah ini:
Y– Y1/ X–X1= Y2– Y1/ X2–X1
Apabila (X–X1) dipindahkan ke ruas kanan persamaan, maka
Y– Y1 = ( Y2– Y1/ X2–X1) (X–X1)
Sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa rumus
kemiringan garis lurus adalah,
m = Y2– Y1/ X2–X1, maka persamaan di atas
menjadi,
Y– Y1 = m (X–X1)
Rumus ini adalah untuk menentukan persamaan garis lurus
bila diketahui satu titik dan satu kemiringan.
Contoh:
Carilah persamaan garis yang melalui titik (6,4) dan kemiringannya
–2/3.
Penyelesaian:
Diketahui (X,Y) = (6,4) dan m= –2/3
Y– Y1 = m (X–X1)
Y– 4 = –2/3 (X–6)
Y = –2/3X+4+4
Y = –2/3X+8
Persamaan garis Y= –2/3X+8 ini grafiknya dapat ditunjukkan
oleh gambar berikut ini,
Penyelesaian:
Y

8 (0,8)

6 Y= –2/3X+8
6
4

2
(12,0)
0 3 6 9 12 X

E. Hubungan Dua Garis Lurus


Setiap garis lurus mempunyai kemiringan dan titik potong
(intercept). Apabila dua garis yang mempunyai kemiringan yang
berbeda-beda atau sama dan juga bila titik potong dengan sumbu Y
berbeda-beda atau sama, maka bila digambarkan dalam bidang
Cartesius XY akan terdapat empat kemungkinan, yaitu: (1) dua garis
lurus saling berpotongan; (2) dua garis lurus saling sejajar; (3) dua
garis lurus saling berimpit; dan (4) dua garis lurus saling tegak lurus
(membentuk sudut 900). Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.5.
Pada Gambar 4.5(a) kedua kemiringan garis yaitu a 1 dab b1
adalah tidak sama atau a1 ≠ b1 dan kedua titik potong sumbu Y, a 0
dan b0 tidak sama; Gambar 4.5 (b) kedua kemiringan garis adalah
sama (a = b) dan kedua titik potong sumbu Y tidak sama; Gambar
4.5 (c) kedua kemiringan garis adalah sama dan kedua titik potong
dengan sumbu Y adalah sama; gambar 4.5(d) kedua kemiringan garis
adalah tidak sama tetapi nilai perkaliannya menghasilkan -1, dan
kedua titik potong dengan sumbu Y tidak sama.

7
Y Y

a1 b1 a1 = b 1
a0 b0 a0 b0

0 X 0 X
(a) Berpotongan (b) Sejajar

Y Y

a1 = b 1 a1. b1= –1
a0= b0 a0  b0

0 X 0 X
(c) Berimpit (d) Tegak lurus

Gambar 4.5 Empat Macam Hubungan Dua Garis Lurus

Anda mungkin juga menyukai