Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PERSAMAAN GARIS DAN GARIS LURUS

A. Persamaan-Persamaan dalam Koordinat Kartesius


Pada persamaan yang memuat dua variabel, misalnya x dan y, jika salah satu variabel
diberi nilai, maka variabel lainnya dapat ditentukan nilainya. Dalam persamaan ini, nilai y
tergantung dari nilai x atau sebaliknya. Persamaan yang demikian menyajikan suatu relasi
antara x dan y. Khususnya jika untuk setiap nilai x hanya terdapat satu nilai y, maka dikatakan
persamaan itu menyajikan suatu fungsi dari x ke y dan dikatakan y merupakan fungsi dari x.
Hal ini secara singkat dapat dinyatakan dalam bentuk eksplisit y = f (x) , atau dalam bentuk

implisit, yaitu f ( x, y) = 0 . Sebagai contoh, y = ax + b dan y = x 2 − 2 x + 5 adalah relasi

yang dinyatakan secara eksplisit. Sedangkan 3x − 5 y + 1 = 0 dan x 2 − y 2 + 2 xy − 7 = 0


adalah relasi yang dinyatakan secara implisit. Jika tidak diberikan syarat apapun, maka x
merupakan bilangan nyata sembarang yang akan menghasilkan y bilangan nyata juga.
Misalnya, pada relasi 3x − 2 y + 6 = 0 , jika x diberi nilai 0, maka berlaku 3.0 − 2 y + 6 = 0 ,
sehingga diperoleh nilai y = 3 . Setiap pasang nilai x dan y merupakan selesaian persamaan di
atas. Pasangan ini disebut sebagai pasangan berurutan. Jadi (0, 3) adalah salah satu selesaian
persamaan itu sedangkan (3, 0) bukan selesaian persamaan itu.
Jika setiap pasangan berurutan (x, y) yang merupakan selesaian suatu persamaan atau
relasi dianggap sebagai koordinat-koordinat suatu titik dan titik-titik itu digambar pada
bidang koordinat kartesius, maka akan terbentuk garis lurus. Garis ini disebut grafik
persamaan tersebut. Sebaliknya, persamaan itu disebut persamaan garis lurus itu.

B. Persamaan Garis dalam Koordinat Kutub


Karena x dan y pada suatu persamaan dalam sistem koordinat kartesius dapat diganti
dengan r cos dan r sin  , maka dapat diperoleh persamaan-persamaan garis dalam
koordinat kutub. Misalnya persamaan x cos  + y sin  − n = 0 dalam koordinat kutub
n
menjadi r cos cos  + r sin  sin  − n = 0 atau r = . Mengingat sumbu kutub
cos( −  )
adalah tempat kedudukan titik-titik yang argumennya nol, maka α = 0 adalah persamaan
sumbu kutub. Mudah dipahami bahwa persamaan garis yang melalui O dan membentuk sudut
β dengan sumbu kutub adalah α = β. Karena tempat kedudukan titik-titik yang berjarak r dari
O merupakan lingkaran, maka persamaan lingkaran yang bertitik pusat di O dan berjari-jari a

Geometri Analitik Bidang 1


adalah r = a. Persamaan-persamaan dalam koordinat kutub secara simbolik ditulis
f (r ,  ) = 0 atau r = f ( ) atau  = f (r ) .

C. Garis-Garis Istimewa
Ditinjau posisi atau letak suatu garis pada koordinat kartesius, terdapat beberapa garis
istimewa, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Persamaan garis yang sejajar dengan sumbu X dan memotong sumbu Y di (0, a)
adalah y = a.
2. Persamaan garis yang sejajar dengan sumbu Y dan memotong sumbu X di (b, 0)
adalah x = b.
3. Persamaan sumbu X adalah y = 0.
4. Persamaan sumbu Y adalah x = 0.
5. Pandang suatu garis lurus yang melalui O dan melalui titik sembarang, misal A(x1, y1)
dan B(x2, y2). Pada garis tersebut akan selalu berlaku y1 : x1 = y2 : x2 = tan  = m .
Karena perbandingan ini berlaku untuk setiap titik pada garis tersebut, maka
y y
persamaan garis lurus itu adalah = tan  atau = m yang dapat ditulis y = x tan 
x x
atau y = mx . Dalam hal ini α adalah sudut yang diapit oleh garis itu dengan sumbu X
positif. Ukuran sudut ini dihitung ke arah yang berlawanan arah perputaran jarum
jam. Dalam hal ini, m = tan  disebut koefisien arah (gradien) garis lurus tersebut.
6. Persamaan garis dengan gradien m dan memotong sumbu Y di (0, n) adalah
y = mx + n .

D. Persamaan Garis Lurus


Setiap garis lurus mempunyai persamaan linier dalam x dan y atau persamaan
berpangkat satu dalam x dan y. Sebaliknya, setiap persamaan linier dalam x dan y merupakan
persamaan suatu garis lurus. Persamaan Ax + By + C = 0 , dengan A, B, dan C bilangan nyata
(real) dan tidak bersama-sama nol, merupakan persamaan umum garis lurus. Pada persamaan
ini, terdapat beberapa kemungkinan nilai A, B, dan C, yaitu: (1) A = 0, (2) B = 0, (3) C = 0,
(4) A = C = 0, (5) B = C = 0, dan (6) A, B, dan C tidak nol.
Bagaimana persamaan garis yang terjadi dengan memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan tersebut?

Geometri Analitik Bidang 2


E. Persamaan Garis Lurus yang Melalui Sebuah Titik
Akan ditentukan persamaan garis yang melalui P( x1 , y1 ) . Misal persamaan garis yang
dimaksud adalah y = mx + n ; dengan m dan n merupakan variabel. Karena garis ini melalui

P( x1 , y1 ) , maka berlaku y1 = mx1 + n atau n = y1 − mx1 . Dengan mensubstitusikan


n = y1 − mx1 pada y = mx + n didapat y = mx + y1 − mx1 atau y − y1 = m ( x − x1 ) . Dalam hal
ini, nilai m belum ditentukan, sehingga dapat diberi nilai bermacam-macam. Akibatnya akan
terdapat tak hingga garis yang terjadi. Persamaan y − y1 = m ( x − x1 ) disebut persamaan

kipas garis yang melalui P, atau kipas garis dengan puncak P. Persamaan y − y1 = m ( x − x1 )

juga merupakan persamaan garis yang bergradien m dan melalui P( x1 , y1 ) .


Contoh 2.1
Tentukan persamaan garis yang melalui P(−1, 2) dan mengapit sudut 135° dengan sumbu X.
Penyelesaian:
Persamaan garis yang melalui P(−1, 2) dan mengapit sudut 135° dengan sumbu X adalah
y − 2 = m ( x + 1) . Karena m = tan 135 = −1 , maka persamaan garis yang dimaksud adalah
y − 2 = −1( x + 1) atau y = − x + 1 .

F. Persamaan Garis Lurus yang Melalui Dua Titik


Untuk setiap bilangan nyata m dan n, persamaan y = mx + n menentukan suatu garis
lurus. Dalam hal ini m dan n disebut parameter. Jika pada suatu garis lurus diketahui 2 titik
yang terletak pada garis itu, maka persamaan garis itu dapat ditentukan.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh 2.2
Tentukan persamaan garis lurus yang melalui A(1, −1) dan B(3, 3).
Penyelesaian:
Misal persamaan garis itu adalah y = mx + n . Akan dipenuhi −1 = m + n dan 3 = 3m + n .
Dari kedua persamaan tersebut diperoleh m = 2 dan n = −3 . Jadi persamaan garis itu adalah
y = 2x − 3 .

Secara umum, suatu garis yang melalui dua titik dapat ditentukan persamaannya.
Misal diketahui A( x1 , y1 ) dan B( x2 , y2 ) . Persamaan garis yang melalui A( x1 , y1 ) adalah

y − y1 = m ( x − x1 )

Geometri Analitik Bidang 3


Garis ini juga melalui B( x2 , y2 ) , sehingga dipenuhi y2 − y1 = m ( x2 − x1 ) . Jadi diperoleh

y 2 − y1
m=
x 2 − x1

Dengan demikian, persamaan garis yang melalui A( x1 , y1 ) dan B( x2 , y2 ) adalah

y 2 − y1 y − y1 x − x1
y − y1 = ( x − x1 ) atau =
x2 − x1 y 2 − y1 x2 − x1

G. Persamaan Normal Suatu Garis


Suatu garis dapat dinyatakan persamaannya apabila diketahui panjang normalnya dan
sudut yang diapit oleh normal itu dengan sumbu X. Normal suatu garis adalah ruas garis yang
melalui titik pusat koordinat dan tegak lurus garis tersebut. Perhatikan gambar berikut, ON
adalah normal garis g, disingkat n, dan α adalah sudut yang diapit normal dengan sumbu X.

Y
g B

N
T
T2

α
O T1 A X

Gambar 2.1

Pada gambar di atas, titik T ( x1 , y1 ) terletak pada garis g. Titik T1 adalah proyeksi titik
T pada sumbu X dan T2 adalah proyeksi T1 pada normal ON. Diperoleh hubungan sebagai
berikut.
ON = OT2 + T2 N  ON = OT1 cos + T1T sin 
 n = x1 cos + y1 sin 

Hubungan ini berlaku untuk setiap titik pada garis g, sehingga persamaan g adalah:
x cos + y sin  = n atau x cos + y sin  − n = 0
Persamaan ini disebut persamaan normal garis g. Karena dalam rumus ini n
menunjukkan jarak, maka n harus positif.

Geometri Analitik Bidang 4


Suatu garis yang dinyatakan dalam bentuk umum dapat diubah ke dalam bentuk
normal, demikian pula sebaliknya. Uraian berikut akan menjelaskan cara mengubah
persamaan umum garis ke dalam bentuk normal.
Misal persamaan garis g adalah Ax + By + C = 0 . Ruas kiri dan kanan pada
persamaan ini dikalikan dengan bilangan k, sehingga menjadi:
kAx + kBy + kC = 0
Selanjutnya harga k dipilih sedemikian hingga memenuhi
kA = cos atau k 2 A 2 = cos2 
kB = sin  atau k 2 B 2 = sin 2 

k 2 ( A2 + B 2 ) = 1
1
Jadi k =  , sehingga persamaan bentuk normal dari garis Ax + By + C = 0 adalah:
A + B2
2

A B C
x+ y+ =0
 A2 + B 2  A2 + B 2  A2 + B 2
Tanda positif atau negatif pada persamaan ini dipilih sedemikian sehingga harga suku
ketiga adalah negatif (mengapa?). Perhatikan contoh berikut.
Contoh 2.3
Tentukan persamaan normal garis 3x + 4 y + 12 = 0 .
Penyelesaian:
1 1 1
Dapat diketahui k =  = =  . Karena suku ketiga harus negatif, maka
A2 + B 2 9 + 16 5

1 3 4 12
harga k yang dipilih adalah − . Jadi persamaan normal garis itu adalah − x − y − = 0 .
5 5 5 5

H. Persamaan Garis yang Diketahui Titik Potongnya dengan Sumbu X dan Sumbu Y
Suatu garis yang memotong sumbu X dan sumbu Y berturut-turut di A(a,0) dan
B(0, b) dapat ditentukan persamaannya. Perhatikan gambar berikut.
Y
g B(0,b)

n
Gambar 2.2
α A(a,0)
O X

Geometri Analitik Bidang 5


n n
Pada Gambar 2.2 di atas, cos = dan sin  = . Jadi, persamaan garis normal garis g
a b
adalah
n n
x cos + y sin  − n = 0  x+ y −n =0
a b
x y
 + =1
a b
Jadi, persamaan garis yang memotong sumbu X dan sumbu Y berturut-turut di
x y
A(a,0) dan B(0, b) adalah + = 1.
a b

I. Persamaan Parameter Suatu Garis


Setiap persamaan yang memuat 2 variabel, berpangkat satu atau lebih, menurut ilmu
ukur menunjukkan suatu persamaan garis lurus atau lengkung. Jika variabel-variabel itu
adalah x dan y, maka persamaan itu menunjukkan suatu relasi antara x dan y. Dimungkinkan
untuk menyajikan relasi x dan y menggunakan variabel ketiga atau variabel penolong yang
disebut parameter. Misalnya:
x = −2 + t
y = 1 + 4t
Dapat dilihat bahwa untuk setiap nilai t yang diberikan akan terdapat sepasang nilai x
dan y yang bersesuaian. Dengan demikian, persamaan di atas merupakan persamaan suatu
garis. Sebagai contoh, untuk t = 1 , akan diperoleh nilai x = −1 dan y = 5 , sehingga diperoleh
pasangan berurutan (−1, 5), dan seterusnya.
Jika nilai x ditentukan, maka dari persamaan pertama, nilai t dapat ditentukan. Dengan
memasukkan nilai t ke dalam persamaan kedua akan diperoleh nilai y. Misal x = 2 , maka
t = 4 yang jika disubstitusikan ke persamaan kedua akan diperoleh nilai y = 17 , sehingga
diperoleh pasangan berurutan (2, 17), dan sebagainya.
Jika nilai t ditentukan dari salah satu persamaan dan kemudian disubstitusikan ke
persamaan lainnya, maka akan didapat suatu persamaan dalam x dan y. Misalnya, dari
persamaan pertama dapat diperoleh t = x + 2 . Jika nilai ini disubstitusikan ke persamaan
kedua, diperoleh persamaan dalam x dan y, yaitu y = 4 x + 9 yang merupakan persamaan
garis.
Jika dalam suatu persamaan garis yang menyatakan relasi antara x dan y digunakan
variabel ketiga, misalkan x = f1 (t ) , y = f 2 (t ) , maka variabel ketiga ini (contoh t), disebut

Geometri Analitik Bidang 6


parameter dan persamaannya disebut persamaan parameter dari garis tersebut. Menentukan
relasi antara x dan y dengan menghilangkan parameter ini disebut mengeliminasi parameter
itu dari persamaan. Perhatikan contoh berikut.
Contoh 2.4
Suatu garis lengkung mempunyai persamaan
 x = r cos

 y = r sin 
Dengan mengeliminasi α akan terdapat persamaan garis itu, yaitu
x x2 
cos = → cos  = 2 
2

r   x + y =1
2 2
r
2  2 2
atau x 2 + y 2 = r 2
r r
sin  = → sin 2  = 2 
y y
r r 
Ternyata, garis lengkung tersebut merupakan lingkaran.

J. Jarak Antara Titik dan Garis


Perhatikan Gambar 2.3 di bawah. Diketahui garis g  x cos + y sin  − n = 0 dan

titik T ( x1 , y1 ) yang berjarak d dari garis tersebut. Garis g1 yang melalui T ( x1 , y1 ) dan sejajar

g mempunyai persamaan g1  x cos + y sin  − (n + d ) = 0 . Karena g1 melalui T ( x1 , y1 ) ,

maka dipenuhi x1 cos + y1 sin  − (n + d ) = 0  d = x1 cos + y1 sin  − n . Sehingga,

jarak titik T ke garis g adalah


d = x1 cos + y1 sin  − n

g1

T(x1,y1)
g
n d
α X

Gambar 2.3

Jika titik T terletak pada posisi yang lain dari garis g (misal di sebelah kiri), maka
harga ruas kiri akan berbeda tandanya, positif atau negatif. Karena jarak harus positif, maka

Geometri Analitik Bidang 7


rumus tersebut diberi tanda harga mutlak. Persamaan garis normal dari g  Ax + By + C = 0
adalah
A B C
x+ y+ =0
 A2 + B 2  A2 + B 2  A2 + B 2
Sehingga jarak T ( x1 , y1 ) ke g  Ax + By + C = 0 adalah

Ax1 + By1 + C
d=
A2 + B 2
Persamaan garis g  y = mx + n dapat dinyatakan dengan g  mx − y + n = 0 , sehingga jarak

titik T ( x1 , y1 ) ke garis g  y = mx + n adalah

mx1 − y1 + n
d=
m2 + 1
Contoh 2.5
Tentukan jarak titik (2, −3) ke garis 2 x + y − 4 = 0 .
Penyelesaian:
Jarak antara titik (2, −3) ke garis 2 x + y − 4 = 0 adalah

4−3−4 −3 3
d= = = 5
4 +1 5 5

K. Hubungan Dua Garis


Misal diketahui persamaan dua garis sebagai berikut.
g1  A1 x + B1 y + C1 = 0
g 2  A2 x + B2 y + C 2 = 0

Ditinjau dari letak (posisi) dua garis tersebut, maka terdapat beberapa kemungkinan,
yaitu: (1) kedua garis itu berpotongan, (2) kedua garis itu sejajar, dan (3) kedua garis itu
berimpit. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
A1 B1 C1
1. Jika   , maka dua persamaan tersebut independen, sehingga persamaan
A2 B2 C 2
(1) dan (2) mempunyai satu pasang nilai x dan y yang nyata (real) berhingga. Dengan
kata lain, garis g1 dan g2 mempunyai titik potong. Koordinat titik potong ini dapat
dicari dengan metode substitusi, eliminasi, atau dengan menggunakan aturan Cramer.

Geometri Analitik Bidang 8


A1 B1 C1
2. Jika = = , maka persamaan (1) dan (2) tersebut dependen. Dengan
A2 B2 C 2
demikian terdapat tak berhingga pasang nilai x dan y yang memenuhi kedua
persamaan tersebut. Hal ini berarti garis g1 dan g2 tersebut berimpit.
A1 B1 C1
3. Jika =  , maka dua garis itu mempunyai gradien yang sama, yaitu
A2 B2 C 2

A1 A2 A B A A
= , karena 1 = 1  1 = 2 . Hal ini berarti dua garis tersebut sejajar.
B1 B2 A2 B2 B1 B2

L. Sudut Antara Dua Garis


Akan ditentukan ukuran sudut antara garis g1  y = m1 x + n1 dan g 2  y = m2 x + n2 .

Gradien g1 dan g2 berturut-turut adalah m1 = tan  dan m2 = tan  . Jika θ adalah sudut
antara g1 dan g2, maka  =  −  , sehingga

tan  − tan  m − m2
tan  = tan ( −  ) = = 1
1 + tan  tan  1 + m1 m2

Jadi, ukuran sudut garis g1  y = m1 x + n1 dan g 2  y = m2 x + n2 dirumuskan sebagai


berikut.
m1 − m 2
tan  = Y g1
1 + m1 m 2
g2
θ

β α
X

Gambar 2.4
• Jika g1 || g 2 , maka ukuran sudut kedua garis itu adalah  = 0 = 0 . Akibatnya,

m1 − m2 = 0 atau m1 = m2 . Jadi, syarat agar dua garis sejajar, gradiennya harus sama.

m1 − m2
• Jika g1 ⊥ g 2 , maka  = 90 , sehingga diperoleh hubungan tan 90 = .
1 + m1 m2

Dengan demikian haruslah 1 + m1m2 = 0 atau m1m2 = −1. Jadi, agar dua garis saling
tegak lurus, hasil kali gradien kedua garis itu adalah −1.

Geometri Analitik Bidang 9

Anda mungkin juga menyukai