Anda di halaman 1dari 6

BAB I

SISTEM KOORDINAT

Terdapat dua cara untuk menentukan letak suatu titik pada bidang datar, yaitu dengan
menggunakan Sistem Koordinat Kartesius dan Sistem Koordinat Kutub (Polar).
A. Sistem Koordinat Kartesius
Sistem koordinat kartesius dibentuk dengan menggunakan dua garis bilangan yang
berpotongan pada titik pangkal O. Kedua garis bilangan itu dinamakan sumbu-sumbu
koordinat. Jika dua garis bilangan itu saling berpotongan tegak lurus, maka dinamakan sistem
koordinat kartesius siku-siku. Sedangkan jika kedua garis bilangan itu tidak tegak lurus, maka
dinamakan sistem koordinat kartesius miring.
Sumbu-sumbu koordinat biasanya diberi nama sumbu X (sumbu mendatar/horizontal)
dan sumbu Y (sumbu tegak/vertikal). Letak suatu titik pada bidang datar akan tertentu,
apabila diketahui jarak-jarak titik itu dari sumbu-sumbu koordinat. Jarak-jarak ini diambil
sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat. Misal T suatu titik pada bidang datar tersebut, dari T
ditarik garis-garis sejajar sumbu X dan sumbu Y. Titik-titik potong garis-garis ini dengan
sumbu-sumbu berturut-turut adalah T1 dan T2. Letak titik T tertentu oleh jarak OT1 dan OT2.
Bilangan yang menunjukkan jarak OT1 disebut koordinat X titik T atau absis titik T. Bilangan
yang menunjukkan jarak OT2 disebut koordinat Y titik T atau ordinat titik T.

Y Y
Kuadran II Kuadran I
y1 T(x1, y1) y1 T(x1, y1)

α
O x1 X x1 X

Kuadran III Kuadran IV

Gambar 1.1

Pasangan absis dan ordinat titik suatu titik disebut koordinat titik itu. Letak titik T
pada sistem koordinat kartesius ditulis T(x,y) dengan absis x dan ordinat y. Contoh sistem
koordinat kartesius siku-siku dan sistem koordinat kartesius miring dapat dilihat pada
Gambar 1.1. Pada umumnya, dalam ilmu ukur analitik datar digunakan sistem koordinat

Geometri Analitik Bidang 1


kartesius siku-siku. Sedangkan sistem koordinat kartesius miring hanya digunakan dalam
keadaan tertentu yang memungkinkan perhitungan lebih mudah.
Sumbu-sumbu koordinat membagi bidang datar menjadi 4 daerah atau 4 kuadran,
yaitu kuadran pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Jarak-jarak yang diukur pada sumbu X di
sebelah kanan O diberi tanda positif dan di sebelah kiri O diberi tanda negatif. Jarak-jarak
yang diukur pada sumbu Y di atas O diberi tanda positif dan yang di bawah O diberi tanda
negatif. Ketentuan itu disajikan pada tabel berikut.
Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV
x + − − +
y + + − −
Pada tabel di atas, (x,y) merupakan pasangan berurutan dengan x sebagai absis suatu
titik dan y sebagai ordinatnya. Tampak bahwa setiap titik dalam bidang menentukan sepasang
bilangan nyata berurutan dan sebaliknya setiap pasang bilangan nyata berurutan menentukan
satu titik pada bidang. Jadi terdapat korespondensi satu-satu antara titik-titik dalam bidang
dan himpunan pasangan bilangan nyata berurutan.

B. Jarak Dua Titik


Y Y
B (x2 , y2) B (x2, y2)

A (x1 , y1)
C (x2 , y1) A (x1, y1) C (x2, y1)

A1 O B1 X A1 O B1 X

Gambar 1.2

Untuk menentukan jarak titik A(x1,y1) dan B(x2,y2), terlebih dahulu ditarik ruas garis
pertolongan AA1 dan BB1 yang masing-masing sejajar sumbu Y dan berturut-turut

memotong sumbu X di A1 dan B1. Dilukis ruas garis AC yang sejajar sumbu X dan
memotong BB1 di C, sehingga terbentuk ∆ABC dengan A(x1,y1), B(x2,y2), dan C(x2,y1). Pada
sistem koordinat kartesius miring, mABC = 180 −  . Dengan demikian berlaku
AC = x1 − x 2 dan BC = y1 − y 2

Geometri Analitik Bidang 2


Dalam ∆ABC berlaku aturan cosinus sebagai berikut
AB 2 = AC 2 + CB 2 − 2 AC.CB. cos(180 −  ) atau

AB = ( x1 − x 2 ) 2 + ( y1 − y 2 ) 2 + 2( x1 − x 2 )( y1 − y 2 ) cos

Ini adalah rumus jarak titik A(x1,y1) dan B(x2,y2) pada sistem koordinat kartesius miring. Pada
sistem koordinat kartesius siku-siku,  = 90 , sehingga jarak titik A(x1,y1) dan B(x2,y2) pada
sistem koordinat kartesius siku-siku adalah

AB = ( x1 − x 2 ) 2 + ( y1 − y 2 ) 2

C. Sistem Koordinat Kutub (Polar)


Untuk menentukan koordinat suatu titik pada sistem koordinat kutub, terlebih dahulu

ditentukan sebuah titik tetap O, yang disebut kutub dan sebuah garis g  OX yang disebut
sumbu kutub. Pada umumnya diambil arah kanan dari titik kutub O sebagai arah positif. Jika
suatu titik T berjarak r dari O dan membentuk sudut α dengan sumbu kutub, maka letak titik
T dinyatakan dengan T(r,α). Perhatikan Gambar 1.3 berikut

T(r,α)

α
O g X

Gambar 1.3

Dalam hal ini, α disebut argumen titik T atau sudut penghantar titik T atau disebut

pula sudut kutub (polar) titik T. Sedangkan r atau OT disebut vektor radius titik T. Pada
sistem koordinat kutub, α dan r disebut koordinat-koordinat kutub T.
Pada umumnya, diambil r positif dan α dihitung dari g arah positif ke arah yang
berlawanan dengan arah jarum jam sampai radius r dari titik yang bersangkutan. Setiap titik
letaknya dapat ditunjukkan oleh r dan α. Sebaliknya setiap pasang r dan α menunjukkan letak
suatu titik dalam bidang itu. Sebagai catatan, untuk titik O, berlaku r = 0 dan α tak tentu.

Geometri Analitik Bidang 3


D. Hubungan Sistem Koordinat Kartesius dan Sistem Koordinat Kutub
Jika sumbu-sumbu sistem koordinat kartesius diletakkan sedemikian sehingga titik
asal berimpit dengan sumbu kutub, dapat dilihat hubungan antara sistem koordinat kartesius
dan sistem koordinat kutub. Perhatikan Gambar 1.4 berikut.
Y
T(x,y) ≡ T(r,α)

r
y
α
O x T1 X

Gambar 1.4

Pada gambar di atas, dibentuk ∆OTT1 dengan T1 adalah proyeksi titik T pada sumbu X. Pada
∆OTT1 berlaku:
x = r cos  dan
y = r sin 
Sebaliknya, akan berlaku juga:

r =  x 2 + y 2 dan

y
 = arc tan
x
Dari uraian di atas, diperoleh 2 nilai α. Untuk menentukan nilai α yang sesuai, perlu ditinjau
x
tanda cos = . Dengan demikian berlaku hubungan berikut ini.
x2 + y2

r =  x2 + y2 ,

x
 = arc cos =
x2 + y2

y
 = arc sin  = .
x2 + y2

Geometri Analitik Bidang 4


E. Koordinat Titik Pada Suatu Garis yang Melalui Dua Titik
Diketahui titik A(x1,y1) dan B(x2,y2). Titik C(xc,yc) terletak pada garis AB sedemikian
sehingga AC : CB = a : b.

Y
B
B2
C
C2 (b)

A (a)
A2

O A1 C1 B1 X

Gambar 1.5

Koordinat titik C dapat ditentukan sebagai berikut. Jarak titik C(xc,yc) ke A dan B adalah:
A1C1 = xc − x1 dan C1 B1 = x 2 − xc

Dengan mengingat arah-arah ruas garis-ruas garis itu, maka dipenuhi:


A1C1 : C1 B1 = AC : CB = a : b  ( xc − x1 ) : ( x 2 − xc ) = a : b
bx1 + ax2
 xc =
a+b
by1 + ay2
Dengan cara serupa akan diperoleh yc = . Jadi koordinat titik C adalah
a+b
 bx + ax2 by + ay2 
 xc = 1 , yc = 1 .
 a+b a+b 

a x + x 2 y + y 2
Jika dimisalkan =  , maka xc = 1 dan y c = 1 .
b  +1  +1
Terdapat beberapa kemungkinan letak titik C pada garis AB yang mempengaruhi nilai λ.
1. Jika titik C berimpit dengan titik A, maka λ = 0.
2. Jika titik C berimpit dengan titik tengah AB , maka λ = 1. Dengan demikian koordinat
 x + x 2 y1 + y 2 
titik tengah AB adalah  1 , .
 2 2 

Geometri Analitik Bidang 5


3. Jika titik C berimpit dengan titik B, maka λ = ∞. Dalam hal ini, xc = x 2 dan y c = y 2 ,

1 1
x1 + x 2 y1 + y 2
sehingga dapat ditulis xc =  dan y c =  , dengan λ = ∞. Jadi
1 1
+1 +1
 
1 1 
 x1 + x 2 y1 + y 2 
koordinat titik C adalah   ,  .
 1 1 
 +1 +1 
   

4. Jika titik C terletak pada perpanjangan AB , dengan mengingat arah ruas garis-ruas

garis AC dan CB , maka AC : CB = λ bertanda negatif dan harga mutlak λ lebih


besar dari 1. Jadi, λ < 0 dan |λ| > 1.
5. Jika titik C terletak pada perpanjangan BA , maka λ < 0 dan |λ| < 1.

Contoh 1.1

Diketahui titik R terletak pada garis PQ dengan P(1,−4) dan Q(6, 1). Jika RP : RQ = 2 : 3,
tentukan koordinat titik R.
Penyelesaian:

Geometri Analitik Bidang 6

Anda mungkin juga menyukai