Kelompok 9
By
Atma KHR M. Latif Laily Nur C.
Definisi
2
Contoh Vektor-vektor Ortogonal 𝑀22
Jika 𝑀22 memiliki hasilkali dalam seperti
yang diberikan didalam contoh 7 pada
subbab sebelumnya, maka matriks-matriks
1 0 0 2
U= dan V =
1 1 0 0
Apakah ‹ U,V› merupakan ortogonal?
Penyelesaian:
‹ U,V› = (1)(0) + (0)(2) + (1)(0) + (1)(0)= 0
Karena ‹ U,V› = 0 maka ‹ U,V› merupakan
ortogonal
1
Misalkan P2 memiliki hasil kali dalam 𝒑, 𝒒 = 𝑥 𝑞 𝑥 𝑑𝑥 −1 𝑝
Dan misalkan p = x dan q = x2, apakah 𝒑, 𝒒 ortogonal relatif terhadap hasil kali dalam yang
diberikan?
1 1
1 2 1 2
1
2
2
𝒑 = 𝒑, 𝒒 2 = න 𝑥𝑥 𝑑𝑥 = න 𝑥 𝑑𝑥 =
3
−1 −1
1 1
1 2 1 2
1
2 2 4
2
𝒒 = 𝒑, 𝒒 2 = න 𝑥 𝑥 𝑑𝑥 = න 𝑥 𝑑𝑥 =
5
−1 −1
1 1
𝒑, 𝒒 = න 𝑥𝑥 2 𝑑𝑥 = න 𝑥 3 𝑑𝑥 = 0
−1 −1
Karena 𝑝, 𝑞 = 0, vektor-vektor p = x dan q = x2 adalah ortogonal relatif tehadap hasil kali dalam
yang diberikan
Teorema 6.2.4 (Generalisasi Teorema Phytagoras)
5
Ortogonalitas u dan v mengimplikasikan bahwa
‹ u, v› = 0. Sehingga
|| u + v ||2 = ‹ u + v, u + v ›
= ‹ u , u + v › + ‹ v, u + v ›
= ‹ u, u› + ‹ u, v› + ‹ v, u› + ‹ v, v›
= ||u||2 + ‹ u, v› + ‹ u, v› + ||v||2
= ||u||2 + 2‹ u, v› + ||v||2
= ||u||2 + ||v||2
Contoh Vektor-vektor Ortogonal 𝑀22
pada P2.
Tentukan || p + q || 2
Dari Teorema Pythagoras kita mengetahui
bahwa
|| p + q ||2 = ||p||2 + ||q||2
1
||p||2 = ‹p, p› = −1 𝑥𝑥 𝑑𝑥
1 2
= −1 𝑥 dx
1 3 1
= 𝑥 −1
3
1 3 1 3
= (1) - (−1)
3 3
1 1
= +
3 3
2
=
3
1 2 2
||q||2 = ‹q,q› = −1 𝑥 𝑥 𝑑𝑥
1 4
= −1 𝑥 dx
1 5 1
= 𝑥 −1
5
1 5 1 5
= (1) - (−1)
5 5
1 1 2
= + =
5 5 5
2 2
= +
3 5
10+6
=
15
16
=
15
Kita dapat memeriksa kebenaran hasil ini dengan
melakukan integrasi langsung
|| p + q || 2 = ‹ p + q, p + q ›
1 2 2
= −1 𝑥 + 𝑥 𝑥 + 𝑥 𝑑𝑥
1 2 1 3 1 4
=−1 𝑥 𝑑𝑥 + 2 −1 𝑥 𝑑𝑥 + −1 𝑥 𝑑𝑥
2 2 16
= +0+ =
3 5 15
Definisi
14
Teorema 6.2.6
15
Misal W adalah sub ruang dari 5
R yang direntang oleh vektor-
vektor:
w1 = (2, 2, -1, 0, 1) w2 = (-1, -1, 2, -3, 1)
w3 = (1, 1, -2, 0, -1) w4 = (0, 0, 1, 1, 1)
Tentukan basis untuk ortogonal dari W!
16
Ruang W yang direntang oleh w1, w2 , w3, dan w4 adalah sama dengan ruang baris dari
matriks
2 2 −1 0 1
−1 − 1 2 −3 1
𝐴=
1 1 −2 0 −1
0 0 1 1 0
dan berdasarkan teorema 6.2.6 bagian (a), ruang nul dari A adalah komplemen
ortogonal dari W.
2 2 −1 0 1 0 −1 −1 2 −3 1 0
−1 −1 2 −3 1 0 𝑏1 ↔ 𝑏2 2 2 −1 0 1 0 − 𝑏
1
1 1 −2 0 −1 0 𝑏3 ↔ 𝑏4 0 0 1 1 1 0
0 0 1 1 1 0 1 1 −2 0 −1 0
1 1 −2 3 −1 0 1 1 −2 3 −1 0
2 2 −1 0 1 0 −2𝑏1 + 𝑏2 0 0 3 −6 3 0 2𝑏3 + 𝑏1
0 0 1 1 1 0 −𝑏1 + 𝑏4 0 0 1 1 1 0 −3𝑏3 + 𝑏2
1 1 −2 0 −1 0 0 0 0 −3 0 0
17
1 1 0 5 1 0 1 1 0 5 1 0 −5𝑏2 + 𝑏1 1 1 0 0 1 0
0 0 0 −9 0 0 −1 𝑏 0 0 0 1 0 0 −𝑏2 + 𝑏3 0 0 0 1 0 0 𝑏 ↔𝑏
0 0 1 1 10 9 2 0 0 1 1 10 0 0 1 0 1 0 2 3
3𝑏2 + 𝑏4
0 0 0 −3 0 0 0 0 0 −3 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 10
0 0 1 0 10
0 0 0 1 00
0 0 0 0 00
Sehingga diperoleh :
x1 + x 2 + x 5 = 0 x1 = - x2 - x5
x3 + x 5 = 0 x3 = - x5
x4 = 0
misal x2 = α dan x5 = β
x1 = - α – β
x3 = -x5 = - β
𝑥1 −𝛼 − 𝛽 −𝛼 −𝛽 −1 −1
𝑥2 𝛼 𝛼 0 1 0
𝑥3 = −𝛽 = 0 + −𝛽 = 𝛼 0 +𝛽 −1
𝑥4 0 0 0 0 0
𝑥5 𝛽 0 𝛽 0 1 18
−1 −1
1 0
𝑣1 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑣2 = −1
0 0
0 1
membentuk sebuah basis untuk ruang nul ini.
Dengan menyatakan vektor-vektor ini dalam
notasi yang sama dengan w1, w2 , w3, dan w4
dapat disimpulkan bahwa vektor-vektor
v1 = (-1, 1, 0, 0, 0) dan
v2 = (-1, 0, -1, 0, 1)
membentuk suatu basis untuk komplemen
ortogonal dari W.
6.3 BASIS ORTONORMAL; PROSES GRAM-
SCHMIDT; DEKOMPOSISI QR
Definisi
21
Contoh Himpunan Ortogonal pada 𝑅 3
Misalkan
u1 = (0, 1, 0 ), u2 = (1, 0, 1), u3 = (1, 0, -1)
dan asumsikan bahwa R3 memiliki hasilkali
dalam Euclidean. Berdasarkan hal ini maka
himpunan vektor S = {u1, u2, u3} adalah
orthogonal karena
‹u1, u2› = ‹u1, u3› = ‹u2, u3› = 0.
Jika v adalah sebuah vektor taknol pada sebuah
ruang hasilkali dalam, maka berdasarkan
Teorema 6.2.2 bagian (c) vektor
1
𝐯
𝐯
Memiliki norma 1, karena
1 1 1
𝐯 = 𝐯 = 𝐯 =1
𝐯 𝐯 𝐯
𝒖𝟏 = 02 + 12 + 02 =1
, 𝒖𝟐 = 12 + 02 + 12 = 2, ,
𝒖𝟑 = 12 + 02 + (−12 ) = 2
1 2 1 2
𝒗𝟑 = ( ) + 02 + (− ) = 1
2 2
Karena 𝒗1 , 𝒗2 = 𝒗1 , 𝒗3 = 𝒗2 , 𝒗3 = 0 dan 𝒗𝟏 = 𝒗𝟐 = 𝒗𝟑 = 1
sehingga himpunan vektor M= {𝒗1 , 𝒗2 , 𝒗3 } adalah ortonormal
Teorema 6.3.1
28
Contoh vektor koordinat relatif terhadap basis ortonormal:
Misalkan
4 3
𝑣ҧ1 = 0,1,0 , 𝑣ҧ2 = − , 0, ,
5 5
3 4
𝑣ҧ3 = , 0, dan 𝑆 = 𝑣ҧ1 , 𝑣ҧ2 , 𝑣ҧ3 adalah
5 5
sebuah basis ortogonal untuk yang 𝑅 3
𝑢ത 𝑠 = 𝑢ത , 𝑣1 , 𝑢ത , 𝑣ҧ2 , 𝑢ത , 𝑣ҧ3
1 7
= 1, − ,
5 5
Koordinat-koordinat Relatif Terhadap Basis Ortogonal
Jika S = {𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ,…, 𝑣𝑛 } adalah sebuah basis ortogonal untuk sebuah ruang vektor 𝑉, maka
normalisasi tiap-tiap vektor didalam basis ini akan menghasilkan basis ortonomal:
′
𝑣1 𝑣2 𝑣 𝑛
𝑆 = , ,…,
𝑣1 𝑣2 𝑣𝑛
Sehingga jika 𝑢ത adalah sebuah vektor sebarang didalam 𝑉 , maka berdasarkan teorema 6.3.1:
𝑢ത , 𝑣1 𝑣1 𝑢,
ഥ 𝑣2 𝑣2 𝑢,
ഥ 𝑣𝑛 𝑣𝑛
𝑢ത = + + ⋯+
𝑣1 𝑣1 𝑣2 𝑣2 𝑣𝑛 𝑣𝑛
𝑢ത , 𝑣1 𝑢,
ഥ 𝑣2 𝑢,
ഥ 𝑣𝑛
= 𝑣1 + 𝑣2 + ⋯ + 𝑣𝑛
𝑣1 𝑣2 𝑣𝑛
Berdasarkan teorema 6.1.1 (c):
Rumus ini menyatakan 𝑢ത sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor didalam basis ortogonal 𝑆
Koordinat-koordinat Relatif Terhadap Basis Ortogonal
Jika S = {𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ,…, 𝑣𝑛 } adalah sebuah basis ortogonal untuk sebuah ruang vektor
𝑉, maka normalisasi tiap-tiap vektor didalam basis ini akan menghasilkan basis
ortonomal:
′
𝑣1 𝑣2 𝑣𝑛
𝑆 = , ,…,
𝑣1 𝑣2 𝑣𝑛
Teorema 6.3.3
33
Proyeksi Otrogonal
Teorema 6.3.4
34
Vektor 𝑤
ഥ1 disebut sebagai proyeksi
ortogonal u pada W dan dinotasikan
dengan 𝑷𝒓𝒐𝒋𝒘 𝒖ഥ . Vektor 𝑤
ഥ2 disebut
sebagai proyeksi ortogonal u pada 𝑊 ⊥
dan dinotasikan dengan 𝑷𝒓𝒐𝒋 𝒖 ഥ
𝑾
𝑢ത
𝑤2
Jadi:
𝑤1 w
𝑢ത = 𝑤ഥ1 + 𝑤
ഥ2
𝑢ത = 𝑃𝑟𝑜𝑗𝑤 𝑢ത + 𝑃𝑟𝑜𝑗 𝑢ത
𝑊
𝑃𝑟𝑜𝑗 𝑢ത = 𝑢ത − 𝑃𝑟𝑜𝑗𝑤 𝑢ത
𝑊
𝑤
ഥ2 = 𝑢ത − 𝑃𝑟𝑜𝑗 𝑢ത
𝑊
36
Koordinat-Koordinat Relatif Terhadap Basis Ortogonal :
Teorema 6.3.5
Misalkan 𝑊 adalah sebuah subruang berdimendi terhingga dari suatu ruang hasil kali
dalam 𝑉:
Jika {𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ,…, 𝑣𝑛 } adalah sebuah basis ortonormal untuk 𝑊 dan 𝑢ത adlaah sebarang
vektor pada 𝑉 maka:
𝑃𝑟𝑜𝑗𝑤 𝑢ത = 𝑢,
ത 𝑣ҧ1 𝑣ҧ1 + 𝑢ത ,ഥ𝑣2 𝑣ҧ2 + 𝑢,
ത 𝑣ҧ3 𝑣ҧ3 + ⋯ + 𝑢ത , 𝑣𝑛ҧ 𝑣𝑛ҧ
Jika {𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ,…, 𝑣𝑛 } adalah sebuah basis ortogonal untuk 𝑊 dan 𝑢ത adalah sebuah
vektor sebarang pada 𝑉 maka:
ഥ,𝑣ത1
𝑢 ഥ,𝑣ത2
𝑢 ഥ,𝑣ത3
𝑢 ഥ,𝑣ത𝑛
𝑢
𝑃𝑟𝑜𝑗𝑤 𝑢ത = 2 𝑣1ҧ + 2 𝑣ҧ 2 + 2 𝑣ҧ 3 + ⋯+ 2 𝑣ҧ
𝑛
𝑣ത1 𝑣ത2 𝑣ത3 𝑣ത𝑛
37
Contoh 6 Menghitung Proyeksi
Misalkan 𝑅3 memiliki hasil kali dalam Eucliden, dan 𝑊 adalah subruang yang direntang
4 3
oleh vektor-vektor ortonormal 𝑣ҧ1 = 0,1,0 , 𝑣ҧ2 = − , 0, . Misal 𝑢ത = (1,1,1). Tentukan
5 5
proyeksi ortogonal 𝑢ത pada 𝑊 dan komponen 𝑢ത yang ortogonal terhadap 𝑊!
Penyelesaian
𝑢ത , 𝑣ҧ1 = 1 0 + 1 1 + 1 0 = 0 + 1 + 0 = 1
4 3 4 3 1
𝑢ത , 𝑣ҧ2 = 1 − + 1 0 + 1 =− +0+ =−
5 5 5 5 5
Proyeksi ortogonal dari vektor 𝑢ത pada 𝑊 adalah:
𝑃𝑟𝑜𝑗𝑤 𝑢ത = 𝑢ത , 𝑣ҧ1 𝑣ҧ1 + 𝑢ത ,ഥ𝑣2 𝑣ҧ2
1 4 3
= 1 0,1,0 + − − , 0,
5 5 5
4 3
= 0,1,0 + , 0, −
25 25
4 3
= , 1, −
25 25
Komponen 𝑢ത yang ortogonal terhadap 𝑊 adalah :
𝑃𝑟𝑜𝑗 𝑢ത = 𝑢ത − 𝑃𝑟𝑜𝑗𝑤 𝑢ത
𝑊
4 3
= 1,1,1 − , 1, −
25 25
21 28
= , 0,
25 25
Proses Gram-Schmidt
Teorema 6.3.6
40
Bukti :
Misalkan 𝑉 adalah suatu ruang hasil kali dalam tak nol berdimensi
terhingga.
Misalkan 𝑢ത1 , 𝑢ത 2 , … , 𝑢ത 𝑛 adalah basis untuk 𝑉,
Cukup ditunjukkan bahwa 𝑉 memiliki basis ortogonal, karen avektor-vektor
dalam basis ortogonal itu dapat di normalisasikan untuk menghasilkan
sebuah basis ortonormal untuk 𝑉.
Langkah 1
Misalkan 𝑣1ҧ = 𝑢ത1
Langkah 2
Sebagaimana diilustrasikan dalam gambar di samping, kita
dapat memperoleh sebuah vektor 𝒗𝟐 yang ortogonal terhadap
𝒗𝟏 dengan menghitung komponen 𝒖𝟐 yang ortogonal terhadap
ruang 𝑾𝟏 yang direntang oleh 𝒗𝟏 . Dengan menggunakan
Rumus (7):
𝒗𝟐 = 𝒖𝟐 − 𝒑𝒓𝒐𝒋𝒘𝟏 𝒖𝟐 𝒗𝟐 = 𝒖𝟐 − 𝒑𝒓𝒐𝒋𝒘𝟏 𝒖𝟐
𝒖𝟐 , 𝒗𝟏
𝒖𝟐 = 𝒖𝟐 − 𝒗𝟏
𝒗𝟏 𝟐
𝑢ത 3 , 𝑣ҧ1 𝑢ത 3 , 𝑣ҧ2
= 𝑢ത 3 − 2
𝑣ҧ1 − 2
𝑣ҧ2
𝑣ҧ1 𝑣ҧ2
2 1 1
0. − + 0. + 1.
0.1 + 0.1 + 1.1 3 3 3 2 1 1
= 0,0,1 − 1,1,1 − − , ,
12 + 1 2 + 12 2 2 1 2 1 2 3 3 3
− + +
3 3 3
1
1 3 2 1 1
= 0,1,1 − 1,1,1 − − , ,
3 4 1 1 3 3 3
+ +
9 9 9
1
1 1 1 3 2 1 1
= 0,1,1 − , , − − , ,
3 3 3 6 3 3 3
9
1 1 1 1 2 1 1
= 0,1,1 − , , − − , ,
3 3 3 2 3 3 3
1 1 1 1 1 1
= 0,1,1 − , , − − , ,
3 3 3 3 6 6
1 1
= 0, − ,
2 2
Sehingga Sehingga basis ortonormal untuk 𝑅3 adalah:
2 1 1 1 1
𝑣1ҧ = (1,1,1), 𝑣ҧ2 = − , ,, 𝑣ҧ3 = 0, − ,
3 3 3 2 2
Membentuk sebuah basis ortogonal untuk 𝑅3
𝑣ത1 (1,1,1) 1 1 1
Norma datri vektor-vektor tersebut adalah
𝑞ത1 = = = , ,
𝑣1ҧ = 12 + 12 + 12 𝑣ത1 3 3 3 3
= 3
2 2 2 211
2 1 1 𝑣ത2 − , , 2 1 1
𝑣ҧ2 = −
3
+
3
+
3 𝑞ത2 = = 333
6
= − , ,
𝑣ത2 6 6 6
4 1 1 3
= + +
9 9 9
6 6
= =
9 3 11
𝑣ത3 0,− , 1 1
𝑞ത3 = = 22
2
= 0, − ,
1
2
1
2 𝑣ത3 2 2
𝑣ҧ3 = 02 + − + 0
2 2
1 1
= +
4 4
2 1
= =
4 2
Dekomposisi QR
Teorema 6.3.7
47
Contoh 8:
1 0 0
𝑢ത1 = 1 𝑢ത 2 = 1 𝑢ത 3 = 0
1 1 1
1 −2
3 6
0
−1
1 1
𝑞ത1 = 3
𝑞ത2 = 6
𝑞ത3 = 2
1
1 1
2
3 6
1 1 1 −2 1 1
𝑢ത1 , 𝑞ത1 = 1 + (1) + 1 𝑢ത 3 , 𝑞ത2 = 0 + (0) + 1
3 3 3 6 6 6
1 1 1 1
= + + =
3 3 3 6
3
=
3
1 1 1 −1 1
𝑢ത 2 , 𝑞ത1 = 0 + (1) + 1 𝑢ത 3 , 𝑞ത2 = 0 0 + (0) + 1
3 3 3 2 2
1 1 1
= + =
3 3 2
2
=
3
−2 1 1 1 1 1
𝑢ത 2 , 𝑞ത2 = 0 + (1) + 1 𝑢ത 3 , 𝑞ത1 = 0 + (0) + 1
6 6 6 3 3 3
1 1 1
= = +
3 6 6
2
=
6
3 2 1
3 3 3
𝑢1 , 𝑞1 𝑢2 , 𝑞1 𝑢3 , 𝑞1
2 1
𝑅= 0 𝑢2 , 𝑞2 𝑢3 , 𝑞2 = 0
0 0 𝑢3 , 𝑞3 6 6
1
0 0
2
Dengan demikian, dekomposisi 𝑄𝑅 dari matriks 𝐴 adalah
1 −2 3 2 1
3 6
0 3 3 3
1 0 0 1 1
−1
2 1
1 1 0 = 3 6
2 0
6 6
1
1 1 1 1 1 1
3 6
2 0 0
2
𝐴 𝑄 𝑅
T H A N K YO U !
Do You Have Any Questions?