NIM : 0401520010
Kelas : A1 Reguler
Titik – titik a dan b disebut titik ujung – titik ujung dari interval buka (𝑎, 𝑏), tetapi titik ujung
tersebut tidak termasuk pada interval terbuka.
Jika kedua ujung titik termasuk pada interval terbuka, maka berlaku interval tutup yang di
tentukan oleh a dan b adalah
[𝑎, 𝑏] = { 𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏 }
Interval setengah buka atau interval setengah tutup, yang ditentukan oleh titik a dan b
dimana [a,b) memiliki titik ujung a, dan (a,b] memiliki titik ujung b.
[𝑎, 𝑏) = { 𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑎 ≤ 𝑥 < 𝑏 } ......(disebut interval setengah tutup)
(𝑎, 𝑏 ] = { 𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏 } …. (disebut interval setengah buka)
Setiap 4 interval terbatas di atas mempunyai panjang yang dapat didefinisikan sebagai b – a.
Sedangkan yang berhubungan dengan interval tertutup [𝑎, 𝑎 ] = {𝑎} merupakan singleton
(tunggal).
Ada 5 tipe interval tak terbatas yang disimbolkan dengan ∞ (𝑜𝑟 + ∞)𝑑𝑎𝑛 − ∞ secara umum
tidak mempunyai titik – titik ujung interval buka tak terbatas ditetapkan dengan bentuk
(𝑎, ∞) ≔ {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 > 𝑎} 𝑑𝑎𝑛
(−∞, 𝑏) ≔ {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 < 𝑏}
titik titik ujung yang terletak diantara interval tutup tak terbatas adalah
[𝑎, ∞) ≔ {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 ≥ 𝑎} dan
( −∞, 𝑏] ≔ {𝑥 ∈ ℝ ∶ 𝑥 ≤ 𝑏}
Segala Himpunan di R merupakan himpunan yang tak terbatas. Sebagai contoh kita dapat
menulis (−∞, ∞) ≔ ℝ ( dapat dikatakan bahwa R ini tidak mempunyai titik ujung.
Karakterisasi Interval
Yang jelas dari interval adalah bahwa jika dua titik 𝑥, 𝑦 dengan 𝑥 < 𝑦 termasuk dalam interval
I, maka ada titik yang berada di antara keduanya juga milik I. Artinya,
jika 𝑥 < 𝑡 < 𝑦, maka titik t adalah milik interval yang sama seperti 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦. Dengan kata lain,
jika 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 termasuk dalam interval I, maka interval [𝑥, 𝑦] terdapat di dalam I. Akan
ditunjukkan bahwa subset dari ℝ yang memiliki sifat ini harus interval.
Proof:
Untuk ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆 dan 𝑥 < 𝑦 dimana [𝑥, 𝑦] ⊆ 𝐼.
Misalkan ∃𝑡 ∈ 𝑆 ⟹ 𝑡 ∈ 𝐼 ∋ 𝑥 ≤ 𝑡 ≤ 𝑦.
Maka 𝑡 ∈ [𝑥, 𝑦]. (T.2.4.8)
Kasus 2
𝑆 terbatas diatas tetapi tidak terbatas di bawah, karena 𝑆 terbatas di atas maka 𝑆 mempunyai
supremum.
Misalkan 𝑏 = 𝑠𝑢𝑝𝑟𝑒𝑚𝑢𝑚 𝑆, kita mengambil titik 𝑥 di 𝑆, kita memperoleh bahwa 𝑥 ≤ 𝑏,
∀ 𝑥 ∈ 𝑆 akibatnya 𝑆 ⊆ (−∞, 𝑏].
Berikutnya kita akan menunjukkan bahwa (−∞, 𝑏 ) ⊆ 𝑆.
Misalkan ambil 𝑧 ∈ (−∞, 𝑏) atau 𝑧 < 𝑏. karena 𝑧 bukan batas atas dari S, maka ∃ 𝑦 ∈ 𝑆 ∋ 𝑧 <
𝑦. Karena 𝑆 tidak terbatas di bawah, maka ∃ 𝑥 ∈ 𝑆 ∋ 𝑥 < 𝑦 (nilai 𝑥 yang kurang dari 𝑦).
akibatnya 𝑧 ∈ [𝑥, 𝑦]
Karena hipotesis awal [𝑥, 𝑦] ⊆ 𝑆, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑧 ∈ 𝑆. Yang demikian berlaku untuk sembarang 𝑧 ∈
(−∞, 𝑏)𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑖𝑡𝑢 (−∞, 𝑏) ⊆ 𝑆.
Jika 𝑏 ∈ 𝑆 maka (−∞, 𝑏) ⊆ 𝑆 dapat pula dinyatakan dengan 𝑆 ⊆ (−∞, 𝑏]. karena 𝑆 ⊆ (−∞, 𝑏)
dan 𝑆 ⊆ (−∞, 𝑏]. Maka 𝑆 = (−∞, 𝑏).
Jika 𝑏 ∉ 𝑆 maka 𝑆 ⊆ (−∞, 𝑏] cukup dinyatakan dengan 𝑆 ⊆ (−∞, 𝑏) akibatnya bersama
dengan (−∞, 𝑏) ⊆ 𝑆, kita peroleh bahwa 𝑆 = (−∞, 𝑏).
Kasus 3
𝑆 terbatas dibawah tetapi tidak terbatas diatas. Karena 𝑆 terbatas dibawah, maka 𝑆 mempunyai
infimum.
Misalkan 𝑎 = 𝑖𝑛𝑓𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑆, kita mengambil titik 𝑥 di 𝑆, kita peroleh bahwa
𝑥 ≥ 𝑎, ∀𝑥 ∈ 𝑆, akibatnya 𝑆 ⊆ [𝑎, ∞).
Berikutnya kita akan menunjukkan bahwa [𝑎, ∞) ⊆ 𝑆
Misalkan : ambil 𝑧 ∈ (𝑎, ∞) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑧 > 𝑎, karena 𝑧 bukan batas bawah dari 𝑆, maka ∃ 𝑦 ∈ 𝑆 ∋
𝑧 > 𝑦. karena 𝑆 tidak terbatas di atas, maka ∃ 𝑥 ∈ 𝑆 ∋ 𝑥 > 𝑦 (nilai x yang lebih dari y)
akibatnya 𝑧 ∈ [𝑥, 𝑦].
Karena hipotesis awal [𝑥, 𝑦] ⊆ 𝑆, maka 𝑧 ∈ 𝑆, yang demikian berlaku untuk sembarang 𝑧 ∈
(𝑎, ∞) , karena itu (𝑎, ∞) ⊆ 𝑆
Jika 𝑎 ∈ 𝑆 maka (𝑎, ∞) ⊆ 𝑆 dapat pula di nyatakan dengan 𝑆 ⊆ [𝑎, ∞). Karena 𝑆 ⊆ (𝑎, ∞)
dan 𝑆 ⊆ [𝑎, ∞) maka 𝑆 = (𝑎, ∞).
Jika 𝑎 ∉ 𝑆 maka 𝑆 ⊆ [𝑎, ∞) cukup dinyatakan dengan 𝑆 ⊆ [𝑎, ∞) akibatnya bersama dengan
(𝑎, ∞) ⊆ 𝑆 kita peroleh bahwa 𝑆 = (𝑎, ∞ ) dengan 𝑎 adalah 𝑖𝑛𝑓𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑆.
Kasus 4
Misalkan 𝑆 tidak terbatas di bawah dan 𝑆 tidak terbatas di atas.
Jelas bahwa, 𝑆 ⊆ (−∞, ∞). Misalkan 𝑧 ∈ (−∞, ∞), maka terdapat 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆 sehingga 𝑥 < 𝑧 <
𝑦. Karena 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆 dan 𝑥 < 𝑦, maka [𝑥, 𝑦] ⊆ 𝑆, sehingga 𝑧 ∈ 𝑆. Oleh karena itu, (−∞, ∞) ⊆ 𝑆.
Akibatnya, 𝑆 = (−∞, ∞).
Jadi secara keseluruhan telah ditunjukkan bahwa S merupakan suatu interval di ℝ
𝐼𝑛
𝑎1 𝑎2 𝑎𝑛 𝑎𝑛+1 𝑏𝑛+1 𝑏𝑛 𝑏2 𝑏1
𝐼𝑛+1
𝐼2
Contoh 1:
1
Bila 𝐼𝑛 = [0, 𝑛] untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ buktikan lah bahwa n =1 𝐼𝑛 ={0}.
Penjelasan:
1
Karena 𝐼𝑛 = [0, 𝑛] maka 𝐼𝑛 ⊇ 𝐼𝑛+1 , ∀ 𝑛 ∈ ℕ.
𝐼3
1 1 1 1
0
4 3 2
𝐼4
𝐼2
Dari gambar dapat dilihat bahwa 0 ∈ 𝐼𝑛 , ∀ 𝑛 ∈ ℕ dan 0 disebut titik sekutu (common point).
Dengan demikian n =1 𝐼𝑛 = {0}
Bukti:
n =1 𝐼𝑛 ≠ ∅ sebab 𝐼𝑛 ∀ 𝑛 ∈ ℕ merupakan interval tertutup.
Karena n =1 𝐼𝑛 ≠ ∅ maka ∃ 𝑥 ∈ 𝐼𝑛 ∀ 𝑛 ∈ 𝑁, ∋ 𝑥 ∈ n =1 𝐼𝑛 .
1
Karena 𝑥 ∈ n =1 𝐼𝑛 maka 0 ≤ 𝑥 ≤ 𝑛, n ∈ ℕ.
1 1
Karena 0 ≤ 𝑥 ≤ 𝑛, n ∈ ℕ maka x ≥ 0 dan 𝑥 ≤ 𝑛.
1 1
Andaikan 0 ∉ n =1 𝐼𝑛 berarti 0 < 𝑥 ≤ 𝑛 atau 𝑥 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ≤ 𝑛.
1
Karena 𝑥 > 0 maka menurut sifat archimedes, ∃ 𝑛0 ∈ 𝑁 ∋ 𝑛 < 𝑥. (2.4.3 dan 2.4.4)
0
1 1
Padahal 𝑥 ≤ 𝑛 ( khususnya juga berlaku 𝑥 ≤ untuk suatu 𝑛0 ∈ ℕ).
𝑛0
Terjadi kontradiksi dengan demikian haruslah 𝑥 = 0 sehingga n =1 𝐼𝑛 = {0}.
Contoh 2:
1
Bila 𝐽𝑛 = (0, 𝑛) ∀ n ∈ 𝑁, buktikanlah bahwa 𝐽𝑛 interval bersarang yang tidak memiliki titik
𝐽3
1 1 1
0 1
4 3 2
𝐽4
𝐽2
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 𝐽𝑛 bersarang dan 0 bukan anggota 𝐽𝑛 . Dengan demikian
𝐽𝑛 tidak memiliki titik sekutu atau n =1 𝐽𝑛 = ∅
Disini di berikan petunjuk:
Bukti:
n =1 𝐽𝑛 = ∅ sebab 𝐽𝑛 ∀ 𝑛 ∈ ℕ merupakan interval terbuka
Karena n =1 = ∅ maka ∄ 𝑥 ∈ 𝐽𝑛 , ∀ 𝑛 ∈ 𝑁, ∋ 𝑥 ∈ n =1 𝐽𝑛
1
Karena 𝑥 ∈ n =1 𝐽𝑛 maka 0 < 𝑥 < ∀𝑛∈𝑁
𝑛
1 1
Karena 0 < 𝑥 < ∀ 𝑛 ∈ 𝑁 maka 𝑥 > 0 dan 𝑥 <
𝑛 𝑛
1 1
Andaikan n =1 𝐽𝑛 ≠ ∅ bearti 0 ≤ 𝑥 ≤ 𝑛 atau 𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ≤ 𝑛
1 1 1
Karena 𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ≤ 𝑛 menurut sifat archimedes ∃ 𝑛 ∈ 𝑁 ∋ 𝑛 ≤ 𝑥 padahal 𝑥 ≤ 𝑛
1
Khusus juga berlaku 𝑥 ≤ 𝑛 untuk suatu n ∈ 𝑁
Terjadi kontradiksi dengan demikian haruslah 𝑥 ≠ 0 sehingga 𝐽𝑛 = ∅.
n =1