Anda di halaman 1dari 25

UJI KETUNTASAN BELAJAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistika Pendidikan


Dosen Pengampu:
Dr. Nur Karomah Dwidayati, M.Si.
Dr. Arief Agoestanto, M.Si.

Oleh:
Sari Nurlita (0401520072)
Mu’ammar Rahma Qadafi (0401520075)
Yudha Kristia Kartika (0401520076)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
UJI KETUNTASAN BELAJAR

A. PENGERTIAN KKM (KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL)


Menurut Permendikbud No. 23 Tahun 2020 tentang Standar Penilaian Pendidikan
dinyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah
kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada
standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.
Indikator bahwa siswa telah menguasai kurikulum yakni kemampuan hasil belajar
yang diukur telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan,
bahkan sebaiknya melampaui KKM. Dengan KKM ini, siswa yang telah berhasil dapat
melanjutkan belajar untuk dapat menguasai kompetensi selanjutnya, dan yang belum
menguasai dapat memperdalam yang belum dikuasai melalui remidi. Hal ini
menunjukkan pentingnya KKM dalam menentukan keberlanjutan belajar peserta didik
(Mardapi, Hadi & Retnawati, 2014a, Mardapi, Hadi & Retnawati, 2014b).
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) disebut pula dengan batas lulus atau standard
setting. Standard dapat diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, dan
standard setting adalah proses menentukan cut score terhadap instrumen pendidikan.
Komponen esensial dari standard setting melalui judgment seperti yang dikemukakan
oleh Angoff (1971), Nedelsky (1954),dan Plake, Melican, & Mills (1991)adalah panelis
atau penilai ahli.
Jadi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria nilai minimal siswa yang
harus dicapai siswa sebagai indikator penguasaan kompetensi. Kriteria keberhasilan
adalah patokan ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada
kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan
konsep atau ketrampilan yang dapat diamati dan diukur. Secara umum kriteria
keberhasilan pembelajaran adalah: (1) keberhasilan peserta didik menyelesaikan
serangkaian tes, baik tes forma-tif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai
tingkat keberhasilan rata-rata 60%; (2) setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh kurikulum, tingkat
ketercapaian kompetensi ini ideal 75%; dan (3) ketercapaian keterampilan vokasional
atau praktik bergantung pada tingkat resiko dan tingkat kesulitan. Ditetapkan idealnya
sebesar 75 %.

2
Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0% - 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing
indikator lebih besar dari 75%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat
pencapaian indikator, tetapi dengan pertimbangan-pertimbnagn tertentu satuan
pendidikan dapat menetapkan kri-teria ketuntasan minimal dibawah 75 %. Penetapan itu
disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan peserta didik dan guru serta
ketersediaan prasarana dan sarana. (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Untuk dapat memahami Kriteria Ketuntasan belajar maka diambil beberapa


kasus di bawah ini :

Misalnya Kriteria Keberhasilan pembelajaran suatu sekolah adalah

1. Minimal 70 % siswa mencapai KKM


2. Siswa dinyatakan tuntas dalam belajar bila telah mencapai KKM
3. KKM sebesar 80 ( siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajarnya minimal 80 (≥ 8)

Contoh Kasus

Kasus 1.

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai 100 100 100 100 100 100 75 75 75 75

Rata – rata nilai adalah 90

Proporsi siswa yang mendapat nilai minimal 80 adalah 60 %.

Kasus 2.

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai 80 80 80 80 80 80 80 80 10 10

Rata – rata adalah 66.

Proporsi siswa yang mendapat nilai minimal 80 adalah 80 %

Kasus 3.

3
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai 80 80 80 80 80 80 85 85 75 75

Rata – rata adalah 80.

Proporsi siswa yang mendapat nilai minimal 80 adalah 80 %

Interpretasi :

Dari kasus 1 rata-ratanya adalah 90 tergolong sudah bagus namun proporsinya hanya 60 %
dimana masih di bawah 70 % dimana 70 % sebagai syarat ketuntasan belajar, maka kelas
pada kasus 1 kurang baik.

Dari Kasus 2 rata-ratanya adalah 66,tergolong masih kurang karena rata – rata nilai kelas
kurang dari KKM yaitu 80 sedangkan proporsi siswa yang mendapat nilai 80 adalah 80 %,
tergolong bagus mencapai ambang batas 70 % siswa mencapai KKM. Meskipun begitu kelas
pada kasus 2 tergolong kurang baik.

Dari Kasus 3 rata-ratanya adalah 80,tergolong bagus karena rata – rata nilai kelas mencapai
KKM yaitu 80 sedangkan proporsi siswa yang mendapat nilai 80 adalah 80 %, tergolong
bagus mencapai ambang batas 70 % siswa mencapai KKM. Maka kelas pada kasus 3
tergolong kelas yang ideal.

Jadi jelas untuk mencapai kriteria ketuntasan belajar harus diuji rata-rata (mean) maupun uji
proporsinya. Jika hanya meannya maka akan muncul kasus pertama,proporsinya kurang baik,
jika hanya proporsinya yang baik maka akan muncul kasus kedua, meannya bisa jadi kurang
baik. Maka dari itu kelas yang ideal adalah kasus ketiga.

Mean merupakan penaksir yang baik dalam statistika karena memenuhi 3 sifat penaksir yang
baik yaitu

1. Tak bias
2. Konsisten
3. Bervariansi minimum

Sehingga pada umumnya saat mengolah data maka diambil nilai rata-ratanya (mean).

4
Sedangkan proporsi digunakan karena ada kasus pada kriteria ketuntasan hasil belajar maka
ada minimal siswa yang mendapat nilai di atas KKM.

Dari penjelasan tersebut untuk menguji ketuntasan belajar maka perlu ada dua uji yaitu uji
rata-rata hasil belajar dan uji proporsi.

B. UJI KETUNTASAN RATA-RATA HASIL BELAJAR (UJI MEAN)

1. Pengertian Uji Beda Mean Satu Sampel


Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan mean (rerata) populasi atau penelitian
terdahulu dengan mean data sampel penelitian.

2. Persyaratan Uji dan Prosedur


Asumsi
a) Data berdistribusi Normal
b) Terdiri dari satu sampel
c) Skala pengukuran harus interval atau rasio

Statistik Uji
a. Statistik Uji Beda Mean Satu Sampel dapat ditentukan melalui prosedur berikut:
1. Tentukan hipotesis
a) Uji Dua Sisi
H 0 : μ=μ 0

H 1 : μ ≠ μ0

b) Uji Satu sisi (sisi kiri)

H 0 : μ=μ 0

H 1 : μ< μ0

c) Uji Satu sisi (sisi kanan)

H 0 : μ=μ 0

H 1 : μ> μ0

2. Tentukan signifikansi α

5
3. Selidiki σ , apabila:
a. Bila σ sudah diketahui : memakai Uji Z
1) Hitung Z hitungmenggunakan rumus:
x́−μ 0
Z hitung =
σ
√n
Di mana,
Z hitung = nilai Z empiric;
x́ = rata-rata empiric;
μ0 = rata-rata populasi/penelitian terdahulu
σ = simpangan baku
n = banyaknya sampel
2) Bandingkan dengan Z hitung dengan Ztabel
3) Kriteria pengambilan keputusan:
Pengujian Dua Sisi

Jika - z α ≤ z hitung≤ z α maka Ho diterima dan Ha ditolak,


2 2

Jika z hitung > ¿ z α maka Ho ditolak dan Ha diterima.


2

Pengujian Satu Sisi (Sisi Kanan)


Jika z hitung≤ z α maka Ho diterima dan Ha ditolak,
Jika z hitung > ¿ z α maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Pengujian i Satu Sisi (Sisi Kiri)
Jika z hitung ≥ - z α maka Ho diterima dan Ha ditolak,
Jika z hitung < ¿ z α maka Ho ditolak dan Ha diterima.
4) Simpulan
a. Bila σ tidak diketahui : memakai Uji t
1) Hitung t hitungmenggunakan rumus:
X́−μ0
t hitung =
SD
√n
Di mana
t hitung = nilai t empiric;
X́ = rata-rata empiric;
μ0 = rata-rata populasi/penelitian terdahulu

6
SD = Standar Deviasi
n = banyaknya sampel

2) Bandingkan dengan t hitung dengan t tabel


3) Kriteria pengambilan keputusan:
Jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,
Jika t hitung < ¿ -t tabel atau t hitung > ¿ t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
4) Simpulan

CONTOH SOAL
UJI KETUNTASAN SECARA RATA-RATA (UJI BEDA MEAN)

Seorang peneliti memperoleh data kemampuan komunikasi matematis peserta


didik pada pembelajaran berbasis masalah, sebagaimana tercantum pada tabel.
Kemudian dilakukan uji ketuntasan rata-rata (uji beda mean) untuk mengetahui
apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik dapat mencapai ketuntasan.
Kemampuan komunikasi matematis peserta didik dikatakan tuntas apabila peserta
didik memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70. Diketahui diasumsikan data
berdistribusi normal.

No. Nilai No. Nilai

1 68.00 16 67.00

2 50.00 17 89.00

3 57.00 18 88.00

4 55.00 19 72.00

5 78.00 20 74.00

6 46.00 21 68.00

7 67.00 22 63.00

8 70.00 23 75.00

9 92.00 24 64.00

7
10 80.00 25 90.00

11 57.00 26 57.00

12 63.00 27 68.00

13 89.00 28 80.00

14 90.00 29 75.00

15 59.00 30 74.00

Hipotesis:

H0 : μ=69,5 (Nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis tidak mencapai


KKM secara rata-rata)

H1 : μ>69,5 (Nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis mencapai KKM


secara rata-rata)

Perhitungan thitung:

x́−μ 70,83−69,5 1,33 1,33


t= = = = =0,577
SD 12,45 12,45 2,27
√N √30 5,48

Berdasarkan tabel distribusi t dengan dk = 30 — 1 = 29 dan α = 5%, diperoleh ttabel = 1,699.

Jadi, karena t hitung =0,577<t tabel =1,699, maka H0 diterima.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis peserta
didik pada pembelajaran berbasis masalah tidak mencapai KKM.

CONTOH SOAL VIA SPSS


UJI KETUNTASAN SECARA RATA-RATA (UJI BEDA MEAN)

Seorang peneliti memperoleh data kemampuan komunikasi matematis peserta


didik pada pembelajaran berbasis masalah, sebagaimana tercantum pada tabel.
Kemudian dilakukan uji ketuntasan rata-rata (uji beda mean) untuk mengetahui
apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik dapat mencapai ketuntasan.

8
Kemampuan komunikasi matematis peserta didik dikatakan tuntas apabila
memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70. Diketahui diasumsikan data
berdistribusi normal.

No. Nilai No. Nilai

1 68.00 16 67.00

2 50.00 17 89.00

3 57.00 18 88.00

4 55.00 19 72.00

5 78.00 20 74.00

6 46.00 21 68.00

7 67.00 22 63.00

8 70.00 23 75.00

9 92.00 24 64.00

10 80.00 25 90.00

11 57.00 26 57.00

12 63.00 27 68.00

13 89.00 28 80.00

14 90.00 29 75.00

15 59.00 30 74.00

Hipotesis:
H0 : μ=69,5 (Nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis tidak mencapai KKM)
H1 : μ>69,5 (Nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis mencapai KKM)

Langkah-langkah via SPSS:


1. Masukan data ke dalam SPSS
2. Beri nama variabelnya

1. Masukan data ke dalam


9
SPSS
2. Beri nama variabelnya
3. Lalu klik Analyze > Compare Means > pilih One-Sample T Test

10
4. Pilih Nama Variabel yang
telah dibuat disini
“Nilai_Kelas”

5. Klik tombol panas tersebut sehingga nama


variable tadi berpindah ke kolom “Test
Variabel”

6. Isikan nilai KKM-nya tadi pada isian “test value, nilai KKM diketahui batas bawahnya “69,5”

7. Klik menu options lalu muncul


Kotak dialog “One-Sample T
Test:Options”

8. Isikan nilai 95 % untuk α


diketahui 0,05

10. Lalu Klik OK


9. Klik Continue

11
Maka keluar hasil tampilan Tabel One-Sample Statistics
Interpretasi hasil SPSS:

Cara 1:
Dasar Pengambilan Keputusan Uji One Sample T Test:
Jika nilai Sig. < 0,05, maka H0 ditolak
Jika nilai SIg. > 0,05 maka H0 diterima

Terlihat Output sig = 0,569 > 0,05/2 (karena uji satu pihak); maka jelas H0 diterima.

12
Cara 2
Dapat diketahui nilai dari t hitung = 0,577
Dengan df = n-1= 29 dan α = 5% =0,05
diperoleh ttabel = 1,69
Jelas t hitung =0 , 577<t tabel=1 , 69; karena t hitung < t tabel , maka H0 diterima.

Kesimpulan
Nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis peserta didik tidak mencapai KKM.

C. UJI KETUNTASAN KLASIKAL (UJI PROPORSI)

1. Uji Ketuntasan Klasikal

• Uji ketuntasan Klasikal digunakan untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa dapat mencapai
ketuntasan secara klasikal.
• Uji Hipotesis ketuntasan klasikal pada umumnya menggunakan uji proporsi satu pihak yaitu
pihak kiri.

2. Uji Proporsi

• Proporsi adalah suatu pecahan, rasio atau persentase yang menunjukkan suatu bagian populasi
atau sampel yang mempunyai sifat luas.
• Sebagai contoh adalah KKM matematika di suatu sekolah adalah 75, hasil ulangan
matematika dalam suatu kelas yang berjumlah 30 siswa, didapati 25 siswa dinyatakan lulus
atau nilainya di atas 75.

Jadi sampel proporsi siswa yang lulus atau nilainya di atas 75 adalah 25/30 = 83,33 %.

13
x
• Maka dugaan proporsinya dapat kita tuliskan ^p=
n
• Uji Proporsi ini dapat digunakan untuk menentukan uji ketuntasan belajar siswa secara
Klasikal

Uji Z Beda Proporsi Satu Sampel

Asumsi :

• Uji Z beda proporsi satu sampel digunakan untuk menguji perbedaan proporsi anggapan
dengan data empirik di lapangan.
• Jenis data yang digunakan harus berskala interval atau rasio
• Populasi harus berjenis binomial.

Jenis Uji Hipotesis Nol vs. Hipotesis Alternatif

• Uji Dua Sisi

H 0 : p= p 0 proporsi dugaan sama dengan proporsi data yang sesungguhnya.

H 1 : p ≠ p0 proporsi dugaan tidak sama dengan proporsi data yang sesungguhnya

• Uji Satu sisi (sisi kiri)

H 0 : p= p 0 proporsi dugaan sama dengan proporsi data yang sesungguhnya.

H 1 : p< p0 proporsi data yang sesungguhnya kurang dari proporsi dugaan

• Uji Satu sisi (sisi kanan)

H 0 : p= p 0 proporsi dugaan sama dengan proporsi data yang sesungguhnya

14
H 1 : p> p0 proporsi data yang sesungguhnya lebih besar dari proporsi dugaan

Menentukan Daerah Kritis

Uji Dua Sisi

H 0 : p= p 0

H 1 : p ≠ p0

Uji Satu sisi (sisi kiri)

H 0 : p= p 0

H 1 : p< p0

Uji Satu sisi (sisi kanan)

H 0 : p= p 0

H 1 : p> p0

15
Uji Proporsi satu pihak

Langkah-Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan H 0, yaitu H 0: p= p 0
2. Menentukan H 1

H 1 alternatifnya adalah p< p0 atau p> p0

3. Menentukan taraf signifikansi α


4. Menentukan daerah kritis.
Tolak H 0, z ≤−z 0,5−α , bila hipotesis alternatifnya p< p0
Tolak H 0 , z ≥ z 0,5 −α, bila hipotesis alternatifnya p> p0 Perhitungan

^p− p 0
z=
p0 (1−p 0)
√ n

Dengan ,

^p=¿ proporsi “sukses” dari sampel

x
^p =
n

x = jumlah “sukses”

n = ukuran sampel

p0 = peluang “sukses’ proporsi

6. Menentukan kesimpulan :

16
Tolak H 0, z ≤−z 0,5−α , bila hipotesis alternatifnya p< p0

Tolak H 0 , z ≥ z 0,5 −α, bila hipotesis alternatifnya p> p0

Uji Proporsi dua pihak

Langkah-Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan H 0, yaitu H 0: p= p 0
2. Menentukan H 1

H 1 alternatifnya adalah p ≠ p0

3. Menentukan taraf signifikansi α


4. Menentukan daerah kritis.

Terima H 0, bila −z 1 (1−α )< z < z 1 (1−α )


2 2

Atau Tolak H 0, bila z ≤−z 1 (1−α )atau z ≥ z 1 (1−α )


2 2

5. Perhitungan

^p− p 0
z=
p0 (1−p 0)
√ n

Dengan ,

^p=¿ proporsi “sukses” dari sampel

x
^p =
n

x = jumlah “sukses”

n = ukuran sampel

p0 = peluang “sukses’ proporsI

6. Menentukan kesimpulan

Tolak H 0, bila z ≤−z 1 (1−α )atau z ≥ z 1 (1−α )


2 2

17
CONTOH SOAL

UJI KETUNTASAN SECARA PROPORSI (UJI PROPORSI SATU SAMPEL)

Seorang peneliti memperoleh data kemampuan komunikasi matematis peserta


didik pada pembelajaran berbasis masalah, sebagaimana tercantum pada tabel. KKM
Matematika suatu sekolah adalah 70. Kemudian dilakukan uji ketuntasan klasikal
untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik dapat
mencapai ketuntasan secara klasikal. Kemampuan komunikasi matematis peserta
didik dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal sebesar 80% peserta didik
tuntas atau mencapai KKM.

No. Kelas Eksperimen


1 68.00
2 50.00
3 57.00
4 55.00
5 78.00
6 46.00
7 67.00
8 70.00
9 92.00
10 80.00
11 57.00
12 63.00
13 89.00
14 90.00
15 59.00
16 67.00
17 89.00
18 88.00
19 72.00
20 74.00
21 68.00
22 63.00
23 75.00

18
24 64.00
25 90.00
26 57.00
27 68.00
28 80.00
29 75.00
30 74.00

Penyelesaian:

a. Hipotesis penelitian (Uji pihak Kanan)

H0: π 0=79,5 % (Proporsi peserta didik yang mencapai KKM kurang atau sama
dengan 79,5%)
H1: π 0 >79,5 % (Proporsi peserta didik yang mencapai KKM lebih dari 79,5%)
b. Menentukan taraf signifikansi 𝛼
𝛼 = 0,05
c. Menentukan nilai Z hitung
α =5 %
X =¿ 15
p0=79,5 %
n=30
X
−p 0
n ^p− p 0
Z hitung = =
p 0 (1− p0 ) p0 (1−p 0)

15
n √ n

−0,795
30
Z hitung =
0,795(1−0,795)
√ 30
−0,295
Z hitung =
√ 0,16 /30
−0,3
Z hitung =
0,0737
Z hitung =−4,00242
d. Menentukan Ztabel

19
Tabel Z kurva normal untuk uji satu pihak sebelah kanan dengan α =5 % , tentukan
terlebih dahulu luas kurvanya yakni sebelah kanan dengan luas = 0,5-0,05 = 0,45
kemudian lihat tabel Z, luas kurva 0,45 memiliki kordinat tepat di baris 1,6 dan kolom
5, maka nilai Ztabel adalah 1,65
e. Kriteri Pengujian
Jika Z hitung ≤ Z tabel maka H0 diterima
Jika Z hitung > Z tabel maka H0 ditolak
f. Simpulan
Karena Z hitung= −4,0042< Z tabel =1,65, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
atau proporsi peserta didik yang mencapai KKM kurang dari 79,5%.

20
CONTOH SOAL VIA SPSS

UJI KETUNTASAN SECARA PROPORSI (UJI PROPORSI SATU SAMPEL)

Seorang peneliti memperoleh data kemampuan komunikasi matematis peserta


didik pada pembelajaran berbasis masalah, sebagaimana tercantum pada tabel. KKM
Matematika suatu sekolah adalah 70. Kemudian dilakukan uji ketuntasan klasikal
untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik dapat
mencapai ketuntasan secara klasikal. Kemampuan komunikasi matematis peserta
didik dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal sebesar 80% peserta didik
tuntas atau mencapai KKM.

No. Kelas Eksperimen


1 68.00
2 50.00
3 57.00
4 55.00
5 78.00
6 46.00
7 67.00
8 70.00
9 92.00
10 80.00
11 57.00
12 63.00
13 89.00
14 90.00
15 59.00
16 67.00
17 89.00
18 88.00
19 72.00
20 74.00
21 68.00
22 63.00
23 75.00
24 64.00
25 90.00

21
26 57.00
27 68.00
28 80.00
29 75.00
30 74.00

Hipotesis:
H0: π 0=79,5 % (Proporsi peserta didik yang mencapai KKM kurang atau sama dengan
79,5%)

H1: π 0 >79,5 % (Proporsi peserta didik yang mencapai KKM lebih dari 79,5%)

Langkah-langkah via SPSS:


1. Masukan data ke dalam SPSS
2. Beri nama variabelnya

3. Masukan data ke dalam


SPSS
4. Beri nama variabelnya

22
3. Lalu klik Analyze > Nonparametric Tests > Legacy Dialogs > Binomial

23
Interpretasi hasil SPSS:

Presentase ketuntasan klasikal: 80% (Test Prop.: 0,795)

Kelompok siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 15 orang, yakni sebesar 50%.
Kelompok siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 15 orang, yakni sebesar 50%.

Diperoleh nilai Exact Sig. (1-tailed) = 0,000 < α = 0,05 sehingga H 0 diterima.

Kesimpulan
Nilai rata-rata klasikal belum tercapai, atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
proporsi peserta didik yang mencapai KKM kurang dari 79,5%.

24
DAFTAR PUSTAKA

Riadi. E. (2016). Metode Statistika Parametrik dan Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial
dan Pendidikan. Tangerang: PT Pustaka Mandiri. hlm: 220-227

25

Anda mungkin juga menyukai