Anda di halaman 1dari 14

Keseimbangan Pasar

Pasar suatu macam dikatakan berada dalam


keseimbangan ( equilibrium ) apabila jumlah barang
yang diminta dipasar tersebut sama dengan jumlah
barang ang ditawarkan. Secara matematis dan secara
grafis ditunjukkan oleh persamaan Qd = Qs . Yakni
pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva
penawaran. Pada keadaan seimbang akan tercipta harga
keseimbangan ( equilibrium price ) dan jumlah
keseimbangan ( equilibrium quantity ).
 Rumus Keseimbangan Pasar :
Q E = Q D = QS
PE= PD= PS

Keterangan :
QD : Jumlah permintaan
Qs : Jumlah penawaran
QE : Jumlah keseimbangan
PD : Jumlah yang ditawarkan
PS : Harga yang ditawarkan
PE : harga keseimbangan
Contoh soal keseimbangan pasar
1. Keseimbangan pasar yang baru ditandai oleh meningkatnya jumlah barang yang
ditransaksikan dan tidak berubahnya harga barang. hal ini dapat digambarkan
oleh?Jawaban:Peningkatan permintaan dan penawaran.
Pada keseimbangan pasar, apabila pada harga Rp. 90.000/kg pembeli ingin membeli
barang sebanyak 800 ton, maka produsen bersedia menjual barang kepada konsumen
sebanyak … ton? Jawaban: 800 ton, karena Qs (Kuantitas barang yang ditawarkan) =
Qd (kuantitas barang yang diminta)
Jika p menyatakan harga dan q menyatakan jumlah barang, maka jumlah barang pada
keseimbangan pasar dari fungsi permintaan q = 15 – p dan fungsi penawaran q = 2p – 6
adalah? Jawaban:
D=S
15 – p = 2p – 6
15 + 6 = 2p + p
21 = 3p
p = 21/3
p = 7q = 15 – p
q = 15 – 7 = 8, maka jumlah barang pada keseimbangan pasar: 8 unit
 Pengaruh Pajak
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang
menyebabkan harga jual barang tersebut naik. Setelah
dikenakan pajak, maka produsen akan mengalihkan
sebagian beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu
dengan menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya
harga keseimbangan yang tercipta di pasar menjadi lebih
tinggi daripada harga keseimbangan sebelum pajak,
sedangkan jumlah keseimbangan menjadi lebih sedikit.
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual
menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas, dengan
penggal yang lebih besar ( lebih tinggi ) pada sumbu harga.
Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P = a + bQ ,
maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ + t . Dengan
kurva penawaran yang lebih tinggi (cateris paribus ), titik
keseimbangan akan bergeser menjadi lebih tinggi.
 Contoh :
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Q = 15 – P, sedangkan
penawarannya P = 3 + 0,5Q. Terhadap barang tersebut dikenakan pajak sebesar 3/unit.
Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum pajak dan sesudah pajak?

Jawab :
Sebelum pajak Pe = 7 dan Qe = 8 ( contoh diatas ). Sesudah pajak, harga jual yang
ditawarkan oleh produsen menjadi lebih tinggi. Persamaan penawaran berubah dan kurva
bergeser ke atas.
Penawaran sebelum pajak : P = 3 + 0,5Q
Penawaran sesudah pajak : P = 3 + 0,5 Q + 3
P = 6/-0,5 + 6/3Q
Q = -12 + 2P
Sedangkan persamaan permintaan tetap :
Q = 15 – P
Keseimbangan Pasar : Qd = Qs
15 – P = -12 + 2 P
27 = 3P
= 27/3
P = 9
 Pengaruh Subsidi
Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan barang
menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih
rendah. Dampaknya harga keseimbangan yang tercipta di
pasar lebih rendah daripada harga keseimbangan sebelum
atau tanpa subsidi, dan jumlah keseimbangannya menjadi
lebih banyak.
Dengan subsidi spesifik sebesar s kurva penawaran
bergeser sejajar ke bawah, dengan penggal yang lebih rendah
( lebih kecil ) pada sumbu harga. Jika sebelum subsidi
persamaan penawaran P = a + bQ, maka sesudah subsidi
akan menjadi P’ = a + bQ – s = ( a – s ) + bQ. Karena kurva
penawaran lebih rendah, cateris paribus, maka titik
keseimbangan akan menjadi lebih rendah.
 Contoh :
Fungsi permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P
= 15 – Q. sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5 Q. Pemerintah
memberikan subsidi sebesar 1,5 terhadap barang yang diproduksi.
Berapa harga keseimbangan dan jumlahnya tanpa dan dengan
subsidi?
Jaawab :
Tanpa subsidi, Pe = 7 dan Qe = 8 (pada contoh kasus diatas)
Dengan subsidi, harga jual yang ditawarkan oleh produsen
menjadi lebih rendah,persamaan penawaran berubah dan kurva
nya turun.
Penawaran tanpa subsidi : P = 3 + 0,5 Q
Penawaran dengsan subsidi : P = 3 + 0,5 Q – 1,5
P = 1,5 + 0,5 Q → Q = -3 + 2 P
Keseimbangan pasar setelah ada subsidi :
Qd = Qs
15 – P = -3 + 2 P
18 = 3 P
P =6
Q = 15 – P
= 15 – 6 = 9
Jadi, dengan adanya subsidi : Pe’ = 6 dan Qe’ = 9
 Biaya atau ongkos pengertian secara ekonomis merupakan beban
yang harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan
jasa sampai barang tersebut siap untuk dikonsumsi . Biaya
merupakan fungsi dari jumlah produksi, dengan notasi C = f(Q).
C = biaya total
Q = jumlah produksi.
Fungsi biaya merupakan hubungan antara biaya dengan
jumlah produksi yang dihasilkan, fungsi biaya dapat digambarkan
ke dalam kurva dan kurva biaya menggambarkan titik-titik
kemungkinan bsarnya biaya di berbagai tingkat produksi. Dalam
membicarakan biaya ada beberapa macam biaya, yaitu:
a. Biaya Total ( Total Cost = TC = C)
b. Biaya Variabel (Variable Cost = VC)
c. Biaya Tetap (Fixed Cost = FC)
d. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost = AC)
e. Biaya Variabel Rata Rata ( Average Variable Cost = AVC)
f. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC)
g. Biaya Marginal
 Rumus :
1. C = AC x Q atau C = FC + VC

2. FC = AFC X Q

3. VC = AVC X Q
Fungsi Biaya
Dalam menganalisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa
penerimaan atau revenue atau total revenue. Pengertian revenue atau
penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil
penjualan barang pada tingkat harga tertentu. Secara matematik total
revenue dirumuskan sebagai berikut:
* TR = PQ. TR = Penerimaan Total, P = Harga Barang dan Q = Jumlah
barang yang dijual.
* Penerimaan Rata-rata (AR) adalah penerimaan rata-rata tiap unit
produksi, dapat dirumuskan :
AR = TR/Q
* Penerimaan Marginal atau Marginal Revenue adalah tambahan
penerimaan sebagai akibat dari tambahan
produksi, dirumuskan"
MR = ∆TR/∆Q atau turunan dari TR
MR = Marginal Revenue, ∆TR = Tambahan penerimaan, ∆Q =
Tambahan Produksi. Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan
TC) dapat diketahui beberapa kemungkinan diantaranya :
TR < TC = keadaan untung / laba
TR= TC = keadaan Break Even Point
TR > TC = Keadaan rugi.
 Contoh Soal:

Sebuah pabrik Sandal dengan Merk " Idaman"


mempunyai biaya tetap (FC) = 1.000.000; biaya untuk
membuat sebuah sandal Rp 500; apabila sandal
tersebut dijual dengan harga Rp 1.000, maka:
Ditanya:
a. Fungsi biaya total (C), fungsi penerimaan total ( TR)
dan Variable Cost.
b. Pada saat kapan pabrik sandal mencapai BEP
c. Untung atau rugikah apabila memproduksi 9.000
unit
 Jawab:
a. FC = Rp 1.000.000
VC= Rp 500.
Fungsi biaya variabel VC = 500 Q………….............(1)
Fungsi biaya total C = FC + VC
C = 1.000.000 + 500 Q…….............(2)
Fungsi penerimaan total TR = P.Q
TR = 1.000 Q…….................(3)

b. Break Even Point terjadi pada saat TR = TC
1.000 Q = Rp 1.000.000 + 500 Q
1.000 Q - 500 Q = 1.000.000
500 Q = 1.000.000
Q = 2.000 unit
Pabrik roti akan mengalami BEP pada saat Q = 2.000
unit
Pada biaya total C = 1.000.000 + 500 ( 2.000)
C = 2.000.000

c. Pada saat memproduksi Q = 9000 unit
TR = P.Q
= 1.000 X 9.000
= 9.000.000
C = 1.000.000 + 500 (Q)
= 1.000.000 + 500 ( 9.000)
= 1.000.000 + 4500.000
= 5.500.000
Bila TR > TC, maka keadaan laba / untung.
laba = TR - TC
= 9.000.00 - 5.500.000
= 3.500.000
Bila hanya memproduksi 1.500 unit maka akan mengalami kerugian
sebesar :
Rugi = TR - TC
= 1.000 (1.500) - 1.000.000 + 500 ( 1.500)
= 1.500.000 - 1.750.000
= 250.000

Anda mungkin juga menyukai