Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KASUS-KASUS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH”

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran)

Dosen pengampu :

Dr. Ferni Tumbel, M.Si

Dr. F. Kawuwung, M.Si

Hasmiati, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :

Efriani (22507007)

Dandi M.S Hamid ( 21101010 )

Juventri Rambing (22507022)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

TAHUN 2023

i
ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaan-Nya, kami kelompok 7 dapat menyusun makalah yang berjudul “Kasus-kasus
Pembelajaran di Sekolah”. Makalah ini kamu susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Belajar
dan Pembelajaran” dan sebagai media untuk menambah wawasan serta pengetahuan.
Dalam menyusun makalah ini, tidak lepas dari dorongan, bimbingan serta partisipasi dari
beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ferni Tumbel, M.Si, Dr. F. Kawuwung, M.Si dan Hasmiati, S.Pd, M.Pd, selaku dosen
mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan
kepada penulis untuk menulis makalah ini.
2. Semua teman-teman kelas C yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari makalah berjudul “Kasus-kasus Pembelajaran di Sekolah” ini masih


perlu banyak penyempurnaan. Oleh sebab itu kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik
terkait penulisan maupun isinya, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Tondano, 12 November 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 3

A. Kasus-kasus Pembelajaran Di Sekolah ............................................................................................. 3


B. Faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran ....................................................... 8
C. Cara Penanggulangan Kasus-Kasus Pembelajaran ........................................................................... 9
BAB III .......................................................................................................................................................... 14

PENUTUP ..................................................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Problematika berasal dari bahasa inggris “problematica” yang artinya
masalah. Problematika adalah hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum dapat
dipecahkan permasalahannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 896),
pengertian problematika adalah sesuatu yang masih menimbulkan perdebatan, masih
menimbulkan suatu masalah yang harus dipecahkan.

Menurut Suharso, dkk (2009: 391) problematika adalah sesuatu yang


mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang
menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai
keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara
kebutuhan yang dinginkan dan kebutuhan yang ada.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa problematika


adalah sesuatu masalah yang masih menimbulkan perdebatan dan membutuhkan
penyelesaian untuk mencapaian tujuan yang di inginkan, sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada


Pendidikan Dasar dan Menengah, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses
interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (Dit. Pembinaan SMA. 2015: 5). Pembelajaran
yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti
petunjuk yang diberkan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang
semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan akhirnya “an” menjadi
kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, pembuatan, cara mengajar, atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Susanto. 2016: 19).

1
B. Rumusan Masalah
1. Kasus-kasus pembelajaran seperti apa yang ada di sekolah?
2. Factor apa saja yang menyebabkan munculnya kasus pembelajaran di sekolah?
3. Bagaimana cara penanggulangan kasus-kasus pembelajaran yang ada di sekolah?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Kasus-kasus pembelajaran yang ada di sekolah
2. Mengetahui Factor yang menyebabkan munculnya kasus pembelajaran di sekolah
3. Mengetahui cara penanggulangan kasus-kasus pembelajaran yang ada di sekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kasus-kasus Pembelajaran Di Sekolah
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah
sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada taan, ada yang melihat
yang melihat sebagai tidak terpenuh tidak terpenuhinya kebutuhan inya kebutuhan
seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak
mengenakan.

Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak


disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin
atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis,
belajar merupakan suatu akan suatu proses perubahan, yaitu ahan, yaitu perubahan
dalam ahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengertian belajar dapat didefinis dapat didefinisikan “Belajar ikan “Belajar


ialah sesuatu ialah sesuatu proses proses yang dilakukan dilakukan individu individu
untuk memperoleh memperoleh suatu perubahan perubahan tingkah laku yang laku
yang baru secara baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalam hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingk idu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. “Belajar adalah proses perubahan pengeta adalah proses
perubahan pengetahuan atau huan atau perilaku sebagai ku sebagai hasil dari hasil
dari pengalaman. pengalaman. Pengalaman Pengalaman ini terjadi terjadi melalui
melalui interaksi interaksi antara individu individu dengan lingkungannya” ( Anita E,
Wool Folk, 1995 : 196 ).

Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut.“Masa t.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu
yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan perubahan tingkah tingkah laku yang baru
secara keseluruhan”. keseluruhan”. Kondisi Kondisi tertentu itu dapat berkenaan

3
dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Berikut akan kami sampaikan beberapa masalah dalam pembelajaran


yang pembelajaran yang perlu untuk ditanggulangi:

1. Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di


dalam belajar.
2. Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam da saat jam pelajaran di
mulai
3. Pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian muncul di
kalangan antar pelajar
4. Prestasi Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kem ami
kemerosotan nilai
5. Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.

Identifikasi ifikasi penyebab masalah dalam masalah dalam pembelajaran


lajaran mengenai kurangnya motivasi belajar peserta didik di dalam melakukan
pembelajaran antara lain adalah :

1. Kurangnya sekolah menentukan guru yang kompetitif di dalam


melakukan pembelajaran atau terlalu monotonnya proses pembelajaran di
dalam sekolah
2. Kurangnya guru melakukan sebuah hubungan atau relasi dengan pa ra mu rid
yang menjadi peserta didiknya
3. Kurang ma ksimalnya penggunaan alat ataupun m edia pembelajaran lajaran
yang menjadi pendukung di dalam aktivitas belajar mengajar
4. Tidak ada nya sebuah ide a tau m otivasi un tuk membuat kel as ya ng hidup
dan tidak berkesan kaku dan membosankan
5. Guru tidak melakukan melakukan upaya permasalahan permasalahan kelas
yang monoton monoton yang membuat membuat peserta didik menjadi malas
untuk datang ke kelas
6. Kurangnya kemampuan para peserta didik untuk bekerja di dalam
kelompokkelompok kecil untuk melakukan diskusi ringan

4
7. Tidak ada nya upaya para tenaga didik untuk memulai car lai cara pem
belajaran ya ng baru supaya para peserta peserta didik dapat lebih aktif di
dalam lingkup lingkup pembelajaran.Tidak adanya
sebuah pembelajaran.Tidak adanya sebuah penghargaan ataup penghargaan
ataupun imbalan yang di berikan un imbalan yang di berikan kepada peserta
didik yang memiliki kemampuan yang lebih

Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang


lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas.

Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar


sebagai berikut :

1. keterampila Keterampilan Akademik


Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya kegiatan exstra
harus dimanfa’atkan secara baik oleh guru dan orang tua, karena ketrampilan
setiap anak didik sangatlah berbeda-beda, sehingga bisa mengeluarkan dan
memulai ketrampilannya sejak dari kecil dan diharapkan bisa
mengembangkannya.
2. Keterampila Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan
tugas-t tugas-tugas khusus ugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan uhan dan
kemampuan belajar puan belajar yang amat tinggi. Ketrampilan dalam belajar bisa
menunjang prestasi belajar siswa karena siswa akan lebih banyak mendapatkan
ilmu pengetahuan tambahan dari proses pembelajaran yang semestinya.
3. Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
Sebenarnya setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap
siswa yang satu dengan siswa yang lain sangatlah berbeda dan disinalah
letak kerja exstra guru dalam memberikan pengajaran yang lebih agar siswa yang

5
kurang mampu dalam menerima pelajaran tidak terlihat sangat jauh tertinggal
dibandingkan dengan siswa yang penerimaan pelajarannya sangat cepat.
4. Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah
tampak jera dan malas. Hal ini disebabkan dari beberapa sebab yang meliputi dari
lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan anak, jika
lingkungan anak memang sejak kecil diberi semangat belajar belajar yang tinggi,
pastinya yang tinggi, pastinya siswa tersebut bisa termotivasi untuk menjadi anak
yang pintar, namun sebaliknya kurangnya motivasi belajar siswa bisa
mempengaruhi proses belajar dan akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak
masalah-masalah dalam pembelajaran.
5. Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Bersikap dan Berkebiasaan Buruk
dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang
tidak diketahuinya dan sebagainya, maka sikap dan kebiasaan yang baik bisa
menunjang kelancaran proses belajar anak. Hal ini disebabkan anak akan
cenderung rajin belajar dari pada siswa yang mempunyai sikap dan kebiasaan
yang buruk.
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) menyebutkan ada beberapa
permasalah yang terjadi pada praktek pembelajaran di sekolah pada khususnya
dan praktek penyelenggaraan sekolah pada umumnya. Masalah penyelenggaraan
sekolah yang actual dan kongkrit terjadi di Indonesia pada umumnya adalah:
1) Pencapaian tujuan pembelajaran yang parsial yang menyimpang dari tujuan utuh
sebagaimana diamanatkan undang-undang.
2) Masalah kurikulum, menyangkut konsep dan pelaksanaan kurikulum, kandungan
kokurikuler dan ekstra kurikuler, kandungan nasional dan lokal, serta keluwesan
atau fleksibilitas kurikulum.
3) Masalah peranan, citra diri, dan kualitas guru

6
4) Pelaksanaan pendidikan dasar sembilan tahun yang sulit dicapai sejak
dicanangkan tahun 1993 sampai sekarang.
Sedangkan masalah-masalah pembelajaran menurut Depdiknas (2005), antara
lain berkaitan dengan kondisi internal seperti guru, materi, pola interaksi, media
dan teknologi, situasi belajar dan sistem; Disamping itu juga berkaitan dengan
kondisi eksternal yaitu lingkungan sekitar tempat proses pembelajaran
berlangsung. Oemar Hamalik (2006), menambahkan bahwa masalah-masalah
pembelajaran mencakup dua dimensi, yaitu dimensi komponen dan dimensi
interaksi antar komponen.
Menurut Oemar Hamalik (2006), komponen pembelajaran meliputi: tujuan
pembelajaran, siswa, guru, perencanaan pengajaran, media pengajaran, strategi
pembelajaran, dan evaluasi pengajaran. Sedangkan menurut Sardiman (2007),
komponen pembelajaran mencakup: tujuan pembelajaran, guru, siswa, bahan/
pesan yang menjadi isi pembelajaran, metode untuk mencapai tujuan, situasi, dan
penilaian atas hasil pembelajaran. Dua pendapat tersebut dapat memberikan
gambaran tentang apa yang menjadi komponen pembelajaran.
Satu contoh dapat disajikan hasil temuan Sunaryo (1998) dan Wardani (2002)
mengenai masalah guru. Hasil temuan kedua ahli tersebut menunjukkan bahwa
masih banyak guru mempunyai keterbatasan dalam menggunakan alat peraga
yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, keterbatasan dalam memperluas
wawasan melalui seminar, penataran, bahkan akses untuk membaca buku pun
masih sangat kurang. Padahal, pada sisi perundangan-undangan yakni Undang-
Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28,
secara jelas mewajibkan seorang guru memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional secara
integratif. Dalam arti, bahwa seorang guru harus bisa menggunakan alat peraga
yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, memiliki wawasan luas yang
diperoleh melalui seminar, penataran, dan kerajinan membaca buku.

7
B. Faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran
1. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi Faktor yang Bersumber
dari Diri Pribadi (Internal)

Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :

a. Faktor Psikologis
2. Intelegensi
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam
memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan
dengan siswa-siswa yang berintelegensi rendah.
3. Bakat
Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya
maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
4. Motivasi
Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak
mempunyai motivasi dalam belajar.
5. Faktor Fisiologis
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat
penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.
Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual,
sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.
1. Faktor Eksternal
6. Faktor yang Bersumber dari Faktor yang Bersumber dari
Lingkungan Sekolah
1. Metode mengajar
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang
studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam
belajar.
2. Hubungan Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa
dengan siswa

8
Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar
siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja
sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena
antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari
personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat.
3. Sarana dan prasarana
Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber
yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak
mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang
tidak sesuai dengan jumlah siswa.
a. Faktor Keluarga
1. Keadaan Keadaan ekonomi ekonomi keluarga
Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja
membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan
kesulitan imbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat datang,
tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak dapat
memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya.
2. Hubungan antar sesama anggota anggota keluarga
Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua
sering bertengkar, bertengkar, orang tua otoriter, otoriter, peraturan
peraturan yang ketat, dan sebagainya, sebagainya, maka anak tidak bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
a. Tuntutan orang tua
Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila
tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.

C. Cara Penanggulangan Kasus-Kasus Pembelajaran


Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan
agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami
masalah belajar belajar ini dapat berkembang berkembang secara optimal.
optimal. Masalah-masalah Masalah-masalah dalam pembelajaran pembelajaran

9
harus segera dipecahkan dipecahkan karena itu bisa menjadi menjadi titik
kelemahan kelemahan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pendidiakan di Indonesia. Pemecahan masalah ini bisa dilihat dari
faktor-faktor yang mempengaruhi adanya masalah-masalah tersebut.
Pembelajaran yang baik tentunya sangat memerlukan pengelolaan yang
baik juga, dan untuk mencapainya mencapainya harus dengan selalu intropeksi
intropeksi pada hal-hal hal-hal yang menyebabkan timbulnya masalah itu. Dari
uraian faktor yang ada diatas tadi, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut;
Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah pembelajaran siswa
dapat dientaskan melalui :
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada
seseorang atau sekelompok siswa yang mengalami masalah-masalah belajar
dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses kesalahan
dalam proses dan hasil belajar siswa. Dengan pengajaran perbaikan ini,
diharapkan bisa memecahkan memecahkan masalah-masalah masalah-masalah
yang ada dalam pembelajaran pembelajaran siswa untuk meningkatkan prestasi
siswa maupun prestasi sekolah tersebut.
Saat ini, metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, elajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan). Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya bagaimana guru
menciptakan pembelajaran pembelajaran yang bisa membuat membuat siswanya
siswanya berpikir berpikir bahwa learning is fun, sehingga tertanam didalam
pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan dengan tenggat waktu
pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai berbagai tingkat tingkat kemampuan kemampuan siswa.
Efektif Efektif artinya artinya bagaimana bagaimana guru mampu menciptakan

10
apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung berlangsung tanpa menyia-nyiakan menyia-nyiakan
waktu. Dan Menyenangkan Menyenangkan artinya artinya suasana
suasana belajar-mengajar belajar-mengajar yang menyenangkan menyenangkan
sehingga sehingga siswa memusatkan memusatkan perhatiannya perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task ”)
tinggi.
2. Program Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada
diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam
belajar. Sebagai seorang pendidik kita tidak harus memperhatikan siswa yang
kurang mampu saja, akan tetapi siswa yang cepat dalam belajar juga sangat
penting untuk kita perhatikan, perhatikan, hal ini nantinya nantinya tidak ada
kesenjangan kesenjangan satu dengan yang lain, harapannya siswa yang cepat
dalam menerima pelajaran bisa mengimbangi dan mungkin bisa membantu siswa
yang kurang cepat dalam menerima pelajaran.
3. Peningkatan Motivasi Belajar
Guru bidang studi, guru pembimbing, dan staf sekolah lainnya berkewajiban
membantu siswa meningkatkan motivasi dalam belajar. Salah satunya dengan cara
menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat, dan kemampuan. Peningkat puan.
Peningkatan motivasi belajar sangatlah penting untuk diberikan kepada semua
siswa, hal ini bisa memberikan semangat belajar yang tinggi bagi semua siswa
dalam hal mengeluarkan mengeluarkan semua bakat dan minat siswa
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara individu maupun secara
kelompok.
Motivation Motivation is an essential essential condition condition of
learning learning . Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
a. Mendorong manusia u ntuk berbuat, jadi sebagai p enggerak atau motor y ang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

11
b. Menentukan arah Menentukan arah perbuatan, yakni ke perbuatan, yakni ke
arah tujuan arah tujuan yang hendak dicapai. yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi Menyeleksi perbuatan, perbuatan, yakni menentukan menentukan
perbuatan-perbuatan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang
tidak perbuatan yang tidak bermanfaat bagi bermanfaat bagi tujuan tersebut.
tujuan tersebut. Seseorang siswa Seseorang siswa yang akan yang akan
menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan
kegiatan belajar belajar dan tidak akan menghabiskan menghabiskan
waktunya waktunya untuk bermain bermain kartu atau membaca komik, sebab
tidak serasi dengan tujuan
4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap siswa diiharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
karena prestasi belajar yang baik diperoleh melalui usaha atau kerja keras.
Kebiasaan belajar yang baik sangat menunjang dalam segala aspek pembelajaran
siswa, ketika siswa sudah melaksanakan hal-hal yang baik, mulai
dari pengembangan pengembangan sikap, disiplin, disiplin, rajin dan ada
tanggung tanggung jawab bersama, bersama, maka proses proses pembelajaran
pembelajaran akan berjalan berjalan sesuai dengan harapan harapan bersama,
bersama, dan bisa memberikan pengaruh yang besar dalam peningktan prestasi
siswa.
Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak
cukup, tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak langsung
harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari
etika, budaya budaya serta moral yang berlaku berlaku di tempat siswa tinggal.
tinggal. Guru bukan sebagai sebagai pemberi pemberi informasi informasi
sebanyak-banyaknya sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan
melainkan guru sebagai fasilitator, teman dan motivator. Oleh karena itu,
pengajaran minimal harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam

12
merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif dalam jangka waktu yang layak.
5. Layanan Konseling Individual
Dalam hubungan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) pada
kegiatan konseling diupayaka eling diupayakan adanya pengentasan masalah-
masa ntasan masalah-masalah klien yang klien yang telah disampaikan pada
konselor. Sebagai seorang konselor sebaiknya bisa mengatasi masalah itu dari
proses/sebab yang mempengaruhi adanya hal-hal yang bisa menyebabkan bisa
menyebabkan masalah-masalah pembelajaran. masalah-masalah pembelajaran.
Adanya masalah Adanya masalah itu pasti itu pasti juga adanya sebab yang
mempengaruhinya, maka layanan konseling diberikan kepada setiap siswa yang
merasa dirinya kurang dalam aspek-aspek yang ada pada proses pembelajaran
disekolah atau diri sendiri.
Guru Bimbingan Konseling juga memiliki peranan yang cukup besar dalam
hal memotivasi siswa, guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan
motivasi kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun secara
kelompok.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau Masalah belajar adalah suatu
keadaan atau kondisi yang isi yang dialami oleh siswa oleh siswa sehingga dapat
menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat berkenaan
dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan
dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan memberikan
dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh
siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi juga dapat
dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata normal atau tinggi.
Pembelajaran adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran pembelajaran dengan menggunakan menggunakan berbagai
berbagai media dan sumber belajar belajar tertentu tertentu yang akan mendukung
pembelajaran itu nantinya.
Masalah- masalah dalam pembelajaran antara lain :
1. Berkurangnya mo tivasi para peserta peserta didik un tuk b elajar atau
berpartisipa rtisipasi di dalam belajar
2. Semakin Semakin banyak siswa yang membolos membolos pada saat jam
pelajaran pelajaran di mulai
3. Banyak sekali perkelahian perkelahian muncul di kalangan kalangan antar
pelajar; pelajar
4. Prestasi Prestasi siswa yang semakin semakin rendah dan mengalami
mengalami kemerosotan kemerosotan nilai
5. Semakin Semakin menipisnya menipisnya etika dan kesopanan kesopanan di
dalam belajar.

Faktor-faktor penyebab masalah bab masalah belajar dapat berasal dari dapat
berasal dari dalam diri dalam diri siswa itu sendiri (internal) maupun dari luar diri
siswa (eksternal).

14
1. Faktor yang Bersumber Bersumber dari Diri Pribadi Pribadi (Internal)
(Internal)
a. Faktor Psikologis
b. Faktor Fisiologis Faktor Fisiologis
2. Faktor Eksternal Eksternal
a. Faktor yang Bersumber Bersumber dari Lingkungan Sekolah
b. Faktor Keluarga Faktor Keluarga

Pemecahan masalah-masalah pembelajaran antara lain:

1. Pengajaran Pengajaran Perbaikan Perbaikan


2. Program Program Pengayaan Pengayaan
3. Peningkatan Peningkatan Motivasi Motivasi Belajar Belajar
4. Pengembangan Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Kebiasaan Belajar
Belajar yang Baik
5. Layanan Layanan Konseling Konseling Individual

B. Saran
1. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini,
sangat diharapkan akan adanya perbaikan.
2. Diharapkan Diharapkan kepada para Guru agar lebih menyelenggarakan
menyelenggarakan pembelajaran pembelajaran yang optimal terhadap anak
didiknya dan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang arti belajar itu
sendiri.
3. Diharapkan kepada Guru selaku pendidik untuk tidak hanya memfokuskan
fungsinya selaku pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku
motivator sehingga sukses dalam proses pembelajaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Andayani dkk. 2006. Pemanfaatan Klinik Pembelajaran dalam Mengatasi Kesenjangan Mengajar
belajar Guru: Studi Kasus di Tele-Center Muneng-Pilang Kenceng, Madiun.
Jakarta (Makalah seminar).

Depdiknas. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Dikti.

Nirwana, Herman dkk. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP.

Suyati, E. S., & Rozikin, A. Z. (2021). Belajar dan pembelajaran.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syafni, E., Syukur, Y., & Ibrahim, I. (2013). Masalah Belajar Siswa dan
Penanganannya. Konselor, 2(2).

Tirtarahardja, Umar dan Sulo, La. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

16

Anda mungkin juga menyukai