Disusun oleh:
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
KATA PENGANTAR
Puja dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami biza menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.
Makalah ini berjudul "Model Konkuren dan Konsekutif Pre-service Education". Adapun tujuan
dibuatnya makalah ini agar pembaca mengetahui perbedaan model konkuren dan konsekutif pre-
service pendidikan guru.
Selain itu, selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dosen mata kuliah ini
yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik
Kemudian kepada para pembaca kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita seman
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB 1 ...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................................
BAB II ..........................................................................................................................................
PEMBAHASAN ..........................................................................................................................
BAB III.........................................................................................................................................
PENUTUP ....................................................................................................................................
A.KESIMPULAN .....................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi
keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacana yang
sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan
modern dan profesionaldengan bernuansa pendidikan.
Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada
tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual
maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi harusdipandang sebagai proses yang terus
menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara
LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membina guru !dalam hal ini "epdiknas atauyayasan
swasta, PGRI dan masyarakat.
Ketersediaan guru yang memadai, merupakan salah satu faktor pentingdalam upaya
pembangunan pendidikan di indonesia, baik secara kuantitas maupunkualitas. "alam rangka
pemenuhan ketersediaan guru yang memadai tersebut, pemerintah khususnya kementerian
Pendidikan nasional !kemendiknas# atau yangsaat ini telah berubah nama menjadi kementerian
Pendidikan "asar dan Menegah!kemendikdasmen#, masih dihadapkan pada dua permasalahan
pokok yang sangatmendasar. Pertama, pemenuhan kebutuhan tenaga guru yang belum sesuai
dengankebutuhan daerah, dan kedua adalah peningkatan kualitas profesional yang
belummemenuhi standar minimal.
B.Rumusan masalah
C.Tujuan
PEMBAHASAN
Model pre-service pendidikan guru adalah kerangka atau metode yang digunakan oleh
lembaga pendidikan atau universitas untuk mempersiapkan calon guru sebelum mereka
memasuki profesi pengajaran. Ini adalah tahap pendidikan dan pelatihan yang terjadi sebelum
seorang individu menjadi guru di kelas sebenarnya. Model ini mencakup berbagai elemen yang
dirancang untuk mempersiapkan guru calon dengan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
yang diperlukan untuk menjadi pendidik yang efektif.
Loretta dan Stein yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengemukakan kategori pendidikan
profesional pre service teacher education adalah
Suatu studi yang diwajibkan untuk menjadi guru, yang secara historis terbentuk dari
sejumlah mata pelajaran yang diambil pada perguruan tinggi dengan memberikan
pengalaman lapangan supervisi yang didisain untuk menerima tamatan SLTA memasuki
profesi mengajar;
Penataran guru untuk memenuhi kebutuhan pejabat (employer) dan pegawai (employee)
dalam daerah tertentu;
Continuing education suatu program pelajaran berkelanjutan yang ditentukan secara
individual atau mata pelajaran yang dipilih untuk memenuhi minat atau kebutuhan
menuju pencapaian tujuan spesifik atau gelar; dan
Pengembangan kedudukan sataf (staf development) suatu program pengalaman didisain
untuk memperbaiki kedudukan seluruh anggota staf secara pribadi maupun kelompok.
Dimensi substantif mengenai bahan apa yang akan diajarkan.
Dimensi tingkah laku guru tentang bagaimana guru mengajar. Jadi, bertalian dengan
kemampuan guru dan metode mengajar.
Dimensi lingkungan fisik, sarana, dan prasarana pendidikan.
untuk meyakinkan kemampuan profesional awal. Saringan calon peserta pendidikan pra
jabatan perlu dilakukan secara efektif, baik dari segi kemampuan potensial, aspek-aspek
kepribadian yang relevan, maupun motivasinya.
Pendidikan pra-jabatan harus benar-benar secara sistematis menyiapkan calon guru untuk
menguasai kemampuan profesional.
mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli keguruan perlu dikembangkan.
Sistem penilikan di jenjang SD dan juga sistem kepengawasan di jenjang SLTA yang
berlaku sekarang jelas memerlukan penyesuaian-penyesuaian mendasar.
Keterbukaan informasi dan kesempatan untuk meraih kualifikasi formal yang lebih
tinggi, katakanlah S1, S2 dan bahkan S3.
Tenaga pendidik disiapkan melalui pre service teacher education dengan strategi
pelaksanaan dan pengembangan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) seperti
(IKIP, FKIP, FIP, STKIP, dan FTIK) yang menghasilkan tenaga kependidikan dan guru. Untuk
menyediakan guru yang dibutuhkan, maka LPTK mampu menangani program dan melakukan
inovasi dengan menanamkan pemahaman yang mendalam tentang kurikulum pada calon guru
dengan melakukan evaluasi pada tiap periode yang telah ditentukan untuk menjamin
kesinambungan pengembangan staf. Kebutuhan pasar pendidikan dewasa ini telah beragam. Hal
ini ditandai munculnya berbagai program dan model pendidikan yang dibutuhkan masyarakat.
Misalnya ada sekolah diberi kategori standar nasional, berstandar internasional, telah
terakredilasi oleh badan akreditasi baik tingkat lokal maupun nasional bahkan internasional, dan
sebagainya. Atas dasar kategori atau level tersebut, tentu saja kualitas siswa dan kualitas
manajemen sekolahnya mempunyai perbedaan antara yang satu dengan lainnya demikian juga
kualitas dan kesejahteraan gurunya. Berdasarkan kebutuhan masyarakat tersebut, tentu saja
LPTK dalam melaksanakan pendidikan profesi guru juga akan mempersiapkan diri untuk
mengelola dan menyiapkan lulusannya yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Proses pendidikan guru ini dapat berlangsung di dalam kelas, dalam kegiatan
ekstrakurikuler dan pada kehidupan luar kelas. Lawrence Downey dalam Oemar Hamalik
menyatakan bahwa proses pendidikan mengandung tiga dimensi :
Dalam pendidikan prajabatan, sebelum menjadi guru, seseorang akan dididik dalam
berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena
tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi
masyarakat sekelilingnya.
Proses pendidikan tidak muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai
pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan
aplikasi penerapan ilmu, ketrampilan dan bahkan sikap professional dirancang dan dilaksanakan
selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.
Profesionalisasi berhubungan dengan profil guru, walaupun protet guru yang ideal
memang sulit didapat namun kita boleh menerka profilnya. Guru idaman merupakan produk dari
keseimbangan antara penguasaan aspek keguruan dan disiplinilmu (dalam Mimbar Pendidikan
IKIP Bandung, No. 3/ September 1987:87).
Secara jujur kita akui pada masa lalu (dan masa kini) profesi guru kurang memberikan rasa
bangga diri. Bahkan ada guru yang malu disebut sebagai guru. Rasa inferior terhadap potensi lain
masih melekat di hati banyak guru.
Kurangnya rasa bangga itu akan mempengaruhi motivasi kerja dan citra masyarakat
terhadap profesi guru. Banyak guru yang secara sadar atau tidak sadar mempromosikan
keminderannya kepada masyarakat.
Seorang guru harus memiliki keyakinan dengan sepenuh hati dalam menjalankan tugasnya.
Mutu seorang guru juga harus diperhatikan agar nantinya menghasilkan generasi yang
membanggakan.
b.Pendidikan pra-jabatan harus benar-benar secara sistematis menyiapkan calon guru untuk
menguasai kemampuan profesional.
Ada tiga upaya dalam penyelenggaran pelbagai aspek dan tahap penanganan pembinaan
dalam jabatan profesional guru
Pengawasan mutu layanan suatu biang profesional dilakukan oleh kelompok ahli yang
dipandu oleh nilai-nilai profesi yang sejati, yaitu pengabdian keahlian bagi kemaslahatan orang
banyak. Penanganan yang tepat terhadap semua aspek dan tahap sistem pengadaan guru, yaitu
perekrutan, pendidikan pra-jabatan, pengangkatan-pengangkatan dan pembinaan dalam jabatan .
Model konkuren yaitu suatu model penyelenggaraan pendidikan guru yang menyiapkan
calon guru yang dilakukan dalam satu napas, satu fase, antara penguasaan bidang studinya
(subjek matter) dengan kompetensi pedagogi (ilmu kependidikan). Model inilah yang dipakai
selama lebi h dari 50 tahun dalam penyelenggaraan pendidikan guru di Indonesia. PTPG, fkiP,
ikiP, SGb, SGa, SPG, SGo, PGa, sebagai bentuk lPTk yang pernah ada di indonesia
menggunakan model ini.
Model ini mengasumsikan bahwa seorang calon guru sejak awal sudah mulai memasuki
iklim, menjiwai, menyadari akan dunia profesinya. Seorang guru tidak hanya dituntut menguasai
bidang studi yang akan diajarkannya, melainkan juga kompetensi pedagogi, sosial, akademik,
dan kepribadian sebagai pendidik. kompetensi tersebut bukan sesuatu yang terpisah, melainkan
jadi ramuan komposisi yang khas yang dijiwainya. kalau guru diasumsikan sebagai petugas
profesional, harus disiapkan secara profesional, secara sengaja untuk jadi guru, juga di lembaga
yang sengaja dibuat dan dipersiapkan untuk mendidik calon guru. kritik terhadap model ini,
penguasan subject matter (bidang ilmu) dianggap lemah karena perolehan kemampuan bidang
ilmu yang diajarkannya dianggap kurang dari sarjana bidang ilmu (murni). ini dianggap
kelemahan dan dinisbahkan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kompentensi
guru yang selama ini dipersiapkan di LPTK.
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau disingkat LPTK sebagai suatu lembaga
pendidikan guru tingkat universitas mempunyai fungsi pokok dalam rangka mempersiapkan para
calon guru yang kelak mampu melakukan tugasnya selaku profesional pada sekolah-sekolah.
Dengan mempersiapkan para calon guru maka sesungguhnya LPTK mengemban peranan sangat
penting dalam rangka mempersiapkan calon guru yang memiliki yang memiliki kompetensi
profesional yang baik. Kebaikan dan kekurangan yang terjadi pada guru, pada dasarnya menjadi
tanggung jawab LPTK sebagai suatu institusi.
Guru konkuren tidak menguasai materi belajar karena hanya belajar sebagian dari disiplin
ilmu yang harus diajarkannya di sekolah. Hal ini dapat diatasi dengan guru konkuren lebih
mempelajari bahan/ materi ajar.
Guru konkuren terancam menjadi pengangguran karena lahan pekerjaannya diambil alih oleh
guru konsekutif
Asumsi yang dipakai dalam model ini menghendaki penyiapan guru dilakukan dalam
napas atau rangkaian yang berbeda. artinya, calon guru sebelumnya tidak dididik dalam setting
LPTK. Mereka adalah para sarjana bidang ilmu, kemudian setelah itu menempuh pendidikan
lanjutan di LPTK untuk memperoleh akta kependidikan yang selama ini diposisikan sebagai
lisensi profesi guru. Model ini menghendaki sarjana dulu di bidangnya kemudian mengikuti
pendidikan akta kependidikan sebagai sertifkasi profesi kependidikan. Keunggulan model ini
dianggap memiliki penguasaan bidang studi lebih baik unggul, tetapi lemah dari aspek
kompetensi ilmu pendidikan (pedagogis), sosial, dan kepribadian sebagai calon guru. Dalam pola
ini penyiapan subject matter dengan kompetensi pedagogi, sosial, dan kepribadian adalah hal
yang berbeda, bukan desain pendidikan profesional yang terpadu
Salah satu dampaknya adalah meningkatnya minat dan apresiasi masyarakat terhadap
profesi guru. Disamping itu, UU tersebut juga menggariskan bahwa profesi guru minimal
berpendidikan S-1 atau D-4, baik kependidikan maupun non kependidikan. hal ini
mengisyaratkan bahwa profesi guru merupakan profesi yang bersifat terbuka, bukan hanya bagi
lulusan dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), melainkan pula dari non-LPTK.
Lalu apa urgensi eksistensi LPTK kalau profesi guru itu pun secara yuridis dan akademik berhak
dimasuki oleh mereka yang tidak dipersiapkan di LPTK. Mereka yang berlatar pendidikan dari
non-LPTK/non kependidikan untuk menjadi guru cukup mengikuti pendidikan sertifkasi profesi
guru.
Guru konsekutif tidak menguasai ilmu pendidikan karena guru konsekutif hanya belajar
ilmu murni. Hal ini dapat diatasi dengan guru konkuren mempelajari ilmu pendidikan
supaya menjadi guru yang profesional.
Guru konsekutif akan bersaing dengan guru konkuren
Model pre-service pendidikan guru, yang mencakup pendidikan dan persiapan sebelum
seorang individu menjadi guru yang aktif di kelas, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
profesionalitas guru. Berikut beberapa cara bagaimana model pre-service pendidikan guru dapat
memengaruhi profesionalitas mereka:
Dengan demikian, model pre-service pendidikan guru memiliki peran yang krusial dalam
membentuk profesionalitas guru, mempersiapkan mereka untuk menjadi pendidik yang
efektif dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat di mana mereka mengajar.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Model pre-service pendidikan guru adalah kerangka atau metode yang digunakan oleh
lembaga pendidikan atau universitas untuk mempersiapkan calon guru sebelum mereka
memasuki profesi pengajaran. Ini adalah tahap pendidikan dan pelatihan yang terjadi sebelum
seorang individu menjadi guru di kelas sebenarnya. Model ini mencakup berbagai elemen yang
dirancang untuk mempersiapkan guru calon dengan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
yang diperlukan untuk menjadi pendidik yang efektif.
1) Ketersediaan dan Mutu Calon Guru”seorang guru harus memiliki keyakinan dengan sepenuh
hati dalam menjalankan tugasnya. Mutu seorang guru juga harus diperhatikan agar nantinya
menghasilkan generasi yang membanggakan”.
4) Peranan Organisasi Profesi”pengawasan mutu layanan suatu biang profesional dilakukan oleh
kelompok ahli yang dipandu oleh nilai-nilai profesi yang sejati, yaitu pengabdian keahlian bagi
kemaslahatan orang banyak. Penanganan yang tepat terhadap semua aspek dan tahap sistem
pengadaan guru, yaitu perekrutan, pendidikan pra-jabatan, pengangkatan-pengangkatan dan
pembinaan dalam jabatan”.
Model-model Pre Service pendidikan guru ada dua yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan yaitu:Model Konkuren (Model Seiring) Pre Service Pendidikan Guru
dan Model Konsekutif (Model berlapis) Pre Service Pendidikan Guru.
Pengaruh model pre service pendidikan guru terhadap profesionalitas guru dengan
demikian, model pre-service pendidikan guru memiliki peran yang krusial dalam membentuk
profesionalitas guru, mempersiapkan mereka untuk menjadi pendidik yang efektif dan tanggap
terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat di mana mereka mengajar.
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/378568353/MAKALAH-PROFESI-PENDIDKAN-
docx
https://pandidikan.blogspot.co.id/2011/05/pembinaan-profesi-guru.html
https://riezsanurfauzie.wordpress.com/2017/11/21/makalah-pengembangan-profesi-guru/
sumber : http://eprints.stainkudus.ac.id/460/5/5.%20BAB%20II.pdf