Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGARUH MODEL PRI SERVICE PENDIDIKAN GURU TERHADAP


PROFESIONAL GURU

Dosen Pengampu:
Dr. Lilies, M.P
Dwi Setyorini, S.Pd.M. Pd

Disusun oleh:

RISKI AMANDA_A22121020

UUT SARIDEWI_A22121017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
profesi kependidikan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.
kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 1
1.3. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................. 3
2.1. Pengertian Model Pre service Pendidikan ...................................... 3
2.2. Program Pre service Pendidikan ..................................................... 6
2.3. Model-Model Pre service Pendidikan ............................................. 7
2.4. Upaya Peningkatan Profesi Guru....................................................10
BAB III : PENUTUP........................................................................................13
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................13
3.2 Saran .....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas


manusiayang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuandan teknologi dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur, dan beradab terus dilakukan. Guru sebagai tenaga profesional dan
pelaksana pembelajaran di sekolah mempunyai peran strategis dalam
pembangunan bangsa. Peran guru tersebut salah satunya berhubungan dengan
profesionalitas dalammenguasai materi ajar, mengelola kegiatan pembelajaran,
memahami latar belakang psikologis siswa, dan mampu meningkatkan diri

Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor
determinan bagi keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan
profesi guru menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan
menuntut adanya manajemen pendidikan modern dan profesionaldengan bernuansa
pendidikan.

Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi


olehkurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa.
Profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan
ataukemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalisme
bukansekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memilikiketerampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Apa pengertian model pri service pendidikan?
2. Apa program pri service pendidikan?
3. Apa saja model-model pri service pendidikan?
4. Bagaimana upaya peningkatan profesi guru?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pri service pendidikan
2. Untuk mengetahui program pri service pendidikan
3. Untuk mengetahui apa saja model-model pri service pendidikan
4. Mengetahui bahagaimana upaya peningkatan profesi guru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pri service pendidikan

Pendidikan pra-jabatan atau pre-service education merupakan fase


mempersiapkan tenaga-tenaga kependidikan untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, dan sikap-sikap yang dibutuhkan sebelum
bertugas/berdinas. Misalnya semasa kuliah di IKIP atau Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Setelah mulai bertu gas sebagai guru, ia tidak boleh satis tetapi
harus dinamis. yaitu harus ikut berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi pada umumnya, khususnya di bidang profesi keguruan atau
kependidikan. la harus berkembang sambil menunaikan tugasnya. Untuk
mengembangkan profesi atau kecakapan dalam masa jabatannya ini diperlukan
pendidikan atau latihan "in-service.
Loretta dan Stein yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengemukakan
kategori pendidikan profesional pre service teacher education adalah
 Suatu studi yang diwajibkan untuk menjadi guru, yang secara historis
terbentuk dari sejumlah mata pelajaran yang diambil pada perguruan tinggi
dengan memberikan pengalaman lapangan supervisi yang didisain untuk
menerima tamatan SLTA memasuki profesi mengajar.
 Penataran guru untuk memenuhi kebutuhan pejabat (employer) dan pegawai
(employee) dalam daerah tertentu;
 Continuing education suatu program pelajaran berkelanjutan
yang ditentukan secara individual atau mata pelajaran yang dipilih untuk
memenuhi minat atau kebutuhan menuju pencapaian tujuan spesifik atau
gelar; dan

3
 Pengembangan kedudukan sataf (staf development) suatu program
pengalaman didisain untuk memperbaiki kedudukan seluruh anggota staf
secara pribadi maupun kelompok.,

 Dimensi substantif mengenai bahan apa yang akan diajarkan.


 Dimensi tingkah laku guru tentang bagaimana guru mengajar. Jadi, bertalian
dengan kemampuan guru dan metode mengajar.
 Dimensi lingkungan fisik, sarana, dan prasarana pendidikan.
 untuk meyakinkan kemampuan profesional awal. Saringan calon peserta
pendidikan pra jabatan perlu dilakukan secara efektif, baik dari segi
kemampuan potensial, aspek-aspek kepribadian yang relevan, maupun
motivasinya.

 Pendidikan pra-jabatan harus benar-benar secara sistematis menyiapkan


calon guru untuk menguasai kemampuan professional.

 mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli keguruan perlu


dikembangkan.

 Sistem penilikan di jenjang SD dan juga sistem kepengawasan di jenjang


SLTA yang berlaku sekarang jelas memerlukan penyesuaian-penyesuaian
mendasar.
 Keterbukaan informasi dan kesempatan untuk meraih kualifikasi formal
yang lebih tinggi, katakanlah S1, S2 dan bahkan S3.
Dikutip dari Dharmayana & Alexon. Dalam “The Evaluation Of The
Implementation Of Workshops On The Preparation And Development Of
Learning Tools In The Ppg Pre-Service Study Program At The Fkip University
Of Bengkulu”
Pendidikan Profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program Sarjana
yang mempersiapkan peserta memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian
khusus. Dengan demikian, program PPG pre service adalah program

4
pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV
NonKependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka
dapat menjadi guru profesional setelah mereka memenuhi syarat-syarat tertentu
sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik
(UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Tujuan program PPG, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2013 (sebagai pengganti
Permendiknas No 8 Tahun 2009) adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan
pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu
mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan.
Program PPG pre service dirancang untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki kompetensi utuh (kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial), unggul, dan berkarakter.
Sikap jujur, peka, peduli sesama/lingkungan, disiplin, dan mampu bekerjasama
diharapkan mewarnai profil lulusan Program PPG pre service, di samping
kompetensi-kompetensi keprofesionalan guru lainnya. Untuk mencapai tujuan
ini, tidak hanya fasilitas, pengampu, dan kurikulum yang disiapkan, peserta
juga perlu difasilitasi agar siap mengikuti program tersebut dengan baik.
Peserta perlu ditumbuhkan semangat dan motivasinya untuk mengikuti dan
berperan aktif pada berbagai kegiatan yang dirancang dalam program tersebut.
Capaian pembelajaran program PPG pre service dijabarkan dari empat
kompetensi guru dan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) level 7.
1. Kompetensi Pedagogik meliputi:
a. merencanakan pembelajaran,

5
b. melaksanakan pembelajaran,
c. menilai dan mengevaluasi pembelajaran;
2. Kompetensi Kepribadian: berperilaku sesuai dengan norma agama, norma
hukum, norma sosial, etika, dan nilai budaya;
3. Kompetensi Sosial: memiliki kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, dan
beradaptasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali dan masyarakat sekitar; dan
4. Kompetensi Profesional:
 menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam,
 menguasai dan menemukan konsep, pendekatan, teknik, dan metode ilmu
pengetahuan, teknologi, atau seni yang relevan
B. Program pre service pendidikan

Tenaga pendidik disiapkan melalui pre service


teacher education dengan strategi pelaksanaan dan pengembangan oleh
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) seperti (IKIP, FKIP, FIP,
STKIP, dan FTIK) yang menghasilkan tenaga kependidikan dan guru. Untuk
menyediakan guru yang dibutuhkan, maka LPTK mampu menangani program
dan melakukan inovasi dengan menanamkan pemahaman yang mendalam
tentang kurikulum pada calon guru dengan melakukan evaluasi pada tiap periode
yang telah ditentukan untuk menjamin kesinambungan pengembangan staf.
Kebutuhan pasar pendidikan dewasa ini telah beragam. Hal ini ditandai
munculnya berbagai program dan model pendidikan yang dibutuhkan
masyarakat. Misalnya ada sekolah diberi kategori standar nasional, berstandar
internasional, telah terakredilasi oleh badan akreditasi baik tingkat lokal maupun
nasional bahkan internasional, dan sebagainya. Atas dasar kategori atau level
tersebut, tentu saja kualitas siswa dan kualitas manajemen sekolahnya
mempunyai perbedaan antara yang satu dengan lainnya demikian juga kualitas

6
dan kesejahteraan gurunya. Berdasarkan kebutuhan masyarakat tersebut, tentu
saja LPTK dalam melaksanakan
pendidikan profesi guru juga akan mempersiapkan diri untuk mengelola
dan menyiapkan lulusannya yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Proses pendidikan guru ini dapat berlangsung di dalam kelas, dalam
kegiatan ekstrakurikuler dan pada kehidupan luar kelas. Lawrence Downey
dalam Oemar Hamalik menyatakan bahwa proses pendidikan mengandung tiga
dimensi.
Dalam pendidikan prajabatan, sebelum menjadi guru, seseorang akan dididik
dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi
panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya.
Proses pendidikan tidak muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak
calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha
dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, ketrampilan dan bahkan
sikap professional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam
pendidikan prajabatan.
C. Model-model pre service pendidikan

a. Model Konkuren (Model Seiring) Pre Service Pendidikan Guru

Model konkuren yaitu suatu model penyelenggaraan pendidikan guru yang


menyiapkan calon guru yang dilakukan dalam satu napas, satu fase,
antara penguasaan bidang studinya (subjek matter) dengan kompetensi pedagogi
(ilmu kependidikan). Model inilah yang dipakai selama lebi h dari 50 tahun
dalam penyelenggaraan pendidikan guru di Indonesia. PTPG, fkiP, ikiP, SGb, SGa,
SPG, SGo, PGa, sebagai bentuk lPTk yang pernah ada di indonesia menggunakan
model ini.

7
Model ini mengasumsikan bahwa seorang calon guru sejak awal sudah
mulai memasuki iklim, menjiwai, menyadari akan dunia profesinya. Seorang guru
tidak hanya dituntut menguasai bidang studi yang akan diajarkannya,
melainkan juga kompetensi pedagogi, sosial, akademik, dan kepribadian sebagai
pendidik. kompetensi tersebut bukan sesuatu yang terpisah, melainkan jadi ramuan
komposisi yang khas yang dijiwainya. kalau guru diasumsikan sebagai
petugas profesional, harus disiapkan secara profesional, secara sengaja untuk jadi
guru, juga di lembaga yang sengaja dibuat dan dipersiapkan untuk mendidik calon
guru. kritik terhadap model ini, penguasan subject matter (bidang ilmu) dianggap
lemah karena perolehan kemampuan bidang ilmu yang diajarkannya dianggap
kurang dari sarjana bidang ilmu (murni). ini dianggap kelemahan dan dinisbahkan
sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kompentensi guru yang
selama ini dipersiapkan di LPTK.

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau disingkat LPTK sebagai


suatu lembaga pendidikan guru tingkat universitas mempunyai fungsi pokok dalam
rangka mempersiapkan para calon guru yang kelak mampu melakukan tugasnya
selaku profesional pada sekolah-sekolah. Dengan mempersiapkan para calon guru
maka sesungguhnya LPTK mengemban peranan sangat penting dalam rangka
mempersiapkan calon guru yang memiliki yang memiliki kompetensi profesional
yang baik. Kebaikan dan kekurangan yang terjadi pada guru, pada dasarnya
menjadi tanggung jawab LPTK sebagai suatu institusi.

Guru prajabatan adalah lulusan S1 atau D4 Lembaga Pendidikan Tenaga


Kependidikan (LPTK). Guru dalam jabatan adalah guru PNS atau non PNS yang
sudah mengajar pada satuan pendidik.

Kelebihan Model Konkuren

8
1. Guru konkuren lebih menguasai ilmu pendidikan daripada guru
konsekutif.
2. Guru konkurn mempunyai peluang untk menjadi guru profesional.

Kelemahan Model Konkuren

1. Guru konkuren tidak menguasai materi belajar karena hanya belajar


sebagian dari disiplin ilmu yang harus diajarkannya di sekolah. Hal ini
dapat diatasi dengan guru konkuren lebih mempelajari bahan/ materi ajar.
2. Guru konkuren terancam menjadi pengangguran karena lahan
pekerjaannya diambil alih oleh guru konsekutif

b. Model Konsekutif (Model berlapis) Pre Service Pendidikan Guru

Asumsi yang dipakai dalam model ini menghendaki penyiapan guru


dilakukan dalam napas atau rangkaian yang berbeda. artinya, calon guru
sebelumnya tidak dididik dalam setting LPTK. Mereka adalah para sarjana bidang
ilmu, kemudian setelah itu menempuh pendidikan lanjutan di LPTK untuk
memperoleh akta kependidikan yang selama ini diposisikan sebagai lisensi profesi
guru. Model ini menghendaki sarjana dulu di bidangnya kemudian
mengikuti pendidikan akta kependidikan sebagai sertifkasi profesi kependidikan.
Keunggulan model ini dianggap memiliki penguasaan bidang studi lebih baik
unggul, tetapi lemah dari aspek kompetensi ilmu pendidikan (pedagogis), sosial,
dan kepribadian sebagai calon guru. Dalam pola ini penyiapan subject matter
dengan kompetensi pedagogi, sosial, dan kepribadian adalah hal yang
berbeda, bukan desain pendidikan profesional yang terpadu

Sejak diberlakukannya undang-undang Guru dan Dosen,


nampaknya penyelenggaraan pendidikan guru saat ini cenderung dilakukan dengan
menggunakan concecutive model, ini dapat dilihat pada pasal 12 yang berbunyi:
9
“Setiap orang yang telah memperoleh sertifkat pendidik memiliki
kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan
tertentu”.

Salah satu dampaknya adalah meningkatnya minat dan apresiasi


masyarakat terhadap profesi guru. Disamping itu, UU tersebut juga menggariskan
bahwa profesi guru minimal berpendidikan S-1 atau D-4, baik kependidikan
maupun non kependidikan. hal ini mengisyaratkan bahwa profesi guru merupakan
profesi yang bersifat terbuka, bukan hanya bagi lulusan dari lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK), melainkan pula dari non-LPTK. Lalu apa urgensi
eksistensi LPTK kalau profesi guru itu pun secara yuridis dan akademik berhak
dimasuki oleh mereka yang tidak dipersiapkan di LPTK. Mereka yang
berlatar pendidikan dari non-LPTK/non kependidikan untuk menjadi guru cukup
mengikuti pendidikan sertifkasi profesi guru.

Kelebihan Model Konsekutif

1. Guru konsekutif lebih menguasai materi belajar.


2. Para lulusan dari ilmu murni mempunyai peluang untuk menjadi guru,
dengan syarat melalui pendidikan strata

Kelemahan Model Konsekutif

1. Guru konsekutif tidak menguasai ilmu pendidikan karena guru


konsekutif hanya belajar ilmu murni. Hal ini dapat diatasi dengan guru
konkuren mempelajari ilmu pendidikan supaya menjadi guru yang
profesional.

2. Guru konsekutif akan bersaing dengan guru konkuren

D. Upaya peningkatan profesi guru

10
Upaya Meningkatkan Kompetensi Professional Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar Upaya meningkatkan kompetensi professional guru, seperti yang
diharapkan pada standar dan kriteria guru professional di atas, baik dari pihak
pemerintah, sekolah maupun diri pribadi guru dapat dilakukan dengan:

 Menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi sesuai kualifikasi


akademik.

Hal ini berdasarkan Undang-Undang Guru Dosen bahwa guru untuk mendapatkan
kompetensi profesional harus melalui pendidikan profesi dan guru juga dituntut
untuk memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 atau D4. Apalagi pada saat
sekarang ini, perkembangan dunia pendidikan dan sistem pendidikan semakin
meningkat. Dengan melanjutkan tingkat pendidikan diharapkan guru dapat
menambah pengetahuannya dan memperoleh informasi-informasi baru dalam
pendidikan sehingga guru tersebut mengetahui perkembangan ilmu pendidikan.
Mengikut sertakan guru melalui seminar dan pelatihan yang diadakan Diknas
maupun di luar Diknas. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru
dalam membenahi dan metodologi pembelajaran

 Mengikuti kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru).

Melalui wadah inilah para guru diarahkan untuk mencari berbagai pengalaman
mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar yang dapat diterapkan di
dalam kelas.

 Meningkatkan kesejahteraan guru.

Kesejahteraan guru tidak dapat diabaikan, karena merupakan salah satu faktor
penentu dalam peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu
pendidikan

11
(http://arnimabruria.blogspot.com/2010/11/upaya-meningkatkan-kompetensi.htm)

 Gerakan Guru Membaca (G2M).

Guru hendaknya mempunyai kesadaran akan pentingnya membaca untuk


mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Tidak lucu bukan kalau guru
menyuruh murid-muridnya rajin membaca sedangkan gurunya enggan untuk
membaca. Kita sebagai guru harus lebih serba tahu dibandingkan peserta didik.
Untuk itu perlu digalakkan Gerakan Guru Membaca. Dalam hal ini guru bisa
memanfatkan buku-buku atau media masa yang tersedia di perpustakaan, sekolah
ataupun toko buku, atau bisa juga dengan mengakses internet tentang hal-hal yang
berhubungan dengan spesialisasinya ataupun pengetahuan umum yang dapat
menambah wawasannya.

 Senantiasa produktif dalam menghasilkan karya-karya di bidang


pendidikan.

Guru hendaknya memiliki kesadaran untuk lebih banyak menulis, terutama


mengenai masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. Hal ini termasuk salah
satu metode untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menuangkan
konsep-konsep dan gagasan dalam bentuk tulisan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas


manusiayang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuandan teknologi dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur, dan beradab terus dilakukan. Guru sebagai tenaga profesional dan
pelaksana pembelajaran di sekolah mempunyai peran strategis dalam
pembangunan bangsa. Peran guru tersebut salah satunya berhubungan dengan
profesionalitas dalammenguasai materi ajar, mengelola kegiatan pembelajaran,
memahami latar belakang psikologis siswa, dan mampu meningkatkan diri

Pendidikan pra-jabatan atau pre-service education merupakan fase


mempersiapkan tenaga-tenaga kependidikan untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, dan sikap-sikap yang dibutuhkan sebelum
bertugas/berdinas. Misalnya semasa kuliah di IKIP atau Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Setelah mulai bertu gas sebagai guru, ia tidak boleh satis tetapi
harus dinamis. yaitu harus ikut berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi pada umumnya, khususnya di bidang profesi keguruan atau
kependidikan. la harus berkembang sambil menunaikan tugasnya. Untuk
mengembangkan profesi atau kecakapan dalam masa jabatannya ini diperlukan
pendidikan atau latihan "in-service.
3.2. Saran
Kami sangat menyadari kekurangan dalam makalah yang telah disusun, olehnya
itu kami berharap bagi teman-teman dan ibu/bapak dosen sekalian memberikan
kritik yang membangun. Agar menambah kemampuan kami dalam menyusun

13
sebuah makalah. Adapun pembuatan makalah ini untuk membantu pembaca agar
mengetahui lebih luas dan menambah pengetahuan tentang PENGARUH MODEL
PRI SERVICE PENDIDIKAN GURU TERHADAP PROFESIONAL GURU.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dharmayana, I. W., & Alexon, A. (2019). The Evaluation Of The Implementation Of Workshops
On The Preparation And Development Of Learning Tools In The Ppg Pre-Service
Study Program At The Fkip University Of Bengkulu. Triadik, 18(2).

https://www.scribd.com/document/378568353/MAKALAH-PROFESI-PENDID
AN-docx

https://pandidikan.co.id/2011/05/pembinaan-profesi-guru.html

https://riezsanurfauzie.wordpress.com/2017/11/21/makalah-pengembangan-profes
i-guru/

15

Anda mungkin juga menyukai