Anda di halaman 1dari 24

1

TUGAS RUTIN III

ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKAN

NAMA MAHASISWA : TITIN SAFIRA

NIM : 5193131008

DOSEN PENGAMPU : Anada Leo Virganta, S.Pd, M.Pd.

MATA KULIAH : Profesi kependidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
Maret 2020

KATA PENGANTAR
2

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah PROFESI KEPENDIDIKAN
berjudul “Organisasi dan Kode Etik Profesi Kependidikan ’’.

Makalah ini membahas tentang Organisasi dan Kode Etik Profesi Kependidikan
dengan topic utamanya Organisasi Profesi Keguruan yaitu bagaimana Organisasi Profesi
Keguruan yang telah berkembang sejauh ini, bagaimana organisasi ini bisa bisa terbentuk.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen Profesi Pendidikan Bapak Anada Leo Virganta, S.Pd, M.Pd..

Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek
kualitas maupun aspek kuantitas dari materi yang disajikan. Semua ini didasarkan dari
keterbatasan yang dimiliki penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa
yang akan datang.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, pengorbanan yang telah diberikan
oleh semua pihak sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang
Maha Esa dapat memberikan balasan yang setimpal serta melimpahkan rahmatnya kepada
kita semua. Aamiinn

Medan,03 Maret 2020

Titin Safira

DAFTAR ISI
3

Hal.
Kata Pengantar i
Daftar isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Konsep Dasar Organisasi Profesi Keguruan 3
2.1.1 Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia 5
2.1.2 Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan 9
2.2 Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini 10
2.2.1 Keadaan yang Ditemui 10
2.2.2 Permasalahan yang Ada 14
2.3 Kode Etik Guru 12
2.3.1 Etika Profesi 13
2.3.2 Kode Etik Guru Indonesia 14
2.3.3 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan 18

BAB III SIMPULAN DAN SARAN 19


Simpulan 19
Saran 19

Daftar Pustaka 21

BAB I

PENDAHULUAN
4

1.1 Latar Belakang

Salah satu fenomena abad ini adalah munculnya pendidikan sebagai daya utama
(major force) dalam perkembangan manusia. Pendidikan yang membedakan orang yang
berpartisipasi aktif dalam ekonomi nasional, memiliki kehidupan menarik dan kaya nuansa
keterlibatan intelektual dan social, membedakan yang cakap dengan yang kurang cakap. Pada
wawasan internasional, berbedaan dasar bangsa miskin dan bangsa baru naik-daun
(emergence) serta macet (stagnant) terletak pada taraf tingginya dedikasi bangsa pada
pembangunan dan perluasan program pendidikan.

Dalam ekspansi cepat program pendidikan dan meningkatnya permintaan pasokan


manusia terdidik menjadikan guru makin dipentingkan disbanding masa di mana pendidikan
dianggao kurang esensial. Guru mendapati masa emas dan menyenangkan ini dalam beragam
reaksi positif, terutama dengan meningkatnya stauts ekonomi guru. Namun status dan
kesejahteraan ini menuntut guru lebih efektif.

Salah satu dampak iringan ledakan pendidikan adalah guru dipaksa menjadi makin
pakar dan professional. Ada anggapan tiap orang dapat menjadi guru dengan mudah. Persepsi
ini tidaklah benar, karena menjadi guru mempunyai tanggung jawab dalam pembelajaran dan
pengajaran. Tanggung jawab itulah yang mengarahkan profesionalan guru di mata public.
Seorang guru tidak hanya didasarkan hanya dengan mengajar dalam kelas tetapi juga sebagi
teladan bagi siswanya. Keteladanan akan menjadi tolok ukur keberhasilan guru. Dalam
transfer ilmu, Seorang guru harus memperhatikan siswanya dengan bijaksana dan hati-hati,
karena diantara siswa satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan karakter. Terdapat siswa
yang mudah menangkap pelajaran dan siswa yang lamat, dalam hal ini juga harus ditanamkan
etika dan norma dalam pengajarannya.

Hal tersebut hanyalah salah satu dari masalah nyata yang akan nampak sulit bila
dihadapkan pada individual saja. Ini berarti profesionalipendidik membutuhkan sebauh
organisasi profesi dan bergabung sebagai anggotanya. Melalui persamaan fungsi/tujuan yang
sama dengan profesi pendidikan memiliki wibawa profesionalnya. Tidak hanay itu, sebuah
organisasi kependidikan akan membantu memperbaiki maupun meningkatkan karir,
keterampilan, kompetensi professional, pendidikan dst.

Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapi


kecerdasan sebagai calon pemimipin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk itu, pihak-
5

pihak yang berkepentingan selayaknya tidak megabaikan perranan guru dan profesinya, agar
bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan bangsa lain di negara maju. Hanya dengan
pelaksanaan tugas guru secara professional hal ini dapat diwujudkan eksistensi bangsa dan
negara yang bermakna, terhormat, dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di
dunia ini.

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa


perlu ditetapkan Kode Eti Keguruan sebaga pedoman bersikap dan berperilaku yang
mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik
puter-puteri bangsa. Oleh karena itu banyak keunntungan dalam bergabiung dengan
organisasi profesi,dan bagaimana sebenarnya kode etik keguruan, itulah mengapa penulis
mengambil topic Organisasi Profesi Kependidikan

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:

1. Apa definisi organisasi profesi keguruan?


2. Apa tujuan dibentuknya organisasi profesi keguruan?
3. Bagaimana perkembangan organisasi profesi keguruan?
4. Apa peran organisasi profesi keguruan di Indonesia?
5. Apa kode etik guru?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk memahami definisi organisasi profesi keguruan


2. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya organisasi profesi keguruan?
3. Untuk mengetahui perkembangan organisasi profesi keguruan?
4. Untuk mengetahui peran organisasi profesi keguruan di Indonesia?
5. Untuk memahami kode etik guru?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar dan peranan organisasi professional keguruan Pengertian, Tujuan
dan Fungsi Organisasi Profesional
6

Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga kata, yaitu organisasi, profesi dan
keguruan (guru).Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari organisasi,
diantaranya sebagai berikut:

1. Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

2. Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia


untuk mencapai tujuan bersama.

3. Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Di samping itu, organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal
dan organisasi non-formal. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih
yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan
kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu
aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar
bersama anak-anak SD.

Sedangkan Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian seseorang
dan didapat melalui adanya proses penddikan. Dan Guru adalah pendidik dengan tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih dan mengevaluasi.

Jadi organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan yang orang-orang yang
memiliki suatu keahilan khusus yang merupakan ciri-ciri khas dari bidang keahilan tertentu.
Dikatakan ciri khas oleh karena bidang pekerjaan tersebut diperoleh bukan secara kebutulan
oleh sembarang orang, tetapi diiperoleh melalui suatu jalur khusus, boleh jadi melalui
perguruan tinggi, atau melalui penekunan secara sistematis dan mendalam.

Seorang guru dapat dikatakan memiliki hak professional jika memiliki lima aspek
pokok yang perlu diwujudkan yakni :

1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum, terhadap batas wewenang


keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.
7

2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif


dalam batas tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan
pendidikan setempat.
3. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam rangka menjalankan tugasnya sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha dan
prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan komptensi professional secara
individual maupun secara institusional.
Organisasi professional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Mengikat para anggota dimaksudkan agar para anggota
dikalangan suatu profesi dapat berkumpul dalam satu wadah dan dapat saling tukar
pengalaman anatara sesama anggota dalam melaksanakan praktek profesi. Mengawasi
dimaksudkan agar para anggota profesi agar selalu berpegang kepada Kode Etik Profesi, dan
selalu menjaga kualifikasi para anggota di samping itu dapat pula mengawasi praktek profesi
yang tidak berwenang dalam melaksanakan profesi. Sedangkan meningkatkan kesejahteraan
dimaksudkan agar organisasi profesi selalu dapat memperjuangkan anggotanya dalam
mendapatkan jaminan kesejahteraan atas jasa yang telah diberikan, disamping itu adanya
jaminan hukum terhadap praktek profesi dengan kata lain mendapat perlindungan hukum,
sehingga dalam melaksanakan tugas dapat lebih tentram dan aman.
Organisasi professional berfungsi sebagai pengendalian keseluruhan profesi baik
secara sendiri, maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan. Fungsi lain dari
organisasi profesional ini adalah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam
menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat penguna jasa kependidikan.
Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi profesi kependidikan
memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan
bersama yaitu upaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban
profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat penguna jasa profesi ini.
Organisasi ini juga berfungsi sebagai Peningkatan Kemampuan Profesi. Guru sebagai
anggota profesi harus bisa meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui organisasi
tersebut. Dengan mengikuti organisasi tersebut diharapkan guru dapat meningkatkan dan
mengembangkan karier,kemampuan, kewenangan professional,martabat dan kesejahteraan.
2.1.1 Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia.
8

Seperti halnya guru merupakan satu pekerjaan yang tak dapat dilakukan oleh
sembarang orang, agar seseorang dapat diangkat menjadi seorang guru, ia harus memiliki
kualifikasi ilmu tentang keguruan yang diperoleh melalui pendidikan keguruan. Disamping
harus memiliki kewenangan mengajar yang sesuai dengan disiplin ilmunya, kewenangan
mengajar yang sesuai dengan displin ilmunya, kewenangan professional keguruan ini
menutut otonomi dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Adapun berbagai
organisasi guru yang ada di Indonesia ini antara lain :
1) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia
(PGI) tahun 1932. Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
1. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan).
2. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi profesi).
Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as public service, not commodity”.
3. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh pada umumnya
(organisasi ketenagakerjaan).
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :
(1) Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
(2) Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(3) Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin terpeliharanya
keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.
(4) Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
(5) Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan
membela hak asasinya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
pemangku profesi kependidikan.
(6) Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan guru dan tenaga
kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan hukum.

Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :


9

1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi guru.


2. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam
meningkatkan mutu profesi dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru Indonesia.
4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi, dan akreditasi
bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di bidang
pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra dengan PGRI.
6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di semua
jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan pengabdian dan peran
serta dalam pembangunan nasional.
7. Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak lembaga dan
badan khusus.
8. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga
pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, dan atau
organisasi kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
dan kebudayaan.
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan:
1. Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru dan tenaga
kependidikan
2. Wahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru yang berupa: imbal jasa, rasa
aman, hubungan pribadi, kondisi kerja dan kepastian karier.
3. Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan ketenagakerjaan dalam upaya
meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan
anggota.
4. Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru serta
kesetiakawanan organisasi.
5. Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai pekerja.
6. Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan kerjasama dengan
organisasi ketenagakerjaan baik lokal, regional maupun global.

2) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)


10

MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran
yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling
berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan
kinerja guru sebagai praktisi atau perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas
(Depdiknas,2004: 1).Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau
wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
Tujuan MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2) adalah:
Tujuan umum:
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
Tujuan khusus.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran
yang menyenangkan, mengasyikkan dan, mencerdaskan siswa.
3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Peranan MGMP menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) yaitu:
1. Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
2. Mengakomodasi aspirasi masyarakat atau stokeholder dan siswa
3. Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
4. Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan pendidikan.
Fungsi MGMP
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah
1. Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek serta
mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
2. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di tingkat
sekolah, wilayah, maupun kota.
3. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas sehingga mampu
mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah.
11

3) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi
kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi
antaranggotanya. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang
pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.

Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:

1) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia


2) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
3) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka
membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara;
4) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu, seni,
dan teknologi pndidikan;melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para
anggota;
5) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan
6) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.

Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang
terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.

iv) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


IPBI didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi
kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan
dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai guru pembimbing.Organisasi ini merupakan himpunan para petugas
bimbingan se-Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai
ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.Secara rinci tujuan didirikannya
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini:
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik,
alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan
demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-
baiknya.
12

3. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan
tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan
bimbingan .

2.1.2 Peningkatan Mutu Penyelengaraan Pendidikan


Salah satu isu penting dalam penyelenggaraaan pendidikan di negara kita saat ini
adalah peningkatan mutu pendidikan, namun yang terjadi justru kemerosotan mutu
pendidikan dasar, menengah, maupun tingkat pendidikan tinggi. Hal ini berlangsung akibat
penyelenggaraan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada aspek kuantitas dan kurang
dibarengi dengan aspek kualitasnya. Peningkaran kualitas pendidikan ditentukan oleh
peningkatan proses belajar mengajar. Dengan adanya peningkatan proses belajar mengajar
dapat meningkat pula kualitas lulusannya. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini akan
sangat tergantung pada pengelolaan sekolah dan pengajaran/pendekatan yang diterapkan
guru.
Berdasarkan kajian teori, kepemimpinan kepala sekolah terbukti mempengaruhi
implementasi dan pemeliharaan perubahan dan berkolerasi dengan hasil belajar murid.
Kualitas lulusan pendidikan dipengeruhi oleh kualitas manajemen sekolah atau manajemen
pengelolaan pendidikan. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh fasilitas pendukung, proses
belajar mengajar, dan pengajaran. Kemampuan sosial ekonomi orang tua siswa yang tinggi
akan berkorelasi dengan penyediaan fasilitas belajarnya, yang akhirnya dapat meningkatkan
motivasi belajar. Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Penyelengaraan pendidikan hendaknya selalu dapat memberi kesan yang baik
terhadap masyarakat sehingga masyarakat selalu memberikan kepercayaan yang penuh,
karena kepercayaan ini mutlak diperlukan oleh suatu profesi. Pengakuan masyarakat terhadap
profesi guru itu tidak hanya terbatas pada pengakuan guru sebagai guru, melainkan
pengakuan terhadap segala perangkat yang berkaitan dengan profesi guru, termasuk
perangkat unjuk kerja, lembaga pendidikan, organisasi profesi, etika dan kode etik guru serta
system imbalannya.

2.2. Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini


2.2.1 Keadaan yang Ditemui
13

Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya Undang-


undang Rep. Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam UU
tersebut, tenaga kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang-bidang
lain. Ada 6 pasal (pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga
kependidikan. Ini menunjukan bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam
rangka upaya memajukan pendidikan secara keseluruhan.

Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola,
formal dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1)
dinyatakan bahwa : “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Bertitik tolak dari problema internal guru sebagai tenaga kependidikan, yaitu sebagai
seorang pengajar telah menurun kualitas guru tersebut karena rendahnya kejahteraan yang
diterima guru dan diskriminasi status guru membuat kita gerah dan bertanya-tanya, apakah
pekerjaan sandang guru suatu profesi? para ahli dan pakar pendidikan sudah lama
menggolongkan pekerjaan guru suatu profesi, demikian juga banyak definisi menggolongkan
pekerjaan guru sebagai profesi. Jika kita pandang keberadaan guru dan problema internal
guru maka pekerjaan guru bukan suatu profesi. Sedangkan kriteria profesi yang melekat pada
pekerjaan guru yang kurang sempurna. .
Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keterampilan untuk meningkatkan
mutu proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
pendidikan pada umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya .
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru
agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas pada bidang pengembangan profesi
meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan.


b. Membuat alat pelajaran/alat peraga/alat bimbingan.
c. Menciptakan karya seni.
d. Menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan.
14

e. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.


Salah satu karakteristik dari sebuah pekerjaan profesional yaitu adanya suatu
organisasi profesi yang menaungi para anggota dari profesi yang bersangkutan. Demikianlah
pula dalam profesi keguruan, profesi guru memiliki ikatan kesejawatan, kode etik profesi,
dan organisasi profesi yang mempunyai kewenangan untuk mengatur yang berkaitan dengan
keprofesian. Organisasi profesi guru adalah PGRI yaitu perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan di urus oleh guru sebagai wadah untuk mengembangkan profesionalisme,
memperjuangkan perlindungan hukum, dan perlindungan keselamatan kerja serta
menghimpun dan menyalurkan inspirasi anggotanya.

Untuk menjadi guru yang professional, haruslah memiliki kebutuhan. Kebutuhan


utama yang harus dimiliki guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) salah satunya adalah
media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang meliputi
pesan, orang, dan peralatan.. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti
perkembangan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran
dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu:

1. Media hasil teknologi cetak


Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti
buku dan materi visual statis terutama melalui prosespercetakan mekanisatau
photografis.
2. Media hasil teknologi audio-visual
Teknologi audio-visual cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-
mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Penyajian
pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama
proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual
yang lebar.
3. Media hasil teknologi yang berdasarkan computer
Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilka atau menyampaikanmateri
dengan menggunakan sumber-suber yang berbasis micro-prosesor.
4. Teknologi gabungan
Teknologi gabungan adalah cara unntuk menghasilkan dan menyampaikan materi
yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan
komputer. Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random
15

akses memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi
ditambah dengan pararel(alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat
keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.

2.2.2 Permasalahan yang Ada

Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru
masa sekarang ini adalah sebagai berikut :

1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam


peraturan yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta
kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang Angka
Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen pendidikan dan
Kebudayaan.
2. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih
terara, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan profesional dengan
pembentukan kemampuan akademik guru, dengan memberikan peluang kepada setiap
calon guru untuk melatih unjuk kinerjanya sebagai calon guru yang profesional.
3. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak pendidikan
prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan.
4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk
pelaksanaan proses profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang jelas
mengenai profesi guru dan profesi lainnya.
5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu
prilaku profesional yang tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan sanksi-sanksi
terhadap penyimpangannya.
6. Pemasyarakatan kode etik guru diterapkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh
masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar
terhadap profesi guru itu.

2.3 Kode Etik Guru


2.3.1 Apakah Etika Profesi itu ?
Dalam filsafah, etika adalah siuatu studi evaluasi tentang perilaku manusia ditinjau
dari prinsip-prinsip moral atau kesusilaan (Ethic philosophy is the study and evaluation of
16

human conduct in the light of moral principles). Etika yaitu tentang filsafat moral, yait
mengenai nilai, perilaku dan yang menyelidiki mana yang baik dan yang benar. Secara
singkat dapat dirumusukan, bahwa Etika adalah suatu system prinsip-prinsip kesusilaan atau
moral, yang merupakan standard atau norma – norma bertindak bagi orang – orang dalam
suatu profesi, misalnya dalam profesi kedokteran, keguruan dan sebagainya. Sehingga etika
suatu profesi (Profesional Ethics) adalah prinsip – prinsip atau norma – norma
kesusilaan/moral yang merupakan “pedoman” bagi sikap dan perilaku anggota-anggota suatu
profesi.
Mengacu pada uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan bahwa etika profesi
keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan “pedoman”
bertindak bagi para anggota profesi dibidang keguruan, dalam hal ini adalah para guru.
Dalam proses pendidikan, banyak unsur – unsur yang terlibat agar proses pendidikan dapat
berjalan dengan baik. Salah satunya adalah guru sebagai tenaga pendidik. Pendidik harus
memiliki etika yang sesuai dengan kode etik profesi keguruan.

2.3.2 Kode Etik Guru Indonesia

Apa yang dimaksud dengan “ Kode etik”? Kode adalah kumpulan peraturan-
peraturan atau norma-norma perilaku atau perbuatan professional (Code is a set of rules for
or standards of professional practice or behavior..) jadi kode etika suatu profesi adalah
sekumpulan peraturan-peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi perbuatan atau perilaku
orang-orang dalam suatu profesi.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional. Undang-Undang Nomor 14


Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga profesional, guru
dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.

Kode Etik Guru Indonesia selanjutnya disebut KEGI adalah norma dan asas yang
disepakati dan diterima guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga Negara.
17

Kode Etik Guru Indonesia yang telah disepakati Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, memiliki relevansi, sesuai kompentensi pedagogik dan profesional seorang guru
karena di dalamnya juga mengatur hubungan antara guru, peserta didik, orangtua,
masyarakat, teman sejawat, serta organisasi profesi lain maupun profesinya sendiri.

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari:

1. Nilai-nilai agama dan Pancasila.

2. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan


kompetensi profesional.

3. Nilai-nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan


kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual

Substansi Kode Etik Guru Indonesia :

1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik

a. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran.

b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan


mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.

c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara


individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk


kepentingan proses kependidikan.

e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha


menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta
didik.

f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah
pendidikan.

g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.

h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu


peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk
kemampuannya untuk berkarya.
18

i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya.

j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.

k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan
hak-hak peserta didiknya.

l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian
bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.

m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari
kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan
kesehatan, dan keamanan.

n. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang
tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan
kemanusiaan.

o. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta


didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan
agama.

p. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta


didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid

a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.

b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif


mengenai perkembangan peserta didik.

c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.

d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam


memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.

f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya


berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan
pendidikan.
19

g. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali


siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

3. Hubungan Guru dengan Masyarakat

a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.

b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan


meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.

e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat


berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta
didiknya.

f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,


hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.

g. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada


masyarakat.

4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat

a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.

b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.

c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.

d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.

e. Guru menghormati rekan sejawat.

f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.

g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan


dengan standar dan kearifan profesional.
20

h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.

i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-


pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.

j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam


setiap tindakan profesional dengan sejawat.

k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan


keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
pendidikan dan pembelajaran.

l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah


agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.

m. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru berkaitan dengan kualifikasi dan


kompetensi sejawat atau calon sejawat.

n. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan


merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.

o. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar


pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

p. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-


pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.

q. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung
akan memunculkan konflik dengan sejawat.

5. Hubungan Guru dengan Profesi

a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.

b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan


mata pelajaran yang diajarkan.

c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.

d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan


tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif


individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
21

f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan


merendahkan martabat profesionalnya.

g. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.

h. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan


tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan
pembelajaran.

6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya

a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.

b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan


manfaat bagi kepentingan kependidikan.

c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi
dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.

d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan


tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk


tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.

f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat


merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.

g. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh


keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.

h. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Hubungan Guru dengan Pemerintah

a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang


pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan
perundang-undangan lainnya.

b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang


berbudaya.
22

c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan


kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

d. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan
pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

2.3.3 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan

PGRI telah mengeluarkan Kode Etik Guru yang pada dasarnya mengatur perilaku etis
guru, melindungi profesi dan individu guru, mengatur batasan kewenangan guru, dan
mempertahankan kesejahteraan guru. Ke arah kode etik inilah seharusnya profesionalisasi
diarahkan, meliputi dimensi-dimensi: pengetahuan (know-what), keterampilan (know-how),
dan sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan keterampilan pengalaman
dan kemauan.

Oleh karena itu penyimpangan terhadap kode etik yang dikeluarkan oleh PGRI
seharusnya pula dapat diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan
perilaku anggotanya, agar setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar
pula dari sanksi yang mungkin dibeikan oleh organisasi profesi

Saat ini sudah dibentuk Dewan Kehormatan Guru di seluruh kabupaten dan kota di
Indonesia yang akan menerima laporan atas pelanggaran KEGI yang dilakukan guru. Untuk
itu, semua guru tanpa kecuali harus mentaati kode etik ini dan jika dalam melaksanakan
profesinya terbukti menyalahi kode etik, maka akan dijatuhi sanksi tegas sebagaimana diatur
dalam Kode Etik Guru Indonesia.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 SIMPULAN

Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan yang orang-orang yang


memiliki suatu keahilan khusus yang merupakan ciri-ciri khas dari bidang keahilan tertentu.
23

Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya Undang-undang


Rep. Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam UU tersebut,
tenaga kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang-bidang lain. Ada
6 pasal (pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga
kependidikan. Ini menunjukan bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam
rangka upaya memajukan pendidikan secara keseluruhan.
Organisasi professional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Mengawasi dimaksudkan agar para anggota profesi agar
selalu berpegang kepada Kode Etik Profesi, dan selalu menjaga kualifikasi para anggota di
samping itu dapat pula mengawasi praktek profesi yang tidak berwenang dalam
melaksanakan profesi. Sedangkan meningkatkan kesejahteraan dimaksudkan agar organisasi
profesi selalu dapat memperjuangkan anggotanya dalam mendapatkan jaminan kesejahteraan
atas jasa yang telah diberikan. Ada beberapa organisasi profesi keguruan yaitu PGRI, ISPI,
IPBI and MGM

3.2 SARAN

Berdasarkan deskripsi diatas tetang organisasi profesi keguruan, penulis merangkum


beberap saran sebagai nberikut:

1. Organisasi profesi keguruan gharus lebih aktif mngambil perannya sebagai penyatu
dan pengembang kegiatan, keterampilan anggota organisasi

2. Hubungan antar organisasi profesi dengan yang lainnya harus lebih diperbaiki

3. Seorang guru harus jadi teladan bagi siswanya dan melakukan tugasnya sebagai
guru yang professional

DAFTAR PUSTAKA
24

Hamalik, Oermar. 2002. Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:

PT.Bumi Aksara

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

Satory, Djam’an dkk. 2009. Profesi Keguiruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Soetjipto, Kosasi Raflis. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Umbu, Sumardjono. 2014. Profesi Kependidikan. Yogyakarta: PT Ombak

Wau, Yasadarto.2016 Profesi Kependidikan .Medan: UNIMED-PRESS

Anda mungkin juga menyukai