NIM : 5193131008
KATA PENGANTAR
2
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah PROFESI KEPENDIDIKAN
berjudul “Organisasi dan Kode Etik Profesi Kependidikan ’’.
Makalah ini membahas tentang Organisasi dan Kode Etik Profesi Kependidikan
dengan topic utamanya Organisasi Profesi Keguruan yaitu bagaimana Organisasi Profesi
Keguruan yang telah berkembang sejauh ini, bagaimana organisasi ini bisa bisa terbentuk.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen Profesi Pendidikan Bapak Anada Leo Virganta, S.Pd, M.Pd..
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek
kualitas maupun aspek kuantitas dari materi yang disajikan. Semua ini didasarkan dari
keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa
yang akan datang.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, pengorbanan yang telah diberikan
oleh semua pihak sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang
Maha Esa dapat memberikan balasan yang setimpal serta melimpahkan rahmatnya kepada
kita semua. Aamiinn
Titin Safira
DAFTAR ISI
3
Hal.
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Konsep Dasar Organisasi Profesi Keguruan 3
2.1.1 Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia 5
2.1.2 Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan 9
2.2 Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini 10
2.2.1 Keadaan yang Ditemui 10
2.2.2 Permasalahan yang Ada 14
2.3 Kode Etik Guru 12
2.3.1 Etika Profesi 13
2.3.2 Kode Etik Guru Indonesia 14
2.3.3 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan 18
Daftar Pustaka 21
BAB I
PENDAHULUAN
4
Salah satu fenomena abad ini adalah munculnya pendidikan sebagai daya utama
(major force) dalam perkembangan manusia. Pendidikan yang membedakan orang yang
berpartisipasi aktif dalam ekonomi nasional, memiliki kehidupan menarik dan kaya nuansa
keterlibatan intelektual dan social, membedakan yang cakap dengan yang kurang cakap. Pada
wawasan internasional, berbedaan dasar bangsa miskin dan bangsa baru naik-daun
(emergence) serta macet (stagnant) terletak pada taraf tingginya dedikasi bangsa pada
pembangunan dan perluasan program pendidikan.
Salah satu dampak iringan ledakan pendidikan adalah guru dipaksa menjadi makin
pakar dan professional. Ada anggapan tiap orang dapat menjadi guru dengan mudah. Persepsi
ini tidaklah benar, karena menjadi guru mempunyai tanggung jawab dalam pembelajaran dan
pengajaran. Tanggung jawab itulah yang mengarahkan profesionalan guru di mata public.
Seorang guru tidak hanya didasarkan hanya dengan mengajar dalam kelas tetapi juga sebagi
teladan bagi siswanya. Keteladanan akan menjadi tolok ukur keberhasilan guru. Dalam
transfer ilmu, Seorang guru harus memperhatikan siswanya dengan bijaksana dan hati-hati,
karena diantara siswa satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan karakter. Terdapat siswa
yang mudah menangkap pelajaran dan siswa yang lamat, dalam hal ini juga harus ditanamkan
etika dan norma dalam pengajarannya.
Hal tersebut hanyalah salah satu dari masalah nyata yang akan nampak sulit bila
dihadapkan pada individual saja. Ini berarti profesionalipendidik membutuhkan sebauh
organisasi profesi dan bergabung sebagai anggotanya. Melalui persamaan fungsi/tujuan yang
sama dengan profesi pendidikan memiliki wibawa profesionalnya. Tidak hanay itu, sebuah
organisasi kependidikan akan membantu memperbaiki maupun meningkatkan karir,
keterampilan, kompetensi professional, pendidikan dst.
pihak yang berkepentingan selayaknya tidak megabaikan perranan guru dan profesinya, agar
bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan bangsa lain di negara maju. Hanya dengan
pelaksanaan tugas guru secara professional hal ini dapat diwujudkan eksistensi bangsa dan
negara yang bermakna, terhormat, dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di
dunia ini.
2.1 Konsep dasar dan peranan organisasi professional keguruan Pengertian, Tujuan
dan Fungsi Organisasi Profesional
6
Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga kata, yaitu organisasi, profesi dan
keguruan (guru).Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari organisasi,
diantaranya sebagai berikut:
1. Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
3. Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Di samping itu, organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal
dan organisasi non-formal. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih
yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan
kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu
aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar
bersama anak-anak SD.
Sedangkan Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian seseorang
dan didapat melalui adanya proses penddikan. Dan Guru adalah pendidik dengan tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih dan mengevaluasi.
Jadi organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan yang orang-orang yang
memiliki suatu keahilan khusus yang merupakan ciri-ciri khas dari bidang keahilan tertentu.
Dikatakan ciri khas oleh karena bidang pekerjaan tersebut diperoleh bukan secara kebutulan
oleh sembarang orang, tetapi diiperoleh melalui suatu jalur khusus, boleh jadi melalui
perguruan tinggi, atau melalui penekunan secara sistematis dan mendalam.
Seorang guru dapat dikatakan memiliki hak professional jika memiliki lima aspek
pokok yang perlu diwujudkan yakni :
Seperti halnya guru merupakan satu pekerjaan yang tak dapat dilakukan oleh
sembarang orang, agar seseorang dapat diangkat menjadi seorang guru, ia harus memiliki
kualifikasi ilmu tentang keguruan yang diperoleh melalui pendidikan keguruan. Disamping
harus memiliki kewenangan mengajar yang sesuai dengan disiplin ilmunya, kewenangan
mengajar yang sesuai dengan displin ilmunya, kewenangan professional keguruan ini
menutut otonomi dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Adapun berbagai
organisasi guru yang ada di Indonesia ini antara lain :
1) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia
(PGI) tahun 1932. Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
1. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan).
2. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi profesi).
Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as public service, not commodity”.
3. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh pada umumnya
(organisasi ketenagakerjaan).
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :
(1) Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
(2) Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(3) Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin terpeliharanya
keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.
(4) Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
(5) Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan
membela hak asasinya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
pemangku profesi kependidikan.
(6) Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan guru dan tenaga
kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan hukum.
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran
yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling
berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan
kinerja guru sebagai praktisi atau perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas
(Depdiknas,2004: 1).Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau
wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
Tujuan MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2) adalah:
Tujuan umum:
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
Tujuan khusus.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran
yang menyenangkan, mengasyikkan dan, mencerdaskan siswa.
3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Peranan MGMP menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) yaitu:
1. Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
2. Mengakomodasi aspirasi masyarakat atau stokeholder dan siswa
3. Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
4. Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan pendidikan.
Fungsi MGMP
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah
1. Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek serta
mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
2. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di tingkat
sekolah, wilayah, maupun kota.
3. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas sehingga mampu
mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah.
11
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang
terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.
3. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan
tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan
bimbingan .
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola,
formal dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1)
dinyatakan bahwa : “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Bertitik tolak dari problema internal guru sebagai tenaga kependidikan, yaitu sebagai
seorang pengajar telah menurun kualitas guru tersebut karena rendahnya kejahteraan yang
diterima guru dan diskriminasi status guru membuat kita gerah dan bertanya-tanya, apakah
pekerjaan sandang guru suatu profesi? para ahli dan pakar pendidikan sudah lama
menggolongkan pekerjaan guru suatu profesi, demikian juga banyak definisi menggolongkan
pekerjaan guru sebagai profesi. Jika kita pandang keberadaan guru dan problema internal
guru maka pekerjaan guru bukan suatu profesi. Sedangkan kriteria profesi yang melekat pada
pekerjaan guru yang kurang sempurna. .
Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keterampilan untuk meningkatkan
mutu proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
pendidikan pada umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya .
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru
agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas pada bidang pengembangan profesi
meliputi kegiatan sebagai berikut :
akses memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi
ditambah dengan pararel(alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat
keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru
masa sekarang ini adalah sebagai berikut :
human conduct in the light of moral principles). Etika yaitu tentang filsafat moral, yait
mengenai nilai, perilaku dan yang menyelidiki mana yang baik dan yang benar. Secara
singkat dapat dirumusukan, bahwa Etika adalah suatu system prinsip-prinsip kesusilaan atau
moral, yang merupakan standard atau norma – norma bertindak bagi orang – orang dalam
suatu profesi, misalnya dalam profesi kedokteran, keguruan dan sebagainya. Sehingga etika
suatu profesi (Profesional Ethics) adalah prinsip – prinsip atau norma – norma
kesusilaan/moral yang merupakan “pedoman” bagi sikap dan perilaku anggota-anggota suatu
profesi.
Mengacu pada uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan bahwa etika profesi
keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan “pedoman”
bertindak bagi para anggota profesi dibidang keguruan, dalam hal ini adalah para guru.
Dalam proses pendidikan, banyak unsur – unsur yang terlibat agar proses pendidikan dapat
berjalan dengan baik. Salah satunya adalah guru sebagai tenaga pendidik. Pendidik harus
memiliki etika yang sesuai dengan kode etik profesi keguruan.
Apa yang dimaksud dengan “ Kode etik”? Kode adalah kumpulan peraturan-
peraturan atau norma-norma perilaku atau perbuatan professional (Code is a set of rules for
or standards of professional practice or behavior..) jadi kode etika suatu profesi adalah
sekumpulan peraturan-peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi perbuatan atau perilaku
orang-orang dalam suatu profesi.
Kode Etik Guru Indonesia selanjutnya disebut KEGI adalah norma dan asas yang
disepakati dan diterima guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga Negara.
17
Kode Etik Guru Indonesia yang telah disepakati Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, memiliki relevansi, sesuai kompentensi pedagogik dan profesional seorang guru
karena di dalamnya juga mengatur hubungan antara guru, peserta didik, orangtua,
masyarakat, teman sejawat, serta organisasi profesi lain maupun profesinya sendiri.
f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah
pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya.
j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan
hak-hak peserta didiknya.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian
bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari
kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan
kesehatan, dan keamanan.
n. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang
tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan
kemanusiaan.
a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
q. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung
akan memunculkan konflik dengan sejawat.
g. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi
dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
h. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan
pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
PGRI telah mengeluarkan Kode Etik Guru yang pada dasarnya mengatur perilaku etis
guru, melindungi profesi dan individu guru, mengatur batasan kewenangan guru, dan
mempertahankan kesejahteraan guru. Ke arah kode etik inilah seharusnya profesionalisasi
diarahkan, meliputi dimensi-dimensi: pengetahuan (know-what), keterampilan (know-how),
dan sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan keterampilan pengalaman
dan kemauan.
Oleh karena itu penyimpangan terhadap kode etik yang dikeluarkan oleh PGRI
seharusnya pula dapat diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan
perilaku anggotanya, agar setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar
pula dari sanksi yang mungkin dibeikan oleh organisasi profesi
Saat ini sudah dibentuk Dewan Kehormatan Guru di seluruh kabupaten dan kota di
Indonesia yang akan menerima laporan atas pelanggaran KEGI yang dilakukan guru. Untuk
itu, semua guru tanpa kecuali harus mentaati kode etik ini dan jika dalam melaksanakan
profesinya terbukti menyalahi kode etik, maka akan dijatuhi sanksi tegas sebagaimana diatur
dalam Kode Etik Guru Indonesia.
BAB III
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN
1. Organisasi profesi keguruan gharus lebih aktif mngambil perannya sebagai penyatu
dan pengembang kegiatan, keterampilan anggota organisasi
2. Hubungan antar organisasi profesi dengan yang lainnya harus lebih diperbaiki
3. Seorang guru harus jadi teladan bagi siswanya dan melakukan tugasnya sebagai
guru yang professional
DAFTAR PUSTAKA
24
PT.Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Satory, Djam’an dkk. 2009. Profesi Keguiruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Soetjipto, Kosasi Raflis. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta