NAMA KELOMPOK :
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
laporan Critical Book Review ini.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
Bilangan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs Yasifati Hia,
M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika
yang telah membimbing penulis dalam pengerjaan laporan Critical Book Review
ini. kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan laporan ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 40
B. Saran ........................................................................................................................................ 40
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan CBR
C. Manfaat CBR
D. Identitas Buku
➢ Buku utama
Judul : Evaluasi Pembelajaran
Edisi : Kedua
Pengarang : Drs. Asrul, M.Si, Rusydi Ananda, M.Pd, Dra. Rosnita, MA
1
Penerbit : Citapustaka Media
Kora Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 978-602-1317-49-5
➢ Buku Pembanding
Judul : Evaluasi Pembelajaran Matematika
Edisi : Pertama
Pengarang : Dr.H.Mas’ud Zein, M.Pd dan Darto, M.Pd
Penerbit : Daulat Riau
Kora Terbit : Riau
Tahun Terbit : 2012
ISBN : 979-3757-04-3
2
BAB II
a) Pengertian Evaluasi
1. Tes, adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah
lainnya, yaitu membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab. Sebagai hasil jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka)
dari seseorang.
2. Measurement, pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan
menggunakan observasi skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat
memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran
dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh.
3. Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan
measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa
memberi keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik
dengan data kuantitatif maupun kualitatif. 4. Assesment, bisa digunakan
untuk memberikan diagnosa terhadap problema seseorang. Dalam
pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang perlu ditekankan
disini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter dari
seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk
mengejar dan sebagainya.
3
b) Proses Evaluasi Dalam Pendidikan
antara lain:
4
e. Sistem administrasi yang kurang tepat.
Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak
sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
5
a. Terletak pada alat ukurnya.
6
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Selain dari itu penilaian juga berguna bagi semua pihak pemangku
kepentingan, mulai dari peserta didik, tenaga pengajar, sekolah dan juga
masyarakat. Khusus bagi peserta didik, guru dan sekolah penilaian
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Peserta didik.
2. Guru.
3. Sekolah
Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik ,maka tes dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk,
yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).
7
a) Tes Tertulis Bentuk Uraian
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini
dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan
uraian bebas (extended respons items). Contoh untuk masing-masing jenis tes ini
dapat dilihat sebagai berikut:
Toni akan memasukkan 21 kelereng merah dan 28 kelereng biru ke dalam kotak.
Tiap kotak berisi kelereng merah yang sama banyak dan kelerengn biru yang
sama banyak pula. Berapa banyak kotak yang diperlukan?. Berapa kelereng
merah dan kelereng biru dalam setiap kotak?
Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang dapat
dipedomani sebagai berikut:
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian mencakup ide-ide pokok dari materi
pelajaran yang telah diajarkan.
1. Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu
yang lama.
8
2. Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati
dan buah pikirannya.
3. Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur.
4. Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang luas atau
banyak sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.
Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-
masing tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-
pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari
pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan.
Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Test
objektif fill ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
9
5. Test objektif bentuk True False (benar salah)
Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes objektif
bentuk true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang
salah.
c) Tes Tindakan
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil
belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai
dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
a) Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya -
tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan
cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.
b) Skala Rentang
10
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan
penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai
secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya
dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan
hasil penilaian lebih akurat.
c) Penilaian Sikap
Penilaian sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.
objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut:
d) Penilaian Proyek
1. Kemampuan pengelolaan
2. Relevansi
3. Keaslian
11
Penilaian proyek dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama
pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir proyek.
e) Penilaian Produk
f) Penilaian Portofolio
12
• Kepuasan
• Kesesuaian
• Penilaian proses dan hasil
• Penilaian dan pembelajaran
g) Penilaian Diri
Penilaian diri (self assesment) adalah suatu teknik penilaian, dimana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu. Langkah-langkah penilaian diri, sebagai berikut:
a) Analisis Logis/Rasional
b) Analisis Empirik
Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan:
13
• Validitas tes, pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian
antara tes sebagai alat ukur dengan objek yang diukur. Ada cara yang lazim
digunakan, yaitu validitas eksternal (mengkorelasikan skor hasil uji coba
instrumen yang dibuat guru dengan instrumen yang sudah baku) dan
validitas internal (analisis faktor, analisis butir).
• Reliabilitas tes, adalah instrumen yang hasil pengukurannya dapat dipercaya.
Adapun cara menentukan reliabilitas instrumen, yaitu reliabilitas eksternal
(metode tes ulang, metode bentuk paralel, dan metode belah dua) dan
reliabilitas internal (uji coba dilakukan hanya satukali dan menggunakan satu
instrumen)
c) Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Indeks taraf
kesukaran, yaitu:
d) Daya pembeda
14
Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion
Referenced Test adalah penilaian acuan patokan , yaitu penilaian yang mengacu
kepada kriteria pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya (Slameto, 1988). Ada 3 syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
tujuan PAP, yaitu:
Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan instilah Norm Referenced
Test adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok.
Pengelolaan nilai dengan cara PAN dapat dilakukan dengan statistik. Dengan
demikian, hasil tes dari suatu kelompok menunjukkan kurva yang mendekati
normal, maka untuk menyatakan norma kelompok sebaliknya digunakan mead dan
hasil tes menunjukkan kurva yang miring positif atau negatif.
15
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah nilai dengan menggunakan
PAN, sebagai berikut:
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pengukuran adalah proses pengumpulan
data melalui pengamatan empiris. Untuk menaksir prestasi siswa, guru mengamati
berbagai kemampuan siswa menggunakan semua indera yang artinya guru benar-
benar memperhatikan semua aspek untuk mengukur prestasi siswa.
Menurut Bahasa kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut istilah evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi memberikan pertimbangan atau harga atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Dengan demikian, evaluasi yang baik harus;ah
16
didasarkan pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh pendidik dan kemudian
benar-benar diusahakan pencapaiannya oleh pendidik dan peserta didik
b) Manfaat Evaluasi
1. Mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk tercapainya suatu
kompetensi dasar, yang dirumuskan guru di dalam
skenario/rancangan pembelajarannya.
17
2. Manfaat hasil ujian yang berupa ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester maupun ulangan kenaikan kelas bagi
siswa
a. Dapat mengetahui apakah ia sudah menguasai bahan yang
diajarkan guru.
b. Dapat mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya sehingga
ia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai upaya perbaikan.
c. Dapat menjadi penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor
tinggi.
d. Pengalaman belajar semakin terpatri di hatinya.
e. Dapat merupakan diagnose bagi siswa yang bersangkutan
18
b. Dapat membandingkannya dengan hasil dari tahun-tahun
sebelumnya.
c. Dapat mengetahui apakah pengembangan silabus yang
dikembangkan oleh sekolah tersebut sudah mencakup semua
bahan yang diujikan.
1) Belajar fakta
Informasi verbal, untuk belajar fakta hanya menuntut hafalan, atau
mengingat kembali. Banyak pengetahuan siap yang harus diingat siswa
antara lain lambang, istilah, kemufakatan, hasil pekerjaan matematika
yang rutin, dapat digolongkan fakta.
2) Belajar konsep
Dalam mengembangkan konsep adalah berjenjang, dapat dilihat dari
contoh konsep tentang fungsi bijektif dikembangkan dari konsep fungsi
sedang konsep tentang fungsi dikembangkan dari konsep relasi dan
sebagainya.
19
3) Belajar prinsip
Prinsip merupakan rangkaian konsep-konsep beserta hubungannya.
Pembelajaran suatu prinsip yang melibatkan penalaran, hendaknya lebih
banyak melalui diskusi terhadap hasil suatu pengamatan, memperhatikan
keteraturan (pola), pembuktian kebenaran dari pernyataan baik melalui
pendekatan induktif atau deduktif.
4) Belajar pemecahan masalah
Pemecahan masalah merupakan penyelesaian untuk menjembatani
jurang “apa yang diketahui dengan apa yang dipertanyakan”.
Pembelajaran masalah lebih mengarah ke pembentukan kreativitas siswa.
Ranah afektif
Ranah psikomotor
20
6. Butir soal
1. Urgensi
2. Kontinuitas
3. Relevansi
4. Keterpakaian
21
Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam
mengajar dan murid dalam belajar.
• Skala Sikap
Skala sikap adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah
pertanyaan sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara
berkala. Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkahlangkah
sebagai berikut:
1. Menentukkan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya
sikap terhadap kebersihan
2. Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan
dengan objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan,
mudah dipelajari dan lain sebagainya.
3. Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
4. Menentukkan skala dan penskoran.
b. Wawancara (Interview)
c. Angket
22
Tujuan penggunaan angket atau kuisioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta
didik
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
diluar jangkauan.
Skor hasil tes yang diperoleh siswa diklasifikasikan atas benar dan salah
seperti pada analisis daya pembeda. Sedangkan rumus yang digunakan digunakan
adalah:
23
Dengan demikian ada 3 itik pembeda, yaitu :
Tanda negatif pada indeks diskriminan digunakan jika sesuatu soal terbalik
menunjukkan kualitas testee yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh
disebut pandai. Sehingga seluruh pengikut tes menjadi 2 kelompok, yaitu :
Untuk menguji validitas untuk skor tes kontinum dapat dilakukan dengan 2
rumus, yaitu:
1. Perhitungan koefisien korelasi butir untuk skor kontinum dengan
rumus korelasi product moment angka kasar
2. Perhitungan korelasi butir untuk skor kontinum dengan rumus
korelasi Product moment angka kecil
3. Perhitungan koefisien korelasi butir untuk skor kontinum dengan
rumus korelasi Product Moment angka kasar.
Untuk menguji validitas untuk skor tes kontinum dapat dihitung dengan
rumus korelasi Product moment angka kasar, yaitu:
24
25
Perhatikan kembali tabel Data Rekapitulasi Nilai Matematika SMPN 018
Pekanbaru Pilihan Ganda Kelas VIII/ A.
26
3) Untuk butir tiga sebanyak 23 responden yang menjawab dengan
benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal sedang
4) Untuk butir empat sebanyak 31 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
5) Untuk butir lima sebanyak 17 responden yang menjawab dengan
benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal sedang
6) Untuk butir enam sebanyak 20 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
7) Untuk butir tujuh sebanyak 36 responden yang menjawab dengan
benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal mudah
8) Untuk butir delapan sebanyak 35 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
9) Untuk butir sembilan sebanyak 11 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
10) Untuk butir sepuluh sebanyak 34 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
11) Untuk butir sebelas sebanyak 11 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
12) Untuk butir duabelas sebanyak 14 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
13) Untuk butir empatbelas sebanyak 0 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sukar,
14) Untuk butir limabelas sebanyak 11 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
27
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
15) Untuk butir enambelas sebanyak 15 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
16) Untuk butir tujuhbelas sebanyak 26 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
17) Untuk butir delapanbelas sebanyak 14 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
18) Untuk butir sembilanbelas sebanyak 27 responden yang
menjawab dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu
37 orang. Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu
soal mudah
19) Untuk butir duapuluh sebanyak 16 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
28
2. Menjumlahkan varians semua butir instrument
3. Menghitung variansi total
4. Memasukkan nilai alpha
5. Kesimpulan
29
BAB III
PEMBAHASAN
30
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah
tercapai. jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
31
Maka dapat disimpulan bahwa dalam penilaian perlu dilakukan terhadap
keseluruhan kompetensi yang dipelajari oleh siswa melalui kegiatan belajar , ranah
dalam penilaian perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang dipelajari
oleh siswa melalui kegiatan belajar , ranah pengukuran yang menjadi perhatian
dalam kegiatan penilian adalah sebagai berikut :
Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan tes, yaitu: tes lisan di
kelas, pilihan berganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat,
menjodohkan, unjuk karya dan portofolio (Mardapi, 2004:35-40).
32
menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Bentuk-bentuk teknik
pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain: daftar cek, dan skala rentang.
Berdasarkan buku yang diriview, pada buku 1 instrumen non tes ditinjau
dari daftar cek, skala rentang, penilaian sikap, penilaian project, penilian produk,
penilian portofolio, dan penilaian diri. Sedangkan pada buku 2 instrumen non tes
ditinjau dari observasi, wawancara, angket.
33
1. Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya -
tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai.
2. Skala Rentang
3. Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.
4. Penilaian Project
5. Penilaian poduk
34
6. Penilaian Portofolio
7. Penilaian diri
8. Observasi
9. Wawancara
10. Angket
35
d) Bab VII (Pada buku 1) dan Bab V (Pada buku 2)
Pada bab VII pada buku 1 analisis intrumen penilaian meliputi analisis logis
,analisis empiris ,sedangkan pada bab V pada buku 2 juga analisis instrumen
penilaian meliputi analisis logis dan analisis empiris.
a. Analisis Logis/Rasional
b. AnalisisEmpirik
1. Validitas Tes
Valid artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut
merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan
pengertian ini, maka validitas tes pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan
kesesuaian antara tes sebagai alat ukur dengan objek yang diukur. Mengukur berat
badan tentu tidak valid menggunakan meteran. Di kilang padi, ada timbangan yang
36
valid untuk mengukur berat beras, akan tetapi timbangan ini tidak valid untuk
mengukur berat emas dengan bentuk cincin.
2. Reliabilitas Tes
Menurut arti kata reliabel berarti dapat dipercaya. Berdasarkan arti kata
tersebut, maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil pengukurannya
dapat dipecaya. Salah satu keriteria instrumen yang dapat dipercaya jika instrumen
tersebut digunakan secara berulang- ulang, hasil pengukurannya tetap. Mistar dapat
dipercaya sebagai alat ukur, karena berdasarkan pengalaman jika mistar digunakan
dua kali atau lebih mengukur panjang sebuah benda, maka hasil pengukuran
pertama dan selanjutnya terbukti tidak berbeda.
Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced
Test adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-
37
nilai yang diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik
lainnya yang termasuk di dalam kelompoknya
Berbeda halnya dengan PAP yang dikaji adalah masalah sampling materi tes,
dan penetapan tinggi rendahnya patokan yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilan, maka dalam PAN adalah pengolahan data statistiknya. Standar yang
digunakan dalam PAN adlah skor rata- rata kelompok yang mengikuti tes, sehingga
penentuannya dilakukan dengan mengolah data secara empirik. Pendidik tidak
dapat menetapkan patokan terlebih dahulu seperti pada PAP.
Dilihat dari aspek tampilan buku, buku yang di review memiliki tampilan
pembuka yang sudah sesuai dengan karakteristik buku pada umumnya, cover buku
juga dibuat sangat menarik dengan menampilkan beberapa gambar yang relevan
dengan judul buku dan pembahasan buku yaitu Evaluasi Pembelajaran.
Dilihat dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font, buku yang di review memiliki tata letak dan tata tulis yang rapi.
Penggunaan spasi yang sudah sesuai sehingga membuat tata penulisannya sangat
nyaman saat dibaca. Namun, pemilihan font belum cukup sesuai karena pada
penulisan judul serta bagian identitas buku, font yang digunakan kurang sesuai
sehingga tidak terlalu nyaman untuk dilihat pembaca, dan untuk beberapa kata yang
seharusnya bercetak tebal, miring, dan dalam kurung serta penggunaan tanda baca
yang lainnya sudah sesuai.
38
Dari aspek isi buku, buku yang di review memiliki isi yang cukup baik dan
sesuai dengan judulnya, pembahasan isinya mengarah pada Evaluasi Pembelajaran.
Materi yang ada pada buku yang di review juga saling berhubungan dengan sub
materi yang ada. Penempatan daftar pustaka pada setiap akhir bab juga sangat baik
karena memudahkan pembaca untuk melihat referensi lain. Namun, pada setiap bab
tidak terdapat rangkuman untuk mereview materi yang ada pada setiap babnya.
Dari aspek tata bahasa buku, buku yang di review memiliki bahasa Indonesia
yang baku dan sopan serta sudah sesuai dengan ketentuan untuk penggunaan
bahasa dalam buku.
39
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hanya saja, buku I lebih cocok untuk dijadikan buku utama, karena konsep
teori bahasan di dalamnya mencakup konsep bahasan pada isi buku II secara detail.
Jadi, buku II lebih cocok dijadikan sebagai buku tambahan atau buku pelengkap,
karena hanya menampilkan gambaran atau penjelasan secara umum atau lebih
mendasar.
B. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka
Media.
Zein, Mas’ud Darto. 2012. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Riau: Daulat Riau.
41
LAMPIRAN
➢ Buku Utama
➢ Buku Pembanding
42