Anda di halaman 1dari 45

CRITICAL BOOK REVIEW

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : Drs. Yasifati Hia, M.Si.

NAMA KELOMPOK :

1. FERNANDO SITORUS (4201111007)

2. FRISCA YUWINDA (4201111008)

3. HASTIYANI SINURAT (4203111005)

4. HENRY M SIBARANI (4203111140)

5. MIRANTI AYUNDARI (4203111006)

6. NABILLA K SARAGIH (4203311029)

7. DWI NAILA FADDILA (4203111125)

8. RIZKA A HARAHAP (4203311052)

9. SRI SEPTIA IRAWAN (4203311005)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
laporan Critical Book Review ini.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
Bilangan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs Yasifati Hia,
M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika
yang telah membimbing penulis dalam pengerjaan laporan Critical Book Review
ini. kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan laporan ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap


laporan ini, dan kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kami sendiri
dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya laporan ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif


sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan laporan
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Medan, September 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR ....................................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan CBR....................................................................................................... 1
C. Manfaat CBR ......................................................................................................................... 1
D. Identitas Buku ...................................................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Isi Buku I .......................................................................................................... 3


B. Ringkasan Isi Buku II......................................................................................................... 16

BAB III PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku ........................................................................................................ 30


B. Kelebihan dan Kekurangan Buku ................................................................................. 38
a. Aspek Tampilan Buku......................................................................................... 38
b. Aspek Layout, Tata letak, dan Font ............................................................... 38
c. Aspek Isi Buku ....................................................................................................... 38
d. Aspek Tata Bahasa ............................................................................................... 39

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................ 40
B. Saran ........................................................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 41

LAMPIRAN .............................................................................................................................. 42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Critical Book Review bertujuan untuk mengkaji buku bacaan yang


sebelumnya telah dibaca seluruhnya. Dengan adanya tugas Critical Book Review
saya dapat menguji kemampuan meringkas sebuah buku dan membandingkan
kedua buku.

B. Tujuan CBR

Tujuan penulisan Critical Book Review adalah:

1. Untuk menyelesaikan tugas evaluasi pembelajaran matematika;


2. Menambah wawasan mengenai evaluasi pembelajaran matematika;
3. Meningkatkan kemampuan dalam meringkas buku dan membandingkan buku;
4. Menguatkan pemikiran mengenai buku yang dibandingkan.

C. Manfaat CBR

Manfaat Critical Book Review adalah

1. Menambah wawasan mengenai filsafat pendidikan;


2. Mempermudah pembaca untuk memperoleh intisari dari buku tersebut,
kelebihan dan kekurangan buku, serta membandingkan buku;
3. Melatih penulis untuk merumuskan serta mengambil kesimpulan dari buku yang
dianalasis.

D. Identitas Buku

➢ Buku utama
Judul : Evaluasi Pembelajaran
Edisi : Kedua
Pengarang : Drs. Asrul, M.Si, Rusydi Ananda, M.Pd, Dra. Rosnita, MA

1
Penerbit : Citapustaka Media
Kora Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 978-602-1317-49-5

➢ Buku Pembanding
Judul : Evaluasi Pembelajaran Matematika
Edisi : Pertama
Pengarang : Dr.H.Mas’ud Zein, M.Pd dan Darto, M.Pd
Penerbit : Daulat Riau
Kora Terbit : Riau
Tahun Terbit : 2012
ISBN : 979-3757-04-3

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Isi Buku I

Bab 1 Hakikat Evaluasi Pembelajaran

a) Pengertian Evaluasi

Dalam buku Measurement and Evaluation in Education and Psychology


ditulis William A. Mohrens (1984:10) istilah tes, measurement, evaluation dan
assesment dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes, adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah
lainnya, yaitu membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab. Sebagai hasil jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka)
dari seseorang.
2. Measurement, pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan
menggunakan observasi skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat
memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran
dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh.
3. Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan
measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa
memberi keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik
dengan data kuantitatif maupun kualitatif. 4. Assesment, bisa digunakan
untuk memberikan diagnosa terhadap problema seseorang. Dalam
pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang perlu ditekankan
disini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter dari
seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk
mengejar dan sebagainya.

3
b) Proses Evaluasi Dalam Pendidikan

Proses Evaluasi ada input dan output:

1. Input : adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi.


Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah
adalah calon peserta didik yang baru akan memasuki sekolah.
2. Ouput: Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang
dimaksud dalam pembicaraan ini adalah peserta didik lulusan sekolah
yang bersangkutan untuk dapat menentukan apakah peserta didik
berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilian.
3. Transformasi: adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang
dimaksud dengan transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari
beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai
tranformasi. Bahan jadi yang diharapkan dalam hal ini peserta didik
lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat
pekerjaannya unsur-unsur yang ada.

Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain:

a. Guru dan personal lainya.


b. Metode mengajar dan sistem evaluasi.
c. Sarana penunjang.
d. Sistem administrasi.

4. Umpan Balik(feed back): adalah segala informasi baik yang


menyangkut output maupun transformasi.

antara lain:

a. Input yang kurang baik kualitasnya.


b. Guru dan personal yang kurang tepat (kualitas).
c. Materi yang tidak atau kurang cocok.
d. Metode mengajar dan system evaluasi yang kurang memadai
standarnya.

4
e. Sistem administrasi yang kurang tepat.

c) Ciri-Ciri Evaluasi Dalam Pendidikan

Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan


Suharsimi (2002:11), yaitu:

Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh


mengetahui tingkat inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui
ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal. Dengan acuan bahwa tanda-tanda
anak yang inteligen adalah anak yang mempunyai:

a. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.


b. Kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik.
c. Kemampuan untuk menanggap sesuatu yang baru (cepat mengikuti
pembicaraan orang lain).
d. Kemampuan untuk mengingat-ingat.
e. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
f. Kemampuan untuk berfantasi.

Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.


Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran.

Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan


menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal.

Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak
sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.

Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian


pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat
ditinjau dari berbagai faktor yaitu :

5
a. Terletak pada alat ukurnya.

b. Terletak pada orang yang melakukan penilaian

c. Terletak pada anak yang dinilai.

d. Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.

d) Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui


keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran secara luas.

Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian


(assessment purpose) . Keempat tujuan tersebut oleh Arifin (2013:15) diuraikan
sebagai bertikut:

1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar


peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta
didik selama mengikuti proses pembelajaran.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif
solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan

Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam


sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi
penilaian ada beberapa hal:

1. Penilaian berfungsi selektif.


2. Penilaian berfungsi diagnotik.

6
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Selain dari itu penilaian juga berguna bagi semua pihak pemangku
kepentingan, mulai dari peserta didik, tenaga pengajar, sekolah dan juga
masyarakat. Khusus bagi peserta didik, guru dan sekolah penilaian
memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Peserta didik.
2. Guru.

3. Sekolah

e) Objek Evaluasi Dalam Pendidikan

Aspek-aspek yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik


meliputi:

a. Aspek-aspek tentang berfikir, termasuk didalamnya: intelegensi, ingatan, cara


menginterupsi data, prinsif-prinsif pengerjaan pemikiran logis.
b. Perasaan sosial; termasuk di dalamnya: cara bergaul, cara pemecahan nilai-
nilai sosial, cara menghadapi dan cara berpartisipasi dalam kenyataan sosial.
c. Keyakinan sosial dan kewarganegaraan menyangkut pandangan hidupnya
terhadap masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.
d. Apresiasi seni dan budaya.
e. Minat, bakat dan hobby.
f. Perkembangan sosial dan personal.

Bab 3 Instrumen Evaluasi Bentuk Tes

Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik ,maka tes dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk,
yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).

7
a) Tes Tertulis Bentuk Uraian

Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban


uraian, baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas.

Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini
dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan
uraian bebas (extended respons items). Contoh untuk masing-masing jenis tes ini
dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka.


Contoh:

Coba sebutkan manfaat belajar penaksiran dalam kehidupan seharihari dan


berikan contohnya.

2. Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas.


Contoh:

Toni akan memasukkan 21 kelereng merah dan 28 kelereng biru ke dalam kotak.
Tiap kotak berisi kelereng merah yang sama banyak dan kelerengn biru yang
sama banyak pula. Berapa banyak kotak yang diperlukan?. Berapa kelereng
merah dan kelereng biru dalam setiap kotak?

Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang dapat
dipedomani sebagai berikut:

1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian mencakup ide-ide pokok dari materi
pelajaran yang telah diajarkan.

2. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester

3. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar pertanyaan-


pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan bervariasi.

Kebaikan dan kekurangan. Kebaikan tes uraian diantaranya adalah:

1. Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu
yang lama.

8
2. Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati
dan buah pikirannya.
3. Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur.

Sedangkan kelemahan tes uraian yakni:

4. Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang luas atau
banyak sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.

b) Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif

Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam


terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes.

Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi


(completion test), pilihan ganda(multifle chois),menjodohkan (matching), bentuk
pilihan benar-salah(true false).

1. Melengkapi (Completion test).

Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau


menyempurnakan.

2. Test objektif bentukmultifle choice test(pilihan berganda)

Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-
masing tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-
pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.

3. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)

Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari
pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan.

4. Test objektif bentuk fill in (isian)

Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Test
objektif fill ini memiliki kelebihan dan kelemahan.

9
5. Test objektif bentuk True False (benar salah)

Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes objektif
bentuk true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang
salah.

c) Tes Tindakan

Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil
belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai
dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.

Contoh tes tindakan:

Coba tunjukkan di depan kelas bagaimana cara mengajar dengan


menggunakan model pembelajaran aktif tipe jigsaw.

Tes jenis ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/ perilaku


peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta
didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik
selanjutnya.

Bab 4 Instrumen Evaluasi Bentuk Non Tes

a) Daftar Cek

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya -
tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan
cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.

b) Skala Rentang

10
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan
penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai
secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya
dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan
hasil penilaian lebih akurat.

c) Penilaian Sikap

Penilaian sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.

objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut:

a. Sikap terhadap materi pelajaran


b. Sikap terhadap guru/pengajar
c. Sikap terhadap proses pembelajaran
d. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu
berhubungan dengan suatu materi pembelajaran.

d) Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang


harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.

Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu


dipertimbangkan yaitu:

1. Kemampuan pengelolaan
2. Relevansi
3. Keaslian

11
Penilaian proyek dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama
pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir proyek.

e) Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilain terhadap keterampilan dalam membuat


suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk meliputi penilaian
terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni.
Pengembangan produk meliputi 3 tahap, yaitu:

• Tahap persiapan, menilai kemampuan peserta didik merencanakan, menggali,


dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
• Tahap pembuatan (produk), menilai kemampuan peserta didik menyeleksi
dan menggunakan bahan, alat, dan teknik
• Tahap penilaian (appraisal), menilai kemampuan peserta didik membuat
produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan

Penilaian produk biasanya menggunakan dua cara, yaitu:

• Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya


dilakukan pada tahap apprasial
• Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan

f) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan


pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan pserta
didik dalam satu periode tertentu. Hal-hal yang perlu dijadikan pedoman dalam
penggunaan porotfolio, antara lain:

• Saling percaya antara guru dan peserta didik


• Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
• Milik bersama (joint ownership) antara guru dan peserta didik

12
• Kepuasan
• Kesesuaian
• Penilaian proses dan hasil
• Penilaian dan pembelajaran

g) Penilaian Diri

Penilaian diri (self assesment) adalah suatu teknik penilaian, dimana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu. Langkah-langkah penilaian diri, sebagai berikut:

• Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dimulai


• Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
• Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, atau skala rentang
• Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
• Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak
• Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak

Bab 7 Analisis Instrumen Penilaian

a) Analisis Logis/Rasional

Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa.


Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi
keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan
soal. Analisis konstruksi dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan
dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal
yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b) Analisis Empirik
Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan:

13
• Validitas tes, pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian
antara tes sebagai alat ukur dengan objek yang diukur. Ada cara yang lazim
digunakan, yaitu validitas eksternal (mengkorelasikan skor hasil uji coba
instrumen yang dibuat guru dengan instrumen yang sudah baku) dan
validitas internal (analisis faktor, analisis butir).
• Reliabilitas tes, adalah instrumen yang hasil pengukurannya dapat dipercaya.
Adapun cara menentukan reliabilitas instrumen, yaitu reliabilitas eksternal
(metode tes ulang, metode bentuk paralel, dan metode belah dua) dan
reliabilitas internal (uji coba dilakukan hanya satukali dan menggunakan satu
instrumen)
c) Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Indeks taraf
kesukaran, yaitu:

• Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar


• Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
• Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

d) Daya pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara


siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya beda pembeda
disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Indeks diskriminasi ini berkisar antara
0,00 sampai 1,00.

Bab 8 Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian Acuan Norma

a) Penilaian Acuan Patokan

14
Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion
Referenced Test adalah penilaian acuan patokan , yaitu penilaian yang mengacu
kepada kriteria pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya (Slameto, 1988). Ada 3 syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
tujuan PAP, yaitu:

• Tepat. Tes PAP harus sesuai dengan tujuan-tujuannya, dengan bahan


pelajaran, dengan strategi pembelajaran yang digunakan serta dengan
peserta didik yang akan menjawabnya.
• Efektif. Tes PAP harus dapat melakukan tugasnya dengan baik. Ini berarti
bahwa hal itu harus dapat diandalkan (reliabel) dan sahih
• Praktis. Dalam hal ini, tes PAP harus dapat diterima baik oleh guru maupun
peserta didik. Hal ini harus realistis dalam pembiayaan dan waktu yang
digunakan dalam pelaksanaan serta mudah digunakan dan digunakan
kembali.

b) Penilaian Acuan Norma

Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan instilah Norm Referenced
Test adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok.
Pengelolaan nilai dengan cara PAN dapat dilakukan dengan statistik. Dengan
demikian, hasil tes dari suatu kelompok menunjukkan kurva yang mendekati
normal, maka untuk menyatakan norma kelompok sebaliknya digunakan mead dan
hasil tes menunjukkan kurva yang miring positif atau negatif.

Penilaian dengan acuan norma dapat digunakan apabila guru menghadapi


kurikulum yang bersifat dinamis, artinya materi ajar yang dikembangkan selalu
berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan kekinian. Penggunaan PAN
tergantung jenis kelompok, tempat dan waktu, pada kelompok homogen berbeda
dengan kelompok belajar di kota demikian juga kemampuan kelompok belajar 3
tahun lalu berbeda dengan kemampuan kelompok belajar pada saat ini.

c) Pengolahan Tes Acuan Norma

15
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah nilai dengan menggunakan
PAN, sebagai berikut:

• Memberi skor mentah


• Mencari nilai rata-rata (mean)
• Mencari nilai simpangan baku
• Menentukan pedoman konversi
• Menentukan nilai peserta didik

B. Ringkasan isi Buku II


BAB 1 (Pendahuluan)
a) Pengertian Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pengukuran adalah proses pengumpulan
data melalui pengamatan empiris. Untuk menaksir prestasi siswa, guru mengamati
berbagai kemampuan siswa menggunakan semua indera yang artinya guru benar-
benar memperhatikan semua aspek untuk mengukur prestasi siswa.

Penilaian adalah suatu proses sistematis yang mengandung pengumpulan


informasi, menganalisis, dan menginterpretasi informasi tersebut untuk membuat
keputusan-keputusan. Evaluasi adalah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

b) Pengertian Evaluasi Menurut Etimologi dan Terminologi

Menurut Bahasa kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut istilah evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi memberikan pertimbangan atau harga atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Dengan demikian, evaluasi yang baik harus;ah

16
didasarkan pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh pendidik dan kemudian
benar-benar diusahakan pencapaiannya oleh pendidik dan peserta didik

BAB 2 (Prinsip-prinsip Evaluasi)


a) Fungsi Evaluasi
Evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai alat seleksi
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan
3. Sebagai alat penempatan
4. Sebagai alat diagnostik

b) Manfaat Evaluasi
1. Mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk tercapainya suatu
kompetensi dasar, yang dirumuskan guru di dalam
skenario/rancangan pembelajarannya.

2. Menentukan ketuntasan belajar siswa


Dalam proses pembelajaran guru tentu melakukan penilaian dan akan
lebih baik bila sekaligus menganalisis hasil tes. Masalah tingkat
ketuntasan kelas masih di bawah 75%, meskipun dalam KTSP tidak
dikenal istilah ketuntasan kelas, namun ini hanya sekedar wacana,
yang berarti pelajaran yang telah diberikan guru belum diserap dengan
baik oleh siswa. Untuk itu perlu dikaji apakah soalnya terlalu sulit, atau
soalnya benar-benar sesuai indicator, namun cara pembelajarannya
kurang baik sehingga siswa kurang memahami materi pembelajaran.

c) Manfaat Hasil Ujian


1. Manfaat hasil ujian secara umum bagi siswa
Dengan mengikuti ujian siswa dapat mengetahui sejauh mana ia
berhasil menyerap pelajaran yang diterima dari gurunya. Bila hasilnya
memuaskan, hal itu tentu menyenangkan baginya. Bila hasilnya tidak
memuaskan, ia akan belajar lebih giat lagi agar dapat memperoleh hasil
yang lebih baik

17
2. Manfaat hasil ujian yang berupa ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester maupun ulangan kenaikan kelas bagi
siswa
a. Dapat mengetahui apakah ia sudah menguasai bahan yang
diajarkan guru.
b. Dapat mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya sehingga
ia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai upaya perbaikan.
c. Dapat menjadi penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor
tinggi.
d. Pengalaman belajar semakin terpatri di hatinya.
e. Dapat merupakan diagnose bagi siswa yang bersangkutan

3. Manfaat hasil ujian secara umum bagi guru


a. Dapat mengetahui siswa-siswa yang sudah menguasai sepenuhnya
bahan yang disajikannya.
b. Dapat mengetahui siswa-siswa yang belum menguasai sepenuhnya
bahan yang diajarkan sehingga padanya perlu mengikuti
pembelajaran remedial.
c. Dapat mengetahui apakah bahan yang dibelajarkan sudah sesuai
dengan program yang harus disampaikan kepada siswa.
d. Dapat mengetahui apakah metoda yang digunakan dalam
pembelajaran yang ia kembangkan sudah tepat.

4. Manfaat hasil ujian yang berupa ulangan harian, ulangan tengah


semester, ulangan akhir semester, maupun ulangan kenaikan kelas
bagi guru
a. Dapat mengetahui sejauh mana para siswa menguasai bahan
pelajaran yang disajikan.
b. Dapat mengetahu bagian mana saja dari bahan pelajaran yang
disajikannya benar-benar belum dikuasai oleh siswa lebih-lebih
bagian yang menjadi prasyarat bagi pelajaran berikutnya maka ia
perlu mengulangnya.
c. Dapat memberikan gambaran untuk memperkirakan pencapaian
keberhasilan keseluruhan program yang dilaksanakannya.

5. Manfaat hasil ujian bagi sekolah


a. Dapat mengetahui hasil belajar siswa secara keseluruhan yang
mencerminkan kualitas suatu sekolah.

18
b. Dapat membandingkannya dengan hasil dari tahun-tahun
sebelumnya.
c. Dapat mengetahui apakah pengembangan silabus yang
dikembangkan oleh sekolah tersebut sudah mencakup semua
bahan yang diujikan.

6. Manfaat hasil ujian bagi pengelola pendidikan


Dari hasil pengujian pengelola dapat mencari jawaban atas pertanyaan
:
a. Apakah program yang telah ditetapkan sudah tepat untuk jenjang
atau jenis sekolah ?
b. Apakah alat sarana dan prasarana belajar sudah memadai untuk
mencapai hasil belajar maksimal dari para siswa?
c. Apakah metoda pembelajaran yang disarankan dalam bentuk
petunjuk bagi guru sudah tepat?
d. Apakah evaluasi untuk mengungkap perolehan belajar siswa yang
digunakan sudah tepat?

BAB 3 (Pengembangan instrument tes)


a) Ranah pengukuran
Ranah kognitif
Mengacu pada taksonomi Bloom, terdiri atas 6 jenjang :
1) Pengetahuan (knowledge)
2) Pemahaman (comprehension)
3) Aplikasi (application)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
6) Evaluasi (evaluation)

Sedikit berbeda dengan Bloom, Robert Gagne mengembangkan taksonomi


lain yang terdiri atas urutan kognitif yaitu :

1) Belajar fakta
Informasi verbal, untuk belajar fakta hanya menuntut hafalan, atau
mengingat kembali. Banyak pengetahuan siap yang harus diingat siswa
antara lain lambang, istilah, kemufakatan, hasil pekerjaan matematika
yang rutin, dapat digolongkan fakta.
2) Belajar konsep
Dalam mengembangkan konsep adalah berjenjang, dapat dilihat dari
contoh konsep tentang fungsi bijektif dikembangkan dari konsep fungsi
sedang konsep tentang fungsi dikembangkan dari konsep relasi dan
sebagainya.

19
3) Belajar prinsip
Prinsip merupakan rangkaian konsep-konsep beserta hubungannya.
Pembelajaran suatu prinsip yang melibatkan penalaran, hendaknya lebih
banyak melalui diskusi terhadap hasil suatu pengamatan, memperhatikan
keteraturan (pola), pembuktian kebenaran dari pernyataan baik melalui
pendekatan induktif atau deduktif.
4) Belajar pemecahan masalah
Pemecahan masalah merupakan penyelesaian untuk menjembatani
jurang “apa yang diketahui dengan apa yang dipertanyakan”.
Pembelajaran masalah lebih mengarah ke pembentukan kreativitas siswa.

Ranah afektif

Ranah afektif tersusun atas 5 jenjang yaitu :


1) Menerima (receiving).
2) Menanggapi (responding).
3) Menilai (valuting).
4) Menyusun (organizing).
5) Pembentukan sifat melalui nilai (characterization by value or value
complex).

Ranah psikomotor

Ranah psikomotor terbagi menjadi 5 jenjang yaitu :


1) Gerakan reflex.
2) Gerakan pokok mendasar.
3) Kemampuan menghayati, melibatkan kesadaran kinestetik, seperti
perubahan keseimbangan badan, pembedaan pandangan atau
pendengaran, pembedaan rasa rabaan atau sentuhan, dan koordinasi
gerakan mata-tangan dan mata-kaki.
4) Kemampuan jasmani.
5) Gerakan yang menunjukkan keterampilan.

Penyusunan kisi-kisi tes

Pengembangan asesmen berbasis kompetensi mengikuti langkah-langkah


sebagai berikut :
1. Standar kompetensi
2. Kompetensi dasar
3. Materi pembelajaran
4. Pengalaman belajar
5. Indikator/tujuan

20
6. Butir soal

Kisi-kisi adalah suatu format/matriks yang memuat kriteria tentang butir-


butir soal yang akan ditulis.kisi tes bentuk obyektif maupun uraian yang baik akan
memenuhi beberapa hal/persyaratan sebagai berikut :

1. Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat.


2. Memiliki sejumlah komponen yang jelas sehingga mudah difahami.
Komponen yang dimaksud adalah :
a. Standar kompetensi, merupakan kompetensi secara umum yang ingin
dicapai dari pembelajaran yang diselenggarakan, yang telah tercantum
pada standar isi.
b. Kompetensi dasar yang akan dicapai dari pembelajaran tersebut, yang
terdapat pada standar isi.
c. Uraian materi, merupakan uraian dari materi pokok, yang mengacu pada
kompetensi dasar.
d. Bahan kelas, di kelas mana tes ini akan diberikan.
e. Indikator, yaitu ciri/tanda yang dijadikan patokan untuk menilai
tercapainya kompetensi dasar, atau suatu perumusan tingkah laku yang
diamatiuntuk digunakan sebagai petunjuk tercapainya kompetensi dasar.
f. Bobot soal, adalah kedudukan suatu soal dibandingkan dengan soal
lainnya dalam suatu perangkat tes, dengan memperhatikan :
a) Jumlah soal
b) Kedalaman dan keluasan materi
c) Kepentingan soal
d) Kerumitan soal

Dalam penulisan kisi-kisi soal dan kriteria kompetensi yang harus


diperhatikan yaitu :

1. Urgensi
2. Kontinuitas
3. Relevansi
4. Keterpakaian

BAB 4 (Instrumen Non Tes)

Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret yang dilakukan untuk


menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh siswa. Pengajaran sebagai
suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat
serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah
isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai.

21
Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam
mengajar dan murid dalam belajar.

Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah murid telah


mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.Hasil
belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai oleh
alat-alat non test atau bukan test. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sikap
dan sifat-sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kegitan belajar.

Adapun Teknik penilaian non tes dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh


pendidik dengan menggunakan indera secara langsung. Alat atau instrument
untuk penilaian melalui pengamatan dapat menggunakan skala sikap dan
atau angket (kuesioner)

• Skala Sikap
Skala sikap adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah
pertanyaan sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara
berkala. Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkahlangkah
sebagai berikut:
1. Menentukkan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya
sikap terhadap kebersihan
2. Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan
dengan objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan,
mudah dipelajari dan lain sebagainya.
3. Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
4. Menentukkan skala dan penskoran.

b. Wawancara (Interview)

Yang dimaksud dengan wawancara adalah cara untuk menghimpun bahan-


bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan
secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan

c. Angket

22
Tujuan penggunaan angket atau kuisioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta
didik

BAB 6 (Menganalisis Hasil Tes)

a) Menentukan Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
diluar jangkauan.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut


indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0.
Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.

1) Soal dengan P 0,00 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar.


2) Soal dengan P 0,30 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang
3) Soal dengan P 0,70 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah

Skor hasil tes yang diperoleh siswa diklasifikasikan atas benar dan salah
seperti pada analisis daya pembeda. Sedangkan rumus yang digunakan digunakan
adalah:

b) Menentukkan Tingkat Daya Beda Soal Tes

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara


siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks Diskriminasi (D). Indeks
diskriminasi berkisar antara 0,00 samapai 1,00.

23
Dengan demikian ada 3 itik pembeda, yaitu :

Tanda negatif pada indeks diskriminan digunakan jika sesuatu soal terbalik
menunjukkan kualitas testee yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh
disebut pandai. Sehingga seluruh pengikut tes menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Kelompok atas (dengan kemampuan tinggi)


2. Kelompok bawah (dengan kemampuan Rendah)

c) Contoh Analisis Tes Essay Hasil Belajar Matematika


a. Analisis Data Essay

Untuk menguji validitas untuk skor tes kontinum dapat dilakukan dengan 2
rumus, yaitu:
1. Perhitungan koefisien korelasi butir untuk skor kontinum dengan
rumus korelasi product moment angka kasar
2. Perhitungan korelasi butir untuk skor kontinum dengan rumus
korelasi Product moment angka kecil
3. Perhitungan koefisien korelasi butir untuk skor kontinum dengan
rumus korelasi Product Moment angka kasar.

Untuk menguji validitas untuk skor tes kontinum dapat dihitung dengan
rumus korelasi Product moment angka kasar, yaitu:

d) Analisis soal pilihan Ganda

24
25
Perhatikan kembali tabel Data Rekapitulasi Nilai Matematika SMPN 018
Pekanbaru Pilihan Ganda Kelas VIII/ A.

1) Untuk butir satu sebanyak 34 responden yang menjawab dengan


benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal mudah.
2) Untuk butir dua sebanyak 36 responden yang menjawab dengan
benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal mudah

26
3) Untuk butir tiga sebanyak 23 responden yang menjawab dengan
benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal sedang
4) Untuk butir empat sebanyak 31 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
5) Untuk butir lima sebanyak 17 responden yang menjawab dengan
benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal sedang
6) Untuk butir enam sebanyak 20 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
7) Untuk butir tujuh sebanyak 36 responden yang menjawab dengan
benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang. Sehingga
dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal mudah
8) Untuk butir delapan sebanyak 35 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
9) Untuk butir sembilan sebanyak 11 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
10) Untuk butir sepuluh sebanyak 34 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
11) Untuk butir sebelas sebanyak 11 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
12) Untuk butir duabelas sebanyak 14 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
13) Untuk butir empatbelas sebanyak 0 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sukar,
14) Untuk butir limabelas sebanyak 11 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.

27
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
15) Untuk butir enambelas sebanyak 15 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
16) Untuk butir tujuhbelas sebanyak 26 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
mudah
17) Untuk butir delapanbelas sebanyak 14 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang
18) Untuk butir sembilanbelas sebanyak 27 responden yang
menjawab dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu
37 orang. Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu
soal mudah
19) Untuk butir duapuluh sebanyak 16 responden yang menjawab
dengan benar dari total keseluruhan responden yaitu 37 orang.
Sehingga dapat kita tentukan taraf kesukarannya, yaitu soal
sedang

e) Analisis Instrumen Non Tes

1. Menghitung varians skor setiap butir angket dengan menggunakan rumus


sebagai berikut:

28
2. Menjumlahkan varians semua butir instrument
3. Menghitung variansi total
4. Memasukkan nilai alpha
5. Kesimpulan

Kesimpulannya adalah instrumen penelitian (angket) tersebut reliabel


dijadikan sebagai alat pengumpulan data. Sehingga instrumen tersebut layak
digunakan. Oleh karena itu harus ada perbaikan bahkan mungkin ada yang di buang
butir-butir instrumen yang tidak valid. Instrumen penelitian ini wajar saja tidak
reliabel, karena dari sepuluh butir yang dianalisis validitasnya menunjukan bahwa
yang valid hanya 4 butir saja , sedangkan yang 6 butir ternyata tidak valid. Lebih
banyak yang tidak valid dibandingkan yang valid , sehingga analisis reliabelitasnya
menunjukan instrumen penelitian tidak reliabel

29
BAB III

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN ISI BUKU

a. Bab I (Pada buku 1) & Bab I, II (Pada buku II)

Berdasarkan buku yang di review, pengertian dari pengukuran pada buku 1


adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sedangkan
menurut buku yang ke 2 pengertian pengukuran adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pengukuran adalah suatu


proses untuk menentukan sesuatu yang terlebih dahulu megumpulkan data melalui
pengamatan empiris.

Berdasarkan buku yang diriview, pengertian dari penilaian adalah suatu


proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Sedangkan
menurut buku yang ke 2 pengertian penilaian adalah suatu proses sistematis yang
mengandung pengumpulan informasi, menganalisis, dan menginterpretasi informasi
tersebut untuk membuat keputusan-keputusan.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari penilaian adalah suatu


proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi ,menganalisis, dan mengiterpretasi informasi dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.

Berdasarkan buku yang direview, pengertian evaluasi menurut buku 1 yaitu


dalam buku Measurement and Evaluation in Education and Psychology ditulis
William A. Mohrens (1984:10) evaluasi adalah proses penggambaran dan
penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif. Sedangkan
menurut buku ke 2 evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk

30
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah
tercapai. jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses pengumpulan data


sehingga mendapatkan penggambaran sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana serta tujuan pendidika yang sudah tercapai, serta sebagai penyempurnaan
informasi yang berguna untuk menetapkan alternative.

Berdasarkan buku yang diriview, fungsi evaluasi menurut buku 1 yaitu,


berfungsi sebagai selektif, berfungsi diagnostic, berfungsi sebagai penempatan,
berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Sedangkan pada buku yang ke 2 fungsi
evaluasi yaitu sama dengan buku satu yaitu berfungsi sebagai seleksi, alat pengukur
keberhasilan, diagnostic, dan alat penempatan.

Maka dapat disimpulan bahwa fungsi dari evaluasi yaitu :

1. Sebagai alat seleksi, dimana dapat digunakan untuk melakukan seleksi


dalam penerimaan siswa baru dari suatu sekolah.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan, dimana dapat digunakan untuk
mengukur seberapa jauh tujuan dapat dicapai setelah kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan.
3. Sebagai alat penempatan, dimana dapat digunakan untuk mengetahui
dengan baik termasuk kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan.
4. Sebagai alat diagnostic, dimana dapat digunakan untuk mendiagnosa
kesulitan belajar siswa, yaitu mengetahui letak kelemahan dan kebaikan
siswa dalam penguasaan setiap konsep matematika yang telah diajarkan.

b. Bab VI (pada buku 1) & Bab III (pada buku 2)

Berdasarkan buku yang direview pada buku 1 penilaian otentik perlu


dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui
kegiatan pembelajaran. Di tinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah
yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Sedangkan pada
buku 2 ranah pengukuran yang menjadi perhatian dalam kegiatan penilaian ini
adalah: Ranah kognitif, Ranah afektif, dan Ranah psikomotor.

31
Maka dapat disimpulan bahwa dalam penilaian perlu dilakukan terhadap
keseluruhan kompetensi yang dipelajari oleh siswa melalui kegiatan belajar , ranah
dalam penilaian perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang dipelajari
oleh siswa melalui kegiatan belajar , ranah pengukuran yang menjadi perhatian
dalam kegiatan penilian adalah sebagai berikut :

Pengukuran ranah kognitif, yaitu berhubungan dengan kemampuan


intelektual,seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berfikir. Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana
sampai kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang
berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang
rendah telah dikuasai. Tingkat kompetensi tersebut yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan tes, yaitu: tes lisan di
kelas, pilihan berganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat,
menjodohkan, unjuk karya dan portofolio (Mardapi, 2004:35-40).

Pengukuran ranah psikomotor, yaitu berhubungan dengan gerak laku,


seperti menulis cepat, mengetik, berenang, menggunakan alat, dan lain-lain. Ranah
psikomosotorik menurut Dave’s adalah:

1. Imitasi, mengamati dan menjadikan perilaku orang lain sebagai pola.


Apa yang ditampilkan mungkin kualitas rendah.
2. Manipulasi, mampu menunjukkan perilaku tertentu dengan mengikuti
instruksi dan praktek
3. Ketepatan, meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa
kekeliruan tampak jelas.
4. Artikulasi, mengkoordinasikan serangkaian tindakan, mencapai
keselarasan dan internal konsistensi.
5. Naturalisasi, telah memiliki tingkatperformance yang tinggi sehingga
menjadi alami, dalam melakukan tidak perlu berpikir banyak.

Pengukuran ranah piskomotorik merupakan merupakan pengukuran yang


dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang

32
menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Bentuk-bentuk teknik
pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain: daftar cek, dan skala rentang.

Pengukuran ranah afektif, yaitu berhubungan dengan sikap, minat,


perhatian, apresiasi, dan cara menyesuaikan diri. Sikap adalah salah satu istilah
bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap
dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap
suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang
atau situasi yang dihadapi. Ellis mengatakan bahwa sikap melibatkan beberapa
pengetahuan tentang situasi, namun aspek yang paling esensial dalam sikap adalah
adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan
dengan pengetahuan. Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap
suatu objek. Ini berarti bahwa sikap itu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada
pada diri masing-masing seperti perbedaan bakat, minat, pengalaman, pengetahuan,
intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan. Domain afektif, Krathwohl
membaginya atas lima kategori/ tingkatan yaitu; Pengenalan (receiving), pemberian
respon (responding), penghargaan terhadap nilai (valuing), pengorganisasian
(organization) dan pengamalan (characterization). Ada beberapa bentuk skala yang
dapat digunakan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu: (1) Skala likert, (2) Skala
pilihan ganda, (3) Skala thurstone, (4) Skala guttman, (5) Skala differential, dan (6)
Pengukuran minat.

c. Bab IV (pada buku 1) & Bab IV (pada buku 2)

Berdasarkan buku yang diriview, pada buku 1 instrumen non tes ditinjau
dari daftar cek, skala rentang, penilaian sikap, penilaian project, penilian produk,
penilian portofolio, dan penilaian diri. Sedangkan pada buku 2 instrumen non tes
ditinjau dari observasi, wawancara, angket.

Maka dapat disimpulkan bahwa instrument penilian non tes yaitu :

33
1. Daftar Cek

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya -
tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai.

2. Skala Rentang

Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan


penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai
secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.

3. Penilaian Sikap

Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.

4. Penilaian Project

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang


harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.

5. Penilaian poduk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat


suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh
dari hasil akhir saja tetapi juga proses pembuatannya.

34
6. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan


pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu.

7. Penilaian diri

Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana


subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan,
status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu.

8. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh


pendidik dengan menggunakan indera secara langsung. Pengamatan atau observasi
yang dilakukan dengan cara menggunakan instrument yang sudah dirancang
sebelumnya. Aspek penilaian pada pelajaran Matematika misalnya aspek ketelitian
dan kecepatan kerja. Alat atau instrument untuk penilaian melalui pengamatan
dapat menggunakan skala sikap dan atau angket (kuesioner)

9. Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara adalah cara untuk menghimpun bahan-


bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

10. Angket

Tujuan penggunaan angket atau kuisioner dalam proses pembelajaran


terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salahsatu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar
mereka. Disamping itu juga untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun
kurikulum

35
d) Bab VII (Pada buku 1) dan Bab V (Pada buku 2)

Pada bab VII pada buku 1 analisis intrumen penilaian meliputi analisis logis
,analisis empiris ,sedangkan pada bab V pada buku 2 juga analisis instrumen
penilaian meliputi analisis logis dan analisis empiris.

Dapat di simpulkan dari kedua buku tersebut analisis instrumen penilaian


yaitu :

a. Analisis Logis/Rasional

Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa.


Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi
keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan
soal. analisis konstruksi dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan
dengan teknik penulisan soal. analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal
yang berkaitan dengan pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b. AnalisisEmpirik

Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan


menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

1. Validitas Tes

Valid artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut
merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan
pengertian ini, maka validitas tes pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan
kesesuaian antara tes sebagai alat ukur dengan objek yang diukur. Mengukur berat
badan tentu tidak valid menggunakan meteran. Di kilang padi, ada timbangan yang

36
valid untuk mengukur berat beras, akan tetapi timbangan ini tidak valid untuk
mengukur berat emas dengan bentuk cincin.

2. Reliabilitas Tes

Menurut arti kata reliabel berarti dapat dipercaya. Berdasarkan arti kata
tersebut, maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil pengukurannya
dapat dipecaya. Salah satu keriteria instrumen yang dapat dipercaya jika instrumen
tersebut digunakan secara berulang- ulang, hasil pengukurannya tetap. Mistar dapat
dipercaya sebagai alat ukur, karena berdasarkan pengalaman jika mistar digunakan
dua kali atau lebih mengukur panjang sebuah benda, maka hasil pengukuran
pertama dan selanjutnya terbukti tidak berbeda.

Penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma :

a. Penilaian Acuan Patokan

Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion


Referenced Test adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu
kepada kriteria pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya (Slameto, 1988). Nilai-nilai yang diperoleh peserta didik dikaitkan
dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) peserta didik tentang materi
pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal senada
diungkapkan Shirran (2008) menjelaskan PAP menfokuskan pada apa yang mampu
dikerjakan peserta didik dan apakah peserta didik tersebut menguasai mata
pelajaran

b. Penilaian Acuan Norma

Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced
Test adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-

37
nilai yang diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik
lainnya yang termasuk di dalam kelompoknya

c. Pengolahan Tes Acuan Norma

Berbeda halnya dengan PAP yang dikaji adalah masalah sampling materi tes,
dan penetapan tinggi rendahnya patokan yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilan, maka dalam PAN adalah pengolahan data statistiknya. Standar yang
digunakan dalam PAN adlah skor rata- rata kelompok yang mengikuti tes, sehingga
penentuannya dilakukan dengan mengolah data secara empirik. Pendidik tidak
dapat menetapkan patokan terlebih dahulu seperti pada PAP.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku


a) Aspek Tampilan Buku

Dilihat dari aspek tampilan buku, buku yang di review memiliki tampilan
pembuka yang sudah sesuai dengan karakteristik buku pada umumnya, cover buku
juga dibuat sangat menarik dengan menampilkan beberapa gambar yang relevan
dengan judul buku dan pembahasan buku yaitu Evaluasi Pembelajaran.

b) Aspek Layout, tata letak, dan Font

Dilihat dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font, buku yang di review memiliki tata letak dan tata tulis yang rapi.
Penggunaan spasi yang sudah sesuai sehingga membuat tata penulisannya sangat
nyaman saat dibaca. Namun, pemilihan font belum cukup sesuai karena pada
penulisan judul serta bagian identitas buku, font yang digunakan kurang sesuai
sehingga tidak terlalu nyaman untuk dilihat pembaca, dan untuk beberapa kata yang
seharusnya bercetak tebal, miring, dan dalam kurung serta penggunaan tanda baca
yang lainnya sudah sesuai.

c) Aspek Isi Buku

38
Dari aspek isi buku, buku yang di review memiliki isi yang cukup baik dan
sesuai dengan judulnya, pembahasan isinya mengarah pada Evaluasi Pembelajaran.
Materi yang ada pada buku yang di review juga saling berhubungan dengan sub
materi yang ada. Penempatan daftar pustaka pada setiap akhir bab juga sangat baik
karena memudahkan pembaca untuk melihat referensi lain. Namun, pada setiap bab
tidak terdapat rangkuman untuk mereview materi yang ada pada setiap babnya.

d) Aspek Tata Bahasa

Dari aspek tata bahasa buku, buku yang di review memiliki bahasa Indonesia
yang baku dan sopan serta sudah sesuai dengan ketentuan untuk penggunaan
bahasa dalam buku.

39
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua buku


tersebut memiliki keterkaitan tentang penjelasan evaluasi pembelajaran
matematika, baik dari aspek tampilan buku, aspek layout, tata letak, font, aspek isi
buku, maupun aspek tata bahasa. Buku yang di review memiliki isi yang cukup baik
dan sesuai dengan judulnya, yang mengarah pada Evaluasi Pembelajaran. Materi
yang ada pada buku yang di review juga saling berhubungan dengan sub materi
yang ada.

Hanya saja, buku I lebih cocok untuk dijadikan buku utama, karena konsep
teori bahasan di dalamnya mencakup konsep bahasan pada isi buku II secara detail.
Jadi, buku II lebih cocok dijadikan sebagai buku tambahan atau buku pelengkap,
karena hanya menampilkan gambaran atau penjelasan secara umum atau lebih
mendasar.

B. Saran

Matematika dipandang sebagai suatu ilmu pengetahuan dengan pola


berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, konsisten, serta menuntut daya kreatif
dan inovatif. Oleh karena itu, dibutuhkan alat bantu dalam pemecahan masalah,
seperti membaca buku atau mencari informasi dari berbagai sumber.

Berdasarkan hal tersebut, kedua buku yang dikritisi/dibandingkan pada


Critical Book Report (CBR) ini sudah bagus dan sangat bermanfaat untuk dijadikan
sumber ilmu Evaluasi Pembelajaran Matematika. Adapun saran yang dapat diajukan
untuk kedua buku tersebut, sebaiknya penulis memutakhirkan rujukan lebih,
memperbaiki kata-kata dan tanda baca yang salah. Selain itu, perlu ditambahkan
beberapa gambar pendukung, pewarnaan pada lembar buku atau media konsep
yang menarik agar tidak monoton hanya berisi tulisan teori saja dan agar buku
tersebut tidak terkesan membosankan, sehingga buku tersebut memiliki kualifikasi
yang baik dan memuaskan pembaca.

40
DAFTAR PUSTAKA

Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka
Media.

Zein, Mas’ud Darto. 2012. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Riau: Daulat Riau.

41
LAMPIRAN

➢ Buku Utama

➢ Buku Pembanding

42

Anda mungkin juga menyukai