Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Anisa Hasanah (11140130000022)
Penelitian skripsi ini tentang keterbacaan buku teks bahasa Indonesia edisi
revisi 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterbacaan wacana-
wacana yang terdapat pada buku teks bahasa Indonesia edisi revisi 2017 dan
wacana yang sesuai untuk siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang
Selatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan baca, catat, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif-kualitatif dan menggunakan formula
grafik fry.
Keterbacaan wacana yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini
ialah sebanyak 20 wacana, yang meliputi wacana deskripsi, wacana narasi, dan
wacana eksposisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 15 wacana
yang sesuai keterbacaannya untuk kelas VII dan 5 wacana lainnya tidak sesuai.
Wacana yang sesuai keterbacaannya untuk kelas VII meliputi 5 wacana
deskripsi, 7 wacana narasi, dan 3 wacana eksposisi. Adapun wacana yang tidak
sesuai keterbacaannya untuk kelas VII meliputi 2 wacana deskripsi, 1 wacana
narasi, dan 2 wacana eksposisi. Dilihat dari hasil tersebut, buku teks bahasa
Indonesia edisi revisi 2017 dapat dikatakan memiliki keterbacaan yang tinggi,
karena wacana yang sesuai untuk kelas VII terhitung lebih banyak dibandingkan
dengan wacana yang tidak sesuai.
i
ABSTRACT
This thesis study was about the readability of the revised edition of the
Indonesian textbook 2017. The purpose of this study was to determine the
readability of discourses contained in the revised edition of the Indonesian
textbook and discourse that is suitable for seventh grade students of South
Tangerang State Middle School 13.
The research method used in this study was a qualitative descriptive
method. The data collection technique in this study were to read, write, and
interview. The data analysis technique used in this study is descriptive-qualitative
technique and the use of fry graph formula.
Discourse readings which were the subject of discussion in this study were
20 discourses, which include description discourse, narrative discourse, and
exposition discourse. The results of this study indicated that there are 15
discourses that are appropriate for their readability for class VII and the other 5
discourses which are not appropriate.
The discourse that is appropriate for its readability for class VII includes 5
discourse descriptions, 7 narrative discourses, and 3 exposition discourses. The
discourse that does not fit its readability for class VII includes 2 description
discourses, 1 narrative discourses, and 2 exposition discourses. Judging from
these results, the 2017 revised edition of the Indonesian textbook can be said to
have a high readability, because the discourse that is suitable for class VII counts
more than the discourse that is not appropriate.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Judul skripsi ini adalah “Keterbacaan
Buku Teks Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017 Smp Kelas VII Berdasarkan
Formula Grafik Fry di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan”
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, doa, serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi.
3. Dr. Elvi Susanti, M.Pd., dosen pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan saran kepada penulis selama proses penulisan skripsi.
4. Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama perkuliahan.
5. Kepala SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan, Alan Suherlan, S.Pd. M.M.,
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
6. Sri Supraptiwi, S. Pd., sebagai guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 13 Kota
Tangerang Selatan.
7. Orang tua beserta keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan
doa terbaiknya kepada penulis.
8. Teman-teman kelas A Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2014 terima
kasih atas kebersamaannya selama masa perkuliahan.
9. Teman seperjuangan semasa skripsi Meta Ajeng Kurniawati, Intan Delima,
Nurul Ardiyani, Nurul Hikmah, dan Shindy Octavia.
10. Teman SMA, Setya Dewi, Gita Larasati Irawan dan Hesti Mutiara Imanti
yang telah memberikan motivasi, semangat dan membantu selama proses
iii
iv
penyusunan skripsi serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan
pada bidang pendidikan bahasa Indonesia bagi yang membacanya, khususnya di
lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Anisa Hasanah
DAFTAR ISI
v
vi
C. Wacana ............................................................................................... 20
1. Pengertian Wacana ....................................................................... 20
2. Jenis Wacana................................................................................. 21
D. Penelitian Relevan.............................................................................. 24
BAB III METODO PENELITIAN.................................................................. 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 29
B. Metode Penelitian................................................................................ 29
C. Populasi dan Sampe............................................................................. 31
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 32
E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data........................................................................... 34
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 38
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 38
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 83
A. Simpulan ............................................................................................... 83
B. Saran ..................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR UJI REFERENSI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2. Guru masih banyak yang hanya berpedoman terhadap buku teks dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Siswa banyak yang tidak memahami wacana yang terdapat dalam buku
teks pelajaran bahasa Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian
ini dibatasi pada tingkat keterbacaan wacana dengan formula grafik fry
dalam buku teks Bahasa Indonesia edisi revisi 2017 milik Kementerian
Pendidikan dan kebudayaan kelas VII pada siswa SMP Negeri 13 Kota
Tangerang Selatan.
D. Rumusan Masalah
Setelah melihat uraian di atas, adapun masalah yang penulis coba
uraikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks bahasa
Indonesia edisi revisi 2017 milik kementerian pendidikan dan
kebudayaan berdasarkan grafik fry?
2. Wacana apa sajakah yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia
edisi revisi 2017 milik kementerian pendidikan dan kebudayaan yang
sesuai untuk siswa SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks bahasa
Indonesia edisi revisi 2017 milik kementerian pendidikan dan
kebudayaan berdasarkan grafik fry.
2. Mendeskripsikan wacana yang terdapat dalam buku teks bahasa
Indonesia edisi revisi 2017 milik kementerian pendidikan dan
kebudayaan yang sesuai untuk siswa SMP Negeri 13 Kota Tangerang
Selatan.
5
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tingkat keterbacaan buku teks bahasa
Indonesia edisi revisi 2017 milik kementerian pendidikan dan kebudayaan
berdasarkan grafik fry adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
keterbacaan dan dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran.
2. Manfaat bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi penulis
atau pembuat buku pelajaran bahasa Indonesia agar dapat menghasilkan
buku yang memiliki tingkat keterbacaan yang sesuai dengan jenjangan
pendidikannya.
3. Manfaat bagi Penerbit
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk
menghasilkan buku siap cetak yang memiliki keterbacaan yang sesuai.
4. Manfaat bagi Pendidik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran yang jelas
mengenai keterbacaan buku teks bahasa Indonesia edisi revisi 2017
milik kementerian pendidikan dan kebudayaan sehingga pendidik dapat
menyusun strategi pembelajaran yang tepat untuk lebih meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
5. Manfaat bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan
kemampuan membaca siswa.
6. Manfaat bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur keterbacaan buku
pelajaran bahasa Indonesia untuk selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Keterbacaan
1. Pengertian Keterbacaan
Pertamakali mendengar keterbacaan pasti kita akan terbesit
mengenai membaca, pengertian membaca sendiri menurut Hudgson
dalam Tarigan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata
secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi,
pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. 2
Membaca tidak lain adalah menerima pesan dari buku-buku dan
informasi yang kita terima tersebut tidak selalu langsung kita pahami
maknanya.3
Reading is not about looking at black marks on page-or
turning the pages as quickly as we can. reading means
constructing meaning from the marks on the page, getting a
message.4 (membaca bukan tentang melihat tanda hitam di
halaman-atau membalik halaman secepat yang kita bisa.
Membaca berarti membangun makna dari tanda di halaman,
menerima pesan)
2
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung:Angkasa, 2015), hlm. 7
3
J. CH. Sujanto, Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara untuk Mata Kuliah
Dasar Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 1988),
hlm. 5
4
Dorothy U. Seyler, Read, Reason, Write An Argument Text and Reader, (New
York:McGraw-Hill, 2005), hlm. 10
6
7
5
M.E.Suhendar dan Pien Supinah, Seri Materi Kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum)
Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca & Keterampilan Menulis,
(Bandung: CV.Pionir Jaya, 1992), hlm. 19
6
Suladi, dkk, Keterbacaan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Buku Pelajaran SLTP (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2000), hlm. 2
7
ibid, hlm. 4
8
Loc. Cit, hlm. 4
8
9
ibid, hlm. 4
10
Adjat Sakri, Bangun Kalimat Bahasa Indonesia, (Bandung: Penerbit ITB Bandung, 1994),
hlm. 165-166
11
Suladi, Op. Cit , hlm. 5
9
12
Akhmad Slamet Harjasujana dan Yeti Mulyati, Membaca 2, (Jakarta: Depdiknas, 1996),
hlm. 113
13
Ahmad Slamet Hardjasujana, Evaluasi Keterbacaan Buku Teks Bahasa Sunda untuk
Sekolah Dasar di Jawa Barat, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm. 5
10
Grafikfry 2.1
Angka-angka yang ditulis pada bagian horizontal grafik fry
menunjukkan data jumlah suku kata perseratus perkataan, yakni
jumlah kata yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan wacana.
Perhitungan bagian ini mencerminkan faktor kata sulit yang menjadi
salah satu faktor utama terbentuknya formula keterbacaan.
Angka-angka yang tertera pada samping kiri grafik
menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat per seratus perkataan. Hal
ini merupakan perwujudan dari landasan lain dari faktor penentu
formula keterbacaan yaitu faktor panjang pendek kalimat.
Angka-angka yang berderat di bagian tengah grafik dan berada
di antara garis-garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan
perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Angka 1
menunjukkan peringkat 1, artinya wacana tersebut cocok untuk
pembaca dengan level peringkat baca 1; dan seterusnya.
4. Cara Mengukur Keterbacaan Menggunakan Formula Grafik Fry
Langkah-langkah penyusunan formula grafik fry menurut
Hardjasujana dan Yeti sebagai berikut:
1) Langkah pertama adalah memilih penggalan wacana yang
representatif yang jumlah katanya sebanyak seratus kata.
2) Langkah kedua adalah menghitung jumlah kalimat dalam setiap
penggalan teks sebanyak seratus kata.
11
14
Harjasujana, Op. Cit, hlm. 6
12
B. Buku Teks
1. Pengertian Buku Teks
Pemanfaatan sumber belajar belum sepenuhnya maksimal
sehingga menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran. Sumber
belajar adalah segala sesuatu yang memiliki nilai belajar (terdapat
unsur pembelajaran di dalamnya) yang dapat dimanfaatkan oleh
pendidik (guru) dan peserta didik dalam proses pembelajarannya,
sehingga dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi
pelajaran dan mencapai suatu tujuan kompetensi.15 Sumber belajar
yang dapat berasal dari manusia, bahan, lingkungan, alat dan peralatan,
serta aktivitas seharusnya dapat memberikan kemudahan kepada
peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.16 Salah
satu sumber belajar yang sangat penting dalam proses belajar mengajar
yaitu buku.
Kata “buku” dalam bahasa Indonesia memiliki persamaan dalam
berbagai bahasa. Dalam bahasa Yunani disebut “biblos” dalam bahasa
Inggris disebut “book”, dalam bahasa Belanda disebut “boek”, dan
dalam bahasa Jerman adalah “das buch”. semua kata diawali dengan
15
Edi Puryanto, Suhertuti, Reni Nur Eriyani, Perencanaa Pengajaran Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2015), hlm. 22
16
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 48
13
17
B.P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 12
18
ibid, hlm. 12
19
Sitepu, Op. Cit, hlm. 13
14
20
Henry Guntur Trigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung:
Angkasa, 1990), hlm. 13
21
Awalludin, M. Pd, Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hlm. 27
15
1) Buku teks tunggal, yaitu buku yang terdiri atas satu buku saja.
Contohnya yaitu Ramlan. A .1983. Sintaksis, Jogyakarta: CV
Karyono.
2) Buku teks berjilid, yaitu buku pelajaran untuk satu kelas
tertentu atau untuk satu jenjang sekolah tertentu. Contohnya
yaitu Depdikbud. 1981. Bahasa Indonesia I, II, dan III.
Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pelajaran, Perpustakaan &
Keterampilan SLU.
3) Buku teks berseri, yaitu buku pelajaran berjilid yang mencakup
beberapa jenjang sekolah, misalnya dari SD, SMP, sampai
SMA atau SMK. Contohnya yaitu Tarigan, Henry Guntur dan
Djago Tarigan. 1985. Terampil Berbahasa Indonesia, (untuk
SD – 9 jilid). Bandung: Penerbit Angkasa.
d. Klasifikasi berdasarkan jumlah penulis buku teks
1) Buku teks dengan penulis tunggal, yaitu penulis yang
menyiapkan buku teks tertentu seorang diri.
2) Buku teks dengan penulis kelompok atau tim, yaitu penulis
yang terdiri atas beberapa orang untuk menyiapkan buku teks
tertentu.22
Kategorisasi buku yang dipergunakan di sekolah berkembang
dan diubah pada waktu tertentu. Salah satu perubahan yang dilakukan
adalah pada tahun 2008 melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008` dalam Permendiknas
tersebut kategorisasi buku tdak hanya dibatasi untuk sekolah atau
pendidikan dasar atau menengah, khususnya di sekolah, tetapi
termasuk juga pendidiikan tinggi. Akan tetapi, semua buku masih
digolongkan dalam empat kelompok dengan istilah dan pengertian
yang berbeda, yakni:
22
Tarigan, Op. Cit, hlm. 33
17
23
Sitepu, Op. Cit, hlm. 18
18
27
Ibid, hlm. 22
20
28
Tarigan, Op. Cit , hlm. 21
21
29
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), hlm. 267
30
Junaiyah H.M dan E. Zaenal Arifin, Keutuhan Wacana, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 24
31
Abdul Rani , Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian, (Jawa Timur:
Bayumedia Publishing, 2006), hlm. 26
22
32
ibid, hlm. 45
25
33
Yohanes Wedha Basundoro, Tingkat Keterbacaan Wacana Dalam Buku Teks Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Tahun 2013 untuk SMK Kelas X Di SMK Negeri 4
Yogyakarta Berdasarkan Grafik Fry, Cloze Test, dan SMOG, (Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, 2015) https://repository.usd.ac.id/504/2/111224008_full.pdf diunduh pada
tanggal 11 Juli 2018, pkl. 19.30
26
34
Adi Nugroho, Tingkat Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia
Sekolah Menengah Pertama Studi Pada Buku Teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan,
(Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016)
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/36165,diunduh pada tanggal 5 Juli 2018,
pkl 20.25
27
Raygor jatuh pada titik kelas X, berdasarkan tes klos jatuh pada kriteria
“instrucsional level", sedangkan berdasarkan judgment expertjatuh pada
skor 3 (cukup). Buku teks bahasa Indonesia terbitan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013berdasarkan grafik
Fry rata-rata jatuh di titik kelas VI, berdasarkan grafik Raygor rata-rata
teks tidak cocok untuk SMA kelas X,berdasarkantes klos jatuh pada
kriteria “frustasi level”, sedangkan berdasarkanjudgment expert jatuh
pada skor3 (cukup).35
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Septyani Pratiwi dengan
skripsi ini adalah sama-sama meneliti mengenai tingkat keterbacaan dan
salah satu metode keterbacaan yang digunakannya adalah grafik fry.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Septyani Pratiwi
dengan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut.
a. Septyani Pratiwi meneliti buku teks bahasa Indonesia untuk SMA
kelas X terbitan Erlangga, Esis, dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia 2013, sedangkan skripsi ini meneliti
buku teks bahasa Indonesia edisi revisi 2017 kelas VII terbitan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
b. Septyani Pratiwi melakukan penelitian pada tahun 2014, sedangkan
skripsi ini tahun 2018.
c. Septyani Pratiwi meneliti keterbacaan menggunakan teknik grafik fry,
Raygor, dan klos tes, sedangkan penelitian skripsi ini hanya
menggunakan formula grafik fry.
35
Septyani Pratiwi, Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Untuk SMA Kelas X Terbitan
Erlangga, Esis, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013 ,
(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2014) http://repository.upi.edu/11201/,diunduh pada
tanggal 5 November 2018, pkl 19.20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
36
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm. 41
37
Suwartono, Dasar-dasar Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2014), hlm. 3
38
Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Kedua, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), hlm. 1
39
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Basic of Qualitative Reseearch Techniques and Procedures
for Develoving Grounded Theory, (Amerika: Sage Publication, 1998), hlm. 10
29
30
adalah segala jenis penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak sampai
pada prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya.)
Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan
perilaku seseorang, disamping juga peranan organisasi, pergerakan sosial,
atau hubungan timbal-balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana
data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.40Data kualitatif juga
sangat menarik untuk penelitian, seperti yang dipaparkan oleh Matthew:
Qualitative data are attractive. They are a source of well-
grounded, rih descriptions and explanation of processes accurring
in local context. With qualitative data one can preserve
chronological flow, assess local causality, and derive fuitfull
explanations. then, too qualitative data are more likely to lead to
serendipitous findings and to new theoretical integrations; they help
researchers go beyond intial preconceptions and frameworks.41
Artinya, data kualitatif menarik. Mereka adalah sumber dari uraian
yang kuat, penjelasan dan penjelasan dari proses yang terjadi dalam konteks
lokal. Dengan data kualitatif seseorang dapat mempertahankan aliran
kronologis, menilai kausalitas lokal, dan memperoleh penjelasan lengkap.
maka, data kualitatif juga lebih mungkin mengarah pada temuan kebetulan
dan untuk integrasi teoretis baru, mereka membantu peneliti melampaui
prakonsepsi awal dan kerangka kerja.
Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang paling
dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa
manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.42 Penelitian
ini juga menggunakan data gambar berupa grafik. Hasil dari penelitian ini
adalah berupa deskripsi kata-kata tertulis.
C. Populasi dan Sampel
40
Anslem Strauss & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Tatalangkah dan Teknik-
teknik Teoritisasi data, (Yogyakarata: Pustakapelajar, 2003), hlm. 4
41
Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis A Sourcebook of
New Methods, (Baverly Hills California: Sage Publication Inc, 1987), hlm. 15
42
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 72
31
43
ibid, hlm. 250
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 74
32
45
Titik Harsiati, Agus Triono, E. Kosasih. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Edisi Revisi
2017, (Jakarta: Kemendikbud), 2017.
46
Suwartono, Op. Cit, hlm. 41
47
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), Cet-23, hlm.308
33
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, maka instrumen penelitian utamanya
adalah penulis sendiri. Semua bersumber pada peneliti itu sendiri dan
referensi yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
48
Myrnawati, Buku Ajar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Unversitas
YARSI, 2004), hlm. 115
34
49
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 9
50
ibid, hlm. 248
35
Tabel 3.2
Contoh Analisis Keterbacaan menggunakan
Formula Grafik Fry
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Dua rumah di Cipete Utara, Jakarta Selatan, 1 20
terbakar.
51
E. Kosasih, Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII Edisi Revisi 2017, ( Jakarta:
Kemendikbud, 2017), hlm. 22
36
Kesimpulan:
a. Jumlah kalimat utuh terdapat 8 kalimat.
b. Jumlah kalimat terakhir yaitu kata ke 10 dari 26 kata = 10/26 = 0,38
dibulatkan menjadi 0,4.
c. Jumlah kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 8+0,4 = 8,4.
d. Terdapat 254 suku kata dari 100 kata. 254 x 0,6 = 152,4 dibulatkan
menjadi 152.
Setelah diketahui hasil jumlah kalimat dan jumlah suku kata, maka hasil
tersebut diaplikasikan ke dalam grafik fry seperti di bawah ini:
37
Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu deskripsi data dan hasil penelitian.
Bagian pertama, diuraikan mengenai deskripsi data penelitian. Bagian kedua,
diuraikan mengenai hasil temuan penelitian dari 2 rumusan masalah, yaitu (1)
tingkat keterbacaan wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017
Kelas VII berdasarkan grafik fry, dan (2) wacana yang terdapat dalam Buku Teks
Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017 Kelas VII yang sesuai untuk siswa SMPNegeri
13 Kota Tangerang Selatan sebagai bahan pembelajaran berdasarkan grafik fry.
1. Deskripsi Data
Data yang dikumpulkan berasal dari wacana-wacana yang terdapat dalam
Buku Teks Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017 Kelas VII yang telah
memenuhi syarat (BAB II) berjumlah 20 wacana. Berikut adalah wacana-
wacananya:
Tabel 4.1
Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Edisi Revisi
2017 Kelas VII
Pelajaran Judul Teks Halaman
No.
1. Bab I Parangtritis nan Indah 3-4
Belajar Mendeskripsikan
2. Bab I Ayah, Panutanku 4
Belajar Mendeskripsikan
3. Bab I Ibu, Inspirasiku 4-5
Belajar Mendeskripsikan
4. Bab I Si Bagas, Kelinciku 5
Belajar Mendeskripsikan
5. Bab I Pesona Pantai Senggigi 12-14
Belajar Mendeskripsikan
6. Bab I Gebyar Pementasan 15-16
38
39
Mengapresiasi dan
Mengkreasikan Fabel
17. Bab 6 Sesama Saudara Harus 197-198
Mengapresiasi dan Berbagi
Mengkreasikan Fabel
18. Bab 6 Semua Istimewa 205-206
Mengapresiasi dan
Mengkreasikan Fabel
19. Bab 6 Kuda Berkulit Harimau 220-221
Mengapresiasi dan
Mengkreasikan Fabel
20. Bab 6 Cici dan Serigala 235-236
Mengapresiasi dan
Mengkreasikan Fabel
2. Hasil Penelitian
Analisis tingkat keterbacaan wacana dilakukan pada 20 wacana yang
terdapat dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017 Kelas VII .
Berikut hasil analisisnya:
Tabel 4.2
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(1)3des
Judul Teks : Parangtritis nan Indah
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Salah satu andalan wisata Kota Yogyakarta adalah 1 25
Pantai Parangtritis.
Tepatnya Pantai Parangtritis berada di Kecamatan 1 32
Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pantai ini terletak sekitar 27 km arah selatan 1 23
41
Yogyakarta.
Pemandangan Pantai Parangtritis sangat 1 16
memesona.
Di sebelah kiri, terlihat tebing yang sangat tinggi, 1 59
di sebelah kanan, kita bisa melihat batu karang
besar yang seolah-olah siap menjaga gempuran
ombak yang datang setiap saat.
Pantai bersih dengan buih-buih putih bergradasi 1 31
abu-abu dan kombinasi hijau sungguh elok.
Kemolekan pantai serasa sempurna di sore hari. 1 17
Di sore hari, kita bisa melihat matahari terbenam 1 32
yang merupakan saat sangat istimewa.
Lukisan alam yang sungguh memesona. 1 12
Semburat warna 0,1 5
Jumlah 9,1 252
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 9,1 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 151 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 7. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 7+1=8 dan 7-1=6.
Wacana kode 7(1)3des sesuai untuk kelas 6,7, dan 8. Jadi, wacana kode
7(1)3des memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.3
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(1)4Ades
Judul Teks : Ayah, Panutanku
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Ayahku bernama Abu Salman. 1 10
Ayah berpostur sedang, berumur sekitar 54 tahun. 1 17
Rambutnya putih beruban. 1 8
Didagunya terdapat bekas cukur jenggot putih di 1 19
43
dagunya.
Kulit ayahku kuning langsat. 1 8
Wajah ayah tipikal Batak dengan rahang yang kuat 1 27
dan hidung mancung tapi agak besar.
Matanya hitam tajam dengan alis tebal. 1 13
ayahku seperti orang India. 1 10
Meskipun kelihatannya mengerikan, ayahku orang 1 20
yang sabar.
Wajahnya teduh dan selalu tersenyum menghadapi 1 22
masalah apa pun.
Ya, ayahku adalah orang yang paling sabar yang 1 21
pernah aku kenal.
Tidak pernah terlihat marah-marah atau 1 16
membentak.
Beliau selalu menunjukkan perasaannya lewat 1 27
gerakan bermakna di wajahnya.
Jika melihat anaknya membandel, ayah hanya 0,6 18
menggeleng
Jumlah 13,6 236
Tabel 4.4
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(1)4Ides
Judul Teks : Ibu, Inspirasiku
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Ibuku bernama Wulandari. 1 10
Mukanya selalu bersinar seperti bulan. 1 14
Cocok sekali dengan namanya yang berarti bulan 1 19
bersinar.
45
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 13,7 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 146 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 5. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 5+1=6 dan 5-1=4.
Wacana kode 7(1)4Ides sesuai untuk kelas 4, 5, dan 6. Jadi, wacana kode
7(1)4Ides memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.5
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(1)5des
Judul Teks : Si Bagas, Kelinciku
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Kelinciku bernama bagas. 1 9
Kunamakan bagas karena saya berharap kelinci 1 32
kesayanganku itu selalu sehat dan bugar.
Bagas memiliki bulu yang lebat dan putih bersih. 1 16
47
Tabel 4.6
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(1)12des
Judul Teks : Pesona Pantai Senggigi
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Pantai Senggigi merupakan salah satu wisata 1 27
andalan di Nusa Tenggara Barat.
Pantai Senggigi sangat indah. 1 9
Pantai Senggigi terletak di Kecamatan Batu 1 35
49
Tabel 4.7
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(1)15des
Judul Teks : Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Drama tari kolosal “Ariah” dipentaskan di area 1 20
Monas.
Pementasan tari kolosal ini dalam rangka hari jadi 1 28
Kota Jakarta ke-386.
51
Tabel 4.8
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(2)45nar
Judul Teks : Kekuatan Ekor Biru Nataga
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. 1 17
Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima 1 34
dan pasukannya di titik-titik yang sudah
53
ditentukan.
Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah 1 36
dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan
milik mereka.
Hari itu, sejarah besar Tana Modo akan terukir di 1 27
hati seluruh binatang.
Mereka akan berjuang hingga titik darah 1 30
penghabisan untuk membela tanah air tercinta.
Saat yang ditunggu pun tiba. 1 9
Mulai terlihat bayangan serigala-serigala yang 1 26
hendak keluar dari kabut.
Jumlah pasukan cukup banyak. 1 9
Nataga dan seluruh panglima memberi isyarat 1 22
untuk tidak panik.
Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau 1 31
Tana Modo, susul-menyusul bagaikan air.
Tubuh mereka besar-besar 0,4 9
Jumlah 10,4 250
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 10,4 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 150 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 7. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 7+1=8 dan 7-1=6.
Wacana kode 7(2)45nar sesuai untuk kelas 6, 7, dan 8. Jadi, wacana kode
7(2)45nar memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.9
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(2)54nar
Judul Teks : Ruang Dimensi Alpha
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
“Kau harus membawanya kembali!” Erza 1 20
berteriak kalang kabut.
Aku gugup, bingung. 1 6
55
Tabel 4.10
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(2)56nar
Judul Teks : Berlian Tiga Warna
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Anika menemukan tiga kotak berwarna ungu, biru 1 27
dan kuning di kamar ibunya.
Kata ibunya jika ada tiga sahabat yang menyukai 1 57
warna seperti pada kotak itu akan mendapatkan
57
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 10,4 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 145 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 6. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 6+1=7 dan 6-1=5.
Wacana kode 7(2)56nar sesuai untuk kelas 5, 6, dan 7. Jadi, wacana kode
7(2)56nar memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.11
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(4)125eks
Judul Teks : Hutan Bakau
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Indonesia menjadi negara dengan hutan bakau 1 25
paling luas di dunia.
Menurut data Kementerian Negara Lingkungan 1 38
Hidup, luas hutan bakau Indonesia mencapai 4,3
59
juta ha.
Hutan bakau disebut juga dengan hutan 1 16
mangrove.
Hutan bakau merupakan bagian dari ekosistem 1 19
pantai.
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di atas 1 33
rawa-rawa berair payau dan terletak di garis
pantai.
Hutan bakau merupakan hutan yang tumbuh di 1 22
wilayah pasang dan surut.
Hutan bakau ini termasuk lingkup ekosistem 1 35
pantai sebab terletak di kawasan perbatasan laut
dan darat.
Hutan bakau terletak di wilayah pantai dan muara 1 19
sungai.
Tepatnya, hutan bakau terletak di garis pantai. 1 15
Dengan posisi hutan bakau 0,3 9
Jumlah 9,3 231
Tabel 4.12
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(4)126eks
Judul Teks : Museum
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Museum merupakan salah satu tempat penting 1 28
dalam upaya pelestarian sejarah.
Meseum adalah lembaga yang berfungsi 1 64
61
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 6,6 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 170 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 13. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 13+1=14 dan 13-
1=12. Wacana kode 7(4)126eks sesuai untuk kelas 12, 13, dan 14. Jadi,
wacana kode 7(4)126eks memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Tabel 4.13
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(4)132eks
Judul Teks : Manggis
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Manggis (Garcinia mengostana L.) merupakan 1 31
salah satu tanaman buah asli Indonesia.
Manggis adalah sejenis pohon hijau abadi dari 1 41
63
Tabel 4.14
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(4)135eks
Judul Teks : Kunang-kunang
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang 1 36
dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat
saat malam hari.
65
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 6,4 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 155 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 9. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 9+1=10 dan 9-1=8.
Wacana kode 7(4)135eks sesuai untuk kelas 8, 9, dan 10. Jadi, wacana kode
7(4)135eks memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.15
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(4)142eks
Judul Teks : Kucing
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Kucing merupakan binatang peliharaan yang 1 20
paling populer.
Kucing merupakan hewan dari kelas mamalia. 1 16
Berdasarkan makannya kucing termasuk binatang 1 27
67
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 9,6 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 156 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 8. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 8+1=9 dan 8-1=7.
Wacana kode 7(4)142eks sesuai untuk kelas 7, 8, dan 9. Jadi, wacana kode
7(4)142eks memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.16
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(4)144des
Judul Teks : Si Piko, Kucingku
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Piko, kucingku, sangat nakal. 1 9
Tiap pagi ia duduk persis di depan mukaku untuk 1 23
membangunkanku.
Bulu-bulunya yang mengenai hidungku 1 36
69
Tabel 4.17
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(6)195nar
Judul Teks : Belalang Sembah
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Suatu hari di sebuah kebun anggur, tinggalah 1 38
sebuah keluarga semut dengan anggota jumlahnya
yang sangat banyak.
71
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 5,4 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 142 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 8. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 8+1=9 dan 8-1=7.
Wacana kode 7(6)195nar sesuai untuk kelas 7, 8, dan 9. Jadi, wacana kode
7(6)195nar memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.18
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(6)197nar
Judul Teks : Sesama Saudara Harus Berbagi
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Suatu pagi indah dengan matahari yang cerah, 1 43
Pak Tua rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip
si Tupai di sebuah desa.
73
Tabel 4.19
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(6)205nar
Judul Teks : Semua Istimewa
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Ulu, seekor katak hijau, sedang berdiri di pinggir 1 19
kolam.
Hari itu langit sangat gelap dan hari seperti itulah 1 25
75
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 9,5 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 141 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 6. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 6+1=7 dan 6-1=5.
Wacana kode 7(6)205nar sesuai untuk kelas 5, 6, dan 7. Jadi, wacana kode
7(6)205nar memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.20
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(6)220nar
Judul Teks : Semua Istimewa
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang 1 30
gandum menuju sebuah hutan yang lebat.
Kuda itu telah puas memakan gandum yang ada 1 21
77
di ladang itu.
Dia tampak gembira karena tidak ada petani 1 26
gandum yang menjaga ladangnya.
Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan 1 28
kuda itu melihat sesuatu.
“Itu seperti kulit harimau,” gumam kuda itu. 1 16
Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang 1 53
benar apa yang dilihatnya adalah kulit harimau
yang tak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu
harimau.
Kuda itu mencoba memakai kulit harimau itu, 1 39
“wah, kebetulan sekali, kulit harimau ini sangat
pas ditubuhku.
Apa yang akan kulakukan dengannya ya?”. 1 13
Terlintaslah di 0,2 5
Jumlah 8,2 231
Berdasarkan grafik fry di atas, titik pertemuan antara angka 8,2 untuk
jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 139 untuk jumlah suku
kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 6. Sesuai
dengan teori penggunaan grafik fry, maka hasil peringkat kelas pembaca
ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat, yaitu 6+1=7 dan 6-1=5.
Wacana kode 7(6)220nar sesuai untuk kelas 5, 6, dan 7. Jadi, wacana kode
7(6)220nar memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 4.21
Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia Kode 7(6)235nar
Judul Teks : Cici dan Serigala
Jumlah
Teks Kalimat Suku
Kata
Sore itu tiga kelinci kecil, Cici, Pusi, dan Upi 1 32
bermain bersama di tempat lapang di hutan.
Tiba-tiba Cici melihat sesuatu tergeletak dalam 1 23
79
bungkus plastik.
“Hai, teman-teman lihatlah! Cici berteriak sambil 1 27
menunjuk ke arah bungkusan plastik.
“Wah, makanan teman-teman” teriak Upi. 1 13
Cici mengambil kue itu, membuka bungkusnya 1 30
dan tercium aroma harum dari kue itu.
Tiba-tiba muncul niat liciknya. 1 11
“Ah kue ini pasti nikmat sekali apalagi jika ku 1 41
makan sendiri tanpa berbagi dengan mereka”
gumamnya dalam hati.
“Teman-teman, sepertinya kue ini bekal Pak 1 48
tukang kayu yang sering ke hutan ini, mungkin
dia baru saja ke sini dan belum pergi terlalu jauh.
Bagaimana 0,1 4
Jumlah 8,1 229
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, tingkat keterbacaan buku teks bahasa Indonesia edisi revisi
2017 SMP kelas VII milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia berdasarkan grafik fry ditemukan 15 wacana dari 20
wacana yang dianggap sesuai digunakan untuk kelas VII (tujuh). Hasil
penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa buku teks bahasa Indonesia edisi
revisi 2017 SMP kelas VII memiliki keterbacaan yang tinggi. Wacana yang
sesuai dengan kelas VII lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak
sesuai. Dikatakan wacana sesuai untuk pembelajaran kelas VII berdasarkan
grafik fry karena titik pertemuan antara jumlah kalimat dari baris tegak lurus
dengan jumlah suku kata dari baris mendatar jatuh pada daerah tingkat kelas
7. Sedangkan wacana dikatakan tidak sesuai karena memiliki titik
pertemuan tidak pada daerah kelas 7.
Kedua, berdasarkan perhitungan grafik fry terdapat 15 wacana yang
sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran kelas VII (tujuh) di SMP
Negeri 13 Kota Tangerang Selatan. Wacana-wacana tersebut yaitu berjudul
Parangtritis nan Indah, Si Bagas, Kelinciku, Pesona Pantai Senggigi,
Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, Kekuatan Ekor Biru Nataga,
Ruang Dimensi Alpha, Berlian Tiga Warna, Hutan Bakau, Manggis,
Kucing, Si Piko, Kucingku, Belalang Sembah,Semua Istimewa, Kuda
Berkulit Harimau, dan Cici dan Serigala.
83
84
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa
saran yang diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya:
1. Bagi guru atau calon guru Bahasa Indonesia diharapkan lebih
memperhatikan buku pegangan atau pelajaran yang akan
digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa. Guru sebaiknya
memperhatikan keterbacaan dari wacana yang akan digunakan
untuk pembelajaran, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan
ketika belajar dan dapat meningkatkan minat baca siswa.
2. Bagi siswa, sebaiknya tingkatkan minat baca karena akan
mempermudah dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi penulis dan editor dalam menyusun buku teks harus
memperhatikan kosa kata, kalimat, dan lain-lain karena
mempengaruhi tingkat keterbacaan. Penulis diharapkan mampu
menyusun bahan ajar yang mudah dipahami dan menyadari akan
pentingnya unsur keterbacaan.
4. Bagi peneliti lain, diharapkan mengembangkan penelitian yang
sejenis yaitu mengenai tingkat keterbacaan wacana dalam buku
teks sebagai bahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Trigan. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.
Bandung: Angkasa. 1990.
2
1 Rahmawati, S.Pd S1 2005
2 S1
Rahmawati, S.Pd 2005
Baca Tulis
4 Drs. Risan
2 Qur‟an 2 S1 2005
(BTQ)
2 Entin Holisoh,
D3 1996
Amd
3 0 - - -
1 0 - - -
3 conversation 2 0 - - -
8 Titing Maya
3 Hertina, S.Pd S1 2006
6 S1
Dra. Rasyidah 2007
1 3 Dwi Edi Ristiana,
Matematika S1 2007
6 S.Pd
3
Lendra, S.Pd S1 2000
1 Ari Fardianawati,
S1 1998
S.Pd
2 Silvani Damanik,
S1 2008
S.Pd
1
3 Salma Atikah, S.Pd S1 2006
2
Lina Marlina, S.Pd S1 2000
3
2 Ari Fardianawati, S1 1998
S.Pd
2 Salma Atikah, S.Pd S1 2006
2 Silvani Damanik,
S1 2008
S.Pd
2 Sri Supraptiwi,
S1 2008
S.Pd
Bahasa
1 2 Nanik Nurjannah,
8 Indonesia S2 2008
M.Pd
4 Sri Supraptiwi,
S1 2008
S.Pd
3
4 Nanik Nurjanah,
S2 2008
M.Pd
8 Kiki Rezki
1 S1 2007
Muslimun, S.Kom
4 Lukman Setiadi,
S1 2007
S.Kom
9 TIK 2 4 Kiki Rezki
S1 2007
Muslimun, S.Kom
8 Lukman Setiadi,
3 S1 2007
S.Kom
4 Murnilawati, S.Pd S1 2007
1 Ari Fedwianto,
1 S1
S.Pd
4 H.Rudi, S.Pd S1
10 PKN 7 Ari Fedwianto,
S1
S.Pd
2
1 H. RudiS.Pd S1
8 Murnilawati, S.Pd
3 S1 2007
4 Bayu Budi
S1 2013
1 Setiawan, S.Pd
4 Bayu Budi
S1 2013
2 Setiawan, S.Pd
Penjasorkes
11
4 Drs. Yusmarsono S1 2007
4 Drs. Yusmarsono S1 2007
3
4 Bayu Budi
S1 2013
Setiawan, S.Pd
3 Muspridahanum,
S1 2000
S.Pd
1 6 Moch. Nurrohman, S1
2009
S.Pd
8 S1
3 Sri Setiawati, S.Pd 2007
Jumlah tenaga
Jumlah tenaga pendukung dan pendukung
kualifikasi pendidikannya berdasarkan Jml.
Tenaga
No Status dan jenis
Pendukung
Kelamin
D D D S PNS Honorer
SMP SMA
1 2 3 1 L P L P
1. Tata Usaha - 3 - - - 1 - 1 1 2 4
2. Perpustakaan - 1 - - - - - - 1 - 1
3. Laboratorium
- - - - - - - - - - -
lab.IPA
4. Laboran lab.
- - - - - - - - - - -
Komputer
5. Laboran lab.
- - - - - - - - - - -
Bahasa
6. PTD (Pend
- - - - - - - - - - -
Tek. Dasar)
7. Kantin - - - - - - - - - - -
8. Penjaga
1 - - - - - - - 1 - 1
Sekolah
9. Tukang
- 2 - - - - - - 2 - 2
Kebun/kbrshn
10. Keamanan - 1 - - - - - - 1 - 1
11. Lainnya : - - - - - - - - - - -
Jumlah 1 7 - - - 1 - 1 6 2 9
1 Ruang Kelas 25
2 Perpustakaan 1
3 R. Lab. IPA 1
4 R. Lab. Komputer 1
5 R. Pimpinan 1
6 R. Guru 1
7 R. Tata Usaha 1
8 R. Konseling 1
9 Tempat Beribadah/Masjid 1
10 KM / WC Guru 2
11 KM / WC Siswa 8
12 Gudang 1
13 Tempat Olah Raga 1
14 Lapangan Upacara 1
15 Koperasi 1
16 UKS 1
17 Dapur 1
18 PMR / Pramuka 1
HASIL WAWANCARA
Ayah, Panutanku
Ayahku bernama Abu Salman. Ayah berpostur sedang, berumur sekitar 54
tahun. Rambutnya putih beruban. Didagunya terdapat bekas cukur jenggot putih
di dagunya. Kulit ayahku kuning langsat. Wajah ayah tipikal Batak dengan rahang
yang kuat dan hidung mancung tapi agak besar. Matanya hitam tajam dengan alis
tebal. Sepintas ayahku seperti orang India.
Meskipun kelihatannya mengerikan, ayahku orang yang sabar. Wajahnya
teduh dan selalu tersenyum menghadapi masalah apa pun. Ya, ayahku adalah
orang yang paling sabar yang pernah aku kenal. Tidak pernah terlihat marah-
marah atau membentak. Beliau selalu menunjukkan perasaannya lewat gerakan
bermakna di wajahnya. Jika melihat anaknya membandel, ayah hanya menggeleng
sambil berkata lirih untuk membujuknya.
Tidak seperti orang Batak yang logatnya agak keras, ayahku sangat
pendiam. Beliau yang irit kata, lebih suka memberi contoh langsung kepada
anaknya tanpa perlu menggurui. Bagai air yang mengalir tenang, tetapi sangat
dalam. Beliau adalah teladan bagi anak-anaknya.
Ibu, Inspirasiku
Ibuku bernama Wulandari. Mukanya selalu bersinar seperti bulan. Cocok
sekali dengan namanya yang berarti bulan bersinar. Mukanya bulat dengan alis
tipis seperti semut beriring. Kulit ibuku sawo matang, khas wanita Jawa. Beliau
tidaklah tinggi, tidak pula pendek. Rambutnya hitam bergelombang. Sampai usia
56 tahun kulihat rambutnya masih legam tanpa semir. Pandangan matanya yang
kuat kinisudah mulai sayu termakan usia. Namun mata hatinya tetap kuat
bagaikan baja.
Ibu adalah wanita yang sangat baik. Dia ramah dan tutur katanya lembut
kepada siapa saja. Dia sangat suka membantu orang lain, terutama yang sedang
dalam kesusahan. Profesi sebagai guru semakin mengokohkan prinsipnya untuk
selalu mengajarkan kebaikan kepada sesama.
Meskipun sudah berumur, ibuku masih menuntut ilmu. Ibuku melanjutkan
ke jenjang S-2. Padahal harusnya dia sudah tidak disibukkan oleh tugas kuliah.
Tetapi, sepertinya ibuku sangat menikmati sekolahnya. Sambil bernyanyi kecil dia
mengerjakan tugas kuliahnya. Belajar terus sepanjang hayat, itulah semboyannya.
Si Bagas, Kelinciku
Kelinciku bernama bagas. Kunamakan bagas karena saya berharap kelinci
kesayanganku itu selalu sehat dan bugar. Bagas memiliki bulu yang lebat dan
putih bersih. Matanya cokelat seperti madu. Matanya jernih menyejukkan untuk
dipandang. Bibir mungilnya yang merah muda sungguh menggemaskan.
Telinganya panjang dan melambai-lambai kalau dia berlari.
Bagas sangatlah manja. Hampir tiap malam, bagas tidur di ujung kakiku.
Sebelum kuelus-elus dia akan selalu menggangguku. Kalau waktunya makan dia
berputar-putar di depanku sambil mengibas-ngibaskan telinganya yang panjang.
Mulutnya berkomat-kamit seperti orang sedang berdoa.kemanjaannya membuat
aku selalu rindu.
Bagas memiliki prilaku unik. Kalau marah, bagas melakukan atraksi yang
menarik. Dia menggunakan kaki belakangnya dan melompat dalam jangkauan
yang begitu jauh. Buk! Sering terdengar dia menjatuhkan diri. Kadang dia
melompat sampai sejauh tiga meter. Kalau tidak dipedulikan, kakinya dientak-
entakkan seperti anak kecil yang merajuk minta dibelikan mainan. Dengan
menggunakan kaki belakangnya pula, dia berdiri sangat tinggi seperti sedang
menunjukkan bahwa dia bisa menarik perhatian kita.
Hutan Bakau
Indonesia menjadi negara dengan hutan bakau paling luas di dunia.
Menurut data. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, luas hutan bakau
Indonesia mencapai 4,3 juta ha.
Hutan bakau disebut juga dengan hutan mangrove. Hutan bakau
merupakan bagian dari ekosistem pantai. Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh
di atas rawa-rawa berair payau dan terletak di garis pantai. Hutan bakau
merupakan hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut. Hutan bakau ini
termasuk lingkup ekosistem pantai sebab terletak di kawasan perbatasan laut dan
darat.
Hutan bakau terletak di wilayah pantai dan muara sungai. Tepatnya, hutan
bakau terletak di garis pantai. Dengan posisi hutan bakau yang berada di garis
pantai, hutan ini dipengaruhi oleh keadaan air laut. Pasang surut laut mengubah
kondisi hutan bakau. Hutan akan tergenang air di masa pasang dan akan bebas
dari genangan air pada saat air surut. Habitat hutan bakau memiliki wilayah tanah
yang tergenang secara berkala. Tempat tersebut juga mendapat aliran air tawar
yang cukup dari daratan.
Hutan bakau memiliki ciri yang khas. Hutan ini terlindung dari
gelombang besar. Selain itu, hutan bakau juga terlindung dari arus pasang surut
laut yang kuat. Hutan bakau yang terletak di perbatasan laut dan muara sungai
memiliki kadar garam payau. Di samping itu, ciri khas lain hutan bakau adalah
berawa-rawa.
Hutan bakau memiliki beberapa fungsi dan manfaat. Secara fisik hutan
bakau dapat menahan abrasi pantai. Pada saat datang badai, hutan bakau berfungsi
sebagai penahan badai dan angin yang bermuatan garam. Di samping itu, hutan
bakau dapat menahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan. Hutan bakau juga
menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara dan penambat bahan-
bahan pencemar (racun) di perairan pantai. Manfaat hutan bakau juga dapat dilihat
dari segi biologi. Hutan bakau menjadi tempat hidup biota laut. Selain itu,
masyarakat sekitar memanfaatkan hutan bakau sebagai sumber mata pencaharian.
Hutan bakau juga menyediakan beberapa unsur penting bahan obat-obatan. Hutan
bakau memiliki ciri khas. Hutan bakau memiliki manfaat untuk melindungi
lingkungan laut, manfaat ekonomi, dan menyediakan sumber makanan/obat-
obatan.
Museum
Museum merupakan salah satu tempat penting dalam upaya pelestarian
sejarah. Meseum adalah lembaga yang berfungsi mengumpulkan, merawat, dan
menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi,
penelitian, dan kesenangan atau hiburan.
Fungsi museum yang utama adalah menyimpan, merawat, mengamankan,
dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan
demikian, museum memiliki fungsi besar yaitu sebagai tempat pelestarian. Secara
lebih rinci fungsi museum mencakup kegiatan penyimpanan, perawatan, dan
pengamanan.
Museum dibedakan berdasarkan koleksi yang dimiliki dibedakan menjadi dua
jenis yaitu museum umum dan museum khusus. Museum umum adalah museum
yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan atau
lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan
teknologi. Sementara Museum Khusus adalah museum yang koleksinya terdiri
atas kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan
satu cabang seni, satu cabang ilmu, atau satu cabang teknologi.
Berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis museum. Museum
Nasional adalah museum yang koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang
berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh
wilayah Indonesia yang bernilai nasional. Museum Provinsi adalah museum yang
koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berkaitan dengan bukti material
manusia dan atau lingkungannya dari wilayah provinsi. Museum Lokal, museum
yang koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang berkaitan dengan bukti material
manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya. Benda-
benda yang dikoleksi di museum mencakup benda-benda dari berbagai disiplin
ilmu. Dari disiplin ilmu geologi koleksi museum meliputi fosil, batuan, mineral,
dan benda bentukan alam lainnya, seperti andesit dan granit. Dari disiplin ilmu
biologi yang dijadikan koleksi adalah rangka manusia, tengkorak, hewan, dan
tumbuhan baik fosil ataupun bukan. Koleksi dari disiplin ilmu antropologi
merupakan hasil budaya atau identitas suatu etnis. Selain itu, benda koleksi juga
merupakan peninggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuk pengaruh
barat. Koleksi lain adalah benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan menjadi
objek penelitian sejak masuknya pengaruh barat hingga sekarang (negara, tokoh,
kelompok, dan sejenisnya). Koleksi museum yang lain berupa alat tukar atau mata
uang yang sah. Heraldika adalah lambang, tanda jasa dan tanda pangkat resmi
(cap atau stempel). Koleksi keramonologi yaitu koleksi barang pecah belah yang
terbuat dari tanah liat yang dibakar.
Manggis
Manggis (Garcinia mengostana L.) merupakan salah satu tanaman buah
asli Indonesia. Manggis adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah tropika yang
diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara. Buah pohon manggis juga disebut
manggis. Manggis berkerabat dengan kokam, asam kandis dan asam gelugur.
Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar biasa bagi kesehatan atau biasa
disebut sebagai pangan fungsional. Pohon dan daun manggis memiliki ciri khas.
Tinggi pohon manggis rata-rata mencapai 6-25 m. Manggis memiliki ciri daun
rapat (rimbun), duduk daun berlawanan, dan tangkai daun pendek. Daun manggis
tebal serta lebar. Pohon tegak lurus dengan percabangan simetri membentuk
kerucut. Semua bagian tanaman mengeluarkan eksudat getah kuning apabila
dilukai.
Manggis juga memiliki ciri khusus pada bunganya. Bunga manggis
disebut bunga berumah dua. Pada pohon manggis bunga betina yang dijumpai,
sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna. Bunga jantan tumbuh kecil
kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi lagi. Oleh karena itu, buah
manggis dihasilkan tanpa penyerbukan. Bunga manggis termasuk bunga sendiri
atau berpasangan di ujung ranting, bergagang, dan pendek tebal. Bunga manggis
berdiameter 5,5 cm. Daun kelopak dua pasang, daun mahkota dua pasang, tebal
dan berdaging, berwarna hijau – kuning dengan pinggir kemerah-merahan.
Benang sari semu dan biasanya banyak. Bakal buah manggis bertangkai berbentuk
agak bulat dan beruang empat. Kepala putik tidak bertangkai dan bercuping. Buah
manggis berbentuk bulat atau elips. Warna buah merah tua kehitaman dengan
bagian dalam putih. Berat buah bervariasi antara 75 – 150 gram. Buahnya
mempunyai 4-8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal biji diselimuti
oleh aril (salut biji) berwarna putih empuk dan
mengandung sari buah.
Buah manggis memiliki beberapa manfaat. Di kalangan masyarakat
tradisional sendiri, buah manggis dipercaya bisa menyembuhkan beberapa
penyakit seperti sariawan, disentri, amandel, abses, dengan kemampuan anti
peradangan atau anti inflamasi. Hasil penelitian ilmiah menyebutkan bahwa kulit
buah manggis sangat kaya akan anti oksidan, terutama xanthone, tanin, asam
fenolat maupun antosianin. Dalam kulit buah Manggis juga mengandung air
sebanyak 62,05%, lemak 0,63%, protein 0,71%, dan juga karbohidrat sebanyak
35,61%. Manggis buah asli Indonesia yang khas. Selain rasa yang manis dan
penampilannya yang enak dilihat, buah manggis juga memiliki banyak kandungan
yang bermanfaat untuk kesehatan.
Kunang-kunang
Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya
yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh “sinar dingin” yang
tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah. Terdapat lebih dari 2000
spesies kunang-kunang yang tersebar di daerah tropis di seluruh dunia.
Habitat kunang-kunang di tempat-tempat lembab, seperti rawa-rawa dan
daerah yang dipenuhi pepohonan. Kunang-kunang bertelur pada saat hari gelap,
telur-telurnya yang berjumlah antara 100 dan 500 butir diletakkan di tanah,
ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawah dedaunan. Pekuburan yang
tanahnya relatif gembur dan tidak banyak terganggu merupakan lokasi ideal
perteluran kunang-kunang. Pada umumnya, kunang-kunang keluar pada malam
hari, namun ada juga kunang-kunang yang beraktivitas di siang hari. Mereka yang
keluar siang hari ini umumnya tidak mengeluarkan cahaya.
Seperti ciri-ciri serangga pada umumnya badan kunang-kunang dibagi
menjadi tiga bagian: kepala, thorax, dan perut (abdomen). Serangga bercangkang
keras (exoskeleton) untuk menutupi tubuhnya. Panjang badannya sekitar 2cm.
Bagian tubuh kunang-kunang hampir seluruhnya berwarna gelap dan berwarna
titik merah pada bagian penutup kepala. Warna kuning pada bagian penutup
sayap, berkaki enam, dan bermata majemuk. Jenis kunang-kunang beragam.
Pemeliharaan kunag-kunang dapat dilakukan dengan penangkaran. Dari sejarah
asalnya, kunang-kunang berasal dari daratan Cina.
Makanan kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-siputan kecil,
cacing, atau serangga. Bahkan kunang-kunang memangsa jenisnya sendiri.
Kunang-kunang betina sengaja berkelap-kelip seakan mengudang jenis pejantan.
Setelah pejantan mendekat, sang betina memangsanya. Makanan bagi hewan
penting untuk pertumbuhan. Dengan makanan pertumbuhan akan maksimal.
Asupan yang maksimal dapat memberikan kebugaran bagi mahluk hidup.
Cahaya yang dikeluarkan oleh kunang-kunang tidak berbahaya, malah
tidak mengandung ultraviolet dan inframerah. Cahaya ini dipergunakan kunang-
kunang untuk memberi peringatan kepada pemangsa bahwa kuang-kunang tidak
enak dimakan dan untuk menarik pasangannya. Keahlian mempertontonkan
cahaya tidak hanya dimiliki oleh kunang-kunang dewasa, bahkan larva. Kunang-
kunang salah satu jenis serangga unik bukti kebesaran Sang Pencipta. Species
kunang-kunang juga kekayaan yang dianugerahkan kepada negara kita sebagai
salah satu negara tropis.
Kucing
Kucing merupakan binatang peliharaan yang paling populer. Kucing
merupakan hewan dari kelas mamalia. Berdasarkan makannya kucing termasuk
binatang karnivora karena pemakan daging. Ciri karnivora terlihat dari struktur
gigi kucing yang tajamdan bertaring. Kucing Felis catus merupakan kucing
piaraan atau rumahan yang sering kita lihat berkeliaran. Kucing juga disebut
kucing domestik atau kucing rumah (nama ilmiah felis silvestris catus atau
feliscatus). Kata “kucing” biasanya merujuk kepada “kucing” yang telah
dijinakkan.
Kucing dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan asalnya
dikenal adanya kucing kampung (Indonesia), kucing anggora, kucing persia, dan
kucing hutan. Kucing berdasarkan garis keturunan ada dua kelompok, yaitu
kucing galur murni (pure... breed), seperti persia, siam, manx, dan sphinx. Kucing
seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah
kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing
dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung.
Kucing memiliki mata yang cukup unik. Kucing memiliki
mata/penglihatan yang tajam yang berfungsi untuk mencari mangsa pada malam
hari. Kucing dapat melihat dalam cahaya yang amat terang. Kucing memiliki
selaput pelangi atau iris membentuk celah pada mata yang akan menyempit jika
terkena cahaya yang amat terang. Seperti kebanyakan predator, kedua mata
kucing menghadap ke depan, menghasilkan persepsi jarak dan mengurangi
besarnya bidang pandang. Mata kucing memiliki persepsi yang lemah.
Ciri fisik kucing yang lain adalah memiliki kumis (misai). Kucing
memiliki misai yang berfungsi untuk menentukan arah saat berjalan di ruang yang
gelap maupun di tengah kegelapan malam. Misai dapat mendeteksi perubahan
angin yang amat kecil.Kumis ini juga dapat digunakan oleh kucing untuk
menentukan apakah badannya dapat melewati ruangan yang sempit (seperti pipa),
karena jarak antara kedua ujung kumis kucing hampir sama dengan lebar
tubuhnya. Selain kumis, ciri khusus lain terdapat pada kaki dan telinga kucing.
Kucing memiliki bantalan halus di telapak kakinya. Bantalan ini berfungsi untuk
memperkecil suara langkah kakinya dalam berjalan sehingga musuh/mangsanya
tidak mendengar atau mengetahui kedatangan kucing. Sebagai anggota mamalia,
kucing memiliki tiga tulang kuping yang berukuran kecil dan dikenal dengan
nama ossicles. Dengan tulang ini kucing dapat mendeteksi suara-suara yang
sangat halus. Alat keseimbangan pada telinga berfungsi untuk mengatur
keseimbangan pendengarannya sehingga jika kucing jatuh tetap dalam keadaan
berdiri.
Seperti halnya hewan yang telah mengalami penjinakan, kucing hidup
dalam hubungan mutualistik dengan manusia. Karena keuntungan yang diperoleh
dari adanya kucing, manusia membiarkan kucing liar berkeliaran di pemukiman.
Kucing banyak dimanfaatkan manusia untuk menangkap tikus-tikus.
Si Piko, Kucingku
Piko, kucingku, sangat nakal. Tiap pagi ia duduk persis di depan mukaku
untuk membangunkanku. Bulu-bulunya yang mengenai hidungku membuatku
sulit bernafas dan membuatku terbangun sambil bersin-bersin. Ia juga suka
mengikuti ibuku diseputar dapur. Kelihatannya lucu tetapi kadang-kadang
membuat ibuku risih dengan ulahnya yang mengikuti ibuku, menggesek-gesekan
kepalanya di kaki ibuku sambil mengeong. Piko juga sangat pilih-pilih makanan.
Ia sering menolak makanan kaleng dan makanan yang tidak segar. Ia hanya mau
makan ikan dan susu segar. Jika merasa bosan, ia suka berjalan-jalan mengelilingi
rumah dan mencakar-cakar apa saja yang ditemuinya dengan kukunya yang tajam.
Ia sering kali meloncat-loncat dan menjatuhkan perabotan di rumah kami.
Kenakalan Si Piko sebanding dengan kemanjaan dan kelucuannya. Ketika
ibuku atau aku sedang duduk-duduk di sofa sambil membaca buku, ia pasti
meloncat ke pangkuanku atau ke pangkuan ibuku. Tangannya pasti akan menarik-
narik buku yang kami baca, jika kami tidak mengeluselus kepalanya. Ia akan
tertidur pulas di pangkuan kami, jika kami memanjakannya denga mengelus-elus
kepalanya. Ketika ada seekor cicak melintas, dengan cekatan ia akan
menangkapnya. Ia tidak memakan cicak itu, ia justru bermain-main dengan ekor
cicak yang putus dan cicak dibiarkannya berlari. Dengan tingkahnya yang lucu, ia
akan terus mengamati dan membolak-balik ekor cicak yang terus bergerak. Kami
sekeluarga sangat senang karena Si Piko kucing yang tidak jorok. Ia masih selalu
mengingat apa yang kami ajarkan untuk selalu buang air kecil dan buang air besar
di toilet. Kadang kami harus berebut untuk duluan ke toilet. Jika di antara kami
tidak mau mengalah, dengan sabar ia akan menungu sampai kami keluar. Dengan
kebiasaannya itu, kami sekeluarga merasa nyaman karena rumah kami terbebas
dari kotoran yang berceceran dengan baunya yang tidak sedap. Kami sekeluarga
sangat mencintai Si Piko dengan segenap kenakalan, kemanjaan, dan
kelucuannya.
Belalang Sembah
Suatu hari di sebuah kebun anggur, tinggalah sebuah keluarga semut
dengan anggota jumlahnya yang sangat banyak. Semut ini membuat sarangnya
dari daun-daun lalu mereka tempel menggunakan cairan seperti lem yang mereka
keluarkan dari mulutnya. Para semut melihat bahwa musim gugur akan segera
berlalu dan akan segera datang musim dingin yang cukup panjang. Ketika musim
dingin makanan akan sangat sulit didapatkan, maka para semut itu segera mencari
berbagai macam makanan untuk mereka kumpulkan sebagai bahan persediaan
ketika musim dingin telah tiba.
Berbeda halnya dengan seekor belalang sembah, belalang sembah emiliki
mata yang besar dan tangan yang panjang. Mereka sering hidup di pohon-pohon
seperti halnya para semut. Ketika musim dingin akan tiba Belalang sembah hanya
berlatih menari. Setiap hari Belalang sembah itu hanya berlatih menari. Namun
sang Belalang lupa bahwa dia harus mengumpulkan makanan untuk persiapannya
menghadapi musim dingin. Suatu hari Sang Belalang sembah menari di dekat
sarang Semut. Dia menari dengan sangat anggun. Gerakan tangan dan badannya
yang pelan dan lembut membuat tariannya terlihat sangat mengagumkan. Para
Semut melihat Sang Belalang sembah menari, namun mereka tidak menghiraukan
tarian indahnya itu karena mereka memiliki tugas yang sangat penting.
Sang Belalang yang sedang menari melihat para Semut berjalan dengan
membawa makanan untuk dibawa kesarangnya. Sang Belalang sembah heran
dengan apa yang dilakukan Semut lalu dia bertanya kepada salah satu Semut
tentara yang sedang berjaga di dekat para Semut pekerja, “Kenapa kalian
membawa makanan yang sangat banyak itu masuk ke sarang kalian?” sang Semut
menjawab “Kami melakukannya agar kami tidak kelaparan saat musim dingin
tiba.” Lalu sang Belalang kaget “Musim dingin?” kata sang Belalang sembah
dengan kagetnya, “Kan masih lama, lebih baik kita bersenang-senang saja dulu”,
kata sang Belalang. Semut tak menghiraukan Belalang. Semut tetap tekun
mengumpulkan makanan.
Musim dingin tiba. Belalang belum sempat mengumpulkan makanan
karena sibuk menari. Belalang kelaparan dan lari ke rumah Semut. Ia meminta
makanan kepada Semut. Semut awalnya tidak mau memberikan makanannya
karena takut kehabisan. Akan tetapi, melihat belalang lemas kelaparan, Semut
tidak tega dan memberikan makanannya kepada Belalang. Belalang pun kembali
bugar dan dia berjanji untuk dapat mengelola waktu dengan baik sehingga tidak
berakibat buruk.
Masa depan adalah milik setiap orang. Maka setiap orang perlu
menyiapkan masa depannya dengan berusaha. Bukan hanya menikmati
kesenangan di masa sekarang tanpa memikirkan masa depan.
Semua Istimewa
Ulu, seekor katak hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hari itu langit
sangat gelap dan hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian, air
mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa. “hujan telah tiba!” Ulu berteriak
dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari
kolam. Ia melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.
“wahai semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada semut yang
sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.
Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam. “Ulu aku tidak
suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan
menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu,
makanya aku berteduh,” sahut semut. “Makanya Semut, kau harus berlatih
berenang! Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa?
Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya,
“dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” Sambil
tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut. Semut hanya bisa menatap Ulu
dengan kesal.
Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan. Ulu kembali berseru,
“Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan,
bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan
yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan
berbicara kepada Ulu. “Aku tidak dapat merasakan hujan Ulu. Lihatlah, aku
tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu
Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam. “Hah! Sedih sekali
hidupmu Ikan! Seandainya kamu seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia,
darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja
air kolammu sebab kamu tidak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di
badanmu!” Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke
arah tubuhnya yang bersisik, lalu menatap ke arah tubuh licin Ulu.
Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi kolam
yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali
bersenandung. Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang
bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga
sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan. “Hai Burung,
kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu
basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti semut?
Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?”
Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang. Burung menatap ke arah
Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?” Ulu
kebingungan.” Apa maksudmu burung?” “Apakah kau bisa memanjat naik kemari
Ulu?” “Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut
dan menatap kearah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga
tidak bisa terbang. “Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita
dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan
ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa.
Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita
masing-masing memiliki kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu,
tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan
tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu
tidak seharusnya menghina mereka!” Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya
salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya
tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya. “Maafkan aku
Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu kearah Semut dan Ikan yang sejak tadi
memperhatikan pembicaraan mereka. “Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku
telah menyinggung perasaanmu.” Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-
temannya dan mereka pun menyukainya kembali.