Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBELAJARAN PROSA DI SEKOLAH DASAR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pembelajaran Sastra Indonesia SD

Dosen Pengampu

Riga Zahara Nurani, M.Pd

Disusun Oleh,
Kelompok 4 :
Tria Antiya (2101020023)
Novia Kusumawandani (2101020012)
Gina Nurmala (2101020015)
Rahmi Nur Syabani (2101020017)
Indra Rendyana (2101020014)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Pembelajaran Prosa di Sekolah Dasar”.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran sastra Indonesia SD.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang materi pembelajaran prosa bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Tasikmalaya, 07 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan............................................................................... 5
E. Prosedur Penulisan .............................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 8
A. Kajian Teori ........................................................................................ 8
B. Pembahasan......................................................................................... 9
BAB III SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 13
A. Simpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan hasil pekerjaan seni yang kreatif yangmerupakan hasil ciptaan
manusia dengan penggunaan bahasa sebagaimediumnya. Objek sastra dapat berupa
persoalan-persoalan kehidupanmanusia yang erat hubungannya dengan sosial budaya,
agama, politik, psikologi, dan kesenian. Berangkat dari persoalan-persoalan
tersebut,makan karya sastra dapat terbentuk melalui konflik batin yang berhubungan
dengan kehidupan sosial maupun keadaan psikis dari pengarang sendiri yang dapat menjadi
sebuah inspirasi dalammenghasilkan karya sastra.
Disamping itu kesusatraan merupakan bidang yang termasuk dalam ruang lingkup
pembelajaran. Materi yang tercakup dalamkesusatraan ini antara lain puisi, prosa, dan
drama. Dalam proses pembelajarannya, materi tersebut terintegrasi ke dalam
empatketerampilan berbahasa yaitu mendengarkan, menulis, berbicara, dan membaca.
Dengan berapresiasi terhadap sastra, pengtahuan dan wawasansiswa akan bertambah.
Sehingga kepekaan terhadap karya sastra akansemakin terasah. Dengan demikian
diperlukannya pengalaman dalam mengapresisasikan karya sastra serta terjun langsung ke
dalam karya sastr atersebut.Masalah dalam pengajaran sastra memang telah menjadi
masalah klasik dikarenakan kurangnya apresiasi sastra siswa di sekolah-sekolah.Tidak
jarang siswa merasa jenuh dalam belajar bahasa Indonesia khususnya yang berhubungan
dengan karya fiksi.
Menurut Hendro Martono hal ini terjadi disebabkan beberapa hal yakni, pemerintah
kurangterlihat serius dalam mengarahkan kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia. Bisa
dilihat dari porsi pengajaran sastra lebih minim dibandingkan pengajaran bahasa.
Selanjutnya, secara teknis guru-guru bahasa umumnya tidak secara otomatis mampu
menjadi guru sastra. Jikadalam pengajaran sastra memerlukan bakat maka hal ini agak sulit
karena tidak banyak guru yang memnuhi kualifikasi dalam pengajaran sastra. Akibatnya,
proses belajar hanya tertumpu pada kajian teoretis dan menghafal saja.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
pembelajaran karya sastra prosa.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana pembelajaran menyimak prosa di Sekolah Dasar ?
2. Bagaimana pembelajaran berbicara atau melisankan prosa di Sekolah Dasar ?
3. Bagaimana pembelajaran membaca prosa di Sekolah Dasar ?
4. Bagaimana pembelajaran menulis prosa di Sekolah Dasar ?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripskan :
1. Pembelajaran menyimak prosa di Sekolah Dasar
2. Pembelajaran berbicara atau melisankan prosa di Sekolah Dasar
3. Pembelajaran membaca prosa di Sekolah Dasar
4. Pembelajaran menulis prosa di Sekolah Dasar

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis.
Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai
pembelajaran prosa di sekolah dasar salah satunya yaitu :
- Memberikan pemikiran baru bagi pembaharuan pemikiran yang berhubungan dengan
pembelajaran prosa di sekolah dasar.
- Sebagai pijakan dan referensi pada pembahasan-pembahasan selanjutnya
yang berhubungan dengan pembelajaran prosa di sekolah dasar.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanafaat bagi :
1. Penulis
Dapat memberikan pengalaman serta pengetahuan kepada penulis tentang pembelajaran
prosa di sekolah dasar.
2. Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran prosa di sekolah dasar.

5
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan
yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan
dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui
kegiatan membaca berbagai literature yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut
diolah dengan teknik analisis melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoritis dan Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Menyimak Prosa Di Sekolah Dasar
Menyimak berarti mendengarkan (memerhatikan) dengan sungguh-sungguh sesuatu
yang diucapkan atau dibaca oleh seseorang (Depdikbud,2002). Menyimak menurut
Tarigan (1990) adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memeroleh informasi,
menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.
Penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak prosa anak dapat memicu
semangat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga dapat
menjadi alternatif dalam variasi media pembelajaran. Selanjutnya, prosa anak (cerita
rakyat) yang masih jarang siswa ketahui menjadi lebih menarik untuk siswa simak dengan
penuh perhatian daripada cerita yang sudah familiar. Kemudian, penggunaan media audio
dalam pembelajaran menyimak sangat dibutuhkan suatu kondisi kelas yang tenang
sehingga siswa dapat menyimak dengan baik dan efektif.
Jadi kesimpulan dalam pembelajaran menyimak prosa di Sekolah Dasar yaitu siswa
dituntut untuk dapat menemukan unsur di dalam cerita tersebut yaitu tokoh, penokohan,
tema, latar, dan amanat. Jika dalam penyampaian prosa anak tidak dapat didukung dengan
intonasi maupun gaya bercerita yang menarik, serta bila cerita yang dikisahkan sudah
sangat familiar, maka siswa tidak akan bisa fokus, mereka akan bosan dan merasa tidak
perlu mendengarkan ceritanya lagi karena mereka sudah hafal dengan jalan ceritanya.
Penilaian keterampilan menyimak dilakukan terhadap proses dan penilaian hasil.
Penilaian hasil hanya merujuk pada hasil simakan siswa yang berupa respon atau jawaban-
jawaban terhadap pertanyaan, sedangkan penilaian pada proses dilakukan dengan
menggunakan model instrumen penilaian yang dirancang guru. Nurgiyantoro (1988:218)
menyatakan bahwa evaluasi kemampuan menyimak dilaksanakan dengan teknik tes dan
nontes. Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa
menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalam wacana yang diterima
melalui saluran pendengaran. Untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih

7
ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan,
maupun jenis-jenis wacana.
Untuk rubrik penilaian pada pembelajaran menyimak prosa di SD (Cerita Rakyat)
baik penyampaian secara lisan maupun melalui media audio visual dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Tingkat Ingatan
Menyimak pada tingkat ini sekadar menuntut siswa untuk mengingat fakta atau
menyatukan kembali fakta-fakta yang terdapat di dalam prosa (cerita rakyat) yang telah
diperdengarkan. Fakta dalam wacana dapat berupa tanggal, tahun, peristiwa dan
sebagainya. Bentuk tes yang dipergunakan dapat berupa bentuk tes objektif, isian singkat,
ataupun bentuk pilihan ganda.
b. Tingkat Pemahaman
Menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami prosa
yang dipergunakan. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman terhadap isi prosa,
hubungan antar kejadian, hubungan antar ide, hubungan sebab akibat, dan sebagainya.
Pemahaman pada tingkat ini belum benar-benar kompleks (belum menuntut kerja kognitif
yang tinggi). Bentuk tes yang digunakan esai ataupun bentuk objektif.
c. Tingkat Penerapan
Diharapkan siswa dapat menerapkan konsep atau masalah tertentu pada situasi yang
baru. Misalnya, diperdengarkan beberapa sebuah prosa dengan gambar yang sesuai.
d. Tingkat Analisis
Menyimak pada tingkat analisis menuntut siswa untuk melakukan kerja analisis, untuk
memilih alternatif jawaban yang tepat. Analisis yang dilakukan berupa analisis detil-detil
informasi, menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam prosa, dan lain-lain.
Jawaban terhadap pertanyaan dapat dinilai berdasarkan tepat tidaknya jawaban dengan
melakukan penskoran berdasarkan jumlah soal dan bobot soal, sedangkan hasil simakan
siswa yang berupa respon dinilai berdasarkan tepat tidaknya respon itu dengan apa yang
akan diungkapkan atau diperintahkan dalam bahan simakan (Subyantoro & Hartono, 2003:
14). Aspek-aspek penilaian ditentukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar.
Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan model instrumen yang dirancang
oleh guru.

8
2. Pembelajaran Berbicara Melisankan Prosa
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan
dalam pelajaran Bahasa Indonesia, di samping kemampuan aspek mendengarkan,
membaca, dan menulis. Keberanian untuk berbicara, bertanya dan mengungkapkan
gagasan sangat mendukung dalam proses pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia.
Untuk itu kemampuan berbicara perlu dikembangkan kepada siswa sedini mungkin
Kemampuan merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh guru. Guru yang baik
harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan.
Sedangkan menurut Nuraeni (2002: 87), kemampuan berbicara merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara
lisan. Sehubungan dengan hal tersebut Isnaini Yulianita Hafi (2000: 91) mengungkapkan
bahwa kemampuan berbicara sebagai kemampuan produktif lisan yang menuntut banyak
hal yang harus dikuasai oleh siswa, meliputi penguasaan aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berbicara
melisankan prosa adalah kemampuan untuk menyampaikan prosa secara lisan yang
menuntut keberanian serta kemahiran dalam aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
Adapun contoh langkah-langkah dalam pembelajaran berbicara melisankan prosa
yaitu :
a. Guru masuk ke dalam kelas dan mengkondisikan siswa. Guru menyampaikan
kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini yaitu
tentang berbicara dengan penggunaan dongeng.
b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang dongeng yang pernah didengar. Hal tersebut
sebagai salah satu bentuk apersepsi yang mengantarkan peserta didik menuju
pembelajaran utama.
c. Salah satu siswa ditunjuk untuk bercerita tentang dongeng yang pernah didengarnya.
Siswa yang ditunjuk sebelum hari pelaksanaan pembelajaran telah dilatih supaya saat
dapat bercerita lancar dan siap.
d. Siswa memperhatikan cerita dongeng yang disampaikan guru melalui metode gambar
misal Si Kancil Kena Batunya .

9
e. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang tokoh dan sifat-sifatnya dari dongeng yang
telah disampaikan.
f. Siswa menjelaskan pesan moral yang terdapat dalam cerita dongengdengan bimbingan
guru.
g. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
3. Pembelajaran Membaca Prosa
Keterampilan membaca merupakan hal yang sangat penting dan berfungsi secara
efektif dalam masyarakat terpelajar (Burns dkk, 1996:5). Setiap aspek kehidupan
melibatkan kegiatan membaca. Keterampilan membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa SD.
Annisa (2013:3) juga mengatakan bahwa keterampilan membaca siswa di sekolah
dasar masih rendah. Hal ini ditandai dengan sikap siswa yang enggan saat pelajaran
membaca sehingga kurangnya pemahaman siswa untuk menyelesaikan materi yang
disajikan dalam aspek membaca. Selain itu, siswa kurang tertarik pada kegiatan membaca
karena keterbatasan bahan bacaan. Terlebih membaca merupakan keterampilan yang harus
dikuasai siswa SD terutama membaca karya sastra anak. Satra anak meliputi puisi, prosa,
pantun, dan drama.
Pembelajaran membaca pemahaman prosa merupakan materi yang harus diajarkan
pada siswa SD. Hal ini efektif dalam menanamkan nilai-nilai baik kepada anak karena anak
akan mudah menyerap gambaran nilai-nilai baik tersebut dari isi sebuah teks prosa yang
telah dibaca.
Adapun langkah-langkah pembelajaran membaca prosa melalui pembacaan cerpen
yaitu :
a. Tahap pelacakan pendahuluan dan penentuan sikap praktis. Pada tahap ini guru
memilih dan menentukan bahan (cerpen) yang akan disajikan.
b. Tahap introduksi. Pada tahap ini guru memberikan apersepsi dan pengantar
tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru membagikan teks
cerpen kepada siswa.
c. Tahap penyajian. Hal- hal yang dapat dilakukan antara lain:
1) Guru mengjak siswa membaca cerpen dalam hati

10
2) Guru menanyakan siswa kesulitan siswa dalam memahami cerpen
tersebut.
3) Guru mengajak siswa melakukan kegiatan pembacaan cerpen yang
dilakukan dengan memperhatikan teknik pengekspresian pembacaan
cerpen.
d. Tahap diskusi. Guru berdiskusi dengan siswa tentang isi cerpen mengacu pada
langkah-langkah apresiasi.
e. Tahap pengukuhan. Guru menugaskan siswa untuk menuliskan empati mereka
terhadap tokoh atau peristiwa dalam cerpen tersebut.
4. Pembelajaran Menulis Prosa
Suparno (2008: 1.5) menyatakan bahwa, “Menulis dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya.” Menurut Yeti Mulyati (2007: 1.13), “Menulis dapat dikatakan
suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan
berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-
kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam struktur
tulisan yang teratur.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Pada dasarnya menulis itu bukan hanya
berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan
ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis.
Dalam pembelajaran menulis prosa banyak gejala-gejala yang terjadi salah satunya
yaitu guru hanya menyuruh siswa menulis prosa dengan menggunakan tema sehingga
siswa sulit untuk memahami materi yang diberikan guru, guru tidak membahas secara
bersama sehingga siswa tidak mengetahui penggunaan bahasa yang benar dan kurangnya
bimbingan guru dalam proses pembelajaran terutama dalam menulis.
Berdasarkan gejala-gejala di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
menulis prosa merupakan pelajaran yang paling sulit di sekolah dasar, serta sulitnya guru
memilih teknik dan model yang tepat dalam pembelajaran prosa. Sementara siswa dituntut
berpikir dan berimajinasi dalam menulis prosa. Ketika ditugaskan menulis prosa, siswa
kurang menguasai materi yang diajarkan guru.

11
Adapun langkah-langkah menulis prosa dengan menggunakan media gambar
sebagai berikut
a. Guru melakukan apersepsi untuk melihat pengetahuan awal siswa mengenai cerita pendek
yang pernah dibaca oleh siswa.
b. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pertemuan
pertama. Pada pertemuan pertama ini, guru juga memberikan informasi bahwa cerpen
terbaik yang mereka hasilkan akan dijilid dalam bentuk kumpulan cerpen.
c. Kemudian, pembelajaran dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang pengertian cerpen,
pengertian kerangka karangan, penggunaan tanda baca, seperti titik, koma, dan huruf
kapital.
d. Lalu dilanjutkan dengan mengklarifikasi jawaban siswa. Setelah itu siswa diminta untuk
mendeskripsikan aktivitas yang terdapat dalam media gambar yang telah ditempelkan di
papan tulis.
e. Kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu siswa diminta untuk menuliskan kerangka
karangan dan dituangkan dalam bentuk cerpen pada kertas yang telah disediakan oleh guru.
f. Pada akhir pembelajaran pertemuan pertama ini, siswa bersama guru membuat kesimpulan,
lalu melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilalui.
g. Pada pertemuan kedua guru melakukan tanya jawab untuk mengingatkan kembali materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
h. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk mendeskripsikan kembali aktivitas yang terdapat
dalam media gambar di papan tulis.
i. Kemudian, siswa melanjutkan kembali menulis cerita pendek yang telah dibuat pada
pertemuan sebelumnya.
j. Lalu, tahap berikutnya adalah siswa melakukan penyuntingan terhadap cerita pendek yang
telah selesai dibuatnya. Pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa bersama guru membuat
kesimpulan melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung, dan
guru memberikan motivasi kepada siswa untuk terus melatih kemampuan mereka dalam
menulis prosa fiksi khususnya cerpen (cerita pendek) dan terus belajar untuk penguasaan
mereka terhadap penggunaan tanda baca dalam kalimat. Selain itu pula, siswa dapat
menambah wawasannya tentang prosa fiksi melalui karya-karya orang lain berupa cerpen,
novel, maupun prosa fiksi lainnya.

12
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Jadi kesimpulannya yaitu :
1. Pembelajaran menyimak prosa di Sekolah Dasar yaitu siswa dituntut untuk dapat
menemukan unsur di dalam cerita tersebut yaitu tokoh, penokohan, tema, latar, dan
amanat. Jika dalam penyampaian prosa anak tidak dapat didukung dengan intonasi
maupun gaya bercerita yang menarik, serta bila cerita yang dikisahkan sudah sangat
familiar, maka siswa tidak akan bisa fokus, mereka akan bosan dan merasa tidak
perlu mendengarkan ceritanya lagi karena mereka sudah hafal dengan jalan
ceritanya.
2. Pembelajaran berbicara melisankan prosa di sekolah dasar adalah kemampuan
untuk menyampaikan prosa secara lisan yang menuntut keberanian serta kemahiran
dalam aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
3. Pembelajaran membaca prosa di sekolah dasar merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa SD karena dengan menguasai
keterampilan berbahasa dapat menanamkan nilai-nilai baik kepada anak karena
anak akan mudah menyerap gambaran nilai-nilai baik tersebut dari isi sebuah teks
yang telah dibaca.
4. Pembelajaran menulis prosa di Sekolah Dasar dapat dikatakan sebagai suatu
keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan
berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan
kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalam struktur tulisan yang teratur.

B. Saran
Dalam pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis prosa sebaiknya
guru lebih kreatif dalam penerapan pembelajarannya, misalnya dari segi metode, model,
dan strategi pembelajarannya sehingga dapat terlaksanya hasil pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, N. I. (2017). Peningkatan Keterampilan Menyimak Prosa Anak Menggunakan Media


Audio Kelas V SD Muhammadiyah 2 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa
(JPPK), 6(4).

Rustiyarso, R., & Rosnita, R. Peningkatan Kemampuan Berbicara Menggunakan Media Dongeng
dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas 1 SD (Doctoral dissertation,
Tanjungpura University).

Ratnawati, E. (2010). Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng dalam Pembelajaran


Bahasa Indonesia Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 2 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten
Boyolali Tahun 2010.

Mukhlishina, I. (2017). Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman Teks Cerita Petualangan


Untuk Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar
(JP2SD), 5(2), 791-798.

Afryaningsih, Y., Halidjah, S., & Nursyamsiar, T. (2012). Peningkatan Kemampuan Menulis Prosa
Fiksi Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 15
Pontianak Selatan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 1(1).

14

Anda mungkin juga menyukai