Anda di halaman 1dari 21

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA

DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD

Dosen Pengampu,

Riga Zahra Nurani, M.Pd

Disusun Oleh,
Kelompok 10 :
Tria Antiya 2101020023
Vanesa Olivia Sanusi 2101020021

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Model-
model pembelajaran membaca di sekolah dasar”.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia sd . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang materi
model-model pembelajaran membaca di sekolah dasar bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Tasikmalaya, 14 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Makalah................................................................................................................ 3
1.4. Kegunaan Makalah........................................................................................................... 3
1.5. Prosedur Makalah............................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
2.1. Pengertian Membaca ........................................................................................................ 5
2.2. Model-model Pembelajaran Pembaca di SD .................................................................... 6
BAB III ......................................................................................................................................... 17
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................................... 17
3.1. Simpulan......................................................................................................................... 17
3.2. Saran ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan


dari sebuah proses pembelajaran. Model pembelajaran yang memenuhi kriteria baik akan
melahirkan sebuah proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Namun sebaliknya, apabila
model pembelajaran kurang sesuai dengan kriteria maka yang akan lahir adalah berbagai
permasalahan dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan sebuah pola yang menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan berfungsi sebagai pedoman
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting, hal ini didasarkan
karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari suatu hal sehingga bisa memperluas
pengetahuan dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan yang akhirnya dapat
dituangkan dalam bentuk tulisan yaitu menulis. Pembelajaran membaca hendaknya
diarahkan agar siswa menikmati kegiatan membaca, mampu membaca dalam hati dengan
kecepatan yang fleksibel, dan memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan.
Selain ketiga hal tersebut hendaknya pembelajaran membaca mampu membentuk
karakter positif pada siswa, seperti gemar membaca, teliti, kreatif, rasa ingin tahu, dan lain
sebagainya. Salah satu tujuan membaca adalah memberikan pemahaman atas isi bacaan,
maka dengan memahami wacana yang dibacanya siswa akan memperoleh informasi atau
pengetahuan. Informasi atau pengetahuan yang diperoleh siswa, baik yang sudah
diketahuinya maupun hal-hal yang sifatnya baru. Sebagaimana diungkapkan oleh Hafni
essensi membaca adalah pemahaman, hal ini mengartikan bahwa kegiatan membaca tidak
akan memperoleh hasil apapun apabila tidak disertai dengan pemahaman (Saddhono,2012:
73).
Kegiatan membaca tidak semudah yang diperkirakan. Kenyataan di lapanganproses
pembelajaran membaca yang berlangsung kurang memberikan perhatikan ke arah yang
dimaksudkan membaca. Sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa di Indonesia

1
masih rendah. Hal ini diketahui setelah dilakukan beberapa kali pengukuran dan
dibandingkan dengan kemampuan membaca di beberapa negara lain.
Terdapat banyak permasalahan dalam pembelajaran. Pada saat siswa diminta
menjawab pertanyaan berdasarkan bahan bacaan, siswa kembali membuka teks yang
dibacanya dan menjawab sesuai teks bacaan tanpa menggunakan kata-katanya sendiri. Siswa
kurang tahu bagaimana cara praktis dalam memahami bacaan dikarenakan guru hanya
menugaskan siswa membaca, tetapi tidak menekankan pada keterampilan pemahaman
bacaan. Permasalahan di atas tidak lepas dari andil sebuah model pembelajaran yang
digunakan. Maka berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu faktor
penyebab kekeliuran dalam praktik pembelajaran selama ini adalah penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat.
Model pembelajaran yang dipakai guru terkadang kurang sesuai dengan tujuan
sehingga apa yang diharapkan dari sebuah proses pembelajaran tidak tercapai secara efektif.
Pada pembelajaran membaca guru sering tidak menggunakan model pembelajaran. Sehigga
tidak adanya pemikiran kreatif dari siswa. Guru hanya menjadikan buku teks sebagai sumber
pembelajaran tanpa menggukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
membaca siswa. Hal demikian berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran
sebagaimana mestinya.
Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan membahas
mengenai model-model pembelajaran membaca di sekolah dasar.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang menjadi konsep dasar pembelajaran membaca di sekolah dasar?
2. Apa saja model-model pembelajaran membaca di sekolah dasar ?
3. Bagaimana langkah-langkah dari model-model pembelajaran membaca di sekolah
dasar ?
4. Apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan dari model-model pembelajaran membaca
di sekolah dasar ?

2
1.3. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripskan :
1. Apa yang menjadi konsep dasar pembelajaran membaca di sekolah dasar?
2. Apa saja model-model pembelajaran membaca di sekolah dasar ?
3. Bagaimana langkah-langkah dari model-model pembelajaran membaca di sekolah
dasar ?
4. Apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan dari model-model pembelajaran membaca
di sekolah dasar ?

1.4. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis.
Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai model
pembelajaran membaca di sekolah dasar salah satunya yaitu :
- Memberikan pemikiran baru bagi pembaharuan pemikiran yang berhubungan dengan
model pembelajaran membaca di sd.
- Sebagai pijakan dan referensi pada pembahasan-pembahasan selanjutnya
yang berhubungan dengan model pembelajaran membaca di sd.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanafaat bagi :
1. Penulis
Dapat memberikan pengalaman serta pengetahuan kepada penulis tentang model
pembelajaran membaca di sd.
2. Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran membaca di sd.
1.5. Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan
yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan
dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui

3
kegiatan membaca berbagai literature yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut
diolah dengan teknik analisis melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Membaca

Menurut Subadiyono (2014: 11) dalam model proses membaca dibangun gambaran
bahwa kegiatan membaca adalah peristiwa hubungan antara penulis dan pembaca. Pada
umumnya, informasi bahasa dikirim oleh penulis kepada pembaca dalam arti bahwa
penulis menyampaikan pesan melalui tulisan yang maknanya ditafsirkan oleh pembaca.
Model membaca telah dikembangkan untuk mendeskripsikan cara-cara pembaca
menggunakan informasi bahasa dalam membangun makna suatu tulisan. Bagaimana
pembaca memberi makna itu menjadi isu kunci dalam membangun model proses
membaca.
Model membaca dapat dijelaskan sebagai cara kerja fisik yang berhubungan
dengan bagaimana mata membaca atau memandang bacaan yang merupakan
sistem grafis. Cara kerja psikis berkaitan dengan bagaimana cara kerja otak memahami
bacaan. Model membaca dapat diartikan juga sebagai gabungan kerja fisik dan psikis yang
termasuk proses dalam membaca karena membaca diawali dari proses visual dan berakhir
pada proses yang berada di otak yaitu memahami atau mengkritisi bacaan.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,
tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkanakti2itas 2isual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses2isual membaca merupakan proses
menerjemahkan simbol tulisan(huruf& kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses
berfikir membaca mencakupakti2itas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi,
membaca kritis,dan pemahaman kreatif.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulismelalui kata-kata atau
bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agarkelompok kata yang merupakan suatu
kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui.
Membaca adalah proses berpikir, hal tersebut dikemukakan oleh Burn, Roe, dan
Ross (1984) adalah ketika seseorang sedang membaca, makaseseorang tersebut akan

5
mengenali kata yang memerlukan interpresi dan symbol-simbol grafis. 1ntuk memahami
sebuah bacaan sepenuhnyaseseorang harus dapat menggunakan informasi untuk membuat
kesimpulandari bacaan agar ide-ide yang terdapat pada bacaan dapat digunakan disituasi
yang tepat.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa Membaca merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa tulisyang bersifat reseptif. Karena dengan membaca seseorang akan
dapatmemperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru.Semua
yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang tersebutmampu memperluas
daya pikirnya, mempertajam pandangannya, danmemperluas wawasannya. Dengan
demikian kegiatan membaca merupakankegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun
yang ingin maju danmeningkatkan diri.

2.2. Model-model Pembelajaran Pembaca di SD

A. Model Pembelajaran Paired Story Telling


1. Pengertian
Menurut Lie (2003:70) paired storytelling disebut juga bercerita berpasangan yaitu
teknik yang dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar dan bahan
pelajaran. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan dan
berbicara karena teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan
berbicara. Teknik paired storytelling bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran,
seperti ilmu pengetahuan sosial, agama dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok
digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini
tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan model paired storytelling, siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan berpikirdan hasil pemikiran mereka akan dihargai sehingga
siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Model paired storytelling bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik. Paired

6
storytelling merupakan salah satu tipe pembelajaran koperatif. Pembelajaran kooperatif atau
cooperative Learning mengacu pada teknik pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam
kelompok kecil saling membantu dalam belajar.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran paired storytelling
merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang dalam kegiaatannya siswa
dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi, buah pemikiran
mereka akan dihargai sehingga siswa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
2. Langkah-langkah
Adapun sintaks yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Pengenalan topik yang akan dibahas
Guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran
untuk satu hari. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih
siap mengahadapi bahan pembelajaran yang baru. Guru bisa menuliskan topik
pembelajaran dipapan tulis
b. Siswa dibentuk kelompok kecil secara berpasangan dengan teman sebangku
c. Pemberian nomor kelompok
Disini siswa tiap pasangan/ kelompok mendapat nomor kelompok yang ditempel pada tiap
meja. Nomor diberikan secara acak dengan tujuan guru tidak mengetahui saat menunjuk
siswa nanti untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk melatih kesiapan siswa.
d. Membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian
Disini guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian, bagian
pertama diberikan kepada siswa yang duduk diselah kanan dan bagian kedua diberikan
kepada siswa yang duduk di sebelah kiri.
e. Siswa diberi waktu 15 menit untuk membaca dan memahami materi mereka
masing-masing.
f. Setelah selesai membaca dan memahami materi siswa pertama (kanan) bertugas
menceritakan materi yang telah dipelajarinya kepada siswa kedua (kiri). Siswa kedua (kiri)
mendengarkan sambil mencatat bagian-bagian yang dianggap penting. Begitu juga

7
sebaliknya.
g. Siswa berdiskusi mengenai materi yang mereka bahas secara keseluruhan Hal ini
bertujuan agar siswa benar-benar paham dengan materi, disini siswa saling melengkapi isi
materi mencatat kata-kata penting serta membuat rangkuman Siswa mengerjakan LKS
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah siswa benar-benar paham dengan materi yang
telah mereka pelajari dengan kelompoknya serta untuk melatih siswa mengemukan apa
yang telah dipelajari dalam bentuk tulisan.
i. Guru memanggil beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok.
j. Diskusi kelas mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu, memberikan kesimpulan
dari pembelajaran yang telah dilakukan.
3. Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan model paired storytelling menurut Lie (Hermawan, 2016) yaitu:
1) Dapat meningkatkan partisipasi siswa terhadap materi yang akan dipelajari selama proses
pembelajaran berlangsung.
2) Cocok untuk tugas-tugas yang sederhana.
3) Lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk memberikan atau mendapatkan masukan
pada masing-masing anggota kelompok.
4) Interaksi yang terjalin lebih mudah, baik antar sesama anggota kelompok satu dengan
kelompok lain maupun antara anggota kelompok dengan guru.
5) Lebih mudah dan cepat dalam membentuk kelompok sehingga tidak membuang banyak
waktu.
Kekurangan model pembelajaran paired storytelling menurut Lie (Hermawan, 2016) yaitu:
1) Banyak kelompok yang melapor dan dimonitor sehingga guru harus lebih dapat membagi
kesempatan pada kelompok-kelompok yang tersedia.
2) Lebih sedikit ide yang muncul karena satu kelompok hanya terdiri dari 2 orang jadi tiap
kelompok hanya dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan satu anggota kelompok yang
lain sebelum akhirnya diadakan diskusi atau kelompok.
3) Jika ada perselisihan antara anggota kelompok, maka tidak akan ada penengah.

B. Model Pembelajaran Quantum Reading

8
1. Pengertian
Pembelajaran quantum berakar dari upaya Georgi Lozanov, seorang pendidik
berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen tentang Sugestology (Sugestopedia). Hasil
eksperimennya menyatakan bahwa sugesti dapat memengaruhi hasil situasi belajar dan
setiap hal yang ada di dalam kelas. Hal-hal tersebut menyangkut cara guru berkomunikasi,
kebersihan, kenyamanan, suhu udara, penataan kelas dan musik. Hal-hal tersebut dapat
memberikan sugesti negative atau positif. Untuk mendapatkan sugesti yang positif
digunakan teknik-teknik tertentu. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah
menciptakan kenyamanan di dalam kelas kenyamanan di dalam kelas dapat diciptakan
dengan menghidupkan musik yang dapat merangsang partisipasi siswa di dalam kelas
(DeFoter & Hernacki, 2008:14)
Istilah quantum (kuantum) sebenarnya dipinjam dari bidang kajian ilmu fisika yang
berarti energi yang tidak dapat dibagi lagi (KBBI, 2008:745). DeFoter (dalam Hernowo,
2005:9) mengatakan quantum dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi
menjadi pancaran cahaya yang dasyat. Dalam konteks belajar, quantum dapat dipahami
sebagai interaksi yang terjadi dalam konteks belajar. Dalam proses belajar, pebelajar dapat
mengubah berbagai potensi yang ada pada dirinya menjadi pancaran atau ledakan gairah
dalam memperoleh hal-hal yang baru yang dapat ditularkan atau ditunjukkan kepada orang
lain. Dalam konteks membaca, membaca merupakan salah satu interaksi dalam proses
mengajar.
Quantum reading adalah interaksi yang terjadi dalam proses belajar khususnya dalam
pembalajaran membaca, niscaya mampu mengubah berbagai potensi yang ada di dalam diri
manusia menjadi pancaran atau ledakan gairah dalam memperoleh hal-hal yang baru dari
aktivitas membaca yang dapat ditularkan atau ditunjukkan kepada orang lain.
Berdasarkan pengertian di atas, quantum reading merupakan suatu model yang sangat
memerhatikan kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini,
kenyamanan merupakan faktor luar yang mempengaruhi kegiatan membaca. Maka dari itu,
metode quantum reading ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam hal membaca.
2. Langkah-langkah
Menurut De Porter (2010), setidaknya terdapat lima langkah pembelajaran yang
menggunakan model Quantum Reading, yaitu sebagai berikut:

9
1) Sebelum memulai membaca, siswa membuat pertanyaan seputar tugas membaca tersebut
2) Mengondisikan keadaan fisik, mental, dan lingkungan belajar siswa untuk mencapai
konsentrasi yang tinggi
3) Melatih siswa untuk membaca keseluruhan halaman sekaligus
4) Melatih kecepatan membaca siswa sedikit demi sedikit
5) Memberi tugas siswa untuk mengulang kegiatan membaca dengan cara mencatat ide
pokok bacaan, kemudian memberi motivasi agar mereka dapat menjelaskan apa yang telah
diperoleh kepada siswa lain, atau berbicara kepada diri sendiri mengenai pemahaman
bacaan mereka.
3. Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan
DeFoter dkk. (2005:183) menyatakan quantum reading dapat benar-benar membuka banyak
kesempatan, dengan cara kerjanya otak ingin membaca dengan cepat. Otak dapat memahami
kata lebih banyak dari jumlah yang biasanya diberikan kepada otak, dengan kecepatan
membaca rata-rata. Quantum reading adalah metode membaca yang dapat menjadikan
kegiatan membaca menjadi sangat menyenangkan karena teknik dan metode belajarnya yang
bersuasana persuasif, mempola kognisi, afektif, dan konatif peserta didik agar terlibat dalam
proses belajar aktif dalam membaca. Quantum reading berisi hal-hal agar seseorang
seseorang langsung mendapatkan manfaat dari kegiatan membaca. Dalam quantum reading
juga diajarkan melatih bagaimana mengakses keadaan terbaik dalam membaca.
Kelemahan
Selain memiliki banyak kelebihan, model pembelajaran Quantum Reading juga memiliki
beberapa kelemahan. Sisi kelamahan model Quantum Reading antara lain ialah, memerlukan
dan menuntut keahlian serta keterampilan guru lebih khusus, memerlukan proses
perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana, serta
memerlukan waktu pembelajaran yang lebih lama. Kemenarikan model Quantum Reading
adalah dapat membantu siswa dalam membangkitkan potensi yang dimilikinya,
memudahkan siswa dalam memahami isi bacaan, dan memunculkan kepercayaan diri siswa.
C. Model Pembelajaran SQ3R
1. Pengertian
SQ3R adalah singkatan dari Survey-Question-Read-Recite- Review (Survei-Pertanyaan-

10
Membaca-Menceritakan-Meninjau). Metode SQ3R merupakan suatu sistem belajar yang
terkenal secara luas yang mudah diadaptasikan dengan tugas-tugas membaca.Metode SQ3R
dikembangkan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1946 di Universitas Uhio Amerika
Serikat. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan
belajar. Metode ini memberikan langkah-langkah yang konkret dalam berinteraksi dengan
informasi yang menghasilkan pada tingkat pemahaman yang tinggi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa SQ3R adalah suatu model
membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat
agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan
review.
2. Langkah-langkah
Menurut Hendri Guntur Tarigan (2008:56) langkah-langkah model pembelajaran SQ3R
antara lain:
a. Survey yaitu, memeriksa keselurahan tugas yang telah diberikan guru, memperhatikan
judul-judul serta sub- sub judul, membaca sekilas topik pertama serta topik terakhir, melihat
dan memperhatikan gambar-gambar, fotografi-fotografi, lukisan-lukisan, peta, grafik dan
diagram yang ada.
b. Question yaitu, membuat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan hasil survey yang telah
dilakukan.
c. Read yaitu, membaca secara keselurahan isi bacaan.
d. Recite yaitu, menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri.
e. Review yaitu, meninjau kembali isi bacaan yang telah dibaca.
3. Kelebihan dan kelemahan
Adapun kelebihan dari metode SQ3R ini adalah efektif apabila diterapkan secara benar.
Menurut Husna kelebihan metode SQ3R dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Pendekatan tugas melalui membaca teks dapat membuat siswa lebih pecaya diri
b. Membantu konsentrasi siswa dalam menemukan jawaban
c. Metode ini bisa membantu siswa untuk memfokuskan bagian- bagian yang tersulit dalam
membaca, bila sebuah pertanyaan tidak dapat dijawab atau dimengerti, siswa bisa
mengidentifikasi kesulitannya dan mendapatkan jawabannya.
d. Melatih memberikan jawaban dalam pertanyaan tentang materi

11
e. Membantu mempersiapkan catatan dalam bentuk Tanya jawab
Kekurangan dari SQ3R adalah untuk menempuh kelima prosedur tersebut pada awalnya
mungkin akan dirasakan berbelit-belit. Kegiatan ini akan banyak menyita waktu dan
memerlukan konsentrasi yang tinggi, selain itu belum semua siswa dapat membaca dengan
baiksehingga mudah merasa bosan jika terlalu lama melakukan kegiatan membaca,
akibatnya hasil belajar menjadi kurang optimal.

D. Model Directed Reading Thinking Activity (DRTA)


1. Pengertian
Menurut Walker (2012:196), strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
merupakan instruksi dalam pembelajaran membaca dengan memprediksi apa yang penulis
pikirkan, mengkonfirmasi atau merevisi prediksi dan mengkolaborasi pendapat.
Menurut Khomariah (2013:5), strategi pembelajaran DRTA atau Directed Reading Thinking
Activity merupakan model untuk mengembangkan kemampuan membaca secara
komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan perolehan pengalaman siswa
berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara ekstensif. Model DRTA adalah model
pembelajaran membaca yang dilakukan dalam pembelajaran membaca khususnya membaca
intensif dengan melatih siswa untuk berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi
bacaan secara serius.
2. Langkah-langkah
Menurut Abidin (2012:81), tahapan dalam penggunaan strategi membaca DRTA adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Prabaca
1. Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa informasi tentang
isi bacaan.
2. Siswa membuat prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Jika siswa belum mampu, guru
harus memancing siswa untuk membuat prediksi. Diusahakan dihasilkan banyak prediksi
sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju. Beberapa
pancingan untuk membuat prdiksi antara lain: 1) Menurut pendapatmu, apa isi cerita yang
berjudul X ini? 2) Bagaimana nasib tokoh cerita dalam cerpen ini? 3) Prediksi mana yang
menurutmu paling benar?

12
b. Tahap Membaca
1. Siswa membaca dalam hati cerita untuk mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Pada
tahap ini guru harus mampu membimbing siswa agar melakukan kegiatan membaca untuk
menemukan makna bacaan, memperhatikan perilaku baca siswa, dan membantu siswa yang
menemukan kesulitan memahami makna kata dengan cara memberikan ilustrasi kata, bukan
langsung menyebutkan makna kata tersebut.
2. Menguji, prediksi, pada tahap ini siswa diharuskan mengecek prediksi yang telah
dibuatnya. Jika prediksi yang dibuat siswa salah, siswa harus mampu menunjukkan letak
kesalahan tersebut dan mampu membuat gambaran baru tentang isi wacana yang sebenarnya.
c. Tahap Pascabaca
1. Pelatihan keterampilan fundamental. Tahapan ini dilakukan siswa untuk mengaktifkan
kemampuan berpikirnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan siswa adalah menguji kembali
cerita, menceritakan kembali cerita, membuat gambar, diagram, ataupun peta konsep bacaan,
dan membuat peta perjalanan tokoh (perjalanan yang menggambarkan keberadaan tokoh
pada beberapa peristiwa yang dialaminya).
3. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan model membaca DRTA antara lain adalah sebagai berikut:
1. DRTA merupakan aktivitas pemahaman yang memprediksi cerita sehingga membantu
siswa dalam memperoleh gambaran keseluruhan dari materi yang sudah dibacanya.
2. DRTA dapat menarik minat siswa dalam belajar terutama membaca cerita. DRTA
menunjukkan pada siswa bahwa belajar bukan hanya belajar saja akan tetapi untuk
mempersiapkan kehidupan selanjutnya.
3. DRTA dapat digunakan pada beberapa mata pelajaran baik isi maupun prosedur dalam
mengajar.
Adapun kelemahan dalam penggunaan strategi membaca DRTA adalah sebagai berikut:
1. Model DRTA seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan kelas tidak efisien.
2. Model DRTA mengharuskan penyediaan buku bacaan dan seringkali di luar kemampuan
sekolah dan siswa.
3. Melalui pemahaman membaca langsung, informasi tidak dapat diperoleh dengan cepat,
berbeda halnya jika memperoleh abstraksi melalui penyajian secara lisan oleh guru.

13
E. Model Pembelajaran KWL (Know Want to know Learned)
1. Pengertian
Model membaca KWL (Know Want to know Learned) adalah singkatan dari K (Know) apa
yang telah diketahui (sebelum membaca), W (Want) apa yang hendak diketahui (sebelum
membaca), dan L (Learned) apa yang telah diketahui (setelah membaca). Strategi membaca
KWL mengarahkan siswa menjadi aktif pada saat sebelum membaca, saat membaca dan
sesudah membaca (Suryosubroto, 1997).
Model membaca KWL pertama kali dikenalkan oleh Donna Ogle pada tahun 1986. Model
ini adalah suatu teknik membaca kritis, dimana pembaca mengingat dulu apa yang telah
diketahui atau menentukan apa yang ingin diketahui sebelum membaca, kemudian apa yang
telah diperoleh dari pembacaan yang baru dilakukan. Model ini akan membiasakan pelajar
mengaitkan pengetahuan yang telah dipelajari dengan apa yang dibaca dan menentukan apa
yang telah diperoleh dari pembacaannya.
Model membaca KWL membantu siswa untuk memikirkan informasi baru yang diterima.
Metode ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan berbagai pertanyaan
tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar siswa mereka sendiri. Selain itu
model KWL juga mampu menarik siswa sehingga termotivasi, mudah didapat, murah, dan
tidak sulit untuk dipergunakan, tidak bersifat abstack, serta mampu membangkitkan minat
siswa.
2. Langkah-langkah
Menurut Rahim (2008), teknik yang digunakan dalam strategi membaca KWL dilakukan
melalui langkah-langkah atau tahapan sebagai berikut:
a. Langkah Know (What I Wont Know: Apa yang ingin saya ketahui)
Langkah ini merupakan langkah K (Know) yaitu apa yang saya ketahui. Langkah ini
merupakan sarana sumbangan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik.
Kemudian membangkitkan kategori informasi yang dialami dalam membaca ketika
sumbangan saran terjadi dalam diskusi kelas. Guru mulai mengajukan pertanyaan seperti
"apa yang kamu ketahui tentang?" kemudian guru menuliskan tanggapan siswa di depan
papan tulis. Setelah itu, dilanjutkan diskusi dengan mengajukan pertanyaan berikutnya
"dimana Kamu pelajari tentang itu?" atau "bagaimana kamu mengetahinya?" ketika siswa
menggunakan diskusi di dalam kelas dan berpartisipasinya, siswa mencatatkan informasi

14
yang telah mereka ketahui tentang topik yang sedang dibicarakan. Setelah sumbang saran
guru bertanya tentang informasi yang disajikan. Dalam kegiatan ini, guru perlu
mencontohkan proses membaca kepada siswa dengan menyajikan beberapa contoh.
b. Langkah Want (What I Want to Learn: Apa yang ingin saya pelajari)
Dalam langkah kedua, yaitu What I want to learn (W), guru menuntun siswa menyusun
tujuan khusus membaca suatu topik. Dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidakjelasan, yang
ditimbulkan selama langkah pertama, guru memformulasikan kembali pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan siswa. Pertanyaan yang sudah diformulasikan dituliskan guru di
papan tulis. Kemudian guru berusaha memancing pertanyaan-pertanyaan siswa dengan
menunjuk pertentangan informasi dan khususnya menimbulkan gagasan-gagasan. Siswa
didorong menulis pertanyaan mereka sendiri atau memilih satu pertanyaan yang tersedia di
papan tulis. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian disajikan sebagai tujuan membaca suatu
topik yang akan dipelajari.
c. Langkah Learned (What I Learned: apa yang telah saya pelajari)
Langkah What I have Learned (L), adalah langkah yang terjadi setelah membaca suatu topik.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk menentukan, memperluas, dan menemukan
seperangkat tujuan membaca. Setelah itu siswa mencatat informasi yang telah mereka
pelajari, mengidentifikasikan pertanyaan yang belum terjawab. Dalam kegiatan ini guru
membantu siswa mengembangkan perencanaan untuk menginvestigasi pertanyaan-
pertanyaan yang tersisa. Dengan cara ini, guru memberikan penekanan pada tujuan membaca
untuk memenuhi rasa ingin tahu pribadi siswa, tidak hanya sekadar yang disajikan dalam
teks.
3. Kelebihan dan Kelemahan
Adapun kelebihan atau keunggulan dari strategi membaca menggunakan model KWL
adalah:
1. Dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa.
2. Merangsang siswa untuk lebih bergairah dalam belajar membaca puisi.
3. Memberikan peluang bagi siswa untuk lebih berani mengemukakan tanggapan dan saran
dalam belajar.
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dalam penerapan strategi KWL hanya

15
menguntungkan bagi siswa yang memang telah memiliki mental dan keberanian untuk
mengemukakan pendapat dalam belajar sedangkan siswa yang tidak memiliki itu justru
merasa minder karena tersaingi oleh anak yang lebih pintar.

16
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan

Jadi kesimpulannya yaitu :


Model pembelajaran membaca adalah pendekatan atau metode yang digunakan dalam
proses mengajarkan dan memfasilitasi perkembangan keterampilan membaca pada peserta
didik. Ini mencakup strategi, teknik, dan langkah-langkah yang dirancang untuk
meningkatkan pemahaman bacaan, keterampilan membaca cepat, serta kemampuan
menganalisis dan mensintesis informasi dari teks. Model-model ini dapat bervariasi,
termasuk pembelajaran berbasis teks, pembelajaran kooperatif, atau pendekatan yang
menekankan penggunaan konteks kehidupan sehari-hari untuk memperkuat keterampilan
membaca.
3.2. Saran

1. Bagi pihak sekolah, harus memberikan dukungan serta dorongan kepada


seluruh pendidik yang mengajar supaya dapat meningkatkan kreativitas
pendidik dalam mengembangkan model pembelajaran membaca di sekolah
dasar.
2. Bagi pihak pendidik/guru, hendaknya harus mengetahui dan memahami
bagaimana cara mengembangkan dan mengimplementasikan model-model
pembelajaran membaca di sekolah dasar.
3. Bagi para pembaca, supaya dapat meningkatkan minat membacanya dalam
mengetahui lebih dalam lagi mengenai model-model pembelajaran membaca di
sekolah dasar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dafit, F. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Multiliterasi Terhadap Kemampuan Membaca


Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 1(1).

Retnaningtyas, N., Damaianti, V., & Syihabuddin, S. (2022). PENGEMBANGAN MODEL


QUANTUM READING YANG BERORIENTASI SELF REGULATED LEARNING (SRL) DALAM
PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN. Semantik, 11(1), 125-134.

Rahmawati, F., & Nawangsari, N. A. F. (2022). Pengaruh Metode Bottom-Up Processes Reading
Dengan Media Kartu Terhadap Kemampuan Literasi Awal Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu Psikologi dan
Kesehatan (SIKONTAN), 1(2), 73-82.

Yesika, D. H., Pribowo, F. S. P., & Afiani, K. D. A. (2020). Analisis Model Pembelajaran SQ3R
Dalam Meningkatkan Membaca Pemahaman Siswa SD. Jurnal Pendidikan Modern, 6(1), 36-46.

Dewi, S. M., Prawiyogi, A. G., Anwar, A. S., & Wahyuni, C. S. (2021). Efektivitas Strategi Direct
Reading Thingking Activities terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Di Sekolah Dasar.
Jurnal Basicedu, 5(1), 453-455.

Rasyid, H., & Asrori, M. (2008). Efektivitas Strategi Pembelajaran “KWL Teaching Model” Untuk
Meningkatkan Kemampuan Memahami Teks. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 11(1).

18

Anda mungkin juga menyukai