Anda di halaman 1dari 43

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

TEKS EKSPOSISI BERBASIS MIND MAPPING PADA KELAS


VIII DI SMP ISLAM SABILURROSYAD MALANG

Oleh

Yulina Dwi Lestari S.Pd


NIY. 19940706 20190705 2 001

SMP ISLAM SABILURROSYAD MALANG


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah makalah ilmiah dengan judul Pengembangan Modul
Pembelajaran Teks Eksposisi Berbasis Mind Mapping pada Kelas VIII di SMP Islam
Sabilurrosyad Malang telah selesai dikerjakan dengan harapan agar proses pembelajaran
yang dilaksanakan semakin berkualitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang penyusunan suatu modul dalam pembelajaran dengan
metode mind mapping.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas PTK ini. Kepada
Kepala SMP Islam Sabilurrosyad Bpk Islahuddin, S.S., M.PdI, Waka Kurikulum SMP
Islam Sabilurrosyad Ibu Hermi Ismawati M.Pd dan seluruh teman-teman guru di SMP
Islam Sabilurrosyad. . Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Sempurna, karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan bagi PTK ini.
Demikian ptk ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian penulis mohon maaf. Penulis menerima kritik dan saran
seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Malang, 20 Agustus 2020

Yulina Dwi Lestari, S.Pd


BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab I pendahuluan ini akan dideskripsikan (1) latar belakang, (2) rumusan
masalah, (3) tujuan penelitian dan pengembangan, (4) spesifikasi produk, (5)
manfaat penelitian, (6) asumsi dan keterbatasan pengembangan, dan (7) definisi
operasional.

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan
saintifik, yaitu pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan,
pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasil melalui pemanfaatan berbagai
sumber. Hal tersebut dilakukan untuk menjadikan siswa Indonesia mampu
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya. Selain itu, siswa juga
berpikir efektif dan kreatif, menjadi pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya
diri, serta bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar
(Kemdikbud dalam Widyastono, 2014, hal.119). Kurikulum 2013 sudah mulai
diterapkan di sekolah-sekolah yang telah ditunjuk oleh pemerintah sejak tahun
2013. Pada Kurikulum 2013 matapelajaran bahasa Indonesia menekankan
pembelajaran berbasis teks.
Pembelajaran berbasis teks pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013 bukan sekadar mengajarkan siswa untuk menguasai pengetahuan
bahasa, melainkan pembelajaran berbasis teks berfungsi sebagai aktualisasi diri
pada konteks sosial. Siswa diajarkan untuk menyelesaikan masalah kehidupan
nyata dengan berpikir kritis. Salah satu teks yang diajarkan di kelas VIII adalah teks
eksposisi . Pembelajaran pada teks eksposisi dibagi menjadi beberapa kompetensi
dasar. Salah satunya adalah kegiatan memahami teks eksposisi , baik melalui lisan
maupun tulisan. Teks eksposisi adalah sebuah bentuk teks atau tulisan yang
memuat tentang informasi maupun pengetahuan. Secara umum, teks eksposisi
sendiri memiliki tujuan untuk memberikan penjelasan atau uraian mengenai suatu
ide, pokok pikiran, pendapat, informasi, maupun pengetahuan kepada pembaca
tanpa bermaksud memengaruhi. Hal ini yang membuat tujuan teks eksposisi adalah
memberitahukan informasi atau pengetahuan berdasarkan fakta sesuai dengan
sudut pandangan tertentu.

` Pemilihan teks eksposisi berdasarkan kesulitan siswa kelas VIII yakni


pada KD 3.6 Menelaah isi dan struktur teks eksposisi (berupa artikel ilmiah
populer dari koran/majalah) yang diperdengarkan atau dibaca. Kesulitan tersebut
diperoleh dari hasil nilai ulangan harian siswa kelas VIII A dan VIIIB pada tahun
2019 yang hamper 70 persen kurang dari KKM saat materi teks eksposisi . Hal
tersebut terjadi karena sebagian besar siswa menganggap sulit untuk mempelajari
isi struktur, dan kaidah bahasa teks eksposisi pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Selama ini, kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII di SMP
Islam Sabilurrosyad masih menggunakan sumber ajar buku dari pemerintah. Buku
ajar ini merupakan buku pelajaran yang ditujukan untuk siswa pada jenjang
tertentu dan bidang studi tertentu. Subtansi buku matapelajaran Bahasa Indonesia
kelas VIII dari pemerintah berisi pengantar buku, penyajian materi, membangun
konteks, bacaan, dan satihan kegiatan atau soal.
Aspek isi dalam buku ajar yang dimiliki siswa kurang disajikan penyajian konsep,
definisi, dan prosedur. Selain itu, buku ajar yang dimiliki siswa materi kurang
sistematis sehingga siswa masih kesulitan untuk memahami teks eksposisi . Aspek
penyajian dalam buku ajar yang dimiliki masih kurang sederhana. Penyajian materi
berupa paragraf sehingga kebanyakan siswa masih malas untuk membaca. Aspek
kebahasaan dalam buku ajar masih kurang baik. Selain itu penggunaan kata yang
ada yang tidak dimengerti oleh siswa. Oleh sebab itu siswa masih kesulitan untuk
memahami maksud dari materi yang ada di buku ajar.
Guru selama ini hanya menggunakan sumber belajar dari buku ajar
pemerintah. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan
buku teks dari pemerintah, pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni
pemodelan teks, kelompok, dan individu. Pada pemodelan teks, siswa diberikan
bacaan atau diperintahkan untuk membaca bacaan yang ada di dalam buku teks
pemerintah. Kegiatan kelompok siswa lebih sering diajak untuk berdiskusi bersama
teman mengenai teks yang dipelajari. Pada kegiatan individu, siswa dituntut untuk
mempelajari materi secara mandiri dan mengerjakan tugas secara mandiri. Oleh
karena itu, akan dikembangkan modul pembelajaran teks eksposisi yang
diinovasikan dengan metode yang dapat memudahkan siswa untuk memetakan
pikiran yakni melalui metode mind mapping. Selain itu, dengan metode ini nantinya
siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang berupa peta konsep bukan
berbentuk paragraph yang berisi kalimat-kalimat. Siswa sudah bisa mempelajari
materi yang dikemas berupa peta konsep untuk memudahkan pemahaman sekaligus
membantu memudahkan mengingat materi yang telah dipelajari.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, pembelajaran
dengan menggunakan modul yang kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan untuk
memudahkan dalam memahami materi struktur dan ciri kebahasaan teks eksposisi
. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan modul pembelajaran yang tepat.
Modul merupakan perangkat penting yang digunakan oleh siswa untuk belajar
secara mandiri. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Daryanto dan
Dwicahyono 2014, hal.179) modul merupakan suatu perangkat pembelajaran yang
disusun untuk membantu siswa belajar secara mandiri. Oleh karena itu, sebuah
modul yang diberikan oleh guru harus materi harus mudah dipahami dan dapat
menarik minat belajar siswa. Modul pembelajaran yang akan dikembangkan dalam
penelitian meliputi isi, kebahasaan, sistematika penyajian, dan tampilan. Dari segi
isi yang ada di buku teks pemerintah akan lebih dikembangkan secara terperinci
langkah-langkah pembelajarannya dan ditambahkan mind mapping di bagian akhir
materi untuk memudahkan siswa memetakan pikiran. Dari segi kebahasaan, pada
modul pembelajaran yang akan dikembangkan lebih disederhanakan dari buku teks
pemerintah untuk memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disajikan.
Dari segi sistematika penyajian, modul pembelajaran yang dikembangkan disusun
terstruktur untuk membantu memudahkan siswa dalam melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran. Dari segi tampilan akan dirancang secara kreatif dan
berwarna untuk menarik perhatian siswa saat belajar.
Modul pembelajaran yang akan dikembangkan menggunakan metode mind
mapping. Metode ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami modul
pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Metode mind mapping adalah
metode memetakan pikiran atau metode mencatat hal-hal penting yang
menggunakan gaya belajar visual dengan memberikan warna sebagai inovasi agar
siswa mudah mengingat apa yang pernah dituliskan. Menurut Huda (2013, hal.307)
mind map merupakan metode yang efektif untuk membantu mengembangkan
gagasan yang terdapat dalam pikiran melalui rangkaian peta-peta. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Swadarma (2013, hal.3) bahwa mapping merupakan
sistem berpikir yang berasal dari pemikiran utama kemudian ide dikembangkan ke
segala arah. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode mind mapping merupakan metode yang membangkitkan gagasan utama
yang ada di dalam pikiran untuk dikembangkan dan menggali ingatan yang pernah
dituliskan. Kelebihan modul pembelajaran Kelebihan metode mind mapping
menurut Swadarma (2013, hal.9), yaitu (1) meningkatkan kinerja manajemen
pengetahuan, (2) memaksimalkan kinerja otak, (3) saling berhubungan satu sama
lain sehingga semakin banyak ide yang dapat disajikan, (4) memacu kreativitas
sederhana dan mudah dikerjakan, (5) sewaktu-waktu dapat mere-call data yang ada
dengan mudah, (6) menarik dan mudah tertangkap mata, dan (7) dapat melihat data
yang besar dengan mudah. Berdasarkan kelebihan metode mind mapping tersebut
modul yang akan dikembangkan diharapkan dapat memecahkan permasalahan
siswa yakni membantu memudahkan siswa dalam memahami materi yang
diajarkan terutama memahami struktur dan ciri kebahasaan teks. Selain itu,
pengembangan modul ini juga bertujuan agar bisa mengatasi permasalahan siswa
yang jenuh dan kurang antusias dalam belajar bisa tertarik untuk mempelajari
materi yang ada pada modul. modul pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini akan diujicobakan ke kelas VIII A dan akan didesiminasikan ke kelas
VIII B
Penelitian pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis
metode mind mapping kelas VIII SMP ini belum pernah dilakukan oleh peneliti
lain. Penelitian yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erika Kurniawati
tahun 2015 dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Teks eksposisi Metode
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas
VIII SMP Negeri 1 Tembelang Jombang. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah teks yang akan dikembangkan yakni teks
eksposisi . Perbedaannya terletak pada langkah-langkah pembelajaran yang ada di
dalam bahan ajar yakni pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penelitian berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Teks eksposisi
Berbasis Mind Mapping Pada Siswa Kelas VIII perlu segera dilaksanakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini dideskripsikan
sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah isi modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping
pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad ?
(2) Bagaimanakah kebahasaan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad?
(3) Bagaimanakah sistematika penyajian modul pembelajaran teks eksposisi
berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad?
(4) Bagaimanakah kegrafikaan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad?

1.3 Tujuan Penelitian dan Pengembangan


Tujuan penelitian dan pengembangan ini dideskripsikan sebagai berikut.
(1) Mendeskripsikan isi modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping
pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad.
(2) Mendeskripsikan kebahasaan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad.
(3) Mendeskripsikan sistematika penyajian modul pembelajaran teks eksposisi
berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosya.
(4) Mendeskripsikan kegrafikaan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis
mind mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pengembangan dibagi menjadi dua, yakni manfaat
secara teoretis dan praktis. Adapun manfaat penelitian pengembangan
dideskripsikan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis


Secara teoretis, penelitian pengembangan ini dapat memberikan manfaat
untuk kepentingan perkembangan keilmuan, khususnya dalam bidang pendidikan,
yaitu hasil pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi dapat digunakan
dalam pembelajaran kompetensi dasar memahami struktur dan ciri kebahasaan teks
eksposisi

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Bagi Guru
Modul pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan guru untuk
mengatasi permasalahan siswa dalam pembelajaran memahami struktur dan ciri
kebahasaan teks eksposisi . Selain itu, modul pembelajaran yang dikembangkan
dapat memudahkan guru untuk memberikan materi kepada siswa melalui metode
mind mapping.

1.4.2.2 Bagi Siswa


Modul pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan untuk
memudahkan siswa dalam memahami stuktur dan ciri kebahasaan teks eksposisi
dengan metode mind mapping. Selain itu, modul pembelajaran yang dikembangkan
juga dapat menumbuhkan antusias dan menarik minat belajar siswa dalam kegiatan
memahami struktur dan ciri kebahasaan teks eksposisi dengan metode mind
mapping.
1.5 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang diharapkan dalam pengembangan ini adalah
mengembangkan modul pembelajaran teks eksposisi dari pemerintah. Modul
pembelajaran yang dikembangkan dari aspek materi akan lebih diinovasikan
bacaannya untuk menambah wawasan siswa. Aspek penyajian disusun terperinci
sesuai dengan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) . Aspek kebahasaan
lebih disederhanakan agar siswa mudah memahami materi maupun penugasan yang
ada. Aspek kegrafikaan dibuat lebih menarik dan berwarna untuk menarik minat
siswa. Selain itu, metode yang digunakan dalam modul yakni metode mind mapping
agar siswa dapat terbantu untuk memudahkan pemahaman.
Spesifikasi modul pembelajaran teks eksposisi dengan metode mind
mapping ini terdiri atas materi, mind mapping, bacaan, dan evaluasi. Detail spesifik
produk berikut ini.
(1) Aspek isi dalam modul, dijabarkan semua substansi tujuan pembelajaran,
memuat pengenalan konsep dan langkah-langkah modul pembelajaran teks
eksposisi berbasis mind mapping yang sesuai dengan indikator pembelajaran,
konsep, langkah-langkah, dan contoh teks eksposisi disajikan dengan benar
sesuai dengan prosedur metode mind mapping, materi dan prosedur bermuatan
pendeketan saintifik, materi sesuai dengan tingkat pemahaman siswa kelas VIII
SMP, teks, gambar, dan ilustrasi pada modul pembelajaran dipilih yang
mutakhir, kegiatan dalam modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping dapat menggugah minat belajar siswa yang aktif, kreatif, dan inovatif.
(2) Aspek penyajian, konsistensi sistematika penyajian, uraian materi dan latihan
disusun secara proporsional dan berbasis mind mapping, keruntutan konsep
mind mapping, ilustrasi sesuai dengan materi, penyajian berpusat pada
pendekatan saintifik, menggugah siswa untuk berimajniasi, kreatif, berpikir
kritis, dan kelengkapan penyajian.
(3) Aspek kebahasaan, menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan
perkembangan siswa, menggunakan kalimat sederhana yang tidak terlalu
panjang, dan menggunakan kaidah tata bahasa yang standar.
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi yang digunakan dalam penelitian pengembangan modul
pembelajaran teks eksposisi dengan metode mind mapping sebagai berikut.
(1) Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia belum menggunakan modul
pembelajaran lain selain buku teks dari pemerintah pusat sehingga perlu
dikembangkan modul pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
(2) Siswa telah menerima materi teks eksposisi kompetensi dasar mengenai
memahami struktur teks.
(3) Siswa tertarik pada modul pembelajaran yang diberikan oleh peneliti daripada
modul pembelajaran lain.
(4) Siswa mudah memahami materi teks eksposisi yang ada dalam modul
pembelajaran yang dikembangkan.
(5) Siswa mudah berimajinasi dan berpikir kreatif setelah belajar menggunakan
modul yang dikembangkan.
Keterbatasan pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi dengan
metode mind mapping sebagai berikut.
(1) Penelitian pengembangan ini hanya dilakukan di SMP SMP Islam
Sabilurrosyad Pengembangan dilakukan berdasarkan RPP 3 materi teks
eksposisi
(2) Uji coba yang dilakukan hanya pada KD memahami teks eksposisi .
(3) Uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini hanya melibatkan satu kelas.
(4) Desiminasi produk akhir hanya dilakukan pada 1 kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II dideskripsikan kajian pustaka yang meliputi (1) konsep modul,
(2) pengertian teks ekposisi, (3) metode mind mapping, (4) penelitian
pengembangan, (5) kelayakan modul, dan (6) penelitian terdahulu yang relevan.

2.1 Konsep Modul


Teori-teori yang digunakan dalam penelitian pengembangan mengenai
modul, yakni (1) pengertian modul, (2) tujuan dan manfaat modul, (3) karakteristik
modul, (4) kriteria penyusunan modul, dan (5) prinsip pemilihan modul.

2.1.1 Pengertian Modul


Modul merupakan salah satu perangkat yang terpenting dalam bidang
pendidikan. Modul mengandung berbagai informasi yang dapat digunakan untuk
membantu siswa menemukan pengetahuan dan gagasan baru. Informasi yang
diperoleh dari modul dapat membantu dan memberikan pengetahuan baru kepada
pembacanya apabila modul yang dibuat sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan
dalam pembuatan modul.
Menurut Hamdani (2011, hal.219) modul merupakan sarana pembelajaran
berupa tulis atau cetak yang disusun secara sistematis, berisi materi, metode, tujuan
pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar, dan diberikan evaluasi belajar untuk
menguji kemampuan pemahaman siswa. Nasution (2010, hal.205) juga
mengungkapkan bahwa modul merupakan suatu unit lengkap yang dapat berdiri
sendiri untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Departemen Pendidikan Nasional dalam Daryanto dan Dwicahyono (2014,
hal.177 - 179) mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang
disusun dalam bentuk modul untuk membantu siswa belajar secara mandiri dengan
bantuan dari guru atau orang lain secara terbatas. Modul juga memiliki pengertian
lain, yaitu bahan ajar berbentuk tulis yang berisi petunjuk belajar, kompetensi yang
akan dicapai, materi pelajaran, latihan soal, dan evaluasi yang bertujuan untuk
membantu siswa belajar secara mandiri atau dengan bimbingan guru (Prastowo
dalam Lestari, 2013, hal.6). Selanjutnya, Lestari (2013, hal.6) menjelaskan bahwa
modul merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang disusun sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan dapat digunakan oleh siswa tanpa terbatas oleh waktu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat simpulkan bahwa modul merupakan
bagian dari bahan ajar yang dirancang secara sistematis mengikuti kaidah penulisan
ilmiah dan disebarluaskan ke peserta didik sebagai pengguna. Selain itu, modul juga
dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Modul pembelajaran yang
akan dikembangkan ini bagian dari bahan ajar matapelajaran Bahasa Indonesia,
yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan siswa ditulis berdasarkan kaidah
penulisan ilmiah, dan disebarluaskan kepada siswa 40% jumlah kelas yang ada di
SMP Islam Sabilurrosyad

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Modul


Menurut Hamdani (2011, hal.220) tujuan penyusunan modul adalah
menyediakan bahan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan berdasarkan
pertimbangan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran dan karakteristik siswa, serta latar belakang lingkungan sosial siswa.
Menurut Hamdani (2011, hal.220) modul memiliki manfaat yang beragam,
baik manfaat bagi kepentingan siswa maupun manfaat bagi kepentingan guru.
Manfaat bagi siswa, yakni (1) siswa memiliki kesempatan belajar secara mandiri.
Artinya modul dapat digunakan oleh siswa tanpa terbatas oleh waktu, (2)
pembelajaran akan menjadi lebih menarik karena pembelajaran dengan modul
dapat dilakukan di luar kelas, (3) modul pembelajaran dapat digunakan oleh siswa
untuk mengekspresikan cara belajarnya masing-masing, (4) siswa dapat menguji
kemampuannya sendiri dengan mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam modul,
(5) mampu mengatur belajarnya sendiri, (6) membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sumber belajar. Selanjutnya, terdapat lima manfaat modul bagi guru menurut
Hamdani (2011, hal.220), yaitu (1) mengurangi ketergantungan ketersediaan buku
teks, (2) memperluas wawasan guru. Artinya, selama kegiatan menyusun modul
guru akan membaca serta mempelajari materi dari sumber atau referensi lain, (3)
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar, (4)
membangun komunikasi efektif antarsiswa dengan guru karena pembelajaran tidak
selamanya ada di dalam kelas, dan (5) menambah angka kredit jika diterbitkan
menjadi buku.
Perlunya pengembangan modul pembelajaran agar ketersediaan modul
dapat sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan, sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik belajar siswa. Pengembangan modul pembelajaran harus sesuai
dengan kurikulum yang dilaksanakan maksudnya modul pembelajaran yang
disediakan harus disesuaikan dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Selanjutnya, modul pembelajaran harus disesuaikan kebutuhan dan
karakteristik siswa maksudnya modul pembelajaran yang disediakan sesuai dengan
lingkungan belajar, kondisi, minat belajar, dan latar belakang sosial siswa.
Tujuan pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping yakni modul dapat digunakan oleh siswa belajar secara mandiri dan
membantu memudahkan siswa dalam memahami struktur dan ciri kebahasaan teks
eksposisi . Selain itu, manfaat yang diperoleh guru yakni membantu guru untuk
pengadaan sumber belajar lain dan untuk memudahkan siswa dalam memahami
struktur dan ciri kebahasaan teks eksposisi .

2.1.3 Karakteristik Modul


Karakteristik modul terdapat lima aspek. Pertama, self instructional, yang
merupakan karakteristik penting dalam modul. Melalui modul, siswa mampu
membelajarkan dirinya sendiri dan tidak bergantung dengan pihak lain. Di dalam
modul harus memuat tujuan pembelajaran untuk memudahkan siswa belajar secara
menyeluruh, memuat materi pembelajaran yang spesifik, tersedia contoh dan
ilustrasi untuk menarik minat belajar siswa, terdapat soal-soal untuk mengukur
kemampuan siswa, kontekstual yakni materi yang disajikan sesuai dengan kondisi
lingkungan siswa, rangkuman materi, instrumen penilaian, dan terdapat informasi
atau referensi yang mendukung. Kedua, self contained, yakni materi yang diberikan
di dalam bahan ajar harus utuh. Tujuannya adalah modul dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi secara tuntas berdasarkan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Ketiga, stand alone, yakni modul yang
dikembangkan bisa digunakan sendiri tanpa melibatkan bahan ajar lain. Keempat,
adaptive, yakni modul pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan
teknologi. Kelima, use friendly, yakni instruksi yang terdapat dalam modul harus
sesuai dan bersahabat dengan pembacanya. Artinya, bahasa yang digunakan dalam
modul pembelajaran harus sederhana untuk memudahkan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran secara mandiri (Daryanto dan Dwicahyono, 2014,
hal.186-188).
Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan pengembangan bahan ajar teks eksposisi sebelumnya. Bahan ajar
dalam penelitian ini menggunakan materi teks eksposisi berbasis mind mapping
berdasarkan kompetensi dasar pada Kurikulum 2013. Tujuan dari penelitian
pengembangan ini yaitu untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang sesuai dengan indikator.
2.1.4 Kriteria Penyusunan Modul
Kriteria kelayakan modul pembelajaran yang dikembangkan sama dengan
kriteria kelayakan buku teks, yakni menggunakan kriteria BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan). Kriteria kelayakan modul dibagi menjadi 4 aspek, yakni
aspek isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikaan. Pada aspek isi meliputi,
kesesuaian uraian materi dengan KI dan KD, keakuratan materi, dan materi
pendukung. Aspek penyajian meliputi, teknik penyajian, penyajian pembelajaran,
dan kelengkapan penyajian. Aspek kebahasaan meliputi kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa dan komunikatif. Aspek kegrafikaan meliputi, ukuran modul,
desain sampul, tipografi sampul, ilustrasi sampul, desain isi, dan tipografi isi.

2.1.5 Prinsip Pemilihan Modul


Pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan modul yang tepat dapat
menggunakan rumusan kata ACTION, yaitu akronim dari acces, cost, technology,
interactivity, organization, dan novelty (Sanjaya, 2008:224). Prinsip tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
(1) Acces
Kemudahan dalam mengakses menjadi pertimbangan dalam prinsip
pemlihan modul. Pada hasil dari produk modul teks eksposisi berbasis mind
mapping akan dapat mudah diakses oleh siswa. Produk akhir dari modul teks
eksposisi berbasis mind mapping diberikan kepada guru untuk diletakkan di
perpustakaan agar nantinya siswa kelas VIII dapat dengan mudah melakukan
peminjaman untuk digunakan belajar.
(2) Cost
Biaya untuk pengembangan modul harus dipertimbangkan. Biaya
produksi modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping tidak
semahal biaya modul pembelajaran berbasis web. Modul dapat didesain sendiri
sehingga biaya bisa disesuaikan.
(3) Technology
Modul dapat digunakan tanpa terbatas waktu, tempat, dan jaringan
internet. Penggunaan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping tidak perlu memikirkan akses internet yang lambat ataupun listrik
yang mati. Tanpa adanya listrik sekalipun modul tersebut masih bisa digunakan.
(4) Interactivity
Modul yang baik merupakan modul yang dapat memunculkan
interaktivitas. Pada modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping
dapat digunakan tidak terbatas waktu. Jadi, ketika siswa ingin berdiskusi
dengan teman mengenai materi dalam modul dapat dilakukan dengan mudah.

(5) Organization
Adanya dukungan dari organisasi. Pembuatan modul pembelajaran teks
eksposisi berbasis mind mapping mendapat dukungan dari guru Bahasa
Indonesia kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad. Guru Bahasa Indonesia
mendukung penuh untuk dikembangkan modul teks eksposisi .
(6) Novelty
Kebaruan dari modul pembelajaran yang dikembangkan. Modul
pembelajaran teks eksposisi merupakan salah satu modul yang belum pernah
dikembangkan sebelumnya. Aspek isi akan lebih disederhanakan materi yang
disajikan dan dipilih bacaan-bacaan yang belum umum untuk menambah
wawasan siswa. Aspek penyajian disusun semenarik mungkin untuk membantu
siswa memahami isi modul. Aspek kebahasaan lebih disederhanakan untuk
memudahkan siswa dalam memahami perintah ataupun materi yang ada dalam
modul. Aspek kegrafikaan didesain lebih berwarna untuk menarik minat siswa.

2.2 Pengertian Teks eksposisi


Teks eksposisi adalah sebuah bentuk teks atau tulisan yang memuat tentang
informasi maupun pengetahuan. Secara umum, teks eksposisi sendiri memiliki
tujuan untuk memberikan penjelasan atau uraian mengenai suatu ide, pokok
pikiran, pendapat, informasi, maupun pengetahuan kepada pembaca tanpa
bermaksud memengaruhi. Hal ini yang membuat tujuan teks eksposisi adalah
memberitahukan informasi atau pengetahuan berdasarkan fakta sesuai dengan
sudut pandangan tertentu. Dalam membuat teks eksposisi biasanya ditujukan untuk
membahas isu-isu yang ada di masyarakat, seperti Covid-19, isu tentang
pendidikan, isu tentang ekonomi, dan sebagainya. Dengan ditulisnya teks eksposisi
, maka pembaca akan memiliki sudut pandang yang lebih luas dalam menanggapi
isiu-isu hangat di tengah masyarakat. Selain itu, teks eksposisi pada dasarnya
memiliki bentuk seperti sebuah retorika, yang mana dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang uraian ilmu pengetahuan sekaligus menjawab berbagai
pertanyaan. Oleh karena itu, sebagian besar teks dalam buku pelajaran atau
ensiklopedia pada konsepnya merupakan pengembangan dari teks eksposisi . Hal
itu dapat dilihat melalui teks lainnya, seperti berita, esai, prosedur, bahkan juga
laporan..
2.3 Metode Mind Mapping
Pada pembahasan ini dideskripsikan tiga subbab, yaitu pengertian metode
mind mapping, langkah-langkah metode mind mapping, kelebihan dan kekurangan
metode mind mapping.
2.3.1 Pengertian Metode Mind Mapping
Metode mind mapping atau yang biasa dikenal dengan peta pikiran
merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Tony Buzan
tahun 1970-an. Menurut Silberman (dalam Shoimin, 2014, hal.105) menjelaskan
bahwa metode mind mapping merupakan cara belajar yang kreatif bagi siswa untuk
menghasilkan gagasan, mencatat apa yang telah dipelajari. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Hernowo (dalam Shoimin, 2104, hal.105) yang menyatakan
bahwa metode pemetaan pikiran atau mind mapping merupakan cara belajar yang
baik untuk menata suatu gagasan sebelum menulis. Metode mind mapping disebut
sebagai metode peta pikiran karena cara kerja pada metode ini berupa langkah-
langkah yang sistematis. Selain itu, dalam metode mind mapping otak akan
diperintahkan mengingat informasi dalam bentuk, gambar, simbol, dan lain-lain.
Hal tersebut dikarenakan untuk membantu mempermudah kinerja otak dalam
mengembangkan gagasan yang sudah dituliskan sebelumnya.
Metode mind mapping merupakan metode yang efektif untuk membantu
mengembangkan gagasan yang terdapat dalam pikiran melalui rangkaian peta-peta
menurut Huda (2013, hal.307). Sementara itu menurut Swardarma (2013, hal.3)
menyatakan bahwa mapping merupakan sistem berpikir yang berasal dari
pemikiran utama kemudian muncul ide yang dapat dikembangkan ke segala arah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa metode mind mapping merupakan salah satu
metode yang efektif untuk memunculkan ide-ide atau gagasan siswa yang
terpendam. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode mind
mapping merupakan salah satu metode yang mampu untuk membangkitkan
gagasan utama dalam pikiran untuk dikembangkan melalui tulisan.
Penelitian pengembangan modul pembelajaran ini mencoba untuk
menerapkan metode mind mapping ke dalam pengembangan pembelajaran bahasa
Indonesia bagi siswa SMP kelas VIII, khususnya pembelajaran teks eksposisi .
Metode mind mapping dalam penelitian dan pengembangan ini yakni metode yang
digunakan untuk membantu siswa dalam membangkitkan gagasan atau ide yang
ada di dalam pikiran. Modul pembelajaran berbasis mind mapping dikembangkan
dan dirancang sesuai dengan Kurikulum 2013 yang digunakan oleh SMP Islam
Sabilurrosyad. Jadi, modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping
diharapkan dapat membantu proses pembelajaran di SMP SMP Islam Sabilurrosyad
2.3.2 Manfaat Metode Mind Mapping
Metode mind mapping atau peta pikiran memiliki banyak manfaat menurut
Swadarma (2013, hal.8). Pertama, metode mind mapping merupakan salah satu
metode yang mengarahkan siswa untuk bisa mengembangkan dan menganalisis ide
atau pengetahuan yang dimiliki. Artinya, pada kegiatan pembelajaran berbasis
metode mind mapping dapat membantu siswa untuk mengembangkan ide-ide atau
gagasan serta dapat mengajarkan siswa untuk menganalisis gagasan yang dimiliki.
Kedua, memudahkan untuk melihat atau mengingat kembali sekaligus
mengulang-ulang ide atau gagasan yang pernah ditulis. Hal tersebut dapat terjadi
karena metode mind mapping merupakan salah satu metode yang dalam proses
pembelajarannya memanfaatkan cara kerja otak dalam mengembangkan gaya
belajar visual. Gaya belajar visual dapat mempermudah proses brainstorming
karena ide atau gagasan yang selama ini tidak mudah direkam menjadi mudah
dituangkan di dalam tulisan.
Ketiga, membiasakan untuk menyederhanakan struktur ide gagasan yang
selama ini rumit menjadi lebih mudah. Artinya, pada kegiatan ini siswa diajak untuk
membiasakan menyederhanakan ide untuk memudahkan siswa dalam memahami
materi.
Keempat, mengasah kemampuan otak untuk berpikir kreatif. Penerapan
metode mind mapping membiasakan siswa untuk belajar secara kreatif. Mencatat
hal-hal terpenting dengan menambahkan hal-hal yang dianggap menarik. Misalnya,
penggunaan pensil warna dalam mencatat, atau bisa juga dengan menambahkan
gambar yang dianggap dapat mewakili gagasan tersebut.

2.3.3 Langkah-langkah Metode Mind Mapping


Pembelajaran dengan metode mind mapping menurut Huda (2013, hal.307)
terdiri atas tujuh tahapan, yaitu mencatat, menunjukkan jaringan,
membrainstorming, merencanakan, menyusun, menstimulasi, dan mereview.
Mencatat, maksudnya siswa diarahkan untuk menyimak dan mencatat poin-poin
atau kata kunci apa yang disampaikan.
Langkah selanjutnya menunjukkan jaringan, yaitu menunjukkan jaringan
atau hubungan antara berbagai poin-poin yang telah ditulis dengan materi pelajaran.
Setelah menunjukkan jaringan, langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah
membrainstorming, yaitu siswa melakukan brainstorming terhadap apa yang telah
dipelajari sebelumnya.
Kegiatan merencanakan, yaitu kegiatan siswa merencanakan tahapan awal
pemetaan gagasan dengan cara memvisualisasikan topik yang telah diperoleh
sebelumnya. Misalnya membuat mind mapping materi teks eksposisi Jadi, siswa
harus menunjukkan central image “teks eksposisi ” kemudian menghubungkan
cabang-cabang atau subbab yang akan ditulis berisi “struktur teks dan ciri bahasa”.
Setelah melakukan kegiatan merencanakan, tahapan selanjutnya yakni
menyusun gagasan dan informasi. Siswa menyusun gagasan berdasarkan apa yang
telah direncanakan sebelumnya pada satu lembar kertas. Selain itu, siswa juga
melakukan tahapan menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif. Artinya, siswa dapat
menggunakan imajinasi dan berpikir kreatif untuk menambahkan hal-hal yang
dianggap dapat mewakili kata yang ingin ditulis di dalam mind map. Tahapan
terakhir, yakni mereview. Sebelum melakukan tes atau ujian, siswa dapat dengan
mudah membuka peta konsep yang telah dibuat sebelumnya untuk memudahkan
pemahaman teori-teori.

2.4 Penelitian Pengembangan


Penelitian pengembangan merupakan sebuah penelitian yang diarahkan
untuk menghasilkan sebuah produk, desain, dan proses menurut Setyosari (2010,
hal.221). Produk dirancang dan dibuat sesuai dengan desain tertentu untuk
menunjang sebuah proses. Pengembangan modul pembelajaran ini menggunakan
model 4-D oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) (dalam Trianto, 2014,
hal.93) yang memiliki empat tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop,
dan Desseminate atau diadaptasi menjadi model 4-P, yaitu Pendefinisian,
Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran.
Berdasarkan tahapan model pengembangan tersebut, penelitian ini akan
mengadaptasi pengembangan model 4-D. Hal ini dikarenakan tahapan
pengembangan model 4-D sederhana dan sistematis sehingga dapat memudahkan
proses pengembangan modul pembelajaran.

2.5 Kelayakan Modul Pembelajaran


Bahan ajar memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan nasional,
karena buku merupakan salah satu perangkat dalam kegiatan pembelajaran.
kelayakan bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian pengembangan ini mengacu
pada instrumen penilaian kelayakan dari BSNP (Badan Standart Nasional
Pendidikan).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 43 ayat 5, aspek yang dinilai pada kelayakan buku teks
adalah aspek isi, kebahasaan, penyajian, dan tampilan. Akan tetapi, instrumen
penilaian dari BSNP disesuaikan dengan modul pembelajaran teks eksposisi yang
berbasis mind mapping.
Kelayakan isi bahan ajar dilihat dari tiga hal, yaitu kesesuaian materi dengan
KI dan KD, keakuratan materi, dan materi pendukung pembelajaran. Kesesuaian
materi harus sesuai dengan KI dan KD yang akan dikerjakan. Kesesuaian materi
yang diberikan meliputi keluasan materi yang disajikan, kedalaman materi, dan
pemilihan tema. Kesesuaian materi yang diajarkan harus mampu merangsang
kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Selanjutnya,
pada keakuratan materi dilihat dari pemilihan konsep, keotentikan materi, dan
ketepatan proses disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai. Sementara itu,
pada pendukung materi pembalajaran dilihat dari materi yang diberikan harus dapat
mengembangkan pengetahuan siswa, yakni disesuaikan dengan perkembangan
ilmu, kemutakhiran wacana, contoh, dan ilustrasi.
Kelayakan penyajian dinilai dari teknik penyajian, penyajian pembelajaran,
dan kelengkapan penyajian. Pada penilaian teknik penyajian terdapat tiga aspek,
yaitu konsistensi sistematika penyajian yang disampaikan secara jelas, fokus pada
setiap bab, keruntutan konsep yang mampu mengaplikasikan konsep keilmuan, dan
keseimbangan antar bab. Selanjutnya, pada penyajian pembelajaran terdapat tiga
aspek, yaitu penyajian materi harus dapat membentuk kemandirian siswa, bersifat
interaktif yang dapat memotivasi siswa, dan penyajian materi dapat merangsang
daya imajinasi dan kreasi berpikir siswa. Kelengkapan penyajian diniai dari ada
atau tidaknya bagian pendahuluan, isi rujukan, identitas, rangkuman dan refleksi,
dan evaluasi.
Kelayakan bahasa dinilai dari tigal hal. Pertama, kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa yang meliputi pemilihan kata dan penyusunan kalimat yang
sederhana. Kedua, komunikatif dinilai dari ketepatan bahasa yang standar atau
sesuai dengan EYD.
2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian dalam bidang pendidikan, terutama penelitian yang berhubungan
dengan pengembangan bahan ajar telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Hal ini
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada pembelajaran yang
selama ini berlangsung. Untuk mengetahui perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama/Tahun Judul Isi Penelitian
1. Erika Kurniawati Pengembangan Bahan 1) Pengembangan bahan
(2015) Ajar Teks eksposisi ajar teks eksposisi
Metode Pembelajaran bentuk buku
Berbasis Masalah 2) Menggunakan metode
dalam Pembelajaran PBL
Bahasa Indonesia 3) Menggunakan model
Kelas VIII SMP pengembangan 4-D
Negeri 1 Tembelang tanpa tahap desiminasi
Jombang 4) Bahan ajar
menunjukkan tingkat
kelayakan “sangat
layak”
5) Efektif digunakan untuk
pembelajaran teks
eksposisi
2. Nuril Widyati Pengembangan Bahan 1) Pengembangan bahan
(2015) Ajar Teks eksposisi ajar teks eksposisi
Berpendekatan bentuk buku
Komunikatif untuk 2) Menggunakan
Siswa Kelas VIII pendekatan komunikatif
SMP 3) Bahan ajar
menunjukkan tingkat
kelayakan “sangat
layak”
4) Terbukti efektif untuk
meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Berdasarkan tabel 2.1 tersebut, persamaan penelitian ini dengan penelitian
tersebut adalah teks yang dikembangkan yaitu teks eksposisi dan sama-sama
menggunakan model pengembangan 4-D. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yakni konsep yang diterapkan dalam modul pembelajaran
dan telah disesuaikan dengan permasalahan siswa SMP SMP Islam Sabilurrosyad.
Pada penelitian tersebut menggunakan metode PBL dan yang kedua menggunakan
pendekatan komunikatif.
BAB III

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pada bab ini dideskripsikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode
penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini. Hal-hal
tersebut meliputi (1) model penelitian dan pengembangan, (2) prosedur penelitian
dan pengembangan, (3) uji coba produk, (4) jenis data, (5) teknik pengumpulan
data, (6) instrumen pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

3.1 Model Penelitian dan Pengembangan


Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan karena pada
penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang berupa modul
pembelajaran. Sugiyono (2015, hal.408) menyatakan penelitian pengembangan
merupakan penelitian yang menghasilkan sebuah produk dalam bidang
administrasi, pendidikan, dan sosial lainnya yang masih rendah. Model penelitian
dan pengembangan perangkat pembelajaran dapat menggunakan model Dick-
Carey, Model Four-D, dan Model Kemp seperti yang disarankan oleh Sudjana
(dalam Trianto, 2014, hal.81).
Model penelitian dan pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi
berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP ini mengadaptasi dari model
Four-D. Adapun langkah penelitian dan pengembangan model 4-D dikelompokkan
menjadi empat tahap, yakni (1) tahap pendefinisian (Define), (2)
tahap perancangan (Design), (3) tahap pengembangan (Develop), dan (4) tahap
pendesiminasian (Desseminate).
Penggunaan model 4-D ini didasarkan pada pengembangan modul
pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP.
Adapun alasan pemilihan model 4-D, yakni prosedur pengembangan lebih
sederhana dan urutan setiap langkah tersusun secara sistematis yang mencakup
proses pengujian dan revisi sehingga produk yang dikembangkan memenuhi
kriteria produk yang baik.
3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Tahapan model pengembangan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel
atau model 4-D terdiri atas empat tahap pengembangan, yakni tahap pendefinisian
(Define), tahap perancangan (Design), tahap pengembangan (Develop), dan tahap
pendesiminasian (Dessiminate). Dengan demikian, model pengembangan 4-D
dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.
Analisis Ujung Depan

D
E Analisis Siswa
F
I
N Analisis Tugas Analisis Konsep
E

Perumusan Tujuan Pembelajaran

D
E Mengumpulkan Memilih Pemilihan Pemilihan
S materi alat evaluasi format validator
I
G
N Draf I

Validasi I
Revisi I

Ahli

Draf II

D Revisi II
E Uji coba Validasi II
V terbatas
E Ahli Praktisi
L
O
P
Draf III

Revisi III
Uji coba Validasi III
lapangan
Ahli Praktisi

Draf IV

DE
SSI
MI
NA
Diffusion & Adoption
TE

Bagan 3.1 Model Pengembangan 4-D


(adaptasi dari model 4-Doleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel)
Prosedur pengembangan model 4-D oleh Thiagarajan, Semmel, dan
Semmel dalam pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping pada siswa kelas VIII SMP dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.
3.2.1 Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian dilakukan pada awal kegiatan pengembangan.
Kegiatan tahap pendefinisian bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pengembangan modul pembelajaran. Selain itu, tahapan ini juga
bertujuan untuk menganalisis tujuan dan kebutuhan dari modul pembelajaran yang
akan dikembangkan. Analisis ini dapat diperoleh dari hasil studi pendahuluan.
Tahap pendefinisian Thiagarajan, Semmel, dan Semmel membagi menjadi lima
tahapan pokok, yaitu (1) analisis ujung depan, (2) analisis siswa, (3) analisis tugas,
(4) analisis konsep, dan (5) perumusan tujuan pembelajaran.
3.2.1.1 Analisis Ujung Depan
Analisis ujung depan bertujuan untuk mengetahui dan menetapkan masalah
mendasar yang melatar belakangi penelitian dan pengembangan modul
pembelajaran dengan mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan tantangan
masa depan. Masalah yang menjadi dasar pada siswa kelas VIII SMP Islam
Sabilurrosyad yakni kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
memahami struktur dan ciri kebahasaan teks eksposisi yang terdapat dalam buku
teks. Siswa merasakesulitan untuk memahami materi teks eksposisi dan siswa juga
membutuhkan modul pembelajaran lain untuk memudahkan siswa dalam
memahami struktur dan ciri kebahasaan teks eksposisi . Berdasarkan masalah
tersebut, disusunlah alternatif yang relevan, yaitu dengan menyusun modul
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Dalam pelaksanaan analisis ujung depan, ada beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan, yakni teori belajar, tantangan, dan tuntutan masa depan. Analisis
ujung depan dimulai dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal yang dimiliki
siswa untuk mencapai tujuan yang terdapat dalam Kurikulum 2013 (Trianto, 2014,
hal.93). Salah satu kegiatan dalam analisis ujung depan dalam pembuatan modul
pembelajaran adalah menyesuaikan dengan kurikulum yang sedang dilaksanakan,
yakni Kurikulum 2013.
Pada Kurikulum 2013 matapelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII SMP
semester genap terdapat empat Komeptensi Inti (KI) yang harus dicapai siswa,
yakni spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi inti yang harus
dicapai dijabarkan dalam beberapa Kompetensi Dasar (KD). Sementara itu,
tantangan masa depan yang harus dihadapi yakni tantangan internal dan tantangan
eksternal. Tantangan internal yang harus dihadapi yakni menciptakan sumber daya
manusia usia produktif melimpah dapat ditransformasikan menjadi SDM yang
memiliki kompetensi dan keterampilan. Tantangan eksternal yang harus dihadapi
adalah menciptakan sumber daya manusia usia produktif yang siap menghadapi
tantangan global, sehingga perlu menambahkan materi yang dianggap penting
dalam perbandingan internasional. Oleh karena itu, pengembangan modul
pembelajaran selain terpaku pada Kurikulum 2013 juga pemodelan teks yang akan
digunakan harus sesuai dengan tantangan internal dan eksternal untuk
mengembangkan pola pikir siswa. Pemodelan teks yang akan dimasukkan ke dalam
modul pembelajaran tidak hanya teks karya sastra yang umum. Akan tetapi, teks
yang disajikan juga mengandung muatan lokal agar siswa juga mengetahui cerita-
cerita lokal di sekitarnya.
3.2.1.2 Analisis Siswa
Analisis siswa bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kebutuhan
siswa. Dengan mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa, akan diketahui
gambaran modul pembelajaran yang sesuai dan dapat membantu memudahkan
siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan analisis siswa dilakukan
dengan melakukan wawancara guru matapelajaran Bahasa Indonesia dan
menyebarkan angket kebutuhan SMP Islam Sabilurrosyad. Pada tahap ini akan
diperoleh informasi mengenai kebutuhan siswa sehingga modul pembelajaran yang
akan dibuat disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa SMP Islam
Sabilurrosyad.
3.2.1.3 Analisis Tugas
Analisis tugas bertujuan untuk menentukan isi materi dalam modul
pembelajaran yang akan dikembangkan. Modul pembelajaran yang akan
dikembangkan ini dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri dan
mengurangi ketergantungan siswa pada guru.
Tahapan pada analisis tugas, yakni menganalisis standar isi matapelajaran
Bahasa Indonesia SMP kelas VIII semester ganjil materi teks ekposisi. Materi dan
penugasan yang akan dimasukkan ke dalam modul pembelajaran disesuaikan
dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ada pada silabus agar siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Selain
itu, penentuan alokasi waktu juga diperlukan untuk membagi kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang ada di dalam modul pembelajaran.
3.2.1.4 Analisis Konsep
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menyusun konsep utama
yang akan diterapkan dalam modul pembelajaran yang dikembangkan. Konsep
utama yang digunakan dalam pengembangan modul pembelajaran ini akan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMP Islam Sabilurrosyad yakni metode mind
mapping. Metode mind mapping diharapkan dapat membantu memudahkan siswa
SMP dalam kegiatan memahami materi.
3.2.1.5 Perumusan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran merupakan tahapan terakhir dari tahap
pendefinisian. Tahap ini bertujuan untuk mengkonversikan analisis siswa, analisis
tugas, dan analisis konsep. Pada tahap ini akan dihasilkan produk tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran teks eksposisi yakni
siswa dapat memahami, menyusun, menelaah dan merevisi, serta meringkas teks
eksposisi .

3.2.2 Tahap Perancangan (Design)


Tahap perancangan dilakukan setelah melaksanakan seluruh kegiatan dalam
tahap pendefinisian. Tahap perancangan bertujuan untuk menyiapkan draf awal
atau rancangan sebuah produk perangkat pembelajaran. Pada tahap ini rancangan
sebuah produk harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu,
rancangan pembelajaran juga memperhatikan hasil dari analisis karakteristik dan
kebutuhan siswa.
Tahap perancangan ini meliputi kegiatan pemetaan Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) teks eksposisi menyiapkan berbagai sumber referensi
materi, penyesuaian langkah-langkah pembelajaran teks eksposisi dengan metode
mind mapping, penyusunan kerangka bahan pembelajaran yang telah ditetapkan
oleh BSNP, dan desain modul pembelajaran. Selain itu, ditentukan pula media
pembelajaran dan format penulisan modul pembelajaran yang sesuai dengan hasil
analisis dan tujuan pembelajaran Kurikulum 2013. Selanjutnya, menentukan tim
validator untuk memvalidasikan produk yang dibuat. Tahap ini juga menghasilkan
produk draf I pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping pada siswa kelas VIII SMP. Pengumpulan materi untuk aspek isi,
penyesuaian langkah-langkah pembelajaran berdasarkan metode mind mapping
untuk aspek penyajian, pemilihan bahasa untuk aspek kebahasaan, dan pemilihan
format buku serta desain untuk aspek kegrafikaan.

3.2.3 Tahap Pengembangan (Develop)


Tahap pengembangan dilakukan setelah membuat draf I dalam tahap
perancangan. Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang sudah
direvisi berdasarkan masukan para pakar (Trianto, 2014, hal.95). Pada tahap
pengembangan meliputi empat langkah, yaitu (1) validasi draf I oleh para validator
materi dan kegrafikaan diikuti dengan revisi, (2) simulasi, yaitu uji coba terbatas
draf II yang diperoleh dari hasil revisi draf I dan validasi oleh validator ahli dan
praktisi, (3) hasil revisi dari tahap 1 dan 2 digunakan sebagai dasar revisi yang akan
digunakan untuk menghasilkan produk draf III, selanjutnya divalidasi oleh
validator ahli dan akan diuji coba dalam skala luas, dan (4) hasil uji coba skala luas
akan direvisi dan menghasilkan draf IV atau produk akhir yakni pengembangan
modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII
SMP. Kriteria yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini mengacu
pada kriteria penilaian buku pelajaran yang ditetapkan oleh BSNP yang disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, yaitu metode mind mapping.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan sebagai berikut.
Pertama, menyusun angket penilaian modul pembelajaran yang akan diberikan
kepada para validator untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran teks
eksposisi berbasis mind mapping yang meliputi aspek isi, kebahasaan, penyajian,
dan kegrafikaan. Selanjutnya, menyusun angket observasi yang akan diberikan
kepada siswa untuk mengetahui respons siswa terhadap modul pembelajaran yang
diberikan. Tahap berikutnya, menyusun modul pembelajaran draf I yang akan
divalidasi oleh para validator. Kemudian, direvisi menjadi draf II divalidasi oleh
para validator, guru matapelajaran dan dilakukan uji coba terbatas. Selanjutnya,
revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi dan uji coba terbatas yang akan
menghasilkan draf III dan diuji coba skala luas. Terakhir, dilakukan revisi
berdasarkan uji coba skala luas kemudian menjadi draf IV atau produk akhir.
3.2.4 Tahap Pendesiminasian (Dessiminate)
Tahap pendesiminisian dilakukan setelah melewati tahapan validasi dan
revisi serta produk sudah dinyatakan valid. Tahap pendesiminasian (Dessiminate)
merupakan tahap akhir yang terdapat dalam model pengembangan 4-D. Tahapan
ini meliputi kegiatan diffusion and adoption. Kegiatan ini dilakukan agar produk
dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Setelah kegiatan revisi yang ke III dan
menghasilkan produk IV atau akhir, modul pembelajaran disosialisasikan kepada
guru sebagai praktisi dan siswa. Apabila modul pembelajaran yang dikembangkan
mendapat respons baik, maka akan dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak
yakni 33 modul pembelajaran.

3.3 Uji Coba Produk


Uji coba produk ini dilakukan pada saat produk telah divalidasi ke para
validator. Uji coba produk dilakukan untuk mengumpulkan data sebagai dasar
dalam menetapkan kelayakan produk yang dikembangkan. Selain itu, uji coba juga
dapat memeroleh masukan sebagai langkah untuk melakukan perbaikan. Pada
bagian ini, hal yang harus diperhatikan, yakni (1) desain uji coba dan (2) subjek
coba.
3.3.1 Desain Uji Coba
Desain uji coba dalam penelitian dan pengembangan bertujuan untuk
mengetahui kelayakan produk bagi pengguna nantinya. Pada tahap desain uji coba
dibagi menjadi dua bagian, yakni (1) validasi para ahli dan (2) uji coba.
3.3.1.1 Validasi para Ahli
Tahap validasi para ahli dilakukan dengan cara mengambil data penilaian
modul pembelajaran dari ahli (materi, bahasan, penyajian, dan kegrafikaan), serta
validator praktisi atau guru. Selanjutnya, hasil dari penilaian dan masukan tersebut
dianalisis dan dijadikan dasar dalam melakukan revisi produk modul pembelajaran.
Secara rinci, spesifikasi validator yang akan menelaah modul pembelajaran sebagai
berikut.
Tahap ini merupakan salah satu tahap validasi yang dilakukan oleh para
ahli. Pada penelitian dan pengembangan modul pembelajaran yang bertindak
sebagai validator ahli dibagi menjadi dua. Validator ahli materi dan validator ahli
kegrafikaan. Hidayat (2007, hal.22) menyatakan bahwa kriteria penilai buku
berasal dari dosen pendidikan bidang studi, pendidikan minimal S2 bidang studi
atau pendidikan bidang studi, berpengalaman mengajar lima tahun terakhir. Ahli
praktisi pendidikan dari guru matapelajaran, pendidikan minimal S1 pendidikan
bidang studi, berpengalaman mengajar minimal lima tahun berturut-turut. Ahli
grafika berpendidikan minimal D3 bidang grafika. Keseluruhan ahli bersedia
mengikuti keseluruhan proses penilaian, bersedia menjaga kerahasiaan proses hasil
penilaian,dan bukan sebagai penulis, illustrator atau desainer buku yang dinilai.
3.3.1.2 Uji coba
Tahap uji coba dalam kegiatan penelitian dan pengembangan ini dibagi
menjadi dua tahap. Pertama, uji coba terbatas atau skala kecil menggunakan produk
draf II yang dilakukan dengan melibatkan 6 siswa sebagai pengguna produk modul
pembelajaran. Kedua, uji coba lapangan atau skala besar merupakan tahap uji coba
draf III yang melibatkan siswa dalam satu kelas dengan jumlah 36 siswa.

3.3.2 Subjek Coba


Subjek coba dalam penelitian dan pengembangan modul pembelajaran teks
eksposisi berbasis mind mapping kelas VIII SMP ini adalah siswa kelas VIII D
SMP Islam Sabilurrosyad sebagai sasaran pengguna modul pembelajaran setelah
dikembangkan. Pemilihan ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa
Indonesia bahwa kelas VIII B memiliki nilai rata-rata rendah dalam KD memahami.

3.4 Jenis Data


Jenis data dalam penelitian dan pengembangan modul pembelajaran ini
berupa angka dan deskripsi kalimat. Angka diperoleh dari hasil angket berupa
persentase dan deskripsi kalimat diperoleh dari hasil angket berupa kritik dan saran.
Sejalan dengan rumusan masalah yang ada, data dalam penelitian dan
pengembangan ini dibagi menjadi dua, yaitu (1) pengembangan modul
pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping dan (2) kelayakan modul dari
segi isi, kebahasaan, sistematika penyajian, dan tampilan modul pembelajaran teks
eksposisi berbasis mind mapping.

3.4.1 Data Pengembangan Modul Pembelajaran Teks eksposisi Berbasis


Mind Mapping
Data pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind
mapping berkaitan dengan model penelitian pengembangan, yaitu model 4-D mulai
dari tahap tahap pendefinisian (Define), tahap perancangan (Design), tahap
pengembangan (Develop), dan tahap pendesminasian (Desseminate). Jadi, data
dalam penelitian pengembangan ini berupa rangkaian deskripsi kalimat hasil
kegiatan penelitian dan pengembangan seperti yang tercantum dalam desain
penelitian dan pengembangan di atas.

3.4.2 Data Kualitas Modul Pembelajaran


Data kualitas modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping
terdiri atas kegiatan validasi, revisi, dan uji coba. Data kualitas modul pembelajaran
adalah hasil angket dari validasi para ahli, praktisi, dan angket respons siswa
berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan BSNP berupa data deskripsi kalimat
dan angka. Data deskripsi kalimat diperoleh dari hasil wawancara studi
pendahuluan dengan guru matapelajaran Bahasa Indonesia dan kritik saran dari
hasil angket, sedangkan data angka merupakan persentase hasil dari angket validasi
ahli, praktisi, dan angket respons siswa.
3.5 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Menurut Arikunto (2010, hal.265)
menyatakan bahwa instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar kegiatan penelitian menjadi
sistematis dan mudah diperoleh.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan ini menggunakan pedoman wawancara dan lembar angket.
Instrumen wawancara dan angket merupakan alat yang digunakan untuk
mengetahui pendapat, aspirasi, harapan dan keinginan siswa (Sudjana, 2011,
hal.67-68). Pedoman wawacara telah disusun sesuai tujuan studi pendahuluan.
Wawancara dilakukan dengan guru matapelajaran Bahasa Indonesia SMP Islam
Sabilurrosyad. Instrumen angket merupakan teknik pengumpulan data yang
menggunakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang akan diberikan
kepada responden (Sugiyono, 2015, hal.199). Pada penelitian dan pengembangan
modul pembelajaran, instrumen angket dibagi menjadi dua, yakni angket validasi
untuk validator ahli dan angket respons siswa sebagai pengguna modul
pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping.
Lembar angket yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini
menggunakan skala pengukuran yakni skala Likert. Skala Likert merupakan skala
yang digunakan untuk mengukur sikap positif terhadap suatu objek dengan
mengajukan pertanyaan atau pernyataan melalui skala jawaban. Skala jawaban
yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini terdiri atas rentang 1-4.
Penggunaan skala 1-4 bertujuan untuk meminimalkan kecemasan responden dalam
menjawab pertanyaan maupun pernyataan (Sudjana, 2011, hal.78).
Tabel 3.2 Skala Likert
Bobot Kategori
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
(Riduwan, 2013, hal.39)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pemberian skor hanya


terdiri dari rentang 1-4. Apabila indikator dalam angket sesuai dengan keadaan
modul pembelajaran validator ahli materi, kegrafikaan, praktisi, dan respons siswa
dapat memberikan skor 4 dengan kategori sangat baik, skor 3 kategori baik, skor 2
kategori cukup, dan skor 1 kategori kurang

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping pada
siswa kelas VIII SMP dapat diperoleh melalui wawancara dan angket. Teknik
wawancara digunakan peneliti saat melakukan studi pendahuluan ke sekolah untuk
memperoleh informasi awal mengenai masalah dan kebutuhan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII yang ada di SMP Islam
Sabilurrosyad Sementara itu, teknik angket dibagi menjadi dua, yakni angket untuk
validator dan angket respons siswa. Adapun prosedur penggunaan teknik angket
dideskripsikan sebagai berikut.
(1) Dirancang desain modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping
(draf I) dan alat evaluasi angket validasi untuk validator ahli materi dan
kegrafikaan.
(2) Draf I modul pembelajaran dan angket diberikan kepada validator ahli materi,
kegrafikaan.
(3) Hasil penilaian dari validator ahli materi dan kegrafikaan dievaluasi untuk
melakukan revisi I dan akan menghasilkan draf II modul pembelajaran.
(4) Draf II modul pembelajaran dan angket respons diberikan kepada enam siswa
untuk diuji coba dalam skala kecil serta diberikan angket validasi untuk para
validator ahli.
(5) Dari hasil angket respons siswa dan validator ahli digunakan sebagai bahan
revisi II dan akan menghasilkan draf III.
(6) Draf III modul pembelajaran dan angket respons siswa diberikan kepada siswa
dalam satu kelas untuk tahap uji coba lapangan dan diberikan angket kepada
validator.
(7) Angket respons siswa dalam uji coba lapangan dan hasil validasi digunakan
sebagai revisi tahap III yang menghasilkan draf IV atau produk akhir.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian dan pengembangan modul
pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP
menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Analisis data dimulai dari analisis
data nonverbal berupa angka dari hasil validasi para ahli (materi, kegrafikaan, dosen
pembimbing, dan praktisi) yang dideskrispsikan. Selanjutnya, didukung dengan
data verbal yang diperoleh dari kritik dan saran.
Analisis dilakukan pada setiap aspek yang terdapat dalam angket uji validasi
modul pembelajaran teks eksposisi berbasis mind mapping.

3.7.1 Analisis Hasil Penilaian Validator


Hasil penilaian dari validator diperoleh dari dosen pembimbing, ahli materi,
ahli kegrafikaan, dan praktisi. Data dari hasil penilaian validator direkapitulasi
kemudian dianalisis secara deskriptif. Untuk memperoleh rekapitulasi penilaian
dari validator digunakan rumus berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛


𝑃= 𝑥 100% (Riduwan, 2013, hal.41)
Jumlah skor tertinggi

Rumus tersebut digunakan untuk mencari persentase skor dari satu


validator. Sedangkan untuk menghitung rata-rata skor dari keseluruhan validator
menggunakan rumus berikut.

∑x
𝑥̅ = (Riduwan, 2013, hal.102)
𝑛
Keterangan:

𝑥̅ : Mean (rata-rata)

∑x : Jumlah Skor

𝑛 : Jumlah Responden

Berdasarkan hasil persentase skor dari validator, modul pembelajaran teks


eksposisi berbasis mind mapping layak digunakan jika telah memenuhi kriterian
interpretasi skor kelayakan modul sebagai berikut.

Jangkauan (skor maksimal−skorminimal)


𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
272−68 204
𝐼= = = 51
4 4

Kriterian interpretasi skor kelayakan modul pembelajaran dapat diketahui


dari tabel berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor Berdasarkan Kelayakan Modul


Pembelajaran
Skor Tingkat Kualifikasi Deskriptor
Pencapaian
221-272 81%-100% Sangat Layak Sangat layak apabila modul dari
aspek isi telah sesuai antara uraian
KI dengan KD, materi telah akurat,
dan terdapat materi pendukung.
Aspek penyajian telah memenuhi
aspek teknik penyajian, penyajian
pembelajaran, dan kelengkapan
penyajian. Aspek kebahasaan telah
sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa dan
komunikatif. Aspek kegrafikaan
modul telah sesuai dan proporsional
baik desain maupun tipografinya.
Oleh karena itu, modul sudah layak
dan dapat digunakan oleh siswa.
169-220 61%-80% Layak Layak apabila modul dari aspek isi,
aspek penyajian, aspek kebahasaan,
dan aspek kegrafikaan masih ada
salah satu indikator yang tidak
terpenuhi. Oleh karena itu, modul
sudah layak namun masih belum
bisa digunakan oleh siswa.
117-168 41%-60% Cukup Layak Cukup layak apabila modul dari
aspek isi, penyajian, kebahasaan,
dan kegrafikaan masih terdapat dua
indikator yang masih belum
memenuhi kriteria. Oleh karena itu,
modul masih belum bisa digunakan
oleh siswa.
68-116 21%-40% Kurang Layak Kurang layak apabila modul masih
terdapat tiga atau lebih indikator
pada aspek isi, penyajian,
kebahasaan, dan kegrafikaan yang
masih belum memenuhi kriteria.
Oleh karena itu, modul masih perlu
dilakukan banyak perbaikan.

Berdasarkan kualifikasi tersebut, modul pembelajaran teks eksposisi


berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad dalam
penelitian dan pengembangan ini dikatakan layak apabila persentasenya ≥ 61%.

3.7.2 Analisis Data Angket Respons Siswa


Data angket respons siswa diperoleh dari hasil penyebaran angket uji coba
skala kecil dan uji coba lapangan atau secara luas kepada siswa sebagai pengguna
modul pembelajaran yang dikembangkan. Selanjutnya, untuk menghitung
persentase menggunakan rumus berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛


𝑃= 𝑥 100% (Riduwan, 2013, hal.41)
Jumlah skor tertinggi

Rumus tersebut digunakan untuk mencari persentase skor dari satu respons
siswa. Sedangkan untuk menghitung rata-rata skor dari keseluruhan respons siswa
menggunakan rumus berikut.

∑x
𝑥̅ = (Riduwan, 2013, hal.102)
𝑛

Keterangan:

𝑥̅ : Mean (rata-rata)

∑x : Jumlah Skor

𝑛 : Jumlah Responden

Berdasarkan hasil rata-rata skor angket respons siswa dapat digunakan


untuk mengetahui respons siswa terhadap modul pembelajaran teks eksposisi
berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP jika telah memenuhi kriterian
interpretasi skor kelayakan modul sebagai berikut.

Jangkauan
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

40−10 30
𝐼= = =8
4 4

Kriterian interpretasi skor berdasarkan respons siswa dapat diketahui dari


tabel berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Skor Berdasarkan Respons Siswa
Skor Tingkat Kualifikasi Deskriptor
Pencapaian
32-40 80%-100% Sangat Baik Sangat Baik apabila modul sudah
memenuhi kriteria penilaian
berdasarkan respons siswa dan
modul sudah bisa digunakan oleh
siswa
23-31 59%-79% Baik Baik apabila modul masih terdapat
satu indikator yang belum
memenuhi kriteria baik aspek
tampilan, isi, atau pemnfaatan
modul maka modul belum bisa
digunakan oleh siswa.
14-22 38%-58% Cukup Baik Cukup Baik apabila modul masih
terdapat dua aspek yang belum
memenuhi kriteria maka modul
belum bisa digunakan oleh siswa.
10-13 17%-37% Kurang Baik Kurang Baik apabila modul masih
terdapat tiga kekurangan aspek
yang belum memenuhi kriteria
maka modul belum bisa digunakan
oleh siswa.

Berdasarkan kualifikasi tersebut, modul pembelajaran teks eksposisi


berbasis mind mapping pada siswa kelas VIII SMP Islam Sabilurrosyad dalam
penelitian dan pengembangan ini dikatakan baik apabila persentasenya ≥ 59%.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto dan Dwicahyono. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran:


Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar. Yogyakarta: Gava Media.

Hamdani. (2011) Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Hidayat, Komaruddin. (2007, Januari). Kapal itu Bernama UN. Buletin BSNP:
Media Komunikasi dan Dialog Standar Pendidikan, 22-23.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Buku Siswa Bahasa Indonesia


Wahana Pengetahuan: untuk SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta: Kemendikbud.

Kurniawati, Erika. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Teks eksposisi Metode


Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kelas VIII SMP Negeri 1 Tembelang Jombang. Skripsi, tidak diterbitkan.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Lestari, Ika. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi: Sesuai


dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia Permata.

Nasution. (2010) Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jakarta: Bumi Aksara.

Riduwan. (2013). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.
Setyosari, Puji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana.

Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Arruz Media.

Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatf, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Swadarma, Doni. (2013). Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum


Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.

Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu:Konsep, Strategi, dan


Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wahono, dkk. (2013) Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VIII.
Jakarta: Erlangga.

Widyastono, Herry. (2014). Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah:


dari Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widyati, Nuril. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Teks eksposisi Berpendekatan


Komunikatif untuk Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi, tidak diterbitkan.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai