Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah mengharapkan

siswa dapat mengembangkan potensi terbaiknya sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Guru sebagai pengajar bukan hanya sekedar menyampaikan

informasi terkait dengan materi pembelajaran, akan tetapi harus mampu

menciptakan suasana kelas yang menyenangkan supaya siswa terlibat aktif

dalam proses pembelajaran serta siswa dapat mengembangkan seluruh

kemampuan yang ada pada dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan UU No.

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seorang

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis

melalui media kata atau bahan tulis (Karyana & Akbar, 2019). Membaca

tidak hanya sekedar melambangkan bunyi huruf abjad, akan tetapi

membaca memberikan sebuah informasi bagi seorang pembaca. Dengan

membaca siswa mampu menangkap isi bacaan dan mengetahui maksud

pesan yang disampaikan pada bacaan tersebut. Akan tetapi, sering sekali
kita menemukan siswa dengan minat membaca yang rendah sehingga

membuat siswa tidak dapat mencapai maksud tujuan dari teks yang

dipaparkan. Dengan minat membaca yang rendah tersebut seorang siswa

akan sulit menjawab pertanyaan pada soal yang disediakan sehingga nilai

yang diharapkan tidak tercapai. Menurut (Harianto, 2020) membaca

adalah suatu proses berpikir memahami dan menafsirkan arti lambang-

lambang tertulis dengan menggunakan pengelihatan, gerak mata,

pembicaraan batin, dan ingatan. Berdasarkan uraian tersebut membaca

akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan

guru dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan seorang siswa

memiliki minat yang tinggi dalam mambaca agar mudah mencapai tujuan

materi yang diberikan. Siswa tidak hanya dituntut untuk bisa membaca.

Akan tetapi, siswa harus memiliki kemampuan membaca pemahaman

yang baik. Memahami suatu bacaan tidaklah mudah, karena siswa harus

fokus dan teliti dalam memperoleh pesan melalui suatu bacaan. Menurut

(Putri et al., 2022) kemampuan membaca pemahaman merupakan salah

satu jenis kegiatan membaca lanjut yaitu seorang pembaca dituntut untuk

memahami isi sebuah bacaan kemudian menyampaikan isi bacaan tersebut

menggunakan lisan maupun tulisan.

Menurut (Rahmat, 2017) menyatakan bahwa pembelajaran Bahasa

Indonesia merupakan mata pelajaran yang menitikberatkan pada

kompetensi berbicara, menulis dan membaca. Mata pelajaran Bahasa

Indonesia Sekolah Dasar menuntut para siswa untuk dapat memahami


konteks bacaan, sumber bacaan, kemampuan untuk berliterasi,

kemampuan untuk menulis dan kemampuan dalam berbicara sesuai

dengan kaidah dan ejaan yang tepat.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup

komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi

aspek mendengarkan, menulis, membaca dan berbicara. Salah satu

keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh siswa adalah keterampilan

membaca.

Menurut (Abidin, 2012) Jenis keterampilan membaca salah satunya

adalah keterampilan membaca pemahaman. Menurut Tarigan (Putri

Amma,2013,hlm. 856) membaca pemahaman (reading for undersanding)

adalah jenis membaca untuk memahami standarstandar atau norma

kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha

memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi

tertentu. Keterampilan membaca pemahaman bukan hanya sekedar asal

membaca saja akan tetapi harus didasari dengan pemahaman akan makna

atau isi dari bacaan baik yang tersirat maupun tersurat.

Untuk menumbuhkan kemampuan membaca pemahaman siswa

disertai dengan kecerdasan interpersonal siswa yang mumpuni maka perlu

adanya strategi yang relevan yang dapat dijadikan suatu solusi untuk

pemecahan masalahnya. Penerapan metode pembelajaran yang relevan

dengan kebutuhan dan karakteristik siswa sekolah dasar yang operasional

konkrit dapat mampu memebrikan proses pembelajaran yang efektif,


maksimal dan optimal sehingga tujuan pembelajaran dan penelitian dapat

tercapai dengan maksimal.

Pembelajaran kooperatif tipe scramble merupakan salah satu model

pembelajaran yang melibatkan beberapa siswa dalam kelompok untuk

bekerja sama menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan cara

menyusun huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, atau kalimat yang

teracak menjadi sebuah paragraf yang utuh dan bermakna (Sudarmi &

Burhanuddin, 2017).

Hasil observasi sementara menunjukkan bahwa penggunaan model

kooperatif tipe scramble berpotensi memberikan dampak positif terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 3 di SDN 31 Salotellue

dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam sesi pembelajaran yang

melibatkan model tersebut, terlihat adanya peningkatan partisipasi siswa

dan interaksi antar siswa. Mereka tampak lebih terlibat dalam diskusi

kelompok, berbagi ide, dan membantu satu sama lain dalam memahami

teks yang disajikan. Selain itu, penggunaan model ini juga membantu

siswa untuk memperluas kosa kata mereka dan memahami konteks teks

dengan lebih baik melalui kolaborasi. Meskipun demikian, diperlukan

penelitian lebih lanjut untuk mengukur dampak jangka panjang dari

penggunaan model kooperatif tipe scramble terhadap kemampuan

membaca pemahaman siswa. Evaluasi yang lebih mendalam juga perlu

dilakukan untuk memahami apakah model ini dapat diterapkan secara

efektif dalam berbagai konteks pembelajaran dan bagaimana


memaksimalkan manfaatnya bagi perkembangan siswa secara

keseluruhan.

Berdasrkan latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh penggunaan model kooperatif tipe

scramble terhadap kemampuan membaca pemahaman pada

pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 3 di SDN 31 salotellue”

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapat rumusan

masalah dari penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh penggunaan

model kooperatif tipe scramble terhadap kemampuan membaca

pemahaman pada pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas 3 di sdn 31

salotellue?”

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh

penggunaan model kooperatif tipe scramble terhadap kemampuan

membaca pemahaman pada pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas 3

di sdn 31 salotellue.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa, dapat membantu mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan membaca dengan model kooperatif tipe scramble

2. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan masukan kepada guru bahwa model kooperatif tipe scramble

merupakan salah satu akternatif pembelajaran untuk diterapkan.


3. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan

penulis khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan

model kooperatif tipe scramble


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat

melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model

pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, tekanan utama yang berbeda-beda.

Model adalah pola atau bentuk yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan.

Miils berpendapat bahwa model adalah representasi akurat sebagai proses

aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba

bertindak berdasarkan model itu. Menurut Kemp dalam Rusman model

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai efektif dan efisien

(Sulistio & Haryanti, 2022).

Model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan

pembelajaran dan sistem pengelolaan pembelajaran. Model pembelajaran

adalah sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum, mendesain materi-materi intruksional, dan memandu proses

pengajaran di ruang kelas atau setting yang berbeda”. Artinya, kegiatan-


kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan saat mengajar harus sesuai

dengan model pembelajaran yang digunakan (Telaumbanua, M., Harefa,

2020). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar (Harefa et al., 2022).

b. Model Pembelejaran Kooperatif

Pembelajaran model kooperatif adalah metode pembelajaran yang

mencakup keterlibatan semua peserta didik melalui kegiatan diskusi

kelompok kecil. Kelompok tersebut terdiri dari peserta didik yang

kemampuan berbeda, yang akan menjadi bagian dari suatu masyarakat

belajar atau kelompok-kelompok belajar. Pembelajaran ini biasa disebut

sebagai pembelajaran gotong royong, yang meningkatkan motivasi,

produktivitas, dan perolehan belajar peserta didik(Setiawan & Masitah,

2017).

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik bebas berinteraksi dengan

peserta didik lain yang beragam, menumbuhkan rasa kepedulian dengan

teman sebaya, meningkatkan rasa percaya diri peserta didik, mempererat


tali pertemanan dan persaudaraan, serta meningkatkan hasil akademik

pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif memungkinkan terjadinya interaksi secara

terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang

efektif diantara anggota kelompok. Model ini dapat memberi kemudahan

bagi peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran

yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang

lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok, tujuan yang

ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam penegertian

penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adnyaa unsur kerja sama untuk

penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri

khas dari pembelajaran kooperatif (Hasanah & Himami, 2021).

Menurut (Isjoni, 2013) pembelajaran kooperatif yaitu model

pembelajaran yang menggunakan sistem belajar secara berkelompok yang

bertujuan siswa bisa mencapai tujuan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a) Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif dikembangkan untuk mencakup

beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau

tugas-tugas hasil belajar akademis. Di samping mengubah norma

yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif

dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah


maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-

tugas akademik.

b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Tujuan lainnya ialah penerimaan secara luas dari orang-

orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif

memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan

kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas

akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

belajar saling menghargai terhadap perbedaan individu satu sama

lain.

c) Perkembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga dalam pembelajaran kooperatif yaitu

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan

kolaborasi. Bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam

menyelasaikan tugas dan masalah terkait pembelajaran. Agar

peserta didik dapat melatih ketrampilan sosialnya, ketrampilan

dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya.

Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa

sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam

pengembangan keterampilan social (Isjoni, 2013: 27-28).


2. Model Kooperatif Tipe Scramble

Model pembelajaran kooperatif tipe Scramble merupakan salah satu

jenis model pembelajaran kooperatif yang menggunakan teknik permainan

kelompok dengan acak kata, kalimat, atau paragraf. Pada model ini, peserta

didik bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan, sehingga dapat membantu teman sekelompok dalam membaca,

memahami, dan menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga

membentuk suatu jawaban atau pasangan konsep yang dimaksud (Susanti,

2023). Model ini digunakan untuk mempertinggi motivasi, produktivitas, dan

perolehan belajar peserta didik, serta membantu mereka memahami konsep-

konsep yang sulit

Istilah scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Dan Scramble

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam

bentuk kartu. Suhani dalam (Asih, 2013) menjelaskan bahwa model

pembelajaran scramble merupakan model pembelajaran yang bersifat aktif,

yaitu menuntut peserta didik aktif bekerjasama menyelesaikan kartu soal

untuk memperoleh point bagi kelompok mereka. Peserta didik mempunyai

tanggung jawab masing-masing dalam menyelesaikan tugasnya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran scramble

menurut (Tampubolon, 2013) adalah sebagai berikut:

Media:
a. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang

ingin di capai.

b. Buatlah jawaban yang diacak hurufnya.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

a) Pendidik menyajikan materi sesuai kompetensi dasar yang ingin

di capai.

b) Membagikan lembar kegiatan sesuai dengan contoh.

c) Membuat kartu jawaban yang diacak nomornya.

d) Membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban.

e) Peserta didik berkelompok mengjarkan soal dan mencari kartu

soal untuk jawaban yang cocok.

Menurut Junaidi dalam (Asih, 2013) model pembelajaran scramble

memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya yaitu:

a) Memudahkan peserta didik mencari jawaban.

b) Mendorong peserta didik untuk belajar mengerjakan soal

tersebut.

c) Melatih peserta didik untuk berpikir aktif.

d) Membuat pelajaran lebih menarik dan membuat peserta didik

tertantang untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada

permainan tersebut.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran scramble yaitu peserta

didik kurang berpikir kritis dan memungkinkan peserta didik mencontek

jawaban teman yang lain. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, peneliti

akan menerapkan beberapa solusi:

a) Membuat satu paket soal dengan jumlah kartu jawaban

lebih banyak daripada jumlah soal sehingga peserta didik

dapat terpacu untuk berpikir secara logis dan kreatif. Selain

itu, di dalam kartu isian, kelompok diminta memberikan

penjelasan sesuai dengan jawaban yang dipilih sehingga

mencegah kelompok mencontek jawaban kelompok lain.

b) Melakukan pengawasan untuk mencegah kelompok meniru

jawaban kelompok lain dan mengurangi kegaduhan yang

ditimbulkan serta meminimalisir pembicaraan peserta didik

di luar materi pelajaran.

c) Membacakan tata tertib sebelum permainan dilaksanakan.

d) Setelah tugas diselesaikan, peserta didik diminta

menjelaskan jawabannya pada kelompok lain.

3. Kemampuan Membaca Pemahaman

a) Kemampuan Membaca

Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang artinya “bisa,

sanggup”. Kemampuan adalah suatu hal yang dilakukan seseorang

terhadap objek yang dituju. Kemampuan bisa dilatih dan kemampuan

tersebut akan tertanam dalam diri seseorang. Agar dapat mengetahui


kemampuan seseorang maka perlu dilakukan tes (Barokah, 2024). Tes

yang dilakukan harus benar-benar dapat mengukur kemampuan seseorang

dalam ranah tertentu.

Kemampuan membaca adalah kemampuan yang sangat penting

dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif yang menggunakan model

tipe Scramble dapat membantu peserta didik dalam membangun

kemampuan membaca yang lebih baik. Model ini mengacak kata, kalimat,

atau paragraf, dan peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan. Peserta didik bebas berinteraksi

dengan peserta didik lain yang beragam, menumbuhkan rasa kepedulian

dengan teman sebaya, meningkatkan rasa percaya diri peserta didik,

mempererat tali pertemanan dan persaudaraan, serta meningkatkan hasil

akademik pembelajaran.

Kemampuan membaca menjadi patokan untuk mengontrol

bermacammacam keberhasilan belajar dalam setiap bidang studi. Dengan

kata lain, kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai

berbagai bidang studi. Apabila siswa terlambat mempuyai kemampuan

membaca, kemudian dia hendak menghadapi masalah saat menghadapi

beragam bidang studi pada kelas-kelas berikutnya maka akan menyulitkan

mereka untuk memahami pembelajaran. Oleh karena itu, siswa sangat

perlu belajar membaca supaya bisa memudahkan siswa dalam memperoleh

informasi dalam proses belajar


Model pembelajaran kooperatif tipe Scramble juga dapat

membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

Peserta didik diteruskan untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan

atau pasangan dari konsep secara kreatif dengan menyusun huruf-huruf

yang disusun secara acak sehingga menemukan jawaban atau konsep yang

dimaksud. Hal ini dapat membuat peserta didik lebih fokus dan menjadi

aktif selama proses pembelajaran, yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa (Saleh, 2024).

b) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bagi

pembaca pemula maupun lanjutan. Menurut Lamb dan Arnold, faktor-

faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan dan

membaca lanjutan adalah sebagai berikut:

1) Faktor Fisiologi

Faktor ini berhubungan dengan segala kondisi fisik seseorang

yang mencakup kesehatan maupun kelelahan. Lelah merupakan

kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar.

Khususnya belajar membaca karena akan menguras pikiran

sehingga juga akan menguras tenaga (Farida Rahim, 2018).

Beberapa ahli berpendapat bahwa keterbatasan dan kurangnya

kematangan fisik merupakan salah satu faktor yang dapat

menghalangi anak untuk meningkatkan kemampuan membaca

mereka.
2) Faktor Intelektual Sebuah pengetahuan yang berkembang,

memiliki kecerdasan, dan memiliki respon yang baik. Secara

umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi

berhasil atau tidaknya anak dalam membaca. Faktor mengajar

metode pendidik juga turut mempengaruhi kemampuan membaca

anak.

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga berpengaruh dalam kemajuan

kemampuan membaca siswa. faktor lingkungan itu mencakup 1)

latar belakang dan pengalaman siswa dirumah 2) sosial ekonomi

keluarga siswa

c) Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan menguasai

dan memahami isi atau informasi yang dibaca secara menyeluruh (Safitri

et al., 2021). Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca

yang dilakukan untuk memahami isi bacaan secara mendalam sehingga

pembaca dapat menemukan berbagai ilmu (Kadir & Akbar, 2024).

Kemampuan membaca pemahaman sangat diperlukan oleh siswa sekolah

menengah pertama sehingga mereka memiliki kemampuan dalam

membaca dengan baik[3].

Membaca pemahaman dapat dilakukan melalui model membaca

AP4M, yang membantu siswa dalam memahami, menganalisis, dan

menilai suatu bacaan. Kemampuan membaca pemahaman juga dapat


dilihat dari minat membaca dan penguasaan diksi, yang memiliki pengaruh

yang penting terhadap kemampuan membaca pemahaman (Safitri et al.,

2021).

Membaca pemahaman adalah jenis kegiatan membaca yang

berupaya menafsirkan pengalaman, menghubungkan informasi baru

dengan yang telah diketahui, dan menemukan jawaban pertanyaan-

pertanyaan kognitif dari bahan bacaan tertulis. Memahami bacaan

merupakan salah satu cara untuk mengetahui maksud dan tujuan yang

disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Membaca pemahaman menjadi

target dalam kegiatan membaca yang mengharapkan siswa mengerti dan

memahami setiap bahan bacaan yang dibacanya. Kegiatan membaca

pemahaman terjadi apabila terdapat satu ikatan yang aktif antara daya pikir

dan kemampuan yang diperoleh pembaca melalui pengalaman membaca

mereka

2.2 Hasil Penelitian Yang Relavan

Terdapat tiga hasil penelitian yang relevan mengenai pengaruh

penggunaan model kooperatif tipe scramble terhadap kemampuan

membaca pemahaman pada siswa kelas 3 di SDN 31 Salotelle. Berikut

adalah ringkasan dari setiap hasil penelitian

a) Penelitian oleh S. H. Kusuma et al (2021):

- Tinjauan: Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran

berbasis komputer (e-learning) dan model kooperatif tipe scramble.


- Hasil: Penggunaan model kooperatif tipe scramble dalam

pembelajaran berbasis komputer berhasil meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 3 di SDN 31

Salotelle.

- Keterangan: Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model

kooperatif tipe scramble dalam pembelajaran berbasis komputer

dapat membantu siswa kelas 3 dalam membaca pemahaman

b) Penelitian oleh S. H. Kusuma et al (2022):


- Tinjauan: Penelitian ini menggunakan model kooperatif tipe

scramble dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN 31

Salotelle.

- Hasil: Penggunaan model kooperatif tipe scramble dalam

pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas 3.

- Keterangan: Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan

model kooperatif tipe scramble dalam pembelajaran bahasa

Indonesia dapat membantu siswa kelas 3 dalam membaca

pemahaman.

c) Penelitian oleh S. H. Kusuma et al (2023):

- Tinjauan: Penelitian ini menggunakan model kooperatif tipe

scramble dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN 31

Salotelle.
- Hasil: Penggunaan model kooperatif tipe scramble dalam

pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas 3.

- Keterangan: Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model

kooperatif tipe scramble dalam pembelajaran bahasa Indonesia

dapat membantu siswa kelas 3 dalam membaca pemahaman.

2.3 Kerangka Pikir

Penggunaan model kooperatif tipe scramble dapat mempengaruhi

kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas 3 di SDN 31

Salotellue dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Model kooperatif tipe

scramble merupakan metode pembelajaran yang mengandung elemen

kolaborasi, interaksi, dan aktivitas yang dinamis. Di dalam model ini,

siswa akan berinteraksi dan berbagi ide dan pemahaman, yang akan

mendukung pemahaman yang lebih baik dan membantu mereka

memahami konsep yang lebih rumit.

Terdapat beberapa cara bagaimana penggunaan model kooperatif

tipe scramble dapat mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman

pada siswa kelas 3 di SDN 31 Salotellue. Sebagai contoh, dapat dilakukan

aktivitas berbicara, yang akan membantu siswa mengembangkan

kemampuan bicara yang lebih baik dan membantu mereka membaca

dengan lebih baik. Selain itu, dapat juga dilakukan aktivitas yang

membutuhkan siswa untuk membaca dan menulis, seperti membuat

laporan atau membuat presentasi, yang akan membantu mereka membaca


dengan lebih baik dan memahami konsep yang lebih rumit. Penggunaan

model kooperatif tipe scramble juga dapat membantu siswa kelas 3 di

SDN 31 Salotellue untuk membaca dengan lebih baik dan memahami

konsep yang lebih rumit, karena model ini akan mendukung interaksi dan

kolaborasi antara siswa, yang akan membantu mereka membaca dengan

lebih baik dan membahas pemahaman yang lebih baik. Selain itu, model

ini juga akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca

dengan lebih baik, karena mereka akan bekerja sama dan berbagi

pemahaman.

Pretest (sebelum
mengikuti kegiatan
pembelajaran)

Treatment
Model Scramble (Perlakuan)

Posttest (setelah
mengikuti
pembelajran )
Menarik Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerang Pikir

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan anggapan atau dugaan sementara tentang

permasalahan penelitian sampai dibuktikan dengan fakta yang

dikumpulkan. Hipotesis adalah asumsi dasar yang kemudian mengarah

pada teori yang harus diuji kebenarannya.

Berdasarkan kerangka pikir di atas, suatu hipotesis dalam

penelitian ini yaitu:

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

kooperatif tipe scramble terhadap kemampuan membaca pemahaman pada

pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 3 di SDN 31 salotellue

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

kooperatif tipe scramble terhadap kemampuan membaca pemahaman pada

pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 3 di SDN 31 salotellue

Ho diterima dan Ha ditolak jika signifikan hitung ≥ 0,05 (p ≥ 0,05)

Ha diterima dan Ho ditolak jika signifikan hitung ≤ 0,05 ( p≤ 0,05)

Anda mungkin juga menyukai