Disusun oleh:
1. Anggraini Pratiwi 2111010199
2. Fitri Novita Sari 2111010248
3. Nena Ayu Agustin 2111010323
KELAS B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikah rahmat,hidayah, dan kesehatan sehingga makalah ini yang berjudul
“Pembelajaran Terpadu Dan Peneerapan Nya Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam“ dapat kami selesaikan dengan baik. Banyak ucapan
terimakasih kami haturkan kepada Prof. Dr. Agus Pahrudin, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan yang memberikan tugas ini sebagai
pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah Supervisi Pendidikan.
Kelompok 11
ii
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................
2.1 Pengertian Pembelajaran Terpadu....................................................... 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Feri Tirtoni and others, Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar Umsida Press, 2018.Error!
Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined.
2
Asep Herry Hernawan and Novi Resmini, ‘Konsep Dasar Dan Model-Model Pembelajaran
Terpadu’, Pembelajaran Terpadu, 1.1 (2015), 1–35
<http://repository.ut.ac.id/4039/1/PDGK4205-M1.pdf)>.
3
Avanti Vera Risti P, ‘Buku Ajar Pembelajaran Terpadu’, 2017, 1–57.
3
Sebagai contoh, pelajaran bahasa Indonesia dapat menggabungkan
pelajaran membaca, menyimak, dan menulis dengan pelajaran
keterampilan berbahasa. Indikator topik tersebut digunakan secara
terpisah pada jam yang berbeda selama pembelajarannya.
2 Model Keterhubungan atau Terhubung Model ini didasarkan pada
gagasan bahwa indikator pembelajaran dapat dipayungkan pada induk
mata pelajaran tertentu. Misalnya, mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia dapat menggunakan indikator indikator pembelajaran
kosakata, struktur, membaca, dan mengarang. Keutuhan dalam
kemampuan berbahasa dan bersastra adalah hasil dari penguasaan
indikator indikator pembelajaran tersebut. Pembentukan pemahaman,
keterampilan, dan pengalaman secara keseluruhan tidak terjadi secara
otomatis. Untuk mencapai hal ini, guru harus menyusun proses
pembelajaran dan indikator pembelajaran secara integral.4
3 Model Sarang (Nested): Model ini menggabungkan berbagai cara untuk
menguasai konsep keterampilan melalui kegiatan pembelajaran.
Misalnya, seorang guru berkonsentrasi pada pemahaman siswa tentang
bentuk kata, makna kata, dan ungkapan. Dia juga menyarankan siswa
untuk menggunakan kemampuan imajinasi mereka, berpikir logis,
menentukan karakteristik bentuk dan makna kata-kata dalam puisi,
membuat ungkapan, dan menulis puisi. Tujuan pembelajaran tidak harus
dirancang untuk mengajarkan berbagai jenis penguasaan konsep dan
keterampilan tersebut. Saat siswa menggunakan kata-kata, membuat
ungkapan, dan mengarang puisi, keterampilan dalam mengembangkan
daya imajinasi dan berpikir logis dipelajari. Kemampuan mereka untuk
membuat ungkapan dan mengarang puisi menunjukkan bahwa mereka
telah menguasai keterampilan tersebut.
4
Elizar Elizar, ‘Pembelajaran Terpadu Dan Urgensinya Dalam Pengembangan Karakter Anak
Sekolah Dasar’, Edukasi Lingua Sastra, 17.2 (2019), 1–12
<https://doi.org/10.47637/elsa.v17i2.35>.
4
4 Model Urutan/Rangkaian (Sequenced) Model urutan merupakan model
yang memadukan topik-topik di antara beberapa mata pelajaran secara
bersamaan. Misalnya, topik cerita dalam roman sejarah dapat dikaitkan
dengan peristiwa sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan
sosial masyarakat pada periode tertentu, atau perubahan makna kata. Ada
kemungkinan bahwa topik-topik tersebut diajarkan dalam jumlah jam
yang sama
5 Model Bagian (Shared) Model ini terdiri dari pemaduan pembelajaran
karena konsep atau ide bercampur dalam dua atau lebih mata pelajaran.
Misalnya, materi kewarganegaraan yang diajarkan dalam PPKn dapat
berhubungan dengan materi yang diajarkan dalam Tata Negara, PSPB,
dan sebagainya..5
6 Model Jaring Laba-laba (Webbed) Ini adalah model yang paling populer
juga. Model ini berasal dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan
dan kegiatan pembelajaran. Tema dapat menghubungkan kegiatan
pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran dalam konteks ini.
7 Model Galur (Threaded) Model threaded merupakan model pemaduan
bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam
matematika, ramalan terhadap kejadian- kejadian, antisipasi terhadap
cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada
apa yang diesbut meta-curriculum. Untuk membantu Anda memahami
model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.
8 Model Keterpaduan (Integrated) adalah model yang menggabungkan
berbagai topik dari berbagai bidang tetapi dengan dasar yang sama dalam
bidang tertentu. Untuk menghindari muatan kurikulum yang berlebihan
dalam mata pelajaran tertentu, seperti Pengetahuan Alam, subjek bukti
semula dimasukkan ke dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa
Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial. Contoh lain
5
Hernawan and Resmini.
5
adalah teks membaca yang merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa
Indonesia dapat memasukkan materi yang berkaitan dengan mata
pelajaran seperti Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya.6
9 Model Celupan (Immersed) membantu siswa menyaring dan
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang terkait dengan
medan pemakaiannya. Tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman
sangat penting untuk kegiatan pembelajaran.
10 Model Jaringan (Networked) adalah model pemaduan pembelajaran
terakhir. Ini mengatakan bahwa ide-ide, solusi masalah, dan
keterampilan baru dapat berubah setelah siswa melakukan studi lapangan
dalam berbagai konteks dan situasi. Karena ada hubungan timbal balik
antara apa yang dipelajari siswa dan apa yang mereka temui di dunia
nyata, belajar dianggap sebagai proses yang berlangsung secara terus-
menerus.7
6
Jawane Malau, ‘Model-Model Pembelajaran’, 2006.
7
Salamah Umu, ‘Model Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Sadar’, Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 11.1 (2014), 119–32.
6
memudahkan pengklasifikasian dan menemukan konsep mana yang
memiliki hubungan atau tumpang tindih. Memilih dan menetapkan ide atau
pokok bahasan yang memiliki kesamaan dengan ide-ide dari berbagai
bidang studi untuk digunakan dalam pembelajaran.
1) Menentukan tema umum yang akan membantu menghubungkan ide-ide
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2) Pelajari tujuan pembelajaran dari setiap konsep yang diintegrasikan
dengan menggunakan tema utama sebagai pengait.
b. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebagai
komponen utama aktifitas pembelajaran. Aktifitas ini dilakukan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya.
Kegiatan dilakukan dalam dua tahap, menurut prosedur berikut:
1) tahap pembukaan, yaitu momentum untuk menciptakan suasana
hubungan guru dengan siswa ke arah subtansi pembelajaran, diikuti
dengan penjelasan singkat dan sederhana tentang tujuan yang akan
dicapai serta aturan main dan pendekatan pembelajaran yang akan
diterapkan;
2) Proses belajar-mengajar, yang dimulai dengan peluncuran awal dan
dilanjutkan dengan kegiatan pendekatan, membahas konsep-konsep dari
berbagai bidang studi yang diintegrasikan (dipadukan).
c. Kegiatan Penutup: Kegiatan ini merupakan bagian akhir dari proses belajar-
mengajar. Ini dapat diakhiri dengan kesimpulan atau evaluasi, atau dapat
disertai dengan laporan, visualisasi, tes, atau tugas-tugas tertentu sesuai
dengan masalah yang dibahas. Ini dapat memberikan pengalaman belajar
yang lengkap dan menyeluruh bagi siswa.8
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa ciri, menurut Hilda Karli (2003: 53):
8
Hendra Somantri, ‘Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Sd’, Jurnal Administrasi Pendidikan, 6.1 (2017) <https://doi.org/10.17509/jap.v9i1.6303>.
7
a. Berpusat pada anak (berpusat pada siswa)
b. Memberikan pengalaman langsung kepada anak
c. Perbedaan antara bidang studi tidak jelas.
d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi secara bersamaan.
e. Sangat fleksibel.
f. Hasil pembelajaran dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak.
g. Holistik, berarti peristiwa yang menjadi fokus pembelajaran terpadu diamati dan
dikaji dari berbagai mata pelajaran sekaligus, bukan dari sudut pandang yang
terkotak-kotak.
h. Bermakna, berarti pengkajian suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang
memungkinkan siswa membuat jalinan skemata mereka sendiri.
i. Otentik, berarti informasi dan pengetahuan yang mereka peroleh asli.
j. Aktif berarti siswa harus terlibat langsung dalam proses pembelajaran dari
perencanaan hingga pelaksanaan.9
9
Mustapa Ali Mappanyompa, ‘P- ISSN 2502 – 504X | e-ISSN 2615 - 1332’, Ibtida’iy Jurnal, 2.2
(2017), 106–19.
10
DENI MUHAMMAD FAUZI, ‘PENERAPAN KURIKULUM TERPADU PADA MATA PELAJARAN PAI
DITINJAU DARI PROSES DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP ISLAM TERPADU AR-
RAIHANtle’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9 (2019), 1689–99.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10