KELOMPOK 3:
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Risda Amini, M.P
Drs. Syafri Ahmad, M.Pd., Ph.D
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan izin-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran
sehingga dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran Tematik Terpadu tentang “Model Pembelajaran Terpadu
Nested”.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman, terutama kepada
dosen mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu yaitu Ibu Prof.
Dr. Risda Amini, M.P dan Bapak Drs. Syafri Ahmad, M.Pd., Ph.D yang telah
memberikan pengarahan kepada kami dalam membuat makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca. Namun
demikian, kami sangat menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima setiap kritik dan saran dari
pembaca dengan tangan terbuka.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun
kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
keilmuan secara holistik bermakna dan otentik.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Pengalaman
belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan
proses pembalajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan
sisi bidang studi yang relevan akan membentuk skema, sehingga anak akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan kebutuhan
belajar, pengetahuan, serta kebutuhan pandangan tentang kehidupan dan
dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu sangat diperlukan di sekolah dasar, karena pada jenjang
ini siswa menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit
menghadapi pemilihan yang artificial.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang menginput beberapa
mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memperbaiki pengalaman
belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini merupakan model
yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995).
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, aspek materi belajar dan aspek kegiatan belajar mengajar.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit
tematiknya menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991)
terdapat 10 model merencanakan pembelajaran terpadu yang salah satunya
adalah model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested).
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian model pembelajaran terpadu Nested?
2. Apa karakteristik model pembelajaran terpadu Nested?
3. Apa tujuan model pembelajaran terpadu Nested?
4. Bagaiamana langkah-langkah model pembelajaran terpadu Nested?
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terpadu
Nested?
6. Bagaimana manfaat model pembelajaran terpadu Nested?
7. Bagaiamana implementasi pembelajaran berorientasi model Nested?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat kita mengetahui tujuan
penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran terpadu Nested.
2. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran terpadu Nested.
3. Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran terpadu Nested.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran terpadu Nested.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran terpadu
Nested.
6. Untuk mengetahui manfaat model pembelajaran terpadu Nested.
7. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran berorientasi model Nested.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target
utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan
berpikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses,
sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa
aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini
dapat digunakan bila pendidik mempunyai tujuan selain menanamkan konsep
suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan
(Putra et al., 2016). Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-
kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah
mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah
terstruktur. Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan
berpikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan
mengorganisir (organizing skill).
Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan
konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada
satuan jam tertentu seorang pendidik memfokuskan kegiatan pembelajaran
pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran
pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya
berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi,
membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk
penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhanya tidak harus
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam
mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi
sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat peserta didik memakai kata-
kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi (Putra, 2018).
4
1. Holistik
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik untuk
memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini
akan membuat peserta didik menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang
dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan
berdampak kepada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Peserta
didik mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu juga memungkinkan peserta didik memahami
secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui
kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya
sendiri, bukan sekedar pemberitahuan pendidik . Informasi dan
pengetauhuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya,
hukum pemantulan cahaya diperoleh peserta didik melalui kegiatan
eksperimen. Pendidik lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan
katalisator, sedang peserta didik bertindak sebagai actor pencari informasi
dan pengetahuan. Pendidik memberikan bimbingan kearah mana yang
dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosianal
guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan
hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik sehingga mereka termotivasi
untuk terus menerus belajar. Disamping itu pembelajaran terpadu
menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran.
5
Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil
yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
(Mudzakir, 2012).
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk sebuah kegiatan
awal. Seperti yang dicontohkan Fogarty untuk jenis mata pelajaran sosial dan
bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir (thingking skill) dengan
keterampilan sosial (social skill). Sedangkan untuk pelajaran IPA dapat
dipadukan keterampilan berpikir (thingking skill) dan keterampilan
mengorganisir (organizing skill) (Trianto, 2012).
Sub-sub keterampilan yang dapat dilakukan melalui model nested yang
dikutip oleh Trianto dalam Model Pembelajaran Terpadu dari Forgaty dapat
dilihatkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir, sosial dan keterampilan
mengorganisasi
7
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal
ini. Untuk mata pelajaran sains, dipadukan keterampilan berpikir
(thinking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizer skill).
b. Memilih kajian materi, kompetensi dasar dan indikator
Menentukan sub keterampilan dari masing masing keterampilan
yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c. Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Dalam kimia dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan
mengorganisir. Untuk sub keterampilan berpikir yang diambil adalah
mengklasifikasikan, sedangkan sub keterampilan mengorganisir yang
diambil adalah grafik.
d. Merumuskan indikator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah
dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan
kaidah penulisan yang meliputi : audience, behavior, condition, dan
degree .
e. Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Menentukan langkah-langkah pembelajaran untuk mengintegrasi-
kan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah
pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam
kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pembelajar mandiri.
b. Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
c. Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali
tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
8
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi
pembelajaran terpadu.
a. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan evaluasi
diri di samping bentuk evaluasi lainnya.
b. Pendidik perlu mengajak para peserta didik untuk mengevaluasi
perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan
pencapaian tujuan yang akan dicapai.
9
7. Saat siswa mengerjakan LKPD perkelompok, guru berkeliling kelas
bertindak sebagai fasilitator dan moderator, dan membimbing siswa yang
mengalami kesulitan.
8. Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, guru meminta
perwakilan tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dan
siswa diajak membahas permasalahan yang disajikan.
9. Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah
dilaksanakan. Siswa diajak merangkum hasil pembelajaran, selanjutnya
guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi yang telah dibahas (Hidayah & Fajari, 2021).
10
Kekurangan model pembelajaran Nested adalah sebagai berikut:
1. Dapat membingungkan siswa jika pengumpulan beberapa target belajar
dalam satu kali latihan.
2. Prioritas konseptual dari latihan mungkin tidak jelas karena siswa
diarahkan untuk banyak melakukan tugas belajar pada waktu yang
bersamaan (Trianto, 2012).
Adapun dari pendapat Putra (2018:106), kekurangan pembelajaran
terpadu model nested adalah pada perencanaan pembelajaran yang tidak
matang, akan berdampak pada peserta didik karena prioritas pembelajaran
menjadi kabur karena peserta didik diarahkan melakukan beberapa tugas
belajar sekaligus. Jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka
penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan
pola pikir peserta didik. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah
penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada
keterampilan. Model nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan
mengumpulkan dua, tiga, atau empat target belajar dalam satu latihan
mungkin membingungkan peserta didik jika pengumpulan ini tidak dilakukan
secara hati hati.Prioritas konseptual dari latihan mungkin menjadi tidak jelas
karena peserta didik diarahkan untuk melakukan banyak tugas belajar pada
waktu yang bersamaan. Model nested ini sangat cocok digunakan pendidik
yang mencoba menanamkan keterampilan berpikir dan keterampilan
kooperatif dalam latihan latihan mereka. Menjaga tujuan isi tetap pada
tempatnya, sementara menambahkan fokus berpikir dan keterampilan sosial,
akan meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan.
11
pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau peristiwa yang
didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran.
2. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu
peristiwa/objek lebih terorganisir
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek
sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak
sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman
terhadap konsep baru.
3. Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermakna kalau pelajaran yang sudah
dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari materi
berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan
pengetahuan sebelumnya.
4. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan
tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran
pendidikan itu meliputi sikap, keterampilam, dan kognitif.
5. Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling
memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.
6. Efisiensi Waktu
Guru dapat lebih hemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak
hanya siswa, guru dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep
sulit yang diajarkan (Trianto, 2007).
Disamping itu kalau pelaksanaannya dilaksanakan secara betul, akan
mempunyai dampak positif pada peserta didik diantaranya adalah:
1. Mendorong peserta didik untuk lebih mandiri, percaya diri, kreatif, dan
punya harga diri.
2. Karena dalam kegiatan dituntut laporan baik lisan maupun tulisan akan
berdampak pada perkembangan pikir dan kemampuan berbahasa.
3. Menghargai perbedaan individual.
12
4. Peserta didik mempunyai pengalaman yang luas dan fungsional (Dakir,
2004).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu tipe Nested (tersarang) adalah salah
satu metode pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan kurikulum di
dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian
pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru
kepada siswanya dalam satu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi
pelajaran (content). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi
keterampilan berfikir (thingking skill), keterampilan sosial (social skill), dan
keterampilan mengorganisir (organizing skill).
Metode atau pembelajaran ini digunakan dalam satu mata pelajaran
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Namun pada dasarnya langkah-langkah
pembelajaran terpadu tipe Nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang
dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Dengan
pembelajaran ini siswa dapat berfikir lebih kreatif, karena guru hanya sebagai
fasilitator dan tidak bersifat mendominasi maka murid dituntut untuk lebih
aktif dalam kegiatan pembelajarannya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan
memahami tentang “Model Pembelajaran Terpadu Nested”. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat menambah pembendaharaan ilmu bagi
pembacanya, meskipun penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mohon maaf dan
mengharapkan saran dari pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
15