Anda di halaman 1dari 14

TEORI BELAJAR IPA

(Teori Belajar Operant Conditioning Menurut Skinner)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengembangan Media Literasi Pembelajaran IPA di SD

Disusun Oleh:
SISKA TRESIA OKTARI (22124055)
SRI WAHYUNI (22124057)

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Dr. Hj. Yanti Fitria, S.Pd., M.Pd
Dr.Ir.Hj. Risda Amini, M.Pd

No Aspek yang Dinilai Skor KET


1 2 3 4 5
1 Tampilan Sistematika
2 Kelengkapan Sistematika
3 Kedalaman dan Ketajaman Topik
4 Praktik Kreatifitas Penerapan
Konsep Kajian dalam bentuk
contoh di kehidupan.
5 Latihan Soal dan Kunci Jawaban
6 Kelengkapan Referensi
7 Kemutakhiran Referensi
8 Memberi Indeks Pada Bagian Akhir

PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT dan baginda Rasululah
SAW yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tim dapat
menyelesaikan karya tulis dengan judul “Teori Belajar Operant Conditioning
Menurut Skinner ” untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian dan Praktik
Pendidikan IPA di Pendidikan Dasar.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, dan memerlukan perbaikan untuk kedepannya. Dalam kesempatan
ini, tim ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
yaitu Ibu Dr. Hj. Yanti Fitria, S.Pd., M.Pd. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila
masih banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, dan semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Padang, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………….. .....................................…….…. i


DAFTAR ISI……………………………..........................................................ii
PENDAHULUAN………………………….. ................................................ 4
SUB-SUB PEMBAHASAN MATERI BERBASIS MASALAH
A. Konsep Teori Operant Conditioning (Skinner) .................................. 6
B. Sejarah Adanya Teori Operant Conditioning (Skinner) ...................... 7
C. Langkah PenerapanOperant Conditioning (Skinner) ….….……….....8
D. Dampak/Implikasi bagi Guru dan Peserta didik……………...………10
E. Rancangan Kegiatan Belajar ...………………………….……………11
LATIHAN DAN KUNCI JAWABAN ......................................................... 11
RANGKUMAN……………….. ................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA……………………… ................................................. 14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak teori tentang belajar yangtelah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan
memberibanyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah
laku(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkanolehpsikolog Rusia Ivan Pavlav
(tahun1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik
(classicalconditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh
beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
Evaluasiatau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru
tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Salah satu teori dari aliran behaviorisme adalah teori operant conditioning. Ini
merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih berpengaruh dikalangan
paraahli psikologi belajar masa kini. Pencipta teori ini bernama Burrhus Frederic
Skinner (lahirtahun 1904), seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversal.
Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tinggkah laku itu terbentuk
oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari Teori operant conditioning?
2. Bagaimana sejarah dari Teori operant conditioning?
3. Apa saja Langkah-langkah dari penerapan Teori operant conditioning?
4. Apa saja dampak yang timbul dari implementasi Teori operant conditioning
bagi guru dan peserta didik?
5. Bagaimana rancangan kegiatan pembelajaran yang menerapkan Teori operant
conditioning?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuan Konsep dari Teori operant conditioning.
2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya Teori operant conditioning.
3. Untuk mengetahui Langkah-langkah penerapan Teori operant conditioning.

4
4. Untuk mengetahui dampak bagi guru dan peserta didik dari penerapan Teori operant
conditioning.
5. Untuk mengetahui rancangan kegiatan pemeblajaran yang menerapkan Teori operant
conditioning.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori operant conditioning


Teori Operant Conditioning yang dikembangkan oleh Skinner
merupakan pengembangan dari Teori Stimulus Respons. Secara terminologi operant
conditioning terdiri dari dua kata yaitu operant dan conditioning, dalam kamus
psikologi yang dimaksud dengan operant adalah respon yang bersifat intsrumental
dalam menimbulkan akibat akibat tertentu, seperti hadiah, makanan atau suatu kejutan.
Respon tersebut beroperasi kedalam lingkungan, sementara conditioning mempunyai
arti mempelajari respon tersebut (Ary Asyari, 2020). Sementara menurut Reber dalam
Ary Asyari (2020) operant mempunyai pengertian sebagai suatu respon yang timbul
yang memberikan efek yang sama terhadap lingkungan di sekitar, sementara
conditioning adalah kemampuan individu untuk merespon suatu rangsanagan kemudian
mampu dipindahkan pada rangsangan lainya. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011)
Dalam teori Operant Conditioning, Skinner menuangkan pemikirannya yaitu adanya
penguatan (reinforcement) Yakni penguatan positif atau reward dan penguatan
negatif atau punishment. Penguatan positif adalah rangsangan yang memperkuat
atau mendorongsuatu tindak balas. Sedangkan penguatan negatif ialah penguatan
yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindakan balas tertentu yang
tidak memuaskan.

Dasar dari teori operant conditioning ini digagas oleh E. L. Thorndike sekitar
tahun 1911, dari teori yang dikemukakan oleh E. L. Thorndike tersebut B. F. Skinner
terinspirasi dan membuat eksperimen sebagai berikut: Dalam laboratorium,
Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut
“Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol,
alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan
lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha
keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar
dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar.

6
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner
menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan
(reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan (Steve Heyes and Malcom
Hard, 1996).

Dapat ditarik suatu kesimpulan dari beberapa pengertian diatas dan hasil
percobaan Skinner bahwa operant conditioning ialah penciptaan suatu kondisi yang
bertujuan untuk mengubah perilaku subjek hasil dari suatu respon positif dengan cara
memberikan penguatan (reinforcement) atas respon yang diberikan oleh subjek. Yang
mana artinya dalam Pendidikan bahwa ketika anak didik diberi penghargaan ketika
berperilaku sesuai yang diinginkan, maka anak tersebut akan memiliki semangat
untuk melakukan hal yang sama di waktu yang akan datangsehingga menjadi
sebuah kebiasaan. Sebaliknya ketika anak didik diberi hukuman karena melakukan
perilaku yang tidak diinginkan, maka anak didik tersebut akan berusaha untuk
menghindari bahkan tidak melakukan perilaku tidak menyenangkan tersebut.

B. Sejarah Teori operant conditioning


Teori Operant Conditioning adalah bagian dari teori Behavioristik yang
dikembangkan oleh beberapa tokoh seperti E.L Thorndike, Ivan Pavlov, B.F Skinner,
J.B Watson, Clark Hull, dan Edwin Gutrhrie. B.F Skinner adalah penganut
behavioristik yang dianggap kontroversial. Karya tulisnya yang terakhir, “About

7
Behaviorisme” yang diterbitkan pada 1904. Teori Behavioristik menjelaskan tentang
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Teori kaum
Behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia
adalah hasil belajar. Pada teori belajar ini sering disebut StimulusRespons psikologis
artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan
penguatan atau reinforcement dari lingkungan (Chairul Anwar, 2017).

Dengan demikian, pokok perhatian teori behavioristik adalah belajar akan


terjadi akibat adanya interaksi stimulus input dan respons/output yang dapat diamati
dan diukur. B.F Skinner merupakan tokoh yang memiliki pandangan komprehensif
dibandingkan dengan tokoh-tokoh behavioristik lainnya. Pada awalnya Skinner
terinspirasi dari pandangan Thorndike pada tahun 1911 atau beberapa waktu sesudah
munculnya teori Classical Conditioning Pavlov. Pada waktu itu, Thorndike
mempelajari pemecahan masalah terhadap binatang yang diletakkan di sebuah “kotak
teka-teki”. Setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri kian
cepat dari percobaan-percobaan sebelumnya. Thorndike lalu mengemukakan hipotesis
“apabila suatu respons berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respons yang lain
dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan Law of Effect (Heyes, 1996).
Berdasarkan percobaan Thorndike, Skinner mengemukakan pendapatnya sendiri
dengan memasukkan unsur penguatan terhadap hukum akibat tersebut. Menurutnya
perilaku yang dapat menguatkan cenderung diulangi kemunculannya. Sedangkan
perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus.
Dengan demikian, individu akan cenderung mengulang respons-respons yang diikuti
penguatan (Muhammad Irham, 2013). Artinya, proses belajar yang baik terjadi bila
pendidik mampu mengendalikan seluruh respons yang muncul dari anak didik,
kemudian memberikan penguatannya supaya anak mampu mencapai sasaran belajar.

C. Langkah-langkah Penerapan Teori Operant Conditioning


Adapun langkah langkah pembelajaran dalam Teori Skinner yakni sebagai
berikut:

a. Mempelajari keadaan kelas berkaitan dengan prilaku siswa


b. Membuat daftar penguat positif.
c. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatannya.

8
d. Membuat program pembelajaran berisi urutan prilaku yang dikehendaki,
penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi

Sedangkan menurut Suciati dan Prasetya dalam Asri Budiningsih (2013) secara
umum langkah langkah pembelajaran yang berpijak pada teori Skinner (Behavioristik)
sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan tujuan pembelajaran


b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
c. Menentukan materi pelajaran.
d. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil kecil, meliputi pokok
bahasan, sub poko bahasan, topik, dsb.
e. Menyajikan materi pelajaran.
f. Memberikan stimulus, dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun tertulis,
tes/ kuis, latihan, atau tugas tugas.
g. Mengamati dan mengkaji respons yang di berikan siswa.
h. Memberikan penguatan/ reinforcemen (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman.
i. Memberikan stimulus baru.
j. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
k. Evaluasi hasil belajar.

Dari pendapat di atas dapat di ambil kesimpuln bahwa terdapat beberapa


Langkah pembelajaran menggunakan teori Teori Operant Conditioning menurut
skinner di antaranya: a) Menentukan tujuan tujuan pembelajaran, b) Mempelajari
keadaan kelas berkaitan dengan prilaku siswa, c) Menentukan materi pelajaran, d)
Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil kecil, meliputi pokok bahasan, sub
poko bahasan, topik, dsb., e) Menyajikan materi pelajaran f) Memberikan stimulus,
dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/ kuis, latihan, atau tugas tugas,
g) Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatannya, h) Mengamati dan mengkaji respons yang di berikan siswa, i)
Memberikan penguatan/ reinforcemen (mungkin penguatan positif ataupun penguatan
negatif), ataupun hukuman, j) Memberikan stimulus baru, k) Memberikan penguatan
lanjutan atau hukuman l) Evaluasi hasil belajar.

9
D. Dampak/Implementasi Teori Operant Conditioning terhadap guru dan siswa
Dampak implementasi Teori Operant Conditioning terhadap guru menurut antara lain:

1. Membantu para guru dalam pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip


dan hukum-hukum belajar yang tertuang
2. Membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang cocok untuk
mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi anak didik.
3. Melihat batas kemampuan siswa dan menentukannya. Apabila sudah
mengetahui dan memahami bata kemampuan murid, maka guru bisa
mengembangkan kemampuan murid sesuai dengan batas kemampuannya.
4. Membantu guru dalam memberikan penilaian terhadap respon yang telah
diberikan oleh murid serta melihat apakah sudah ada kemajuan pada murid.
5. Guru lebih berperan dalam mengembangkan dan membentuk tingkah laku
murid.

Dampak implementasi Teori Operant Conditioning terhadap siswa antara


lain menurut Lusi Oktavia (2022) :

1. Siswa memasuki ruang kelas tidak terlambat


2. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak bermain dengan tamannya
3. Siswa fokus terhadap guru pada saat memberikan pembelajaran di kelas
4. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa menjawabnya dengan benar
5. Siswa harus aktif ketika pembelajaran berlangsung
6. Siswa berani mengemukakan pendapatnya di depan kelas

E. Rancangan Kegiatan pembelajaran dari Teori Operant Conditioning


Adapun contoh penerapan teori Operant Conditioning dalam dunia pendidikan,
yaitu : Guru menyampaikan stimulus yang mendahuluinya, respon siswa guru
manyampaikan konsekuensi stimulus. Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”? “W.R
Supratman”....... “bagus”. Sebutkan salah satu bentuk peninggalan dari kebudayaan
Dong Son? “ Logam” ya, betul sekali....!!! Dimanakah letak candi borobudur? “di
yogyakata” bukan itu salah.

Apabila siswa menjawab dengan benar maka diberikan reward (pujian),


sedangkan bila siswa menjawab salah maka tidak seharusnya mendapatkan hukuman,
karena itu akan membuat siswa takut untuk merespons pertanyaan guru di waktu yang

10
lain. Akan tetapi, apabila reward terus diberikan, maka akan mencapai tujuan yang
diinginkan.

Yang baik dalam pendidikan adalah hadiah diberikan jika itu dipandang perlu.
Pada mulanya pemberian hadiah atau hukuman, dalam jangka pendek akan mempunyai
efek mengubah kenaikan tingkah laku yang diinginkan. Tetapi, dalam jangka panjang
hadiah tetap berefek menaikkan, sedangkan hukuman justru tidak berfungsi lagi.

Menurut Skinner hukuman justru menimbulkan efek yang tidak baik, yaitu:

1. Berefek negatif pada segi emosi, misalnya rasa dendam.


2. Kadang juga menimbulkan sakit jasmani.
3. Menumbuhkan agresifitas, ini memungkinkan berbuat yang jauh lebih jelek.
4. Bila sesuatu aktifitas diberikan hukuman, maka tingkah laku tersebut diberi
hukuman, agar tetap konsekwen.

LATIHAN DAN KUNCI JAWABAN


Soal
1. Apa saja yang bisa kita ambil kesimpulan dari teori pembelajaran Operant
Conditioning (Skinner)?
2. Apa saja hal penting yang harus kita lakukan dalam penerapan teori belajar Operant
Conditioning (Skinner?
3. Apa keunggulan dan kelemahan dari teori belajar Operant Conditioning (Skinner)?

KUNCI JAWABAN

1. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori Operant Conditionin suatu teori yang
mengunakan konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah
tingkah laku. Yang mana dalam pelaksanaannya ada pemberian reward (hadiah) dan tidak
adanya hukuman. Yang baik dalam pendidikan adalah variabel ratio, yaitu hadiah diberikan
kadang – kadang, jika dipandang perlu. Teori ini juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Alangkah baiknya jika penerapan teori ini tidak diterapkan sepenuhnya, tetapi
juga digabung dengan teori yang lainnya sehingga akan tercipta suatu tujuan pendidikan
yang diinginkan.
2. Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit yang terkecil.
b. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.

11
c. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
d. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
e. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
f. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
g. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
h. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
i. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan
3. Kelebihan

a. Dengan diterapkannya dalam pendidikan akan memberikan semangat tersendiri bagi


siswa karena adanya pemberian hadiah, sehingga mamacu semangat untuk belajar.
b. Siswa lebih aktif dan semangat dalam menjawab pertanyaan dari guru dengan harapan
akan mendapat reward.
c. Memacu siswa untuk terus berprestasi didalam kelas.
4. Kelemahan
a. Adanya pelaksanaan Mastery Learning, yaitu siswa mempelajari materi secara tuntas
menurut waktunya masing-masing, karena setiap siswa berbeda-beda iramanya.
Akibatnya siswa naik atau lulus sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.
b. Adanya kecemburuan kelas
c. Bagi anak yang dapat menjawab pertanyaan guru, ia akan mendominasi, sedangkan
yang tidak bisa ia akan diam

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori Operant Conditionin suatu teori yang
mengunakan konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah
tingkah laku. Yang mana dalam pelaksanaannya ada pemberian reward (hadiah) dan tidak
adanya hukuman. Yang baik dalam pendidikan adalah variabel ratio, yaitu hadiah diberikan
kadang – kadang, jika dipandang perlu. Teori ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Alangkah baiknya jika penerapan teori ini tidak diterapkan sepenuhnya, tetapi juga
digabung dengan teori yang lainnya sehingga akan tercipta suatu tujuan pendidikan yang
diinginkan.

13
Dafatr Pustaka

Asyari, A. (2020). Implementasi Teori Operant Conditioning dalam Pembelajaran Tahfidzul


Quran di PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi Yogyakarta. IQ (Ilmu Al-qur'an): Jurnal
Pendidikan Islam, 3(02), 183-198.
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, cet. Ke-2, (Jakarta: Rineka Cipta,2012), hlm, 29-
30
Chairul Anwar, M. “Teori-Teori Pendidikan.” Jogjakarta: IRCiSoD, 2017.
Steve Heyes and Malcom Hardy, “Pengantar Psikologi,” Jakarta: Erlangga, 1996, 42.
Heyes, Steve, and Malcom Hardy. “Pengantar Psikologi.” Jakarta: Erlangga, 1996
Muhammad Irham and Novan Ardy Wiyani, “Psikologi Pendidikan: Teori Dan Aplikasi Dalam
Proses Pembelajaran,” Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, 155.
Oktavia, L., & Maemonah, M. Penerapan Teori Belajar Behavioristik BF Skinner dalam
Memotivasi Siswa pada Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar. Instructional
Development Journal, 5(1), 53-61.
Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan,” 2011, 118.

14

Anda mungkin juga menyukai