Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBELAJARAN DAN KONDISIONING


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah: Teori Dasar Psikologi

Dosen Pembimbing:
Anggi Tri Lestari Purba S.Psi. M.Psi

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Andrew Bonar Renato 228600240
Cori Suci Wulandari 228600182
Filzah Ruzana Nst 228600199
Nabilah Pratiwi 228600228
Naufal Aditya Prasetyo 228600195
Riska Dwina Rianti 228600216
Sari Hikmah Zakiah 228600226

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Pembelajaran dan Kondisioning”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Teori Dasar Psikologi yaitu Ibu Anggi Tri Lestari Purba
S.Psi. M.Psi. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang
ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat
waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Medan, 23 September 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………..…...1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………..... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisioning Klasik ………………………………………………………3

1. Pembahasan Kondisioning Klasik ……………………………………..3


2. Kondisioning Klasik dalam Kehidupan Nyata ………………………...4
3. Teori Belajar Kondisioning Klasik Ivan Pavlov ……………………….4
4. Prinsip dan Stimulus Kondisioning Klasik …………………………….5
B. Kondisioning Operant …………………………………………………….6
1. Pembahasan Kondisioning Operant …………………………………...6

2. Kondisioning Operant dalam Kehidupan Nyata ………………………6


3. Teori Belajar Kondisioning operant B. F. Skinner …………………….7
4. Prinsip dan Stimulus Kondisioning Operant …………………………..8
C. Perbedaan Kondisioning Klasik dengan Kondisioning Operant …………10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………11

B. Saran ……………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar menurut anggapan sementara orang adalah proses yang terjadi dalam
otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat
oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh otak sebagai hasil
belajar.

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi
banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Ruzia Ivan Pavlov
(tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah kondisioning klasik
(classical conditioning) dan kemudian teori ini dikembangkan oleh beberapa ahli
psikologi lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.

Salah satu teori aliran behaviorisme adalah teori kondisioning operant (operant
conditioning). Pencipta teori ini bernama Burrhus Frederuc Skinner (1904), seorang
penganut behaviorisme yang dianggap kontroversal. Tema pokok yang mewarnai
karya-karyanya adalah tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.

Penelitian mengenai pembelajaran telah sangat dipengaruhi oleh aliran


behaviorisme. Yang merupakan aliran psikologi yang menjelaskan perilaku dari sudut
pandang tindakan dan kejadian yang dapat diamati, tanpa mengacu pada unit mental
seperti “pikiran” atau “kehendak”. Para ahli dalam aliran ini memusatkan perhatian
pada proses pembelajaran yang paling mendasar, yang disebut kondisioning
(conditioning).

Sedangkan Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk


berespons terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain. Dalam
psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus-respons dan teori-teori
tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus
yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan terus-
menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan
suatu proses belajar (Tan, 1981:91).

1
B. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan materi ini, dan agar tersusun secara sistematis dan efesien
maka timbulah beberapa rumusan masalah diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan kondisioning klasik?


2. Bagaimana teori Belajar kondisioning klasik Ivan Pavlov ?

3. Bagaimana kondisioning klasik menurut Ivan Pavlov dalam kehidupan


nyata ?
4. Apa saja prinsip dan stimulus kondisioning klasik ?
5. Apa yang dimaksud dengan kondisioing operant?
6. Bagaimana teori belajar kondisioning operant B. F. Skinner ?
7. Bagaimana kondisioning operant B. F. Skinner dalam kehidupan nyata ?
8. Apa saja prinsip dan stimulus kondisioning operant?
9. Bagaimana perbedaan kondisioning klasik dengan kondisioning operant ?

C. Tujuan Penulisan

Dalam membahas materi ini tujuan yang dapat diambil yaitu :

1. Untuk mengetahui pembahasan tentang kondisioning klasik


2. Untuk mengetahui kondisioning klasik menurut Ivan Pavlov dalam
kehidupan nyata

3. Untuk mengetahui teori Belajar kondisioning klasik Ivan Pavlov


4. Untuk mengetahui prinsip dan stimulus kondisioning klasik
5. Untuk mengetahui pembahasan tentang kondisioning operant
6. Untuk mengetahui kondisioning operant B. F. Skinner dalam kehidupan
nyata
7. Untuk mengetahui teori belajar kondisioning operant B. F. Skinner
8. Untuk mengetahui prinsip dan stimulus kondisioning operant
9. Untuk mengetahui perbedaan kondisioning klasik dengan kondisioning
operant

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisioning Klasik
1. Kondisioning Klasik (classical conditioning)

Kondisioning klasik (classical conditioning) atau disebut juga kondisioning


pavlov atau kondisioning responden adalah proses dimana suatu stimulus/rangsangan
yang awalnya tidak memunculkan respon tertentu, diasosiasikan dengan stimulus
kedua yang dapat memunculkan.

Kondisioning klasik pertama kali dipelajari oleh seorang ahli fisiologi Rusia
yang bernama Ivan Pavlov (1849-1936). Pavlov adalah seorang psikolog yang
mempelajari proses produksi liur pada anjing, sebagai bagian dari sebuah program
penelitian pencernaan dan sebagai salah satu bentuk percobaan conditioning formal
yang pertama. Selain sekresi air liur, dipelajari dengan metode kondisioning klasik
misalnya detak jantung, tekanan darah, gerak refleks berkedip dan kontraksi otot.

Prinsip dasar dari model kondisioning klasik adalah sebuah unconditioned


stimulus (US), unconditioned response (UR) dan conditioned stimulus (CS). Jadi dapat
dirumuskan adapun komponen kondisioning klasik adalah:

 Stimulus AS atau tanpa syarat : stimulus yang menyebabkan organisme


bereaksi tanpa syarat atau secara alami.
 UR atau Respon tanpa Syarat : terjadi secara alami ketika stimulus tanpa
syarat ditawarkan atau ditampilkan.
 CS atau Conditioned stimulus : stimulus yang menyebabkan seseorang
bereaksi terhadap sesuatu karena dikaitkan dengan sesuatu yang lain.
 CR atau Conditioned response : ini adalah respons yang dipelajari, terhadap
stimulus netral.

Adapun faktor faktor yang mendasari kondisioning klasik yaitu:

 Hubungan waktu antar rangsangan.


 Jenis rangsangan tanpa syarat, yaitu permusuhan atau selera.
 Intensitas rangsangan terkondisi.

US merupakan objek dalam lingkungan organisme yang secara otomatis


diperoleh tanpa harus mempelajarinya terlebih dahulu atau bisa dikatakan sebagai
suatu proses yang nyata (UR). Kondisioning klasik timbul ketika stimulus netral
sebelumnya (CS) mampu menimbulkan respons yang nyata atau terlihat dengan
sendirinya.

3
2. Kondisioning Klasik dalam Kehidupan Nyata

Kondisioning klasik dapat membantu kita menjelaskan respons-respons


emosional yang positif terhadap benda hal atau peristiwa tertentu, rasa takut dan fobia,
pengembangan rasa suka dan tidask suka, dan reaksi terhadap pengobatan medis
maupun placebo. John Watson menunjukkan bagaimana rasa takut dapat dipelajari dan
kemudian dapat dihilangkan dengan menggunakan proses disebut sebagai
kontrakondisioning. Manusia (dan juga spesies lainnya) secara biologis siap
memperoleh beberapa respons adaptif dengan mudah, seperti rasa tidak enak yang
terkondisi maupun ketakutan-ketakutan tertentu.

Seperti yang kita lihat di "Biologi dan Kondisioning Klasik," perkembangan di


bidang kondisioning klasik sekarang menggabungkan temuan tentang motivasi,
pembelajaran dan biologi. Salah satu penelitian terbaru menjelajahi perubahan
aktivitas otak di amigdala dan korteks orbitofrontal sebagai respons terhadap stimulus
terkondisi dari nafsu makan atau kenikmatan dan bagaimana respons tersebut dapat
mempengaruhi motivasi seseorang untuk makan. Temuan ini dapat menjelaskan,
sebagai contoh, "fenomena restoran". Penelitian yang lain menemukan bahwa
menggunakan obat untuk meningkatkan aktivitas reseptor tertentudi amigdala
mempercepat terjadinya extinction suatu fobia (takut akan ketinggian) selama
perawatan dengan menggunakan virtual reality.

3. Teori Belajar Kondisioning Klasik

Tentang eksperimen Pavlov di laboratorium pada seekor anjing. Beliau


melakukan operasi kecil pada pipi anjing itu sehingga bagian dari kelenjar liur dapat
dilihat dari kulit luarnya. Sebuah saluran kecil di pasang pada pipinya untuk mengukur
aliran air liurnya. Kondisi anjing itu terpisah dari penglihatan dan suara luar, atau
diletakkan pada panel gelas. Rita L. Atkinson, et.al mengungkapkan; lampu
dinyalakan. Anjing dapat bergerak sedikit, tetapi tidak mengeluarkan liur. Setelah
beberapa detik, bubuk daging diberikan; anjing tersenut lapar dan memakannya. Alat
perekam mencatat pengeluaran air liur yang banyak. Prosedur ini beberapa kali.
Kemudian lampu dinyalakan tetapi bubuk daging tidak diberikan, namun anjing tetap
mengeluarkan air liur. Binatang itu telah belajar mengasosiasikan dinyalakan lampu
dengan makanan.

Secara sederhana dari peristiwa ini, Pavlov kemudian mengeksplorasi fenomena


eksperiment tersebut, dan kemudian mengembangkan satu study perilaku (behavioral
study) yang dikondisikan. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut
sebagaithe unconditioned or unlearned stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan
atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan lampu (dinyalakan
lampu disebut sebagai the conditioned or learned stimulus-stimulus yang dikondisikan

4
atau dipelajari), maka dinyalakan lampu akan menghasilkan respons yang sama yaitu
keluarnya air liur dari anjing percobaan.

Peristiwa ini menurut Pavlov merupakan refleks bersyarat dari adanya masalah
fungsi otak, Pavlov melakukan eksperimen itu berulang-ulang dengan berbagai variasi.
Dari peristiwa pengkondisian klasik ini , merupakan dasar bentuk belajar yang sangat
sederhana, sehingga banyak ahli kejiwaan menganggap Pavlov sebagai titik permulaan
tepat untuk penyelidikan belajar.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov maka terlihat bahwa
pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan
stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan respon. Konsep ini megisyaratkan
bahwa proses belajar lebih mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) daripada
motivasi (internal).

4. Prinsip dan Stimulus Kondisioning Klasik


 Penguasaan (Akuisisi)
Penguasaan atau bagaimana organisme mempelajari sesuatu respon atau respon
baru berlaku beberapa tingkatan. Juga semakin sering organisme itu mencoba, lebih
kuat penguasaan berlaku.

Stimulus Kondisioning Klasik

 Generalisasi (Generalitation)
Dalam eksperimennya, Pavlov juga telah menggunakan lonceng yang berbeda
nada, membuat generalisasi bahwa suara yang berbeda atau hampir sama mungkin
diikuti dengan respon.

 Diskriminasi (Discrimination)
Dikriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak
bertindak atau bergerak balas. Yaitu, sesuatu organisme mampu untuk bergerak balas
ke sesuatu rangsangan tetapi tidak ke rangsangan yang lain.

 Penghapusan ( Extinction)
Jika sesuatu rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim,
lama kelamaan organisme itu tidak akan melakukan respon.

5
B. Kondisioning Operant

1. Kondisioning Operant (operant conditioning)

kondisioning operant diciptakan oleh Skinner dan memiliki arti umum


kondisioning perilaku. Istilah "operan" disini berarti (operation) yang pengaruhnya
mengakibatkan organisme melakukan perbuatan pada lingkungannya misalnya
perilaku motor yang biasanya merupakan perbuatan yang dilakukan secara sadar
(Hardy dan Heyes, 1985;Reber, 1988). Landasan dari penggunaan teknik ini yaitu
seperti yang dikemukakan oleh Skinner seorang psikolog Amerika (1971). Dalam
proses kondisioning operant dimana sebuah respons semakin mungkin terjadi atau
semakin jarang terjadi tergantung pada konsekuensinya. Kondisioning operant disebut
juga instrumental kondisioning yang merupakan jenis kedua yang dipelajari oleh
mereka yang mengikuti aliran behaviorisme.

Kondisioning operant telah dipelajari semenjak awal abad ke-20, Skinner


menyebut pendekatan ini sebagai “behaviorisme radikal” untuk membedakannya
dengan behaviorisme yang dianut John Watson, yang menekankan pada kondisioning
klasik. Skinner mengatakan bahwa untuk memahami perilaku, kita sebaiknya
memusatkan perhatian pada penyebab eksternal dari perilaku dan konsekuensi yang
mengikuti perilaku tersebut.

Dalam analisis pengikut Skinner, reinforcement memperkuat atau meningkatkan


kemungkinan terjadinya respons dan hukuman memperlemah atau menurunkan
terjadinya respons. Reinforcement disebut reinforcement primer ketika mereka
memiliki karakteristik alami untuk memperkuat perilaku ( karena mereka memenuhi
kebutuhan biologis) dan disebut reinforcement sekunder ketika reinforcement ini
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya respons melalui
asosiasi dengan reinforcement lainnya. Perbedaan serupa juga berlaku untuk hukuman,
dapat bersifat positif atau negatif tergantung konsekuensinya melibatkan diberikan
atau dihilangkannya stimulus.

Faktor penentu pengkondisian operan adalah sebagai berikut:

 Reinforcer, yaitu konsekuensinya


 Sifat respons atau perilaku
 Interval waktu antara terjadinya respons dan penguatan.
 Perbedaan kunci antara Kondisioning klasik dan Kondisioning operant

2. Kondisioning Operant B. F. Skinner dalam Kehidupan Nyata

Modifikasi perilaku, penerapan prinsip-prinsip kondisioning operant, telah


digunakan dengan sukses pada berbagai situasi, tetapi reinforcement dan hukuman

6
keduanya memiliki kekurangan. Hukuman ketika digunakan dengan tepat dapat
menekan munculnya perilaku yang tidak diharapkan, termasuk perilaku kriminal.
Tetapi sering kali hukuman disalahgunakan dan dapat saja dengan tidak sengaja
memberikan dampak yang tidak diharapkan. Sering kali hukuman diberikan dengan
tidak tepat karena dipengaruhi oleh emosi sesaat, hukuman juga dapat menghasilkan
kemarahan serta ketakutan efeknya sering kali hanya bersifat sementara sangat sulit
untuk memberikan hukuman secara langsung ketika sebuah respons muncul.

hukuman mengandung sedikit informasi mengenai perilaku yang diharapkan


dan mungkin saja hukuman memberikan perhatian yang menyenangkan. Extinction
dari perilaku yang tidak diharapkan yang dikombinasikan dengan penggunaan
reinforcement pada perilaku yang diharapkan biasanya lebih dipilih daripada
penggunaan hukuman semata.

3. Teori Belajar Kondisioning Operant B. F. Skinner

Sumber lain menyebutkan bahwa kondisioning operant adalah suatu proses


perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan., Pengertian
kondisioning operant menurut skinner adalah pengkondisian dimana manusia
menghasilkan suatu respon, atau operant (sebuah ujaran atau aktifitas – aktifitas yang
beroperasi atas dasar lingkungan), operant tersebut dipelajari melalui penguatan.

Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon


dicapai melalui pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang
menguntungkan atau disebut juga penguatan, maka respon tersebut menguat dan jika
respon menghasilkan konsekuensi negatif atau hukuman, maka respon tersebut akan
melemah. Melalui eksperimennya tersebut, Skinner menemukan bahwa perolehan
pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan kebiasaaan semata
atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan secara terus-
menerus dan bertubi-tubi.

Skinner memandang hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement) sebagai


unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk belajar suatu
respon jika segera diikuti oleh penguatan (reinforcement). Skinner lebih memilih
istilah reinforcement daripada reward, karena reward diinterpretasikan sebagai tingkah
laku subjektif yang dihubungkan dengan kesenangan, sedang reinforcement adalah
istilah yang lebih netral. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan
positif dan penguatan negatif. Bentuk -bentuk penguatan positif berupa hadiah,
perilaku, atau penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda
atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang.

7
Jadi inti dari teori kondisioning operant dalam kaitannya dengan psikologi belajar
adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarangan respon yang
muncul sesuai konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk
mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.

4. Prinsip dan Stimulus Kondisioning Operant

a. Penguatan (reinforcement)

Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah


perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan
dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.

 Positive Reinforcement (Penguatan Positif)

adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan


munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena
diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada
dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk
menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut
membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman
sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka
pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan
kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang diberikan untuk
penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan
kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta,
pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai
rangsangan penguatan positif

 Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)

adalah peningkatan frekuensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan


yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi
anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak
tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya,
pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi
dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak
penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan
penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku
yangbaik.

* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik

* Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik

8
b. Hukuman (Punishment)

Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau


menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Dalam hukuman juga
terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive punishment)
dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak
menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka
orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk
menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan
mendapatkan nilai jelek). Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku
akan berkurang ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai
contoh, seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan
temannya dan malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk
tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak tersebut
tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih mengutamakan
pelajarannya.

Stimulus Kondisioning Operant

a. Generalization (Generalisasi) adalah memberikan respon yang sama


terhadap stimulus yang sama atau mirip. Fokus perhatiannya adalah tingkat dimana
perilaku disamaratakan dari satu situasi ke situasi yang lain. Sebagai contoh, anak kecil
yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang dan menyayangi
anjing keluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimang anjing itu
dengan anjing yang lain.

b. Discrimination (diskriminasi) adalah melibatkan perbedaan antara stimulus-


stimulus dan kejadian-kejadian lingkungan, atau dapat diartikan merespon stimulus
yang menunjukkan bahwa sebuah perilaku akan atau tidak akan dikuatkan. Sebagai
contoh, Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan
menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan hal itu bisa saja
berbahaya (dapat dikatakan, anjing tetangga sangat galak dan suka menggigit) maka
orang tua harus memberikan latihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan
penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan cara
oranngtua menunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan
keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa
mengenali mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak.

c. Extinction (Pelenyapan) adalah suatu penghentian penguatan. Jika dalam


suatu kasus dimana pada perilaku sebelumnya individu mendapat penguatan kemudian
tidak lagi dikuatkan sehingga akan ada kecenderungan penurunan perilaku, maka hal
inilah yang dinamakan munculnya suatu pelenyapan (extinction). Pelenyapan juga

9
merupakan suatu strategi menghentikan penguatan dimana pelenyapan ini menarik
penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Hal ini dikarenakan
banyaknya perilaku yang tidak tepat dipertahankan akibat adanya penguatan positif
terhadap perilaku tersebut. Sebagai contoh, orangtua yang kurang peka terkadang
cenderung lebih memperhatikan perilaku yang tidak baik dari anaknya, seperti
menegur, memarahi, membentak, dan sebagainya tanpa sedikitpun memperhatikan
hal-hal baik yang dilakukan oleh anaknya, seperti memuji prestasi-prestasi dan
kelakuan baik anak-anaknya.

C. Perbedaan Kondisioning Klasik dengan Kondisioning operant

 Kondisioning klasik adalah jenis pembelajaran yang menggeneralisasikan


hubungan antara dua rangsangan, yaitu satu menandakan terjadinya yang lain.
Sebaliknya, kondisioning operant menyatakan bahwa organisme hidup belajar
berperilaku dengan cara tertentu, karena konsekuensi yang mengikuti perilaku
masa lalu mereka.
 Dalam kondisioning klasik, proses pengkondisian di mana eksperimen, belajar
untuk mengasosiasikan dua rangsangan, berdasarkan respons tak disengaja
yang terjadi sebelumnya. Sebagai lawan, dalam kondisioning operant, perilaku
organisme akan dimodifikasi sesuai konsekuensi yang muncul setelahnya.
 Kondisioning klasik bergantung pada perilaku tidak sadar atau refleksif, pada
dasarnya, respon fisiologis dan emosional dari organisme seperti pikiran,
emosi dan perasaan. Di sisi lain, kondisioning operant adalah pengkondisian
yang didasarkan pada perilaku sukarela, yaitu respons aktif organisme.
 Dalam kondisioning klasik respons organisme berada di bawah kendali
stimulus, sedangkan pada kondisioning operant responsnya dikendalikan oleh
organisme.
 Kondisioning klasik, mendefinisikan stimulus terkondisi dan tidak terkondisi,
tetapi kondisioning operant tidak mendefinisikan stimulus terkondisi, yaitu
hanya dapat digeneralisasi.
 Ketika datang ke terjadinya stimulus tanpa syarat, itu dikendalikan oleh
eksperimen, dan organisme memainkan peran pasif. Bertentangan dengan ini,
kejadian penguat berada di bawah kendali organisme dan dengan demikian,
organisme bertindak aktif.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, kami menyimpulkan bahwa dalam


kehidupan nyata, kondisioning klasik dapat membantu kita menjelaskan respons-
respons emosional yang positif, ketakutan dan fobia, perluasan cinta dan
ketidaksukaan. Sedangkan kondisioning operant dapat menekan munculnya
perilaku yang tidak diharapkan, termasuk perilaku kriminal.

 Kondisining Klasik : Hubungan antara 2 rangsangan berdasarkan respon tak


sengaja yang terjadi sebelumnya.
 Kondisioning Operant : perubahan perilaku karna adanya konsekuensi yang
mengikuti perilaku masa lalu mereka.

Prinsip-prinsip teori belajar perilaku menurut Skinner ada tiga, yaitu prinsip
konsekuensi yang terdiri dari reinforser dan hukuman, prinsip kesegaraan
konsekuensi, dan prinsip pembentukan atau shaping.

B. Saran

Maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan
reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita
memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori
conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang
diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun materi yang kami sajikan, oleh karena itu mohon berikan sarannya
agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex. 2003 Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung : CV Pustaka Setia
Wade, Carole Carol Tavris. 2007. psychology 9th edition. Jakarta : Penerbit Erlangga
https://core.ac.uk/download/pdf/270308455.pdf
https://www.academia.edu/12185809/makalah_operant_conditioning
https://id.gadget-info.com/difference-between-classical-
conditioning#:~:text=Pengkondisian%20Klasik%20adalah%20salah%20satu,pola%20me
lalui%20penguatan%20atau%20hukuman

12

Anda mungkin juga menyukai