Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI BELAJAR PAVLOV, BANDURA DAN ALIRAN


LATIHAN MENTAL

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. NIA PUSVITASARI (332016013)
2. KLARA EGA ZELLA (332016025)

MATA KULIAH: TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

DOSEN PEMBIMBING:
1. Dr. H. Rusdy A. Siroj, M.Pd.
2. Dr. Refi Elvira Yuliana, S.Si., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019

i
KATA PENGANTAR

puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena
dengan limpahan rahmat taufik dan hidayahnya ,saya masih diberikan kesehatan
dan kekuatan untuk dapat membuat dan menyusun makalah ini. Makalah disini
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teori Belajar dan Pembelajaran Matematika
“ dengan judul “Teori belajar dari Ivan Petrovich Pavlov, Bandura dan Latihan
Mental ”.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna dan masih banyak sekali kesalahan . Saya berharap semoga
makalah ini bisa menambah pengetahuan dan menambah wawasan kita semua.
Disamping itu kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun, dengan maksud agar makalah ini bisa lebih baik lagi
untuk yang akan datang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua
amin.

Palembang, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV ...................................... 3
1. Biografi Pavlov ............................................................................................ 3
2. Pemikiran Ivan Pavlov Dalam Pembelajaran Matematika .......................... 3
3. Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajaran Matematika............. 4
B. TEORI BELAJAR BANDURA................................................................... 7
1. Tokoh Albert Bandura .............................................................................. 7
2. Teori Belajar Bandura .............................................................................. 7
3. Aplikasi dalam Pembelajaran Matematika ............................................... 9
C. ALIRAN LATIHAN MENTAL ................................................................ 10
1. Pengertian Mental................................................................................... 10
2. Aliran Latihan Mental ............................................................................ 11
3. Kelebihan Aliran Latihan Mental ........................................................... 11
4. Kekurangan Aliran Latihan Mental ........................................................ 12
5. Keefektivan Penerapan Aliran Latihan Mental terhadap Pembelajaran
Matematika di SD .......................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori Pengkondisian Klasik adalah tipe pemeblajaran dimana suatu
organisme belajar untuk mengaitkan antara Stimulus-Respon. Teori
Pengkondisian Klasik ini dipelopori oleh seorang ahli sosiologi Rusia
bernama Ivan Pavlov. Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap
anjing. Dia meletakkan sebuah daging di depan mulut anjing.
Teori belajar bandura ini merupakan aliran psikologi sosial yang
menekankan bahwa lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh
seseorang melalui prilakunya. Teori belajar sosial merupakan perluasan
teori belajar prilaku. Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori
belajar prilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekan pada efek-efek
pada perilaku dan proses mental (Dahar R. W., 2006).
Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang
mengemukakan bahwa struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-
gumapalan otot. Agar ini kuat, maka harus dilatih dengan beban. Makin
banyak latihan dan beban yang makin berat, maka otot atau otak itu makin
kuat pula.
Oleh karena itu, jika anak atau siswa ingin pandai, maka ia harus
dilatih otaknya dengan cara banyak berlatih memahami dan mengerjakan
soal-soal yang benar, makin sukar materi itu makin pandai pula anak
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penegrtian Teori Pengkondisian Klasik, Bandura dan Aliran
Latihan Mental ?
2. Bagaimana eksperimen yang dilakukan oleh masing-masing teori
belajar ?
3. Bagaimana menerapkan ketiga teori tersebut dalam pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Teori Pengkondisian Klasik apabila digunakan
dalam proses pembelajaran dan Untuk mengetahui peran stimulus-
respon pada seorang anak
2. Untuk Mengetahui Teori Bandura apabila digunakan dalam proses
pembelajaran dan Untuk mengetahui peran teori tersebut
3. Untuk Mengetahui Teori Aliran Latihan Mental apabila digunakan
dalam proses pembelajaran dan Untuk mengetahui peran teori tersebut

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV


1. Biografi Pavlov
Tokoh Classical Conditioning dan bapak teori belajar modern, Ivan
Petrovich Pavlov dilahirkan di Ryazan Rusia desa tempat ayahnya Peter
Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta pada 18 September tahun 1849 dan
meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia dididik di sekolah
gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Ayahnya seorang pendeta, dan
awalnya Pavlov sendiri berencana menjadi pendeta, namun dia berubah pikiran
dan memutuskan untuk menekuni fisiologis. Dia sebenarnya bukanlah sarjana
psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena dia adalah seorang
sarjana ilmu faal yang fanatik. Tahun 1870, ia memasuki Universitas Petersburg
untuk mempelajari sejarah alam di Fakultas Fisika dan Matematika. Ia terkenal
dengan teori belajar klasiknya yaitu Pavlovianisme, yang diambil dari nama
pavlov sebagai peletak dasar teori itu, dan ia juga merupakan seorang penganut
aliran tingkah laku (Behaviorisme) yaitu aliran yang berpendapat, bahwa hasil
belajar manusia itudidasarkan kepada pengamatan tingkah laku manusia yang
terlihat melalu stimulus respons dan belajar bersyarat (Conditioning Learning).
Menurut aliran ini tingkah laku manusia termasuk organisme pasif yang
bisadikendalikan. Tingkah laku manusia bisa dikendalikan dengan cara memberi
ganjaran dan hukuman.

2. Pemikiran Ivan Pavlov Dalam Pembelajaran Matematika


Prosedur Conditioning Pavlov disebut Classic karena merupakan
penemuan bersejarah dalam bidang psikologi. Secara kebetulan Conditioning
refleks (psychic refleks) ditemukan oleh Pavlov pada waktu ia sedang
mempelajari fungsi perut dan mengukur cairan yang dikeluarkan dari perut ketika
anjing (sebagai binatang percobaannya) sedang makan. Ia mengamati bahwa air
liur keluar tidak hanya pada waktu anjing sedang makan, tetapi juga ketika
melihat makanan. Jadi melihat makanan saja sudah cukup untuk menimbulkan air
liur. Gejala semacam ini oleh Pavlov disebut “Psychic” refleks. Conditioning

3
adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon
terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu, atau
suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku.
Jadi classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses
persyaratan (conditioning process). Dan Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku
organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan.
Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan eksperimen tentang
berfungsinya kelenjar ludah pada anjing sebagai binatang ujicobanya (Wade,
2007).

3. Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajaran Matematika


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar menurut
Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan peranan reaksi
3. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Adapun Contoh penggunaan pemikiran Pavlov dalam pembelajaran
Matematika yaitu:
1. Guru yang biasa memberikan pelajaran dengan latihan soal dan usai
memberikan pelajaran menyuruh siswa mengerjakan latihan soal yang ada
dalam buku teks dipapan tulis. Bila penyelesaian soal tersebut benar maka
guru akan tersenyum dan mengatakan “bagus”. Stimulus ini akan
ditangkap oleh siswa dan dianalogikan bahwa perkataan “bagus” berarti
jawaban siswa tersebut “benar”. Ini akan berbeda jika siswa mengerjakan
soal dipapan dan guru cuma tersenyum tanpa mengatakan bagus, karena
siswa akan menganalogikan jawaban yang dibuatnya belum tentu “benar”.
Jadi siswa akan selektif mengartikan senyum guru.
2. Guru memberikan soal latihan matematika kepada muridnya, dan guru
harus memberikan imbalan atas kerja keras anak, misalnya memeriksa

4
hasil laihitan yang dikerjanya mereka dan memberikan nilai, perlakuan
seperti itu akan menjadi perangsang agar murid bersemangat mengerjakan
soal-soal latihan matematika berikutnya.
3. sikap ramah seorang guru memiliki kecendrungan menimbulkan respons
positif pada subjek didik, meskipun ada kemungkinan timbulnya respons
negatif pada subjek didik manja. Pada awal pelajaran, konsep-konsep yang
sulit dapat menimbulkan shock symbol pada sebagian subjek didik, tetapi
justru dapat pula merangsang subjek didik belajar gigih agar
memahaminya. Demikian pula, latar belakang ekonomi rendah dapat
menimbulkan respons berupa semangat belajar tinggi dan sebaliknya.
4. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
matematika, misalnya:
a. Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada
individu,
banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negatif
terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan
digeneraalissikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
b. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan
menciptakaan ruang
membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan
lain sebagainya.
5. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasisituasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya:
a. Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan siswa lain cara
memahami materi pelajaran.
b. Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
misalnya dengaan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat
menyimpan apa yang dipelajari dengan baik.
c. Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk
membacakan hasil akhir dari tugas matemarikanta di depan kelompok
kecil sambil duduk di tempat, kemudian berikutnyadengan berdiri.

5
Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah ia untuk membaca hasil tugas
tersebut di depan seluruh murid di kelas.
6. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap
situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan
menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, dengan: Meyakinkan siswa
yang cemas ketika menghadapi ujian akhir dalam pelajaran matematika,
yakinkan bahwa ujian tersebut sama dengan ujian-ujian matematika lain
yang pernah mereka lakukan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma Pavlov
akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru
tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-
contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun
secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan
dari penerapan teori belajar Pavlov ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku
yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak. Kritik ini sangat tidak berdasar karena
penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang
dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga
kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik. Metode Pavlov ini sangat cocok untuk
perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya
tahan dan sebagainya. Terutama pada pelajaran matematika yang memerlukan
kebiasaan dalam pengerjaannya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentukbentuk

6
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. (Amir & Risnawati,
2015)

B. TEORI BELAJAR BANDURA


1. Tokoh Albert Bandura
Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mondere Alberta, Canada.
Dia memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun
kemudian ia juga meraih gelar doktor (Ph.D). Setahun setelah lulus, ia bekerja di
Standford University. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
sosial. Bandura mengemukakan bahwa seseorang itu belajar melalui proses
meniru. Maksud meniru disini bukanlah mencontek, tetapi meniru hal-hal yang
dilakukan oleh orang lain.
2. Teori Belajar Bandura
Teori belajar bandura ini merupakan aliran psikologi sosial yang
menekankan bahwa lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh seseorang
melalui prilakunya. Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar prilaku.
Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar prilaku, tetapi memberikan
lebih banyak penekan pada efek-efek pada perilaku dan proses mental (Dahar R.
W., 2006).
Dalam model pembelajaran Bandura ada beberapa konsep. Adapun
konsep-konsep dari teori belajar Bandura adalah sebagai berikut:
1. Pemodelan
Pemodelan adalah konsep dasar dari teori ini. Sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan dan mengingat tingkah laku orang lain. Hasil
pengamatan itu kemudian dihubungkan dengan pengalaman baru dan sebelumnya.
Dengan begitu ada kesempatan untuk mengekspresikan tingkah laku yang
dipelajari (Trianto, 2010). Percobaan Albert Bandura yang terkenal adalah
percobaan Bobo Doll.
Adapun jenis-jenis pemodelan:
a) Peniruan langsung
Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
mengajarkan pengetahuan yang diajarkan setahap demi setahap. Ciri khas
pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu di mana seseorang

7
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
keterampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model
melalui proses perhatian. Contohnya meniru gaya penyanyi yang disanjungi.
b) Peniruan tak langsung
Peniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak langsung.
Contohnya meniru watak yang dibaca dalam buku.
c) Peniruan gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang berlainan
yaitu Peniruan langsung dan tidak langsung. Contohnya pelajar meniru gaya
gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang dibacanya.

2. Belajar Vicarious
Sebagian besar belajar termotivasi oleh harapan bahwa meniru model
dengan baik akan mendapat dukungan. Namun, ada yang belajar dengan melihat
orang diberi dukungan atau dihukum saat terlibat dalam perilakuperilaku
tertentu. Inilah yang disebut belajar “vicarious”. Guru-guru dalam kelas selalu
menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila seorang murid berkelakuan tidak baik,
guru memperhatikan anak-anak yang bekerja dengan baik dan memuji mereka,
dan anak yang nakal itu akan melihat bahwa bekerja yang baik akan memperoleh
dukungan sehingga ia pun kembali.

3. Perilaku Diatur-Sendiri
Perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh
dirinya sendiri. Manusia belajar suatu standar performa yang menjadi dasar
evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar
performa maka akan dinilai positif, tetapi sebaliknya bila tidak mampu
berperilaku sesuai standar,maka akan dinilai negatif. Manusia mengamati
perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang
disusunnya sendiri, kemudian memberi dukungan atau hukuman pada dirinya
sendiri (Dahar R. W., 2006)

8
3. Aplikasi dalam Pembelajaran Matematika
Bandura dalam teorinya mengemukakan bahwa seseorang itu belajar
melalui proses meniru. Maksud meniru disini bukanlah mencontek, tetapi meniru
hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.
Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui
pengalaman langsung juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi.
Bandura juga percaya bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai
seseorang yang memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan.
Dan dalam hal ini sebagian besar guru memiliki kriteria tersebut sehingga dapat
menjadi model yang berpengaruh besar. Guru dapat menjadi model untuk suatu
keahlian, strategi pemecahan masalah, kode moral, standar performa, aturan dan
prinsip umum, dan kreativitas. Guru juga dapat menjadi modeltindakan, yang
akan diinternalisasi siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri.
Proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru
harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi
perhatian kepada si pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun
tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk
mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif, karena
pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat dan meniru dari model
yang dihadirkan.
Namun dalam belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep
sehingga guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat
mudah diingat oleh si pembelajar.
Pengembangan pembelajaran KPK dengan menggunakan teori Bandura,
guru dalam menyampaikan pelajarannya harus memberikan metode-metode yang
mudah untuk dipahami dan diikuti oleh siswa-siswanya agar siswa lebih mudah
untuk memilih teori mana yang akan diikuti dan diterapkan dalam mengerjakan
soal-soal tentang KPK. Peranan seorang guru sangat penting dalam hal ini. Guru
harus bisa menciptakan pembelajaran yang menarik dan dapat dipahami siswa
dengan baik sehingga KPK menjadi pelajaran yang diminati dan dikuasai oleh
siswa.

9
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah hasil perkalian dari dua
buah faktor-faktor (prima) yang berbeda dengan mengambil pangkat tertinggi.
Terdapat beberapa metode untuk menentukan KPK, yaitu:
a. Melalui himpunan kelipatan persekutuan
Carilah KPK dari 4 dan 6!
HK (4) : {4,8,12,16,20,24,28,32,36,...}
HK (6) : {6,12,18,24,30,36,42,48,...}
KPK dari 4 dan 6 adalah 12
b. Melalui faktorisasi prima
Berapakah KPK 12 dan 18?
FP (12) : 22 x 3
FP (18) : 2 x 32
KPK = 22 x 32
=4x9
= 36

C. ALIRAN LATIHAN MENTAL


1. Pengertian Mental
Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa,
nyawa, sukma, roh, semangat. Sedangkan dalam kamus psikologi mental adalah
yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya
menyinggung masalah pikiran, akal atau ingatan.
Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah “Berkenaan
dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan
bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan
melainkan juga pembangunan batin dan watak”.
Mental secara istilah dapat diartikan dengan “semangat jiwa yang tegar,
yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia” Melihat
dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam
tubuh (fisik) manusia yang dapat memepengaruhi perilaku, watak dan sifat
manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.

10
2. Aliran Latihan Mental
Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan
bahwa struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-gumapalan otot. Agar ini kuat,
maka harus dilatih dengan beban. Makin banyak latihan dan beban yang makin
berat, maka otot atau otak itu makin kuat pula.
Oleh karena itu, jika anak atau siswa ingin pandai, maka ia harus dilatih otaknya
dengan cara banyak berlatih memahami dan mengerjakan soal-soal yang benar,
makin sukar materi itu makin pandai pula anak tersebut.
Aliran ini layaknya pepatah “pisau, semakin diasah maka akan semakin
tajam”. Begitu juga dengan otak kita. Jika kita menggunakan otak kita untuk
berfikir dan belajar, maka kita akan menjadi semakin banyak ilmunya. Melihat
kemampuan dan kapasitas otak yang luar biasa, wajar saja kalau ada pernyataan
bahwa tidak ada manusia yang bodoh. Kebodohan merupakan hal yang
terimplikasi oleh kemalasan. Artinya, orang yang merasa tidak cerdas, sebenarnya
bukan bodoh, melainkan kurang memaksimalkan kinerja dan kemampuan
otaknya.
Memaksimalkan kinerja dan kemampuan otak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan belajar. Menurut aliran ini cara belajar yang dapat
memaksimalkan kerja otak yaitu dengan cara banyak berlatih memahami dan
mengerjakan soal-soal. Sehingga, semakin kita sering mengerjakan soal dan
semakin kita mampu mengerjakan soal yang sulit, maka kita akan semakin
pandai. Dan, semakin kita mampu mengerjakan soal-soal tersebut, maka mental
kita pun akan terlatih menjadi lebih baik. Tetapi, sebaiknya latihan dilakukan
secara bertahap dan tidak terus menerus tanpa istirahat. Latihan dimulai dari
mengerjakan soal yang mudah lalu dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal
yang susah.

3. Kelebihan Aliran Latihan Mental


Kelebihan aliran latihan mental yaitu:
1. Siswa menjadi lebih rajin
2. Menjadikan siswa menjadi tidak mudah putus asa
3. Mengingat materi cukup lama,karena sering berlatih
4. Terbentuknya mental yang baik

11
4. Kekurangan Aliran Latihan Mental
Kekurangan aliran latihan mental yaitu:
1. Jika siswa tidak kuat mengikuti pelajaran tersebut, maka ia akan berputus asa
dan malas untuk belajar.
2. Jika latihan dilakukan terus menerus tanpa istirahat bisa membuat siswa
stress.

5. Keefektivan Penerapan Aliran Latihan Mental terhadap Pembelajaran


Matematika di SD
Aliran ini cocok jika digunakan dalam pembelajaran matematika, karena
matematika merupakan kategori mata pelajaran yang cukup sulit sehingga
membutuhkan pemahaman dan latihan mengerjakan soal-soal. Semakin sering
dan mampu mengerjakan soal yang sulit, maka semakin paham dan pandai siswa
tersebut dalam pelajaran matematika.
Sebagai seorang pendidik kita harus mampu memahami peserta didik.
Aliran latihan mental cukup baik digunakan dalam metode pembelajaran, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik di SD. Pemberian materi bisa
dilakukan dari hal-hal yang cukup mudah, sampai kepada tingkatan yang paling
atas secara hirarki, sehingga peserta didik tidak terkejut dan nyaman sehingga
kegiatan belajar mengajar belajar lancar.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa teori
belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan terhadap tingkah laku
manusia sebagai akibat antara stimulus dan respon. Pavlov menemukan percobaan
melalui anjing bahwa terdapat hubungan antara stimulus-respon.
Teori belajar bandura ini merupakan aliran psikologi sosial yang
menekankan bahwa lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh seseorang
melalui prilakunya. Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar prilaku.
Aliran ini layaknya pepatah “pisau, semakin diasah maka akan semakin
tajam”. Begitu juga dengan otak kita. Jika kita menggunakan otak kita untuk
berfikir dan belajar, maka kita akan menjadi semakin banyak ilmunya.

B. Saran
Dari makalah ini diharapkan dapat menjadi bekal nantinya sebagai calon
pendidik agar tercapainya tujuan secara efektif dan efesien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Z. d. (2015). Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Aswaja


Pressindo.

Amir, Z., & Risnawati. (2015, Oktober). PEMIKIRAN GAGNE, GESTALT


DAN PAVLOV DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Psikologi
Pembelajaran Matematika, hal. 45-50.

Andrian, M. A. (t.thn.). Teori Pembelajaran Sosial . 1-2.

Dahar, R. w. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga.

Deni, H. A. (2013). Teori Belajar Aliran Latihan Mental Dalam Pembelajaran


Matematika di SD. 4-6.

Mariam Nasution, M. (2015). Teori Pembelajaran Matematika Menurut Aliran


Psikologi Behavioristik. 118.

Siregar Eveline, H. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit


Ghalia Indonesia.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu . Surabaya: Bumi Aksara.

Wade, C. &. (2007). Psikolodi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Zubaidah Amir M.Pd dan Dr. Risnawati, M. (2015). Psikologi Pembelajaran


Matematika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

14

Anda mungkin juga menyukai