Anda di halaman 1dari 24

TEORI PENGKONDISIAN KLASIK OLEH IVAN PAVLOV

Dosen Pengampu : Dhini Rama Dhanias. S.Psi.,M.Psi,Psikolog

KELOMPOK 1

1. Mardliyya Ahmad (202360060)


2. Ahmad Farid Pangestu (202360062)
3. Sabti Riguna Hidayah (202360079)
4. Siti Umayyah (202360090)
5. Fito Uli Huda (202360098)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2023
Kata Pengantar
Dengan hormat,
Kehadirat Allah SWT yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur atas nikmat dan
rahmat-Nya yang senantiasa melimpah. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari kegelapan menuju cahaya petunjuk.
Serta salam sejahtera pula selalu tercurah kepada kita semua.
Dalam kerangka pengembangan pemahaman dan pemikiran, saya dengan rendah hati
menyajikan makalah ini yang berjudul “Teori Pengkondisian klasik Ivan Pavlov”.
Makalah ini bertujuan untuk menjelajahi dan mendalami Teori Pengkondisian klasik ,
serta mengaitkannya dengan relevansi dan aplikasinya dalam konteks Manusia.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari kerjasama dan dukungan berbagai pihak.
Saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Universitas Muria
Kudus yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dorongan selama proses
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat, membuka
wawasan, dan menginspirasi pembaca untuk lebih mendalami dan menggali potensi
dari Teori Pengkondisian klasik Kesalahan dan kekurangan yang ada tentu saja
menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu saya nantikan guna perbaikan dan penyempurnaan di masa
mendatang.
Tanpa mengurangi rasa hormat, marilah kita bersama-sama memahami, menyimak,
dan meresapi isi makalah ini. Semoga pengetahuan yang terkandung di dalamnya
dapat membuka pintu pemahaman yang lebih luas dan membimbing kita menuju
kesadaran yang lebih tinggi.
Akhir kata, izinkan kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan waktu yang
telah diberikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita
semua.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kelompok 1
Universitas Muria Kudus
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Ivan Pahlov...................................................................................................................6
2.2 Teori Pembiasaan Klasikal (Classical Conditioning)...................................................7
2.3 Eksperiment Teori Ivan Pahlov....................................................................................9
2.4 Hukum-Hukum Teori Belajar Classical Conditioning Paplov...................................10
2.5 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov.....................................16
2.6 Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam Pengajaran..18
2.7 Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning di Kelas.................19
2.8 Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam Kehidupan
Sehari-Hari........................................................................................................................21
BAB III.................................................................................................................................23
PENUTUP............................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................23
Daftar Pustaka......................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori belajar merupakan landasan proses pembelajaran, pedoman terbentuknya


kondisi belajar. Teori belajar dapat didefinisikan sebagai integrasi prinsip-
prinsip yang memandu rancangan kondisi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Adanya teori-teori pembelajaran akan memudahkan guru dalam
mengimplementasikan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak
teori pembelajaran telah ditemukan yang terutama berfokus pada pencapaian
perubahan perilaku setelah proses pembelajaran. Teori belajar adalah ilmu yang
melibatkan situasi belajar bersyarat yang bertujuan untuk mencapai perubahan
perilaku yang diinginkan.

Sebagian besar sejarah psikologi mengungkapkan bahwa pengondisian adalah


bentuk pembelajaran yang paling sederhana dan lugas. Sebab menurut para
ahli, penerapannya ke arah pembentukan organisasi kelas belum matang seperti
proses pembelajaran konsep, berpikir dan memecahkan masalah. Salah satu
pencipta pembelajaran kondisional klasik adalah Ivan Pavlov, ia dikenal
sebagai ikon behaviorisme.

Pengkondisian klasik, sebuah teori yang berasal dari penelitian ilmuwan Rusia
Ivan Pavlov pada awal abad ke-20, telah menjadi salah satu konsep sentral
dalam memahami perilaku dan pembelajaran. Pavlov awalnya melakukan
penelitian tentang refleks air liur pada anjing dan secara tidak sengaja
menemukan konsep pengondisian klasik ketika ia memperhatikan bahwa anjing
mulai merespons rangsangan yang sebelumnya tidak berhubungan setelah
dikaitkan dengannya berulang kali dicocokkan dengan rangsangan yang
berbeda. Dalam perkembangannya, teori ini diterapkan untuk memahami
bagaimana manusia dan hewan dapat belajar melalui hubungan antara stimulus
dan respon. Meskipun eksperimen Pavlov pada anjing memberikan dasar bagi
teori ini, penerapan pengondisian klasik pada konteks psikologi manusia
membuka jalan untuk eksplorasi lebih lanjut tentang bagaimana hubungan
antara Rangsangan dan respons dapat memengaruhi perilaku dan pembelajaran
manusia. Dalam konteks ini, penelitian terbaru dan pengembangan lebih lanjut
teori Pavlov menjadi relevan untuk memahami mekanisme dasar pembelajaran
dan dampaknya terhadap bidang psikologi modern. Oleh karena itu, kajian
lebih lanjut terhadap teori pengkondisian klasik sangat bermanfaat untuk
memahami perilaku manusia, terutama dalam konteks psikologi pendidikan,
psikologi klinis, dan penerapan lainnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang melatar belakangi teori ini di cetuskan oleh ivan pahvlov?
2. Bagaimana konsep pengkondisian klasik yang dikembangkan oleh Ivan
Pavlov memengaruhi pemahaman kita tentang proses pembelajaran dan
perilaku manusia?
3. Apa saja prinsip dasar dari teori kondisioning klasik Pavlov dan bagaimana
mereka dapat diaplikasikan dalam analisis perilaku manusia?
4. Bagaimana aplikasi teori-teori terkait conditioning klasik dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan strategi pembelajaran yang efektif?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memahami Teori yaqng dikemukakan oleh ivan pahlov dan juga lata
belakang dari teori tersebut
2. Mengindetifikasi Proses pembelajaan dan perilaku manusia dengan di
hubungkan dengan teori Pahlov
3. Menganalisis konsep dasar teori kondisioning klasik yang dikembangkan
oleh Ivan Pavlov.
4. Mengetahui implementasi Teori Pahlov dalam Pembelajaan yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ivan Pahlov

Ivan Petrovich Pavlov adalah tokoh klasik di bidang pengondisian dan bapak
teori pembelajaran modern. Ia dilahirkan di Ryazan, Rusia, di mana ayahnya, Peter
Dmitrievich Pavlov, menjadi pendeta pada tanggal 18 September 1849. Ia meninggal
pada tanggal 27 Februari 1936 di Leningrad. Ia belajar di sekolah paroki sebelum
memasuki Seminari Teologi. Awalnya Pavlov ingin menjadi pendeta seperti ayahnya,
namun ia berubah pikiran dan memilih menjadi ahli fisiologi. Dia adalah seorang
sarjana fisiologi yang fanatik dan tidak ingin disebut psikolog. Dia memasuki St.
Petersburg pada tahun 1870 dan mempelajari sejarah alam di Fakultas Fisika dan
Matematika. Pada tahun ketiganya, ia masuk Académie Médica Chiraginale. Namun,
dia tidak ingin menjadi dokter; sebaliknya, dia ingin menjadi ahli fisiologi yang hebat.
Pavlov menginstruksikan staf laboratoriumnya untuk hanya menggunakan istilah
fisiologis. Dia akan menghukum karyawannya jika dia melihat mereka menggunakan
bahasa psikologis, seperti mengekspresikan emosi atau pengetahuan tentang seekor
anjing. Dalam fisiologi, eksperimen Pavlov yang paling terkenal dimulai dengan studi
tentang pencernaan. Buku-buku abad ke-16, terutama yang ditulis oleh Pisarev,
mempengaruhi Pavlov sepanjang hidupnya. Berkat sangat konsisten dalam bekerja, ia
mendapat banyak ilmu tentang fisiologi. Perjalanan Pavlov ke luar negeri memainkan
peran penting dalam perkembangannya sebagai ahli fisiologi. Eksperimen yang
dilakukannya sangat dipengaruhi oleh keahliannya di bidang fisiologi.
Selama eksperimennya, ia menemukan bahwa seekor anjing, yang menjadi subjek
penelitiannya, mengeluarkan air liur saat makan. Ia kemudian mempelajari fenomena
ini dan mengembangkan teori pengkondisian klasik untuk mempelajari perilaku
terkondisi. Menurut teori ini, ketika bunyi bel (bel disebut stimulus yang terkondisi
atau dipelajari, stimulus yang tidak terkondisi atau tidak dipelajari) digabungkan
dengan makanan (makanan disebut stimulus yang tidak terkondisi atau gagal belajar),
hal yang sama terjadi. . reaksi terjadi. dalam air liur anjing, pengalaman itu akan
tercipta dari suara bel. Karyanya bahkan memenangkan Hadiah Nobel.
Selain itu, teori ini menciptakan psikologi perilaku dan meletakkan dasar untuk
mempelajari proses pembelajaran dan mengembangkan teori pembelajaran. Sejak
tahun 1902, Pavlov menggunakan anjing untuk melakukan penelitian ekstensif
tentang kelenjar ludah. Sejak tahun 1902, Pavlov menggunakan anjing untuk
melakukan penelitian ekstensif tentang kelenjar ludah. Sesaat sebelum tahun itu,
ketika Pavlov berusia 50 tahun, ia memulai karyanya yang terkenal tentang keadaan
refleks yang dikenal sebagai refleks terkondisi. Dua karya penting adalah Conditioned
Reflexes dan The Work of the Digestive Glands (1902). Atas karyanya, ia menerima
Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1904. Karyanya
tentang pengkondisian memiliki dampak yang signifikan terhadap psikologi perilaku
di Amerika Serikat (Situs Resmi Nobel Foundation, 2007).
Pavlov hanya mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap psikologi
dibandingkan terhadap ahli fisiologi. Di Uni Soviet, psikologi saat ini sebagian besar
bersifat Pavlov. Di Uni Soviet, psikologi didasarkan pada pandangan Pavlov karena
sejalan dengan materialisme dan doktrin sejarah.
Von Bechterev adalah psikolog paling terkenal yang mempopulerkan efek Pavlovian.
Aliran psikologi ini sangat berpengaruh di Amerika Serikat, kecuali di Uni Soviet.
Ketika J.B. Watson menghabiskan waktu membaca karya Pavlov dan merasa bahwa
ia menemukan contoh-contoh yang sesuai dengan gagasannya untuk menjelaskan
masalah-masalah dalam perilaku manusia. Dengan demikian, Pavlovianisme
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan behaviorisme di
Amerika Serikat.
Ivan Pavlov meninggal karena pneumonia di Leningrad pada 27 Februari 1936, dalam
usia 86 tahun. Dia diberi pemakaman mewah dan laboratorium serta kantornya
dilestarikan sebagai museum untuk menghormatinya.

2.2 Teori Pembiasaan Klasikal (Classical Conditioning)

Teori pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil


eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849- 1936) , seorang ilmuan besar
Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya
classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973).
Pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini termasuk pada Teori Behaviorisme,
Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan Perilaku ini harus dijelaskan
melalui pengalaman yang dapat diamati dan bukan melalui proses mental. Menurut
para behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan dapat dilihat
secara langsung3. Kata klasik yang mengawali nama teori ini digunakan hanya untuk
mengapresiasi karya Pavlov yang dianggap tertua dalam bidang pengkondisian (usaha
pembiasaan), dan untuk membedakannya dengan teori teori pengkondisian alternatif
(Gleitman, 1986). Selain itu, mungkin karena fungsinya yang ,teori Pavlov juga dapat
disebut sebagai pengkondisian responden (membutuhkan kebiasaan).
Pengkondisian klasik adalah jenis pembelajaran di mana suatu organisme belajar
mengasosiasikan atau mengasosiasikan rangsangan. Dalam pengkondisian klasik,
stimulus netral (seperti melihat seseorang) adalah dipasangkan dengan stimulus yang
berarti (seperti makanan) dan memunculkan kemungkinan untuk melakukan
kemungkinan yang sesuai.
5 Pavlov mengidentifikasi makanan sebagai stimulus tak terkondisi (AS) ) dan air
liur sebagai respons tak terkondisi (UR) atau respons tak terkondisi. Unconditioned
stimulus (US) atau perangsang tak bersyarat atau perangsang alami, yaitu perangsang
yang secara alami dapat menimbulkan respons tertentu, misalnya makanan bagi
anjing dapat menimbulkan air liur. Perangsang bersyarat atau conditioned stimulus
(CS), yaitu perangsang yang secara alami tidak dapat menimbulkan respons tertentu,
misalnya suara lonceng yang dapat menimbulkan keluarnya air liur. Respons bersyarat
atau unconditioned respons (UR), yaitu respons yang ditimbulkan oleh bersyarat (bel).
Prosedur percobaan Pavlov dapat digambarkan sebagai berikut:
Sebelum conditioning CS (bel) ------------------------------------------tidak ada respons
air liur
UCS (daging)----------------------- (UCR) mengeluarkan air liur
Selama conditioning CS (bel) dan---------------------------------- + UCR (mengeluarkan
air liur)
UCS (daging)----------------------------------sesudah conditioning
CS (bel)---------------------------------------------- CR (mengeluarkan air liur).
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-
hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual
es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu
asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa
menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada
lagu tersebut betapa stimulus berkondisi diulang atau diberikan kembali tanpa diikiuti
oleh stimulus tak berkondisi ? Dalam hal ini akan terjadi pelenyapan atau padam atau
hilang. Dengan kata lain pelenyapan adalah tidak terjadinya respon atau menurunnya
kekuatan respon pada saat diberikan kembali stimulus berkondisi tanpa diikuti
stimulus tak terkondisi setelah terjadinya respon.
Sedangkan penyembuhan spontan adalah suatu tindakan atau usaha nyata untuk
menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya ialah melalui rekonditing atau
mengkondisi kembali melalui pemberian kedua stimulus secara berpasangan.8 Konsep
lain dari classical conditioning adalah stimulus generalisasi dan diskriminasi. Dalam
hal ini Pavlov menyatakan bahwa respon berkondisi timbul terhadap stimulus yang
tidak berpasangan atau tidak dipasangkan dengan stimulus tak berkondisi. Ini berarti
ada semacam kecenderungan untuk menggeneralisasikan respon berkondisi terhadap
stimulus lain apabila dalam beberapa hal memiliki kesamaan dengan stimulus
berkondisi atau asli. Makin tinggi tingkat kesamaannya semakin tinggi pula
generalisasinya. Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari
stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan
respons yang sama (Jones, Kemenes, & Banjamin, 2001)

2.3 Eksperiment Teori Ivan Pahlov

Eksperimen Ivan Pavlov dengan pengkondisian klasik pada hewan menjadikannya


dikenal. Teori pembelajaran dan perilaku didasarkan pada eksperimen ini. Berikut ini
adalah penjelasan lengkap dari eksperimen tersebut:
Eksperimen Klasik Pengkondisian Ivan Pavlov:
1. Konteks Eksperimen: Pavlov tertarik pada refleks saliva anjing pada awal
tahun 1900-an dan memutuskan untuk menyelidiki mekanisme di balik respons
fisiologis ini. Laboratorium Fisiologi Institut Fisiologi Saint Petersburg adalah
tempat eksperimen dilakukan.
2. Desain Eksperimen:
a. Fase 1—Stimulus Asli: Anjing diberi makan dan secara alami mengeluarkan
saliva.
b. Fase 2—Stimulus Netral: Pavlov memberi anjing lonceng, atau stimulus
netral, sebelum memberi makanan dan mencatat reaksi anjing.
3. Pengkondisian Klasik:
a. Asosiasi Stimulus: Setelah beberapa percobaan, anjing mulai mengaitkan
lonceng (stimulus netral) dengan makanan.
b. Respons Baru: Ketika anjing tidak memiliki makanan, lonceng
mengeluarkan saliva, menunjukkan respons baru yang dikondisikan.
4. Proses Pembelajaran:
a. Pengulangan: Ini membutuhkan pengulangan stimulus bersamaan dengan
makanan untuk membentuk asosiasi yang kuat.
b. Umumisasi: Anjing mulai menanggapi stimulus serupa seperti bel, seperti
penggema, atau bunyi serupa.
5. Konsep Penting:
a. Stimulus Tanpa Kondisi (US): Makanan,
b. Respon Tanpa Kondisi (UR): Saliva,
c. Stimulus Kondisi (CS): Lonceng, dan
d. Respon Kondisi (CR): Saliva yang dihasilkan oleh lonceng
6. Signifikansi Eksperimen:
a. Kontribusi pada Psikologi: Pengkondisian klasik menjadi dasar teori
pembelajaran dan memahami bagaimana asosiasi dapat membentuk perilaku.
b. Aplikasi di Luar Psikologi: Konsep ini diterapkan dalam bidang psikoterapi,
pendidikan, dan bidang lainnya.
2.4 Hukum-Hukum Teori Belajar Classical Conditioning Paplov

Menurut Paplov, stimulus yang tidak dikondisikan dari Paradigma


Pengondisian Klasik adalah makanan. Dalam sebuah eksperimen behavioris yang
khas, seekor anjing diletakkan di dalam kurungan di ruang gelap selama beberapa
saat, lalu sebuah lampu kecil dinyalakan. Setelah 30 detik, makanan dimasukkan ke
mulut anjing, menyebabkan refleks air liur. Prosedur ini diulangi setiap kali makanan
ditambahkan dengan cahaya lampu. Setelah beberapa saat, cahaya lampu, yang
awalnya tidak terhubung dengan air liur, dapat membuat air liur anjing keluar saat
melihat lampu dinyalakan. Ada kemungkinan bahwa anjing telah dikondisikan untuk
menanggapi cahaya. Pavlov tidak perlu mengondisikan hewan untuk mengeluarkan air
liur saat melihat makanan karena makanan dianggap sebagai stimulus yang tidak
dikondisikan (unconditioned stimulus, US). Sebaliknya, cahaya lampu adalah stimulus
yang dikondisikan (CS), yang memerlukan pengondisian efek terlebih dahulu. Air liur
terhadap makanan disebut refleks tidak dikondisikan (UR), sedangkan air liur
terhadap cahaya disebut refleks yang dikondisikan (CR). Proses ini dikenal sebagai
pengondisian klasik. Kita dapat melihat bahwa CS pertama kali muncul di eksperimen
ini sebelum Amerika Serikat; Pavlov mematikan lampu dan membiarkan ruangan
gelap sebelum memberikan makanan kepada si anjing. Apakah ini adalah metode
pengondisian terbaik, adalah pertanyaan yang dia tanyakan. Akhirnya, dia dan murid-
muridnya menemukan bahwa metode itulah yang terbaik. Sangat sulit untuk
mengalami pengondisian jika stimulus yang dikondisikan (CS) diberikan sebelum
stimulus yang tidak dikondisikan (US). Selain itu, penelitian lain telah menunjukkan
bahwa jika stimulus yang dikondisikan disajikan setengah detik sebelum stimulus
yang tidak dikondisikan, pengondisian sering terjadi dengan cepat (Purwanto, Ngalim.
2007).
Sebagai contoh, jika guru selalu memberikan materi pelajaran bersama dengan latihan
soal, siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal tersebut. Siswa akan merasa
bangga dan guru akan tersenyum dan memuji mereka (UCS) setiap kali mereka
menyelesaikan soal latihan (CS) dengan baik dan benar. Siswa diharapkan untuk
menjadi terbiasa dengan latihan soal, mendapatkan pengalaman dengan jenis soal, dan
akhirnya dapat menyelesaikan soal dengan mudah yang dapat membuatnya bangga
(CS). Dapat menyelesaikan soal (CS) membuat siswa bangga (CR).
Namun, Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengkondisian dari
eksperimen dengan anjing:
1. Kepunahan/penghapusan/pemadaman (extinction). Jika rangsangan terlazim tidak
diikuti dengan rangsangan tak terlazim, individu atau organisme tidak akan bertindak
balas. Setelah respons terbentuk, itu akan tetap ada selama rangsangan bersyaratnya
masih diberikan dan dipasangkan dengan rangsangan tak bersyarat. Jika rangsangan
bersyarat diberikan untuk waktu yang lama, maka respons bersyarat tersebut tidak
memiliki pengut atau perbaikan, dan sangat mungkin bahwa respons bersyarat
tersebut akan berkurang dalam jumlah dan semakin sering tidak terlihat seperti dalam
penelitian sebelumnya. Proses yang disebut pemadaman. Beberapa respons bersyarat
akan hilang secara bertahap atau untuk selamanya. Dalam kehidupan nyata, kita
mungkin pernah melihat respons emosi bersyarat. Contoh: Dua anak laki-laki dan
perempuan bermain bersama. Pada saat mereka dewasa, menjadi seorang gadis dan
pemuda, perasaan cinta tiba-tiba muncul pada diri pemuda tersebut. Namun, ketika
pemuda, yang merupakan teman sejak kecilnya, menyatakan cintanya, gadis tersebut
menolak dengan alasan bahwa perasaannya kepada pemuda itu hanya sebatas teman.
Namun, pemuda itu berusaha untuk mengambil hati gadis itu agar menerima cintanya
dengan berbagai cara. Misalnya, memberikan perhatian penuh, memberikan segala
yang disukai gadis itu, dan hal-hal lainnya. Ketika dia berulang kali memperhatikan
dan menyayangi gadis itu, hatinya akhirnya luluh dan menerima cinta pemuda itu.
Sebuah stimulus yang dikondisikan tidak perlu berfungsi selamanya setelah dibuat.
Meskipun Pavlov dapat menggunakan cahaya sebagai stimulus yang dikondisikan
untuk membuat air liur, jika dia hanya menyalakannya beberapa kali tanpa memberi
anjingnya makanan, cahaya akan kehilangan efeknya sebagai stimulus yang
dikondisikan. Jumlah air liur semakin berkurang sampai akhirnya tidak ada lagi. Ini
adalah saat kepunahan terjadi. (Purwanto, Ngalim. 2007).
Selain itu, Pavlov menemukan bahwa meskipun refleks yang dikondisikan tampaknya
hilang, pemulihan spontan juga dapat terjadi. Seekor anjing dilatih untuk
mengeluarkan air liur hanya dengan melihat makanan, stimulus yang dikondisikan
(CS), dalam sebuah eksperimen. (Pada awalnya, si anjing mengeluarkan air liur hanya
saat makanan berada di dalam mulutnya.) Kemudian, selama enam kali percobaan, CS
sendiri diberikan dalam interval tiga menit. Pada percobaan keenam, si anjing tidak
lagi mengeluarkan air liur. Oleh karena itu, tampaknya respons ini telah berakhir.
Namun, penyajian CS sekali lagi setelah dua jam istirahat dapat menyebabkan banyak
air liur. Artinya, respons menunjukkan pemulihan yang terjadi secara spontan.
Namun, jika eksperimen ini dilakukan lagi tanpa menunggu respons hilang dan tanpa
memberi jeda untuk mengubah stimulus yang dikondisikan (CS) menjadi stimulus
yang tidak dikondisikan (US), maka efek pemulihan spontan tampaknya akan hilang
selamanya. Jika seorang guru dalam mata pelajaran tertentu, seperti sains, memulai
pelajaran dengan senyum dan ramah serta memberi apersepsi atau metafora sebelum
memberikan materi pelajaran atau latihan soal, ini dianggap sebagai stimulus yang
dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Namun, jika guru
kemudian masuk dengan senyum dan tanpa memberikan apersepsi atau metafora dan
langsung memberikan latihan soal, minat dan motivasi siswa mungkin berkurang.
2. Generalisasi Stimulus Tindakan akan dihasilkan oleh rangsangan yang sama.
Meskipun Pavlov membuat loceng dengan nada yang berbeda, anjing tetap
mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa hewan telah terlazim, karena ketika
seseorang dikemukakan rangsangan tak terlazim, itu akan menghasilkan gerak balas
terlazim, yaitu air liur, bahkan jika rangsangan itu sama sekali berbeda atau hampir
sama.
Untuk ilustrasi, seorang anak kecil yang takut pada anjing galak tentu akan
menunjukkan respons ketakutan pada semua anjing. Namun, dengan penguatan dan
penghentian yang berbeda, rentang stimulus ketakutan hanya terbatas pada anjing
galak.
Sebuah refleks sudah dikondisikan untuk reaksi terhadap satu stimulus, tetapi ternyata
ada banyak stimulus yang dapat memicu reaksi ini. Tampaknya respons juga memiliki
kemampuan untuk menghasilkan sejumlah stimulus serupa tanpa mengalami
pengondisian lebih lanjut. Sebagai contoh, seekor anjing yang diprogram untuk
mengeluarkan air liur ketika mendengarkan bunyi bel bernada tertentu juga akan
mengeluarkan air liur ketika mendengarkan bunyi bel bernada lain. Kemampuan
untuk menggabungkan stimulus untuk menghasilkan respons seperti ini bervariasi
tergantung pada seberapa mirip stimulus awal yang dikondisikan (CS orisinal).
Menurut Pavlov, melalui proses fisiologis yang disebut pemancaran (irradiation), kita
dapat melihat generalisasi stimulus ini. Stimulus awal merangsang area tertentu di
otak, yang kemudian tersebar ke area otak lainnya (Purwanto, Ngalim. 2007). Suatu
makhluk juga dapat melakukan diskriminasi atau pembedaan jika ia melakukan
generalisasi, atau menyamaratakan.10 penilaian yang luar biasa. Contoh: Guru yang
awalnya memulai pelajaran dengan senyum dan ramah serta mengawali pelajaran
dengan memberi apersepsi atau pun metafora sebelum memberikan materi pelajaran
atau latihan soal dirasa siswa itu merupakan stimulus yang dapat membangkitkan
minat dan motivasi siswa untuk belajar. Stimulus tersebut akan digeneralisasi oleh
siswa bahwa guru tersebut orangnya baik, mengerti kemauan siswa dan dapat diajak
berdiskusi serta nantinya dalam memberikan penilaian buat siswa tidak pelit dan akan
memberikan nilai yang bagus.
3. Pemilahan Diskriminasi yang dikondisikan terjadi ketika penguatan dan
pemadaman yang selektif digunakan. Individu yang terlibat dapat membedakan atau
mendiskriminasi rangsangan yang diberikan sambil memilih untuk tidak bertindak
atau bergerak balas. Contohnya, seorang anak kecil yang takut pada anjing galak akan
menunjukkan rasa takut pada setiap anjing yang mereka temui, tetapi ketika anjing
galak diikat dan terkurung dalam kandang, rasa takut anak itu akan berkurang.
Proses pembedaan dimulai dengan generalisasi awal stimulus ini. Jika Anda tidak
memberi makanan kepada anjing sambil terus mendengarkan suara bel yang berbeda-
beda, anjing akan menjadi lebih selektif dalam memilih nada yang paling mirip
dengan CS asli.
Ita juga dapat secara aktif membedakan nada dengan menggandengkannya dengan
makanan dan nada lain tanpa makanan. Ini biasanya disebut eksperimen pemilahan
stimulus.
Salah satu contoh adalah guru yang biasanya memulai pelajaran dengan latihan soal.
Setelah pelajaran selesai, guru meminta siswa mengerjakan latihan soal yang telah
mereka pelajari di buku teks dan ditulis di papan tulis. Jika siswa menyelesaikan soal
dengan benar, guru akan tersenyum dan mengatakan "bagus". Stimulus ini akan
diterima oleh siswa dan dianalogikan bahwa perkataan "bagus" berarti jawaban siswa
tersebut "benar". Jika siswa mengerjakan soal di papan, guru hanya akan tersenyum
tanpa mengatakan "bagus", karena siswa akan menganalogikan bahwa jawaban yang
mereka buat belum tentu "benar".
4. Tingkat Pengondisian Tambahan Akhirnya, Pavlov menyatakan bahwa jika seekor
anjing dapat dikondisikan secara menyeluruh dengan jenis CS tertentu, kita dapat
menggunakan CS tersebut untuk membangun hubungan dengan stimulus lain yang
masih netral. Eksperimen di mana murid Pavlov mengajarkan seekor anjing untuk
mengeluarkan air liur ketika mereka mendengarkan bunyi bel yang disertai makanan
dan kemudian memasangnya dengan papan hitam. Setelah beberapa percobaan, anjing
dapat mengeluarkan air liur hanya dengan melihat papan hitam. Proses ini dikenal
sebagai pengondisian tingkat kedua. Pavlov menemukan bahwa dalam beberapa
situasi, dia dapat menciptakan pengondisian sampai tingkat-tiga; namun, dia tidak
dapat mencapai tingkat selanjutnya.
Contohnya, jika ada stimulus yang telah mendorong minat dan keinginan siswa untuk
belajar mata pelajaran tertentu, seperti sains, maka minat dan keinginan mereka untuk
belajar mata pelajaran tersebut akan melekat pada diri mereka sendiri. Jika siswa
dihadapkan pada mata pelajaran lain, seperti matematika, yang juga dianggap sulit,
minat dan keinginan mereka untuk belajar mata pelajaran tersebut akan sama besarnya
dengan minat dan keinginan mereka untuk belajar mata pelajaran sebelumnya, yaitu
sains.
Hukum belajar Pavlov umumnya termasuk:
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
aplikasi Teori Belajar Classical Conditioning Paplov dalam Pendidikan serta
pengajaranseperti yg telah kita ketahui, apa yang telah dilakukan Paplov bukanlah
untuk mengembangkanteori belajar. sesudah banyak orang mengakui teori Paplov
berguna pada dunia psiokologi, banyak pakar pendidikan baru mulai memanfaatkan
teorinya untuk mengembangkan ataumemberikan kontribusi Kepada psikologi
pendidikan pada umumnya serta teori belajar
khususnya. Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai pendidik wajib
menempatkan teori Pavlov secara tepat. sebaiknya, kita memakai teori conditioning
sebagai referensi belajar secara fleksibel sebab eksperimen Paplov ialah perilaku
hewan. Padahal, subyek belajar merupakan manusia. ada perbedaan hakiki pikiran
serta perasaan yang tertentu tidak samadengan hewan. oleh sebab itu, teori responden
hanya digunakan untuk menjelaskan prosesbelajar secara awam, yaitu efek kondisi
tertentu terhadap perilaku, perasaan serta pikiransubjekdidik dalam belajar. tetapi, kita
tetap memperhitungkan pengecualian-pengecualian, sebagaimana dalam memakai
generalitas, tidak menegasi partikularitas dengan sendirinya. Demikianlah berdasarkan
teori conditioning belajar merupakan suatu proses perubahanygterjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yg kemudian menyebabkan rekasi (respon). untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita menyampaikan syarat-syarat tertentu.
ygterpenting dalam belajar berdasarkan teori conditioning adalah adanya latihan-
latihan ygkonstan. yg diutamakan pada teori ini adalah belajar yg terjadi secara
otomatis.
Segala tingkah laku manusia tidak lain ialah hasil daripada latihan-latihan atau
kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialaminya dalam
kehidupannya.salah satu konsepygberkaitan dengan eksperimen Paplov ialah
pemberian tanda, stimulus serta respons yangtidakdikondisikan sebagai hasil proses
instingtual, sedangkan hubungan dikondisikan disebabkanlatihan. Latihan
mengakibatkan perubahan tingkah laku, terutama perubahan neuron atausel- sel
syaraf. oleh karena itu, lumrah Bila Paplov dianggap Neurobehaviorist karena
menyatakanbahwa hubungan antara stimulus serta respons terjadi melalui proses
neural. Sementara belajar yang dilakukan manusia, yang ada bukan hanya tanda,
namun juga simbol. Demikian jugapadahal belajar, manusia tidak hanya mengenal
latihan, tetapi juga belajar (menggunakan konseplain). Konsep simbol dalam belajar di
diri manusia menyebabkan perbedaan antara manusiadengan hewan. manusia
memiliki pikiran serta perasaan, bukan hanya naluri seperti yg dimiliki hewan.
menggunakan akal pikiran serta perasaan, manusia bisa membedakan tanda
sertasimbol. tanda ialah sesuatu yg tidak bisa dipisahkan dari apa yang ditandakan.
Kita menyadari bahwa manusia maupun hewan mengenal tanda. tapi, berkaitan
dengan pikiran serta perasaanyang dimiliki, manusia tidak mau berhenti hanya pada
tanda, melainkan akan melangkahpadasimbol. manusia tidak puas dengan apa yg
terdapat di benda, melainkan mempunyai kecenderungan mengetahui apa yg terdapat
dibalik benda serta yg terkait dengannya. Ruangtanda diperluas sehingga mempunyai
arti serta menjadi lebih intens. kalau tanda mengarahpada suatu objek, maka simbol
lebih mengarah di suatu konsep. Perasaan serta akal pikiran yang potensial pada
manusia mengakibatkan stimulus yangsamatak selalu menyebabkan respons sama,
serta kebalikannya, respons sama tidak selalu ditimbulkan stimulus yg sama. namun
demikian, ada baiknya Jika kita dapat menggunakankerangka teori Paplov untuk
membantu menjelaskan proses belajar secara fleksibel. contohnya, sikap ramah
seorang pengajar memiliki kecendrungan menyebabkan respons positif padasubjek
didik, meskipun terdapat kemungkinan timbulnya respons negatif pada subjek
pesertadidik manja. pada awal pelajaran, konsep-konsep yang sulit bisa
mengakibatkan shock symbol pada sebagian subjek didik, tetapi justru bisa pula
merangsang subjek didik belajar gigihsupayamemahaminya.
Demikian juga, latar belakang ekonomi rendah bisa menyebabkan responsberupa
semangat belajar tinggi serta kebalikannya. Eksperimen-eksperimen Paplov
awalnyatidak bertujuan menemukan teori belajar, meskipun sangat dipengaruhi oleh
psikologi
behaviorisme. sesuai dengan kedudukannya sebagai pakar fisiologi, eksperimen
pavlov lebih bertujuan memahami fungsi otak. hasil-hasil eksperimen Pavlov ternyata
sangat berguna bagi pengembangan teori belajar. oleh karena itu, tidak berlebihan
apabila banyak pakar pendidikanmengadopsi hasil eksperimen paplov untuk
mengembangkan teori belajar. tetapi demikian, apayg diperoleh Pavlov bukan suatu
yang final sehingga kita sebaiknya fleksibel menggunakannya.
2.5 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov

Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning dapat diringkaskan sebagai


berikut:
1.Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara
menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan
perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan
aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang
ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang
lama kelamaan akan terjadi hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan
mengaktifkan pusaat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan akhirnya
organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara wajar dihubungkan
dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap
peristiwa di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal tersebut, yang pola
tersebut oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic.
Dan pola ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap lingkungan. Namun
demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah laku manusia lebih komplek dari
binatang, karena manusia mempunyai bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah
laku manusia.
Aplikasi Teori Belajar Classical Conditioning Paplov dalam Pendidikan dan
PengajaranSeperti yang telah kita ketahui, apa yang telah dilakukan Paplov bukanlah
untuk mengembangkan teori belajar. Setelah banyak orang mengakui teori Paplov
bermanfaat di dunia psiokologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan
teorinya untuk mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi
pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya.
Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai pendidik harus menempatkan teori
Paplov secara tepat. Sebaiknya, kita menggunakan teori conditioning sebagai referensi
belajar secara fleksibel karena eksperimen Paplov adalah perilaku binatang. Padahal,
subyek belajar adalah manusia.
Ada perbedaan hakiki pikiran dan perasaan yang tertentu berbeda dengan binatang.
Oleh karena itu, teori responden hanya digunakan untuk menjelaskan proses belajar
secara umum, yaitu pengaruh kondisi tertentu terhadap sikap, perasaan dan pikiran
subjek didik dalam belajar. Namun, kita tetap memperhitungkan pengecualian-
pengecualian, sebagaimana dalam menggunakan generalitas, tidak menegasi
partikularitas dengan sendirinya.
Demikianlah menurut teori conditioning belajar adalah suatu prosesperubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan rekasi
(respon). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-
syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya
latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang
terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada
latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang
dialaminya dalam kehidupannya.
Salah satu konsep yang berkaitan dengan eksperimen Paplov adalah pemberian tanda,
stimulus dan respons yang tidak dikondisikan sebagai hasil proses instingtual,
sedangkan hubungan dikondisikan disebabkan latihan. Latihan menyebabkan
perubahan tingkah laku, terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf. Oleh karena
itu, wajar jika Paplov disebut Neurobehaviorist karena menyatakan bahwa interaksi
antara stimulus dan respons terjadi melalui proses neural. Sementara belajar yang
dilakukan manusia, yang ada bukan hanya tanda, tetapi juga simbol.
Demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak hanya mengenal latihan, tetapi juga
belajar (dengan konsep lain). Konsep simbol dalam belajar pada diri manusia
menyebabkan perbedaan antara manusia dengan hewan. Manusia memiliki pikiran
dan perasaan, bukan hanya insting seperti yang dimiliki binatang. Dengan akal pikiran
dan perasaan, manusia mampu membedakan tanda dan simbol. Tanda adalah sesuatu
yang tidak dapat dipisahkan dari apa yang ditandakan. Kita menyadari bahwa manusia
maupun binatang mengenal tanda. Akan tetapi, berkaitan dengan pikiran dan perasaan
yang dimiliki, manusia tidak mau berhenti hanya pada tanda, melainkan akan
melangkah pada simbol.
Manusia tidak puas dengan apa yang ada pada benda, melainkan memiliki
kecenderungan mengetahui apa yang ada dibalik benda dan yang terkait dengannya.
Ruang tanda diperluas sehingga mempunyai arti dan menjadi lebih intens. Kalau tanda
menunjuk pada suatu objek, maka simbol lebih menunjuk pada suatu konsep.Perasaan
dan akal pikiran yang potensial pada manusia menyebabkan stimulus yang sama tidak
selalu menimbulkan respons sama, dan sebaliknya, respons sama tidak selalu
disebabkan stimulus yang sama.
Namun demikian, ada baiknya bila kita dapat menggunakan kerangka teori Paplov
untuk membantu menjelaskan proses belajar secara fleksibel. Contohnya, sikap ramah
seorang guru memiliki kecendrungan menimbulkan respons positif pada subjek didik,
meskipun ada kemungkinan timbulnya respons negatif pada subjek didik manja.
Pada awal pelajaran, konsep-konsep yang sulit dapat menimbulkan shock symbolpada
sebagian subjek didik, tetapi justru dapat pula merangsang subjek didik belajar gigih
agar memahaminya. Demikian pula, latar belakang ekonomi rendah dapat
menimbulkan respons berupa semangat belajar tinggi dan sebaliknya.
Eksperimen-eksperimen Paplov awalnya tidak bertujuan menemukan teori belajar,
meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi behaviorisme. Sesuai dengan
kedudukannya sebagai ahli fisiologi, eksperimen paplov lebih bertujuan memahami
fungsi otak.
Hasil-hasil eksperimen Paplov ternyata sangat berguna bagi pengembangan teori
belajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila banyak ahli pendidikan mengadopsi
hasil eksperimen paplov untuk mengembangkan teori belajar. Namun demikian, apa
yang diperoleh Paplov bukan suatu yang final sehingga kita sebaiknya fleksibel
menggunakannya
2.6 Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam
Pengajaran

Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran di mana satu


stimulus berfungsi sebagai pengganti atau pengganti stimulus lainnya. Pelajaran
tentang atraksi emosional dan ketakutan merupakan contoh penting dari proses ini.
Bahwa bentakkan seorang guru seringkali membuat murid-muridnya takut, seperti
halnya seorang polisi mempermainkan penjahat dengan ancungan tangannya, atau
seorang perawat membuat suntikan untuk pasiennya. Di luar kesadaran mereka, semua
perilaku ini menimbulkan tanggapan ketakutan dan perhatian di hati orang tersebut.
Dalam kasus di mana stimulus tidak netral, situasi ini menimbulkan efek ketakutan:
Guru Sorak (UCS) Perhatian dan Ketakutan anak (UCR)

Polisi mendorong dengan penuh ancaman (UCS) Perhatian dan Ketakutan


Masyarakat (UCR)

Perawat memberi suntikan (UCS) Perhatian dan Ketakutan pasien (UCR)

Manapun stimulus netral yang berulang-kali terjadi bersama-sama dengan stimuli ini
cenderung untuk dikondisikan (C) ke ketakutan sebagai respon. Jika seorang guru
selalu meneliti seorang anak, kemudian hanya memperhatikan dia tanpa mengkritik
boleh jadi membuat dia menaruh perhatiannya. Hal yang ekstrim, anak bisa
berhubungan dengan guru di kelas dengan perhatian dan ketakutannya yang ia
kembangkan samarata, atau ketakutan yang kadang tidak masuk akal. Hal yang sama
juga terjadi pada masyarakat yang khawatir tentang polisi atau pasien yang khawatir
tentang perawat. Namun, stimulus dapat membuat respons positif. Bahkan ketika
pujian tidak lagi diberikan, memuji seorang siswa akan berdampak positif padanya.
Pada akhirnya, metode ini dapat membantu membangun hubungan kelas yang baik.
Hal yang sama berlaku untuk perawat, polisi, atau orang yang bekerja dengan orang
lain: stimuli yang dapat diandalkan dapat menyebabkan tanggapan yang positif pada
orang lain. Bahkan dalam pelajaran yang tidak melibatkan perasaan, pengganti
stimulus dapat bermanfaat. Tidak perlu merenungkan pengaruh ini. Belajar berlanjut,
juga dikenal sebagai belajar asiosatif, hanya memerlukan dua stimuli yang tidak
berhubungan terjadi bersama-sama untuk membuat tanggapan, atau keduanya dari
stimuli yang ada saat ini. Stimuli dapat digunakan untuk mendorong anak-anak untuk
menulis padanan yang menghasilkan apa yang diinginkan dengan baik jika mereka
belajar menggunakan unit balok kecil. Anak-anak pada awalnya tidak memiliki
kemampuan tertentu (netral) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Namun, setelah
mereka belajar, mereka mulai mengasiosatifkan ingatan mereka pada hal-hal lain.
Dalam praktik pendidikan, kita mungkin mendengar lonceng berbunyi yang
mengisyaratkan kelas dimulai atau pelajaran berakhir. Siswa dapat menjawab
pertanyaan guru dengan pertanda. Selain menyarankan bahwa kondisi-kondisi ini
dibuat untuk meminta tanggapan dari ahli pendidikan lain, mereka juga mengusulkan
bahwa panduan belajar dengan menggabungkan gambar dan kata-kata ketika
mempelajari bahasa akan sangat bermanfaat dalam mengajar perbendaharaan kata-
kata. Memasangkan kata-kata dalam bahasa Inggris dengan kata-kata dari bahasa lain
akan membantu siswa membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing. Dalam arti
yang lebih luas, siswa akan lebih memahami konsep lain jika mereka mengaitkan
konsep dengan pengalaman sehari-hari mereka. Bidang psikologi kontemporer masih
mempelajari klasik conditioning, tetapi beberapa ahli telah berhenti mempelajarinya.

2.7 Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning di Kelas

Woolfolk (1995) menyarankan beberapa saran untuk menggunakan prinsip-prinsip


kondisioner klasik di kelas.

a. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan:

1) Menekankan kerja sama dan kompetisi antarkelompok daripada individu, banyak


siswa yang akan memiliki respons emosional yang negatif terhadap kompetisi secara
individual, yang mungkin akan digeneraalisasikan dengan pelajaran yang lain;

2) Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan membuat ruang


membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menaruhnya di sekitarnya; dan
3) Menciptakan suasana yang menyenangkan untuk membaca.

b. Membantu siswa mengatasi situasi yang mencemaskan atau menekan secara


mandiri dan sukses, seperti:

1) mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain tentang materi
pelajaran

2) membuat tujuan jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, seperti
memberikan tes setiap hari atau setiap minggu untuk membantu siswa memahami apa
yang dipelajari dengan baik

3) jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah mereka untuk membaca laporan.
Setelah dia terbiasa, minta dia membaca laporan di depaan seluruh siswa di kelas.

c. Membantu siswa memahami perbedaan dan persamaan antara situasi sehingga


mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan dengan benar. Misalnya,
dengan:
1) Meyakinkan siswa yang cemas ketika mereka menghadapi ujian masuk ke sekolah
atau perguruan tinggi bahwa ujian tersebut sama dengan tes prestasi akademik lainnya
yang pernah mereka lewati sebelumnya;
2) Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari orang yang
tidak dikenal atau menghindar tetapi tetap aman saat orang tua ada.

d. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan saat mengerjakan tugas. Salah


satu contohnya adalah menekankan kerja sama dan kompetisi antar kelompok
daripada individu, sehingga banyak siswa akan memiliki respons emosional yang
negatif terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan digeneralisasikan ke
pelajaran lain. Contoh lain adalah membuat kegiatan membaca menyenangkan dengan
membuat lingkungan membaca yang nyaman, enak, dan menarik.

e. Membantu siswa mengatasi situasi yang mencemaskan atau menekan secara


mandiri dan sukses. Misalnya, mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan
siswa lain cara memahami materi pelajaran, misalnya dengan memberikan tes setiap
hari atau setiap minggu untuk membantu siswa mempertahankan pengetahuan mereka.
Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah mereka membaca laporan di depan
kelompok kecil sambil duduk dan kemudian berdiri. Setelah mereka terbiasa, mintalah
mereka membacanya di depan seluruh kelas.
f. Membantu siswa memahami perbedaan dan persamaan situasi sehingga mereka
dapat membedakan dan menggeneralisasi. Misalnya, meyakinkan siswa yang takut
menghadapi ujian masuk perguruan tinggi bahwa ujian tersebut sama dengan tes
prestasi akademik lain yang pernah mereka lewati sebelumnya.

Sebagai guru, kita harus mengetahui cara mengurangi kondisi responsif yang tidak
produktif yang dialami siswa kita. Psikolog telah belajar bagaimana memadamkan hal
negatif sebagai reaksi emosional terhadap stimulus dikondisikan. Caranya adalah
dengan memperkenalkan stimulus itu secara bertahap sehingga siswa menjadi bahagia
atau santai (M.C.Jones, 1924; Wolpe, 1969). Sebagai contoh, jika Imung takut
berenang, kita mungkin memulai pelajaran berenangnya di tempat yang lebih dangkal,
seperti bayi bermain di tempat mandinya. Kemudian, secara bertahap, ia akan merasa
lebih nyaman untuk mencoba berenang setelah naik ke air yang lebih dalam.

Membantu dan membuat siswa sukses dan senang di kelas adalah hal yang paling
membanggakan bagi seorang pendidik. Guru harus ingat bahwa kelas dapat
memengaruhi perilaku siswa.

2.8 Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam


Kehidupan Sehari-Hari

Ternyata ada situasi yang sama dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anjing.
Suara lagu penjual es krim dari rumah ke rumah adalah contohnya.Pada awalnya,
mungkin terdengar aneh, tetapi setelah pedagang es krim sering lewat, nada lagu
tersebut bisa membuat Anda menangis, terutama di siang hari.Bayangkan betapa
lelahnya si penjual berteriak-teriak untuk menjual barangnya jika lagu tersebut tidak
ada. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di
bank. Tanpa disadari, proses menandai sesuatu terjadi, yaitu membedakan suara
penjual makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay, dll.) yang sering lewat di rumah dari
suara bel istirahat atau usai sekolah, dan antrian di bank tanpa harus berdiri lama.

Contoh lain adalah untuk meningkatkan kedekatan dengan pasangan Anda jika
mereka "sangat suka (UCR)" coklat. Setiap kali Anda bertemu (CS) dengan kekasih
anda, berikan dia coklat; dia pasti akan sangat menyukainya. Berdasarkan teori, ketika
ini dilakukan berulang kali, pasangan Anda akan sangat suka dengan Anda (CR)
secara otonom. Ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR,
dan CR, seperti ekperimen Pavlov.

Bunyi bel bank untuk antrian atau bel kelas untuk penanda waktu adalah contoh lain.
Tanpa disadari, proses menandai sesuatu terjadi, yaitu membedakan suara orang yang
sering lewat di rumah, seperti rujak, es, nasi goreng, dan siomay; bel masuk kelas
istirahat atau usai sekolah; dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.

Dari contoh ini, kita dapat mengetahui bahwa strategi Pavlov memungkinkan
seseorang untuk dikendalikan dengan mengganti stimulus alami dengan yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sebaliknya, individu tidak
menyadari bahwa mereka dikendalikan oleh stimulus dari luar dirinya.

Kelebihan Teori

Sebagai konsep, Pengondisian Klasik Pavlov memiliki kelebihan dan kekurangan.


Teori ini dapat diterapkan dengan baik untuk pembelajaran yang membutuhkan
penguasaan keterampilan melalui latihan atau pembelajaran yang membutuhkan
adanya bias atau penerapan perilaku tertentu. Selain itu, karena individu tidak
menyadari bahwa mereka dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar diri
mereka, ini memudahkan pendidik untuk mengontrol pembelajaran. Sebaliknya, teori
ini juga tepat untuk pengajaran kepandaian binatang.

Kelemahan Teori

Namun, kelemahan dari Teori Pengondisian Klasik Pavlov adalah bahwa dia percaya
bahwa belajar hanya terjadi secara otomatis tanpa memperhatikan keaktifan dan
kehendak pribadi. Selain itu, teori ini terlalu menekankan peran kebiasaan dan latihan.
Padahal, individu tidak sepenuhnya tergantung pada pengaruh luar, yang
menyebabkan individu menjadi pasif karena bergantung pada stimulus yang diberikan.
Selain itu, mengingat perbedaan yang ada antara karakter fisik dan psikis manusia,
teori ini mengaitkan proses belajar manusia dengan perilaku hewan yang sulit
diterima. Oleh karena itu, teori ini tidak dapat digunakan untuk belajar dalam konteks
tertentu. Ini termasuk belajar keterampilan atau keterampilan tertentu dan pembiasaan
pada anak-anak kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi secara mendalam teori kondisioning klasik
yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov. Konsep dasar teori ini melibatkan
pembentukan hubungan antara stimulus tak bersyarat, stimulus bersyarat, dan respon
bersyarat. Proses kondisioning klasik memberikan dasar bagi pemahaman kita tentang
bagaimana pembelajaran dan asosiasi dapat terjadi dalam konteks lingkungan.

Pavlov, melalui eksperimen klasiknya dengan anjing, memperlihatkan bahwa stimulus


tak bersyarat dapat menghasilkan respons tak bersyarat, dan melalui waktu, stimulus
bersyarat dapat dihubungkan dengan stimulus tak bersyarat untuk memunculkan
respons bersyarat. Pentingnya waktu, frekuensi, dan konteks dalam proses
kondisioning klasik menyoroti kekompleksan interaksi antara stimulus dan respons.

Banyak bidang menggunakan teori ini, seperti psikologi klinis, pendidikan, dan
pemasaran. Pendekatan kondisioning klasik sering digunakan dalam pengobatan
gangguan psikologis untuk mengatasi respons yang tidak diinginkan. Pemasaran dapat
menggunakan kondisioning klasik untuk membuat asosiasi positif dengan produk atau
merek tertentu.

Teori kondisioning klasik, bagaimanapun, telah banyak dikritik. Menurut beberapa


kritikus, metode ini terlalu sederhana dan tidak mencakup semua aspek pembelajaran
manusia. Dengan memasukkan komponen psikologis dan neurologis yang lebih
kompleks, pemikiran modern dan penelitian terbaru berusaha memperluas dan
memodernisasi teori ini.

Setelah semua ini dikatakan, teori kondisioning Ivan Pavlov klasik masih sangat
penting untuk memahami psikologi pembelajaran. Konsep-konsep Pavlov masih
memengaruhi pola pikir dan perilaku manusia, meskipun telah berlalu lebih dari
seratus tahun. Untuk memahami lebih lanjut tentang psikologi manusia dan
aplikasinya dalam berbagai bidang kehidupan, diperlukan pemahaman yang lebih
mendalam tentang teori ini.
Daftar Pustaka

Lawerence A. Pervin, Daniel Cervone, Oliver P. John 2010 Psikologi Kepribadian


Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Classical Conditioning; https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/2-titin-
nurhidayati-implementasi-teori-belajar-ivan-petrovich-pavlov-classical-conditioning-
dalam-pendidikan.pdf
Teori Pahlov :https://pdfcoffee.com/makalah-teori-pavlov-kelompok-vi-pdf-free.html
Pavlov, I. P. (1927). Conditioned reflexes: An investigation of the physiological
activity of the cerebral cortex. Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai