Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI BELAJAR CLASSICAL CONDITIONING DAN

OPERANT CONDITIONING
Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Siti Hafsah Budi A., S.Psi., M.Si

Di Susun Oleh:
1. Muh Irfan Saprianto(2019011151)
2. Yeni Vera Sarmilis Samuel(2019011138)

Psikologi B

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Teori Belajar Classical Conditioning Dan Operant Conditioning”.

Kami menyadari bahwa laporan kami ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir.

Yogyakarta, 23 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I……………………………………………………………………………………………..1
PEMDAHULUAN……………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..1
BAB II……………………………………………………………………………………………..2
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….2
A. Pengertian Teori Classical Conditioning………………………………………………….2
B. Teori Classical Conditioning dan Eksperimennya………………………………………...3
C. Implikasi Teori Classical Conditioning pada dunia pendidikan…………………………..7
D. Latar Belakang Operant Conditioning…………………………………………………….7
E. Karakteristik Operant Conditioning……………………………………………………….8
BAB III…………………………………………………………………………………………..13
PENUTUP……………………………………………………………………………………….13
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………….13
B. Saran……………………………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran, kegiatan belajar yang efektif dan efisien sangatlah penting
bagi mahasiswa dan guru karena beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena
belajar merupakan tanggung jawab mahasiswa.
Melihat hal tersebut maka ini sesuai dengan Teori Classical Conditioning yaitu
dimana belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
atau ‘conditions’ yang kemudian menimbulkan respons. Hal inilah yang menjadi latar
belakang penyusunan makalah yang berjudul “Classical Conditioning dan Operant
Conditioning” .Selain itu, penyusunan makalah ini juga tidak terlepas untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.

A. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Teori Classical Conditioning ?
b. Bagaimana ekperimen Teori Classical Conditioning ?
c. Bagaimana Implikasi Teori Classical Conditioning?
d. Bagaimana Latar Belakang Operant Conditioning?
e. Bagaimana Karakteristik Operant Conditioning?

B. Tujuan Penulisan

a.Untuk mengetahui pengertian Teori Classical Conditioning

b.Untuk mengetahui ekperimen Teori Classical Conditioning

c.Untuk mengetahui Implikasi Teori Classical Conditioning


BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori Classical Conditioning


A. Pengertian Teori Classical Coditioning
1. Ivan Petrovich Pavlov
Merupakan ahli psikologi dari rusia yang lahir di kota Rayasan Rusia pada tahun
1949. Istilah lain dari classical conditioning adalah Pavlovianisme yang diambil dari
nama Pavlov sebagai peletak pertama dasar teori tersebut. Ia mengadakan percobaan
dengan anjing, dalam serangkaian penelitiannya mengenai pengeluaran cairan-cairan
pencernaan pada anjing, dia mencatat bahwa hewan-hewan dapat mengeluarkan air
liur yang tidak hanya disebabkan oleh makanan saja. Misalnya hewan itu dapat berliur
ketika melihat si pemberi makan. Keluarnya air liur ini, yang semula merupakan hal
yang mengganggu, justru kemudian memancing keinginan Pavlov untuk lebih banyak
meneliti hal ini. Kemudian dia bersama teman-temannya merancang suatu situasi
tertentu sedemikian rupa sehingga dapat memancing keluarnya air liur hewan.
Teori di atas disebut teori classical, yang merupakan sebuah prosedur penciptaan
refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
teori ini juga disebut respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut). Teori ini
juga di sebut contemporary behaviorist atau juga disebut S-R psychologist yang
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh ganjaran (reward)
atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.
2. Pandangan Pavlov Tentang Belajar
Pavlov dengan teori classical conditioningnya adalah termasuk aliran
behavioristik. Aliran ini mengutamakan perilaku atau perubahan tingkah laku
organisme melalui hubungan stimulus – respons. Dengan demikian belajar hendaknya
mengkondisikan stimulus agar bisa menimbulkan respons.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terus menerus yang timbul
sebagai akibat dari persyaratan kondisi, dan sifatnya adalah membentuk hubungan
antara stimulus dengan respons. Hal ini menunjukkan bahwa belajar dan perubahan
tingkah laku tidak bisa di pisahkan. Jadi setiap perubahan adalah belajar, dan
sebaliknya setiap belajar adalah perubahan.
B. Teori Classical Conditioning dan Eksperimennya
Ivan Pavlov adalah seorang ahli psikologi refleksologi dari rusia yang mengadakan
percobaan pada anjing. Moncong anjing dibedah sehingga kelenjar ludahnya berada di
luar pipinya dan dimasukkan di kamar gelap serta ada sebuah lubang di depan moncong
empat menyodorkan makanan atau menyemprotkan cahaya. Pada moncng yang dibedah
dipasang selang yang dihubungkan dengan tabung di luar kamar sehingga dapat diketahui
keluar atau tidaknya air liur pada waktu percobaan. Hasil percobaan mengatakan bahwa
gerakan reflex itu juga dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan,
sehingga dapatdibedakan dua macam refleks, yaitu refleks bersyarat/refleks yang
dipelajari, yaitu keluarnya air liur karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar
tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu.
Teori di atas juga disebut dengan teori classical, yang merupakan sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks
tersebut. Disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya
ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasan) , serta untuk
membedakan dari teori lainnya. Teori ini disebut juga respondent conditioning
(pembiasan yang dituntut). Teori ini sering disebut juga contemporary behaviorists atau
juga disebut S-R psychologists yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan
stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada masa
sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka
merupakan hasil belajar. Teori ini menganalis kejadian tingkah laku dengan mempelajari
latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa
untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan
melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam
pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu. Hal ini
dikarenakan classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru
dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, Pavlov juga menyimpulkan bahwa hasil
eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia untuk belajar. Implikasi hasil
eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia adalah bahwa belajar pada dasarnya
membentuk asosiasi antara stimulus dan respons secara reflektif, proses belajar akan
berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
Kondisional klasik seringkali digunakan untuk menjelaskan mengapa orang
terkadang menampilkan respons secara emosional terhadap apa yang mungkin dianggap
orang lain sebagai stimulus-stimulus netral. Ketika sebuah stimulus khusus dikaitkan
dengan sesuatu yang membuat kita bahagia atau rileks, stimulus tersebut dapat
menimbulkan perasaan bahagia atau rileks yang sama. Ketika sebuah stimulus dikaitkan
dengan sesuatu yang membuat kita takut atau cemas, hal tersebut juga menimbulkan
perasaan takut dan cemas yang sama.
C. Implikasi Teori Classical Conditioning Pada Dunia Pendidikan
Setelah banyak orang mengakui teori Pavlov bermanfaat di dunia psikologi,
banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan atau
memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar
khususnya. Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-
syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya
latihan-latihan yang kontinyu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang terjadi
secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada latihan-
latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialami
dalam kehidupannya.
Perasaan dan akal pikiran yang potensial pada manusia menyebabkan stimulus yang
sama tidak selalu menimbulkan respons sama, dan sebaliknya, respons sama tidak selalu
disebabkan stimulus yang sama. Namun demikian, ada baiknya bila kita dapat
menggunakan kerangka teori Pavlov untuk membantu menjelaskan proses belajar secara
fleksibel. Contohnya, sikap ramah seorang guru memiliki kecendrungan menimbulkan
respons positif pada subjek didik, meskipun ada kemungkinan timbulnya respons negatif
pada subjek didik manja. Pada awal pelajaran, konsep-konsep yang sulit dapat
menimbulkan shock symbol pada sebagian subjek didik, tetapi justru dapat pula
merangsang subjek didik belajar gigih agar memahaminya.
1. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Dalam
Pengajaran
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran dimana satu
stimulus diganti / digantikan untuk yang lain. Satu contoh yang penting tentang
proses ini adalah pelajaran atraksi emosional dan ketakutan. Bahwa bentakkan
seorang guru seringkali membuat takut murid-muridnya, hal yang sama seorang
polisi mempermainkan penjahat dengan ancungan tangannya, atau seorang
perawat hendak memberi suntikan kepada pasiennya. Semua perilaku ini
menciptakan tanggapan perhatian dan ketakutan di hati orang-orang tersebut
dibawah kesadaran mereka. Situasi ini memberikan pengaruh ketakutan bila
stimulus tidak netral. Jika seorang guru selalu meneliti seorang anak, kemudian
hanya memperhatikan dia tanpa mengkritik boleh jadi membuat dia menaruh
perhatiannya. Hal yang ekstrim, anak bisa berhubungan dengan guru di kelas
dengan perhatian dan ketakutannya yang ia kembangkan sama rata, atau ketakutan
yang kadang tidak masuk akal. Hal yang sama juga dialami masyarakat phobia
polisi, atau pasien,tentang perawat.
Dalam praktek pendidikan mungkin bisa kita temukan seperti lonceng berbunyi
mengisyaratkan belajar dimulai atau pelajaran berakhir. Pertanyaan guru diikuti
oleh angkatan tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat menjawabnya. Kondisi-
kondisi tersebut diciptakan untuk memanggil suatu respon atau tanggapan ahli
pendidikan lain juga menyarankan bahwa panduan belajar dengan
mengkombinasikan gambar dan kata-kata dalam mempelajari bahasa,akan sangat
berguna dalam mengajar perbendaharaan kata-kata. Memasangkan kata-kata
dalam bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan membantu para siswa
dalam membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing.
2. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Di Kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam
menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas. Titin Nurhidayati,
Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov (Classical Conditioning )dalam
Pendidikan.
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, misalnya: Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antar
kelompok daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons
emosional secara negatif terhadap kompetisi secara individual, yang
mungkin akan digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya: Mendorong siswa yang pemalu
untuk mengajarkaan siswa lain cara memahami materi pelajaran.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap
situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan
menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, dengan Meyakinkan siswa
yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah sekolah yang lebih
tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan
tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan.
Sebagai guru, kita harus mengetahui bagaimana mengurangi counter
productive kondisi responsif yang dialami para siswa. Psikolog sudah
mempelajari ke arah itu untuk memadamkan hal negatif sebagai reaksi
emosional pada stimulus dikondisikan tertentu tidak lain untuk
memperkenalkan stimulus itu secara pelan-pelan dan secara berangsur-
angsur sehingga siswa bahagia atau santai. Satu contoh, jika Imung
seorang yang takut berenang, kita mungkin mulai pelajaran berenangnya
pada tempat yang dangkal seperti bayi bermain dalam tempat mandinya
kemudian bergerak perlahan-lahan ke air yang lebih dalam,maka ia akan
merasa lebih nyaman untuk mencoba berenang.
Tidak ada hal yang paling membanggakan pada guru selain membantu
dan membuat siswa menjadi sukses dan merasa senang di kelas. Satu hal
yang perlu guru ingat bahwa kelas dapat membuat perilaku baik siswa,
meningkat atau justru melemahkannya.
2. Teori Operant Conditioning

A. Latar Belakang Teori Operant Conditioning

Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L.Thorndike


pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori classical conditioning yang
dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike mempelajari pemecahan masalah pada
binatang yang diletakkan di dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali
percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobaaan
sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon berakibat
menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal
dengan hukum akibat“ low of effect .”

Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri
dengan memasukkan unsur penguatan kedalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat
menguatkan cenderung di ulangi kemunculanya, sedangkan perilaku yang tidak dapat
menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap
sebagai bapak operant conditioning.

Teori operant conditioning juga berbeda dengan classical conditioning. Dalam pengkondisian
klasik, respon terkondisikan sering kali mirip dengan respon normal bagi stimulus tak
terkondisikan. Misalnya salviasi, itu merupakan respon anjing normal terhadap makanan. Tetapi
jika ingin mengajar sesuatu yang baru kepada organisme, seperti mengajar anjing keterampilan
baru, maka anda tidak dapat menggunakan pengkondisian klasik,tetapi anda lebih dulu
mempersuasinya untuk melakukan keterampilan itu dan setelahnya memberi hadiah dengan
tepuk tangan atau makanan, jika anda terus menerus melakukannya, akhirnya anjing akan
mampu mempelajari keterampilan itu.ritaAtkinson. Jadi Inti dari teori Skinner Pengkondisian
operan (operant conditioning) dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses belajar
dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekwensi ( resiko)
yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang diikuti oleh
penguatan.

B.Karakteristik Operant Conditioning


Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu:

a. Respondent Behavior (Prilaku Responden) Yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh suatu
stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak reflek.
b. Operant Behavior (Prilaku Operan) Yaitu perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus
yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism. Karena perilaku ini pada awalnya
tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia Nampak spontan. Contohnya
ketika hendak bersiul,berdiri lalu berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku
operan.
Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis pengkondisian, yaitu:
a. Respondent Conditioning (Pengkondisisan Respondent) atau biasa disebut dengan
pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti penting stimulus
dalammenimbulkan respon yang diiginkan.
b. Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) atau biasa disebut dengan
pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan pengkondisianya
ditunjukkan dengan tingkat respon.

Prinsip Pengkondisian Operant

Ada dua prinsip umum dalam operant conditioning yaitu:

a. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan
diulang.
b. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata
terjadinya respon operan.

Dalam pengkondisian operan, penekanannya adalah pada perilaku dan pada


konsekwensinya. Dengan pengkondisian operan, organism pasti merespon dengan cara
tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan. Prinsip pengkondisian operan
berlaku untuk berbagai situasi. Untuk memodifikasi perilaku, seseorang cukup mencari
sesuatu yang menguatkan bagi suatu organism yang perilakunya hendak dimodifikasi,
menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi dan kemudian segera memperkuat
organism tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Classic conditioning (pengondisian klasik) adalah proses yang ditemukanPavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan
reaksi yang diinginkan.
2. Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa
untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan
melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan
semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.
3. Dalam bidang pendidikan, teori pengondisian klasik digunakan untuk
mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap pesrta didik untuk termotivasi
belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta didik.
B. Saran
Setelah adanya pemaparan diatas diharapkan mahasiswa dapat memahami
teori clasical conditioning agar nantinya dapat diterapkan dam proses belajar mengajar
kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo,2004

Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran, Lembaga Penerbit FE-UI,1990.

Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winaputra, Teori Belajar dan Model-modelPembelajaran
(Jakarta, Dikti, 1977.

Robert E. Slavin , Psikologi pendidikan teori dan praktik , jilid 1, Jakarta:PTIndeks, 2011.

Djaali, Psikologi pendidikan, cet.3, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.

Anda mungkin juga menyukai