KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEMARANG
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok 2 dapat menyelesaikan paper ini dengan baik dan
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dengan selesainya paper ini, tak lupa penyusun menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini. Penyusun menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada pembuatan paper ini. Oleh karena itu
penyusun mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun.
Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran
selanjutnya, penyusun, khususnya kelompok 2, serta pembaca.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.2.2. Bandura......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.5. Evaluasi.................................................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Drive
Stimulus (dari dalam diri seseorang) yang mendorong terjadinya
kegiatan. Kekuatan drive sekunder tergantung pada kekuatan drive
primer dan jumlah reinforcement yang diperoleh.
Cue
Stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang
sesungguhnya, isyarat yang ada dalam proses belajar. Jenis dari
kekuatan cue bervariasi dan variasi ini yang menentukan bagaimana
reaksinya.
Response
Aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller
sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu
harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi tertentu, suatu stimulus
menimbulkan respon-respon yang berurutan disebut dengan initial
hierarchy of response.
Reinforcement
Agar belajar terjadi, harus ada reinforcement atau reward. Dollard
dan Miller mendefinisinya sebagai drive reduction (pereda
dorongan). Penelitian membuktikan bahwa event yang mengikuti
suatu· respon sangat menentukan hubungan respon itu dengan
stimulusnya. Event yang hanya meredakan sebentar stimuli
pendorongnya akan memperkuat respon apapun yang terlibat. Bisa
dikatakan, reduksi drive menjadi syarat mutlak dari reinforcement.
Hipotesis mengenai reduksi drive ini menimbulkan kontroversi, dan
Miller sendiri terus berusaha mencari kebenarannya. Terkadang,
tidak ada respon yang sukses, atau respon yang semula sukses tidak
mendapat reinforcement lagi. Learning dilema semacam itu akan
menghasilkan extinction, (hilangnya tingkah laku yang tidak
efektif), dan berkembangnya respon baru.
1.2.2. Bandura
Pembelajaran Observasional (observational learning) adalah
pembelajaran yang meliputi perolehan keterampilan, strategi, dan
dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari
proses pengamatan atau modeling. Proses yang terjadi dalam
observational learning tersebut antara lain :
Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan
perhatian terhadap model dengan cermat.keyakinan dengan cara
mengamati orang lain.
4
Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku
yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang
perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model.
Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah
memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan
mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh
modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau
mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.
Motivasional, tahapan selanjutnya adalah seseorang mesti
memiliki motivasi untuk belajar dari model.
Pembelajaran dengan Pengaturan Diri (self-regulatory learning) saat
manusia mempunyai efikasi diri yang tinggi, yakin terhadap
ketergantungan mereka akan hal-hal yang nanti terjadi, dan
mempunyai efikasi kolekif yang solid, mereka akan mempunyai
kapasitas yang baik untuk dapat meregulasi perilaku mereka. Bagian
ini terdiri atas pembangkitan diri dan pemantauan diri atas pikiran,
perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mencapai suatu sasaran.
5
Selain itu, dengan menerapkan teori ini individu akan cepat menampilkan
perubahan sesaat setelah mengamati perilaku orang lain, walaupun pada sebagian
besar individu menunjukkan perubahan pada jangka waktu yang lama atau bahkan
tidak terjadi perubahan.
Teori ini membuktikan bahwa adanya hubungan resiprokal yaitu perilaku,
lingkungan, dan individu saling mempengaruhi sehingga dapat menunjukkan
bahwa individu bukanlah objek dari perubahan perilaku melainkan juga berperan
dalam perubahan perilaku sebagai subjek yang mempunyai potensi untuk memilih
yang terbaik bagi dirinya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Teori belajar sosial mengakui bahwa manusia mampu menyadari atau berpikir
bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari pengamatan dan pengalaman. Dengan
demikian individu akan dapat memutuskan mana yang perlu ia lakukan.
Kasus diambil dari Series Thailand dengan judul “Bad Genius The Series”
kisah ini diangkat dari kisah nyata seorang murid yang curang ketika melakukan ujian
test SAT.
Suatu saat pertanyaan untuk ujian tersebut dibocorkan oleh guru les Grace,
Lynn menyadari bahwa soal yang dibagikan isinya sama dengan soal yang pernah
Grace kerjakan saat les, namun Grace tidak ingat sama sekali. Mengingat keinginan
Grace untuk mendapatkan peran di pementasan, Lynn merasa tidak tega dan
memberikan jawabannya kepada Grace untuk menolongnya.
Bank, yang juga merupakan siswa genius di sekolah merupakan anak tukang
cuci. Ibunya sering sakit. Bank bisa bersekolah karena mendapat beasiswa. Sayangnya,
beasiswa yang dia dapat harus dia bagi dengan siswa lain yaitu Lynn. Dengan kondisi
ekonomi yang lemah, Bank berusaha mempertahankan dan merebut beasiswanya
kembali secara utuh.
7
Kecurangan dimulai ketika Lynn diperkenalkan dengan Pat, pacar dari Grace.
Pat menginginkan contekan jawaban seperti yang dilakukannya kepada Grace, imbalan
Lynn adalah uang. Pat memberitahu Lynn bahwa beasiswanya dicurangi, karena setiap
orangtua siswa memberikan donasi kepada pihak sekolah dengan kontribusi yang
berbeda-beda. Lynn mencari bukti lalu tahu bahwa apa yang dikatakan Pat benar,
pihak sekolah telah mencuranginya. Pat juga mengajak teman-temannya yang siap
membayar Lynn. Kecurangan tersebut diketahui oleh Bank. Meski berasal dari kondisi
keluarga yang sama, Bank punya prinsip yang berbeda dengan Lynn, anti mencontek.
Ujian STIC yang bertaraf Internasional diawasi dengan ketat. Saat ujian
berlangsung Lynn dan Bank sempat mengalami masalah, bahkan Bank kedapatan
curang, Bank ketahuan bahwa dia membawa Hp dan ditahan di imigrasi, Bank juga
mendapat sanksi berupa dikeluarkan dari sekolah dan dilarang mengikuti ujian STIC
lagi, sedangkan Lynn berhasil kabur dan kembali ke Thailand lebih dulu. Untungnya
jawaban berhasil terkirim dan di gunakan oleh klien nya. Pat, Grace beserta kliennya
berhasil mendapatkan skor STIC sebesar 1460 dan merayakannya dengan pesta.
Namun tiba-tiba anonim di twitter mengaku bahwa dia melihat temannya melakukan
kecurangan saat ujian STIC berlangsung. Anonim tersebut bercerita bahwa temannya
memiliki jawaban contekan yang diselipkan di barcode pensil. Alhasil tweet ini
menjadi trending di Thailand dan berdampak kepada siswa Thailand yang mengikuti
test STIC, dan beberapa negara menolak siswa Thailand.
Lynn yang menyadari tindakannya ini salah dan bertekad untuk tidak
mengulangi kesalahannya. Kehidupan seolah kembali berjalan dengan normal. Bank
memanggil Lynn ke rumahnya, ternyata Grace dan Pat juga ada disana. Bank yang
terkenal jujur tak disangka mengajak Lynn untuk menjadi joki dalam ujian GATT-
PATT. Lynn menolak, namun diancam akan dilaporkan sebagai otak dari skandal
STIC. Mereka harus mengambil bocoran soal langsung dari perusahaan percetakan
yang pengawasan dan keamanannya sangat ketat.
Kali ini rencana yang mereka susun tidak sesuai rencana, bahkan kacau balau.
Pertikaian tidak bisa dihindari. Lynnn yang sudah muak dan sedih menyerahkan diri
dan mengaku menjadi salah satu orang yang mencuri soal bocoran ujian GATT-PATT.
8
Joki beserta orang-orang yang terlibat dalam kebocoran soal dan juga termasuk Bank
ditangkap. Sementara itu Bank harus dikurung dalam lapas anak.
Pada contoh kasus di atas dapat dilihat bahwa drive atau stimulus muncul dari
dalam diri Lynn, dan yang mendorong terjadinya kegiatan kecurangan tersebut karena
adanya ketidakadilan yang diterima Lynn, baik dari pihak sekolah yang memanipulasi
beasiswa yang didapatnya, dari guru di sekolahnya yang memberikan soal ujian pada
anak les privat nya.
Di sini seharusnya para orang tua di sekolah, baik kepala sekolah, guru-guru
bisa berperan sebagai model teladan yang bisa ditiru bagi anak didiknya. Kehadiran
pendidik sangat diharapkan untuk bisa mengajarkan hal-hal yang baik, baik dari arti
kedisiplinan serta menjunjung tinggi arti kejujuran bagi anak didiknya. Sistem
pemberian hadiah dan hukuman juga dapat diberlakukan agar anak didik di sekolah
jera melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang siswa.
Ada motif di balik kenekatan para siswa melakukan kecurangan, dari kasus
bagaimana proses Bank yang akhirnya mau bergabung dengan Lynn dan melawan
prinsipnya sendiri untuk tidak mencontek dan tidak berpihak pada kecurangan. Motif
yang dimiliki Bank adalah tentang ibunya yang sakit memerlukan biaya besar untuk
operasi. Kondisi mendesak tersebut akhirnya membuat Bank melawan prinsip
hidupnya. Dari kasus Bank, kita dapat melihat bagaimana prinsip kuat dalam hidupnya
akhirnya runtuh, Ketika ia melihat teman-temannya melakukan kecurangan tersebut
dan bisa menghasilkan uang, ia menjadi tertarik untuk meniru dan melakukan apa yang
teman-temannya lakukan. Dorongan semakin kuat ketika ia juga membutuhkan uang
untuk bisa membayar biaya RS Ibu nya. Bahkan, Bank yang awalnya hanya mencoba
menirukan atau mencontoh kegiatan yang dilakukan teman-temannya karena suatu hal
yang mendesak, dan Bank yang dulunya dikenal jujur justru akhir dan faktanya justru
menjadi pempimpin pembobolan berkas negara yang bersifat sangat rahasia, tidak ada
lagi ketakutan dalam melakukan kecurangan-kecurangan lainnya.
Dalam kasus Lynn, Bank, Pat dan juga Grace, mereka telah melewati 4 tahap
dari pembelajaran social melalui observational learning. Perilaku yang ada di sekitar
lingkungan sekolah menjadi fokus perhatian mereka. Karena fokus tersebut maka
perilaku-perilaku buruk dan negatif dari para guru di sekolah diingat dengan baik oleh
mereka. Berdasarkan apa yang mereka lihat di lingkungan tersebut, maka mereka tidak
9
berfikir dua kali untuk melakukan hal-hal negatif seperti ketidak jujuran serta
nepotisme seperti yang dilakukan para guru. Mereka pada awalnya tidak berfikir akan
seperti apa jadinya kehidupan mereka serta dampak dari apa yang telah mereka
lakukan bagi hidup mereka. Mereka hanya memikirkan kepuasan akan balas dendam
kepada sekolah yang sudah melakukan kecurangan dan ketidak adilan pada mereka.
Mereka hanya memikirkan bagaimana mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan
mereka walau dengan cara yang tidak baik. Terlebih lagi tidak ada satupun dari mereka
yang mengingatkan satu sama lain akan kesalahan tersebut, sehingga hal tersebut justru
memberikan motiasi bagi mereka untuk tetap melanjutkan kecurangan tersebut.
Setelah apa yang mereka lakukan, akhirnya mereka mendapat ganjaran serius.
Tidak ada yang menyangka bahwa Bank yang merupakan siswa genius, harus
dikeluarkan dari sekolah karena tindak kecurangannya. Dan setelah menerima
hukuman tersebut, hal itu tidak membuat Bank berhenti, namun justru melakukan
kecurangan lainnya sehingga ketika tertagkap Bank harus menjadi tahanan remaja.
Kesulitan menyelesaikan pendidikan pun mereka rasakan, dimana Lynn yang awalnya
berkeinginan untuk kuliah di luar negeri harus mengubur mimpinya tersebut,
sedangkan Pat dan Grace harus berpisah serta melanjutkan study masing-masing.
2.4. Evaluasi
Fenomena sosial yang ada juga lebih luas dari sekadar melakukan kecurangan
pada sistem Pendidikan, namun juga menyentuh lebih dalam tentang kesenjangan
sosial, mulai dari pelayanan kesehatan hingga kemiskinan. Hal tersebut dapat terlihat
ketika Bank menemani sang Ibu berobat ke rumah sakit pemerintah dengan biaya
gratis. Mereka harus rela menunggu berjam-jam sekalipun sudah antri sejak subuh.
Tak peduli seberapa parah kondisinya, mereka tak bisa berbuat apa-apa untuk
mendapatkan pelayanan utama, kecuali pergi ke rumah sakit swasta dengan biaya yang
lebih mahal. Hal-hal tersebut dapat dilihat pada realita sosial yang terjadi di Thailand,
tapi cukup relevan dengan keadaan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
Teori belajar social berlaku secara umum baik dari segi Pendidikan, sosial,
informasi, politik, komunikasi, dan instruksional. Teori belajar sosial dan tiruan ini
hanya menjelaskan tentang proses belajar seseorang atau proses seseorang meniru
perilaku orang yang ada di sekitar lingkungannya. Namun teori ini tidak menekankan
pentingnya komunikasi secara interpersonal yang terjadi dalam diri seseorang saat
10
sedang melakukan pembelajaran sosial tersebut, seperti pertentangan dalam diri
seseorang antara hal yang baru dipelajari dengan apa yang sudah ditanamkan sejak
awal pada pribadi seseorang, serta situasi budaya lingkungan sekitarnya, atau apabila
mendapat pembelajaran yang tidak baik serta negatif yang sebaiknya tidak untuk ditiru.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teori belajar sosial dan tiruan ini hanya menjelaskan tentang proses belajar
seseorang atau proses seseorang meniru perilaku orang yang ada di sekitar
lingkungannya. Namun tidak terlalu menekankan pentingnya komunikasi secara
interpersonal yang terjadi dalam diri seseorang saat sedang melakukan pembelajaran
sosial tersebut, seperti pertentangan dalam diri seseorang antara hal yang baru
dipelajari dengan apa yang sudah ditanamkan sejak awal pada pribadi seseorang, serta
situasi budaya lingkungan sekitarnya, atau apabila mendapat pembelajaran yang tidak
baik serta negatif yang sebaiknya tidak untuk ditiru.
12
DAFTAR PUSTAKA
13