Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI-TEORI NEUROSINCE / NEUROSAINS DALAM KAITANNYA


DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen pengampu

Dr. L.Rini Sugiarti, S.Psi.,M.Si, psi


Maria Yuliana Wangge, S.Psi.,M.si,Psikolog

KELOMPOK 1
MARTA AYU SURYANINGSIH (F.131.19.0160)
LIANA CHRISTANTY ARIANTO (F.131.19.0190)
TRI ANITASARI (F.131.19.0193)

UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “TEORI-TEORI NEUROSINCE / NEUROSAINS DALAM
KAITANNYA DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN" dapat tersusun sampai dengan
selesai.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendididikan. Selain itu,
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 4 Oktober 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ I


KATA PENGANTAR .......................................................................................... II
DAFTAR ISI ........................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II ISI ............................................................................................................ 3


A. Pengertian Neurosains..................................................................................... 3
B. Tujuan Neurosains dalam Pendidikan............................................................. 3
C. Ruang Lingkup/Dimensi Neurosains.............................................................. 4
D. Definisi Pengertian Otak................................................................................. 5
E. Bagian-bagian Otak dan Fungsinya................................................................. 8
F. Hubungan Antara Otak Dengan Perkembangan Perilaku............................... 10
G. Memori Jangka Panjang dan Pendek............................................................... 11
H. Kegiatan Otak Yang Berkontribusi Bagi Pendidikan...................................... 13
I. Proses Neurosains dalam Dunia Pendidikan................................................... 14
J. Pengaplikasian Neurosains Dalam Pembelajaran .......................................... 15
K. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Neurosains.................................... 16

BAB 3 KESIMPULAN......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neurosains adalah sistim pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim kerja syaraf.
Pendidik umumnya jarang memperhatikan permasalahan ini. Pengabaian terhadap sistim
ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati.

Di dalam dunia pendidikan, setelah para peneliti meneliti neurosains, muncul perdebatan
dua kubu, memisahkan dan menyatukan tiga elemen (otak-pikiran, jiwabadan, akal-hati)
belum menemukan titik temu. Kebanyakan sistim melarang peserta didik untuk memakai
otak-pikiran dalam pembelajaran yang selama ini peserta didik hanya dituntut untuk
menjaga kemuliaan hati dan akhlak mulia.

Sistim dan obyek tidak mampu berjalan sempurna tanpa ada subyek. Subyek di sini adalah
pendidik yang memahami sistim pembelajaran yang dilakukan. Semakin memahami
pembelajaran neurosains maka tujuan pendidikan akan sampai, sebaliknya tidak
memahami pembelajaran neurosains maka tujuan tidak akan sampai. Secara filosofis,
hakikat pendidikan adalah membentuk manusia sempurna atau insan kamil dimana
manusia yang berkembang seluruh potensi atau kecerdasannya, baik potensi jasmani,
ruhani maupun akal.

Penelitian menemukan bahwa manusia belum optimal menggunakan otaknya dalam


berbagai hal baik untuk memecahkan masalah maupun menemukan gagasan baru,
kebaruan ide, kreativitas, dan inovasi. Sistem pendidikan yang berlaku saat ini yang hanya
berfokus pada otak luar bagian kiri, dan tidak menyeimbangkan dengan penggunaan otak
kanan. Otak kiri ini berperan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan
yang dominan untuk pembelajaran akademis. Otak kanan yang berurusan dengan irama
musik, gambar, dan imajinasi kreatif belum mendapat bagian secara proporsional untuk
dikembangkan.

1
Demikian juga dengan sistem limbik sebagai pusat emosi yang belum dilibatkan dalam
pembelajaran, padahal pusat emosi ini berhubungan erat dengan sistem penyimpanan
memori jangka panjang. Lebih dari itu pemanfaatan seluruh bagian otak (whole brain)
secara terpadu belum diaplikasikan dengan efektif dalam sistem pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi/pengertian dari neurosains?
2. Apakah tujuan dari ilmu Neurosains?
3. Apa saja ruang lingkup/Dimensi Neurosains?
4. Bagaimana aplikasi neurosains dalam pembelajaran?
5. Apa kelebihan dan kekurangan neurosains?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan definisi dari Neurosains.
2. Untuk memahami tujuan dari Ilmu Neurosains.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup/dimensi Neurosains.
4. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan neurosains dalam pembelajaran.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan neurosains.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Neurosains
Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari sistim
syaraf (Wathon, 2016), terutama mempelajari neuron atau sel syaraf dengan pendekatan
multidisipliner. Secara terminologi, neurosains merupakan bidang ilmu yang
mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistim syaraf. Dengan kata lain, neorosains
juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi syaraf
belakang. Neurosains termasuk sistem pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim
kerja syaraf.

B. Tujuan Neurosains Dalam Pendidikan


Tujuan ilmu Neurosain yaitu mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap perilaku.
Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut
pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya.

Melalui instrumen Positron Emission Tomography (PET) diketahui bahwa terdapat enam
sistem otak (brain system) yang secara terpadu meregulasi semua perilaku manusia
(Wijaya Hengki, 2018). Keenam sistem otak tersebut adalah cortex prefrontalis, sistem
limbik, gyros cingulatus, ganglia basalis, lobus temporalis, dan cerebellum.

Keenam sistem otak tersebut mempunyai peranan penting dalam pengaturan kognisi,
afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ, EQ, dan SQ. Pemisahan jasmani, ruhani dan akal
akan berimplikasi pada pengembangan ketiganya (IQ, EQ dan SQ) yang secara otomatis
melanggengkan ketidakseimbangan pada ranah kognisi, afektif dan psikomotorik dalam
pembelajaran. Atas dasar inilah neurosains yang disebut ilmu yang menghubungkan antara
otak dan pikiran (brain-mind connection) atau jiwa dan badan, termasuk hati dan akal.
Dunia pendidikan selama ini masih memisahkan (untuk tidak mengatakan mengalami
konflik paradigma) antara otakpikiran, jiwa-badan, dan akal-hati.
3
C. Ruang Lingkup/Dimensi Neurosains
1. Seluler-Molekuler
Seluler-molekulermempelajari berbagai macam sel saraf dan bagaimana mereka
melakukan fungsi-fungsi spesifik yang berbeda satu dengan yang lain untuk
menghasilkan pelbagai perilaku yang kompleks, seperti emosi, kognisi, dan tindakan.
Lebih singkatnya ketiganya adalah emosi dan rasio yang menjadi satu kesatuan dalam
jaringan neural dari akal sehat. Hal tersebut memunculkan pengetahuan dan tindakan
yang diakibatkannya.
2. Sistem Saraf
Biding sistem saraf mengkaji sel-sel saraf yang berfungsi sama dalam sebuah sistem
yang kompleks. Misalnya, masalah penglihatan dikaji dalam sistem visual, masalah
gerakan dikaji dalam sistem isotonic atau sistem kinestetik, masalah pendengaran
dikaji dalam sistem auditori, dan seterusnya.
3. Neurosains Perilaku
Neurosains perilaku mengkaji bagaimana berbagai sistem syaraf bekerja sebagaimana
disebutkan di atas bekerja sama untuk menghasilkan perilaku tertentu. Misalnya,
bagaimana saraf visual, saraf auditori, saraf motorik memproses informasi (materi
pelajaran) secara simultan (meskipun hanya salah satu yang dominan).
4. Neurosains Sosial (Sosiosains)
Bidang ini mempelajari bagaimana "otak sosial" manusia berperan dalam membantu
manusia membentuk hubungan dengan orang lain.
Kemampuan manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain merupakan nature-
nya yang tersimpan secara biologis dalam otak.

Neurosains kini menjadi satu-satunya bidang ilmu yang mengalami perkembangan


paling pesat. Semakin jelas pengamatan terhadap akivitas otak, semakin mudah
mengontrol perilaku seseorang, semakin pesat pula kegiatan neurosains.

4
D. Definisi Pengertian Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak dewasa
adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai
sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian
khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata,
tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin
berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam
(lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.

Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial.
Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli
mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian
yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak
tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman.

a. Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
 Otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh
bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan
informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya.
Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan
otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang
berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak
kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta
bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau
kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta

5
bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau
komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan
jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.
 Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.
Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan
dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal
lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang
sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi.

 Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon.
Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa
haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan
karena dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti
amphetamin dan kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel
neuron yang berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh
harian, seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar
terdapat bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian
diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti
hipotalamus dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan
bagian luar yang mudah kita amati dari model torso.

Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi
yang masuk.
Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut :
o Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
o Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
o Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan
dengan pengenalan posisi tubuh.

6
o Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan
kegiatan manusia.

b. Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada
mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak
tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada
bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan
lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit
parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan
neurotransmitter dopamin.

c. Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons
varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot.
Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak
sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas.
Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti
proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan
posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di
bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut
pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak
dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula oblongata. Medula
oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan
penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula
oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata
sering disebut sebagai sumsum lanjutan.

Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi,
kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan.
7
Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena
detak jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi
medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada seseorang yang
mengalami koma yang berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula
oblongata membentuk unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem).

E. Bagian-bagian Otak dan Fungsinya


Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang
membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus
Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
1. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas,
kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
2. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
3. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
4. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan
visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek
yang ditangkap oleh retina mata.

2. Cerebellum (Otak Kecil)


8
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan
gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan
otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut
tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.

3. Brainstem (Batang Otak)


Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang.
Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung,
mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting
dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu,
batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan
teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau
terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
o Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran
pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
o Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

9
o Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama
dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

4. Limbic System (Sistem Limbik)


Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah
baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki
juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen
limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik.
Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.

Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya
adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.

Fungsi Otak
Perbedaan dua fungsi otak sebelah kiri dan kanan akan membentuk sifat, karakteristik dan
kemampuan yang berbeda pada seseorang. Perbedaan teori fungsi otak kiri dan otak kanan ini
telah populer sejak tahun 1960an, dari hasil penelitian Roger Sperry.
Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih dikenal dengan
Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda. Otak
kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan
membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri
merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).

F. Hubungan Antara Otak Dengan Perkembangan Perilaku


Hubungan antara otak dengan perkembangan perilaku mencakup tiga hal besar, yaitu :

10
1. Mengamati perkembangan struktur dari sistem neuron dan hubungannya dengan
perilaku-perilaku yang spesifik, seperti berbicara atau memegang sesuatu. Cara ini
termanifestasikan pada tingkah laku yang teramati.
2. Mempelajari dan menelaah bagian mana dari otak yang bekerja ketika suatu aktifitas
sedang berlangsung, seperti ketika seseorang berbicara, bagian otak yang mana dari
orang tersebut yang sedang aktif atau bekerja.
3. Mengenali dan mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya dua
hal tersebut di atas (poin 1 dan poin 2), termasuk dalam hal ini adalah gangguan-
gangguan yang terjadi pada otak.

Otak berperan dalam pembentukan perilaku-perilaku motorik pada manusia. Gerakan-


gerakan motorik sangat erat kaitannya dengan kerja otak. Aktifitas neurotransmitter (cepat
atau lambat, banyak atau sedikit) akan mempengaruhi gerak motorik individu. Kendali
gerak terhadap jari-jari tangan misalnya, ditentukan oleh kerja neuron pada korteks
motorik. Otak juga menentukan perkembangan bahasa manusia. Korteks fungsi khusus
(korteks wernicke dan broka) yang ada pada otak merupakan korteks yang menentukan
kemampuan berbicara seseorang. Kemampuan berbicara juga ditentukan seberapa
berfungsinya korteks motorik seseorang. Pada usia 2 tahun, bagian dan migrasi sel-sel
syaraf terjadi sangat banyak pada zona bicara individu yang terdapat di korteks serebri.
Selain itu, otak juga memegang peran yang sangat penting terhadap kemampuan problem
solving seseorang. Kemampuan problem solving individu ditentukan oleh seberapa
berfungsinya korteks berpikir dan korteks otak depan.

G. Memori Jangka Panjang dan Jangka Pendek


Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka Panjang
Memori adalah kemampuan mental untuk menyimpan dan mengingat kembali sensasi,
kesan dan ide-ide. Terdapat beberapa proses yang terjadi sebelum suatu informasi
tersimpan sebagai suatu ingatan, yaitu
1. Penyandian informasi (encoding)
Penyandian informasi merupakan proses memasukkan informasi dengan mengubah
informasi tersebut menjadi sinyal yang dapat diproses oleh otak.
11
2. Penyimpanan (storage)
Penyimpanan merupakan proses mempertahankan informasi dalam suatu jangka
waktu. Layaknya sebuah komputer, informasi yang diterima dapat disimpan dalam
jangka waktu sementara atau dalam jangka waktu yang lebih lama.

3. Mengingat kembali (retrieval)


Mengingat kembali merupakan proses mengakses informasi yang telah disimpan untuk
digunakan kembali. Proses penyimpanan data ini dapat berupa memori sensorik,
memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. Memori jangka pendek, yang
disebut juga sebagai memori primer atau working memory menyimpan informasi
dalam jangka waktu sementara dengan kapasitas terbatas 7 ± 2 item dalam satu waktu.
Memori jangka pendek menyimpan informasi selama 15-30 detik dan akan hilang bila
tidak dilakukan pengulangan.

Memori Jangka Pendek (Short Term Memory/STM)


Pemrosesan dan Penyimpanan Informasi dalam Memori Jangka Pendek Seorang Anak
Saat kita berpikir tentang memori, kita sering membayangkan suatu tempat penyimpanan
luas yang berisi informasi dan pengetahuan. Jenis memori semacam itu umumnya disebut
memori jangka panjang (LTM; long-term memory), dan merupakan suatu aspek dari
memori kita. Meskipun STM memiliki kapasitas yang jauh lebih kecil dibandingkan LTM,
STM memiliki peranan penting dalam dalam pemrosesan memori. Suatu karakteristik lain
pada STM adalah kapasitas penyimpanan yang terbatas diimbangi oleh kapasitas
pemrosesan yang terbatas, dan bukan hanya itu, terdapat pula pertukaran (trade-off)
konstan antara kapasitas penyimpanan dan kemampuan pemrosesan. Teknik Brown-
Peterson, sebuah teknik penelitian yang dilakukan oleh Lloyd Peterson, Margaret Intons-
Peterson pada tahun 1959 dan J. A. Brown, 1958, mendemostrasikan bahwa kapasitas kita
untuk menyimpan informasi dalam area penyimpanan sementara bersifat sangat terbatas
dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan cepat, jikalau kita tidak memiliki
kesempatan mengulang (rehearse) informasi tersebut. Artinya proses penyimpanan ini

12
berlangsung dalam jangka waktu yang singkat dan sering kali muncul gejolak-gejolak
dalam menemukan identitas atau jati diri mereka sendiri.

Memori Jangka Panjang (Long Term Memory/LTM)


Memori jangka panjang adalah tempat pembelajar menyimpan pengetahuan dan keyakinan
umum mereka tentang dunia, hal yang telah mereka pelajaridi sekolah dan ingatan mereka
tentang berhagai peristiwa dalam kehidupan pribadi mereka.18 Memori jangka panjang
merupakan tempat menyimpan ingatan berbagai hal dan memiliki sifat saling
menghubungkan. Memori jangka panjang adalah memori yang sudah terkodifikasi dan
tersimpan secara menyeluruh dalam otak. Memori jangka panjang bertindak sebagai hard
drive yang menjadi tempat penyimpanan pengalaman yang telah lalu di daerah kulit luar
otak (Cerebral Cortex). Manusia dapat memiliki ingatan yang kuat karena kemampuan
memori jangka panjangnya bagus. Mereka dapat memindahkan informasi dari memori
jangka pendek mengkaitkan informasi harn dengan pengetahuan awal yang telah
dipelajari.

H. Kegiatan Otak Yang Berkontribusi Bagi Pendidikan


1. Electroencephalography (EEG) dan Magnetoencephalography (MEG)
EEG dan MEG mampu membaca seberapa cepat informasi diproses dalam otak. Untuk
mengukurnya, alat ini mendeteksi aktivitas elektrik dan magnetik yang terjadi pada
otak selama proses mental (termasuk proses belajar-mengajar) berlangsung. Adapun
pada MEG, sekitar 100 detektor magnetik ditempelkan sekitar kepala untuk mencatat
aktivitas magnetik otak. EEG dan MEG mencatat perubahan yang terjadi di dalam otak
secara kontinyu, yakni dalam kisaran satu mili detik (satu per seribu detik) kisaran
umum waktu yang dibutuhkan otak untuk memproses kata. Hasil pencatatan memberi
informasi mengenai waktu yang diperlukan oleh otak untuk proses membaca atau
menghitung angka matematika.
2. Positron-Emission Tomography (PET)
PET merupakan teknologi yang diakui untuk mengobservasi fungsifungsi otak yang
mengandung radioaktif pada subjek di mana cairan akan bereaksi ke dalam otak.
Wilayah bereaksi ke tingkat tinggi akan mengakumulasi lebih banyak radiasi dan
13
aktivitas ini ditangkap oleh cincin detektor yang di pasang di sekitar kepala subjek
(pasien).
3. Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI)
FMRI merupakan teknologi yang dengan cepat menggantikan pemindaian PET karena
efek radiasi yang terlalu tinggi. Teknologi ini mampu menunjukkan area-area otak
yang lebih besar atau lebih kecil ketika memproses informasi (belajar). Operasinya
berdasarkan fakta bahwa bagian otak yang lebih aktif membutuhkan oksigen dan
nutrisi yang lebih tinggi. Oksigen dibawa menuju sel-sel otak oleh hemoglobin.
Hemoglobin mengandung zat besi yang bersifat magnetik. FMRI memiliki magnet
untuk membandingkan jumlah hemoglobin teroksigenasi yang memasuki otak dengan
hemoglobin teroksigenasi.

4. Functional Magnetic Resonance Spectroscopy (FMRS)


FMRS menunjukkan dengan tepat area yang sedang aktif berpikir otak serta dapat
mengidentifikasi apakah zat-zat kimiawi muncul pada area otak teraktivasi.
5. Single Photon Emission Computed Tomography (SPELT)
SPELT adalah istrumen yang paling canggih di bidang neurosains. Teknologi ini
mampu merekam gelombang otak ketika manusia melakukan kegiatan tertentu tanpa
membawa orang tersebut ke dalam laboratorium rekam medis.

I. Proses Neurosains dalam Dunia Pendidikan


Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap perilaku.
Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut
pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya. Penelitian mutakhir di bidang neurosains
menemukan sejumlah bukti hubungan tidak terpisahkan antara otak dan perilaku (karakter)
manusia. Melalui instrumen Positron Emission Tomography (PET) diketahui bahwa
terdapat enam sistem otak (brain system) yang secara terpadu meregulasi semua perilaku
manusia. Keenam sistem otak tersebut adalah cortex prefrontalis, sistem limbik, gyros
cingulatus, ganglia basalis, lobus temporalis, dan cerebellum.
Keenam sistem otak tersebut mempunyai peranan penting dalam pengaturan kognisi,
afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ, EQ, dan SQ (Pemisahan jasmani, ruhani dan akal
14
akan berimplikasi pada pengembangan ketiganya (IQ, EQ dan SQ) yang secara otomatis
melanggengkan ketidakseimbangan pada ranah kognisi, afektif dan psikomotorik dalam
pembelajaran. Bukti ilmiah ini memberi inspirasi bahwa pendidikan karakter tidak
ubahnya dengan mengembangkan potensi otak. Semua sistem dalam otak bekerja secara
padu untuk membangun sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, meregulasi kinerja
otak secara normal akan menghasilkan fungsi optimal sehingga perilaku dapat dikontrol
secara sadar dengan melibatkan dimensi emosional dan spiritual. Dengan demikian,
pendidikan karakter dapat dijelaskan dalam mekanisme kerja otak pada tingkat molekuler,
khususnya enam sistem di atas. Atas dasar inilah neurosains yang disebut ilmu yang
menghubungkan antara otak dan pikiran (brain-mind connection) atau jiwa dan badan,
termasuk hati dan akal.

J. Pengaplikasian Neurosains Dalam Pembelajaran


Semakin beradab dan berbudaya, manusia akan menggeser perilakunya lebih ke pusat
berpikir rasional. Otak kiri dengan cara berpikir yang linier dan sekuensial, dan otak kanan
dengan kreativitasnya akan bekerjasama untuk memahami dan memecahkan permasalahan
secara holistik. Sistem pendidikan yang baik harus dapat menyediakan model
pembelajaran untuk optimalisasi kedua belah otak. pola pendidikan yang ada sekarang
terlalu berfokus ke otak kiri, padahal untuk menjadi pintar otak kanan harus diberi
pekerjaan seperti otak kiri. Otak kiri dengan kata-kata dan bahasa, sedangkan otak kanan
dengan musik, gambar, dan warna. Ruangan kelas harus dikelola menjadi ruangan yang
santai dengan nuansa musik lembut, bau wangi, dan rasa humor tinggi. Pemanfaatan
pendekatan otak secara keseluruhan (Whole Brain Approach) dengan mengacu pada
belahan otak kiri dan kanan akan secara jelas memperlihatkan tidak dapatnya dipisahkan
masalah kognisi dengan emosi sebagai satu kesatuan.

Memahami emosi dari peserta didik merupakan salah satu kunci untuk membangun
motivasi belajar mereka. Jika informasi hanya dikemas dalam bentuk kata, ia hanya
disimpan dalam otak kiri, sedangkan apabila dikemas juga dalam bentuk gambar yang
penuh warna, otak kanan juga akan ikut menyimpannya. Dengan demikian informasi yang
disajikan dalam paduan kata dan gambar akan lebih cepat terserap dan tersimpan.
15
Pengolahan dan penyimpanan informasi akan sangat efektif apabila tubuh dan otak dalam
keadaan waspada yang relaks. Meditasi dengan bantuan musik dan aroma yang
menenangkan akan mempercepat seseorang untuk masuk kedalam keadaan waspada yang
relaks.

Neurosains memberikan peran penting dalam membentuk pemahaman terhadap kegiatan


belajar. Banyak ahli dari pakar teori belajar mengemukakan pandangan yang berbeda
terhadap kegiatan belajar tersebut (Rivalina, 2020). Beberepa teori belajar yang akan
dikemukakan meliputi teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teori konsturktivisme.
pengertian belajar menurut teori behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Belajar
merupakan proses pengorganisasian struktur kognitif. Penerapan Neurosains dalam
kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan penggunaan peta konsep (mind map).
Pembelajaran dengan penggunaan peta konsep ini mampu meningkatkan sikap kreatif
dalam pemunculan ide-ide baru, pemecahan masalah dengan cara yang khas, sikap
imajinatif, dan meningkatkan produktivitas.

K. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Neurosains


Kelebihan Pembelajaran Neurosains:
1. Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.
2. Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses pembelajaran.
3. Menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan didukung.
4. Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.
5. Dapat menggunakan berbagai model-model pembelajaran dalam mengaplikasikan teori
ini. Dianjurkan untuk memvariasikan model-model pembelajaran tersebut, supaya
potensi pebelajar dapat dibangunkan.

Kekurangan Pembelajaran Neurosains:


16
1. Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami (mempelajari)
bagaimana otak kita bekerja.
2. Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan pembelajaran
yang baik bagi otak.
3. Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek pembelajaran teori ini.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari Teori-Teori Neurosince/Neurosains dalam Kaitannya dengan Psikologi


Pendidikan yaitu :
1. Neurosains merupakan bidang kajian mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi
biologi, persepsi, ingatan, dan keterkaitannya terhadap pembelajaran.
2. Kerja otak melibatkan aktivitas neuron, dimana impuls listrik mengalir dari neuron menuju
dendrit melalui akson dan berhenti pada ujung akson yang membentuk sinapsis kemudian
dilanjutkan oleh neutransmiter untuk diterima oleh penerima khusus pada neuron
berikutnya.
3. Mekanisme mengingat informasi diantaranya ialah melakukan penyandian dengan tepat,
pengulangn, dan pemrosesan makna untuk memperpanjang ingatan.
4. Penerapan Neurosains dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan penggunaan
peta konsep (mind map).
5. Pembelajaran Neurosains memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya salah satunya
ialah memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja. Salah
satu kelemahannya adalah memerlukan waktu yang panjang untuk memahaminya dan
pembelajaran ini masih tergolong baru.

17
DAFTAR PUSTAKA
Rivalina, R. (2020). Pendekatan Neurosains Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Guru Pendidikan Dasar. Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan, 8(1), 83.
https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v8n1.p83--109
Wathon, A. (2016). Neurosains dalam pendidikan. JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan,
Keilmuan Dan Teknologi, 14(1), 284–294.
https://www.neliti.com/publications/177272/neurosains-dalam-pendidikan
Wijaya Hengki. (2018). Pendidikan Neurosains Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Masa
Kini. Pendidikan Dasar, 2(March), 1–19.

18

Anda mungkin juga menyukai