Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI NEUROSCIENCE DALAM PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Orientasi Baru Dalam Pedagogik

Disusun Oleh Kelompok 3:


Arnindya Navitri Ainullah NIM. 1111823038
M. Arssad NIM. 1111823052

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Prof. Dr. Hj. Rugaiyah, M.Pd.

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, akrena berkat
Rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Implementasi
Neuroscience dalam Pendidikan”. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Orientasi Baru Dalam Pedagogik yang di ampu oleh
Prof. Dr. Hj. Rugaiyah, M.Pd. Kami menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji
dalam makalh ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan kemampuan
dan literatur yang digunakan. Untuk itu, mohon sekiranya kepada Ibu dosen dan
pembaca sekalian untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 23 Februari
2024

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Neuroscience
B. Stuktur Otak
C. Perkembangan Otak
D. Teori Belajar Neuroscience
E. Prinsip dan Kerangka Belajar dalam Konsep Neuroscience Kognitif
F. Implementasi Neuroscience dalam Pembelajaran
G. Manfaat Pengimplementasian Neuroscience dalam Pembelajaran
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan neuroscience?
2. Bagaimana konsep neuroscience dalam pendidikan?
3. Apa saja prinsip dan kerangka belajar dalam konsep neuroscience kognitif
4. Bagaimana implementasi neuroscience dalam Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari neuroscience
2. Untuk mengetahui konsep neuroscience dalam Pendidikan
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan kerangka belajar yang tercakup
dalam konsep neuroscience kognitif
4. Untuk mengetahui bagaimana implementasi neuroscience dalam
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Neuroscience
Neuroscience merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari mekanisme
belajarnya syaraf dan bagaimana otak bereaksi dari sains. Selain itu, neuroscience
juga dapat diartikan sebagai sebuah cabang ilmu yang mempelajari struktur dan
fungsi dari system saraf dan hubungannya dengan segala perilaku serta
pengalaman seseorang (artikel 466). Secara sederhana, neuroscience merupakan
sebuah ilmu yang secara khusus mempelajari neuron atau sel saraf. Sel-sel saraf
tersebutlah yang Menyusun system saraf, baik itu susunan saraf pusat maupun
saraf tepi. Pada umumnya, para neurosciencetist lebih focus pada sel syaraf yang
berada di bagian otak. Tujuan utama dari adanya analisis tentang otak manusia
adalah guna mempelajari lokalisasi dari fungsi, terutama fungsi kognitif.
Lokalisasi tersebut mengacu pada wilayah spesifik otak yang dapat mengontrol
segala perilaku yang secara spesifik mengarah pada kemampuan seseorang dalam
ranah kognitifnya. Pada dasarnya, neuroscience merupakan cabang ilmu biologi
yang kemudian berkembang dan melakukan ekspansi ke berbagai disiplin ilmu
lain seperti psychology, biokimia, fisiologi, informatika, ilmu statistika, fisika,
dan ilmu kedokteran.
Secara etimologi, neuroscience ilmu neural atau neurosciense ini
mempelajari system syaraf, terutama mempelajari tentang neuron atau sel syaraf
dengan pendekatan multidisipliner (Putri & Ribawati, 2022). Sedangkan, secara
terminology, neuroscience adalah bidang ilmu yang mengkhususkan studi
saintifik terhadap system syaraf. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
bahwa ilmu neural memfokuskan pada sel syaraf bagian otak. Studi terkait otak
menjadi sebuah landasan dalam proses memahami mengenai perasaan dan
berinteraksi dengan Masyarakat khususnya terkait apa yang telah dialami oleh
manusia dan bagaimana manusia saling mempengaruhi satu sama lain
(Schneuder, 2011). Dalam penelitian muktahir dibidang neurouscince menemukan
sejumlah bukti hubungan tidak terpisahkan antara otak dan perilaku manusia.
Bahwa terdapat enam system otak yang secara terpadu meregulasi semua perilaku
manusia. Keenam system otak tersebut adalah cortex prefrontalis, system limbiks,
gyrus cingulatus, ganglia basalis, llobus temporalis dan cerebellum. Keenam
peranan otak tersebut memiliki peran yang penting dalam pengaturan kognisi,
afektif, psikomotorik, termasuk juga pada IQ, EQ, dan SQ. seluruh sistem yang
ada dalam otak bekerja secara terpadu untuk membangun sikap dan perilaku
manusia. Maka dari itu, dengan meregulasi kinerja otak secara normal akan
menghasilkan fungsi optimal sehingga perilaku seseorang dapat terkontrol secara
saadar dengan melibatkan adanya dimensi emosional dan spiritual.

B. Struktur Otak
Kecerdasarn manusia tidak hanya ditentukan oleh jumlah sel otak yang
dimilikinya, melainkan lebih ditentukan oleh berapa banyak koneksi yang dapat
terjadi diantara masing-masing sel otak tersebut (Rahmadonna, 2020). Adi
Gunawan (2006: 56) mengungkapkan bahwa, setiap sel otak memiliki
kemungkinan koneksi dari 1 hingga 20.000 koneksi. Koneksi sel otak hanya dapat
terjadi apabila manusia menggunakan dan melatih otaknya. Otak memiliki peran
yang sangat penting yaitu sebagai pusat yang mengendalikan seluruh sistem kerja
pada tubuh manusia. Selain penting, otak juga merupakan organ paling rumit
karena terdapat anatomi dan fungsi otak yang dapat dipelajari secara detail yang
tentu nya membutuhkan waktu yang sangat lama. Secara anatomi, diketahui
bahwa otak terbagi menjadi beberapa bagian yaitu otak besar atau cerebrum, otak
kecil atau cerebellum, batang otak atau brain stem, dan sistem limbik. Otak besar
berkaitan dengan pembelajaran, otak kecil berkaitan dengan proses koordinasi
dan kesimbangan, batang otak berkaitan dengan pengaturan denyut jantung serta
proses pernafasan, dan sistem limbik berkaitan dengan pengaturan emosi dan
proses memori emosional. Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap bagian
otak yang ada, yaitu sebagai berikut.
1) Otak Besar atau Cerebrum
Otak besar merupakan area terluas di otak dan mencakup 80% dari
seluruh bagian otak. Permukaan otak besar berwarna abu-abu pucat,
berkerut, dan ditandai dengan adanya jalur yang dalam yaitu disebut
sebagai Fissures. Selain itu, otak besar juga diselingi dengan adanya jalur
dangkal yang disebut sebagai sulci. Cereberum terdiri atas empat bagian
yang disebut sebagai lobus, keempat bagian tersebut adalah lobus
belakang, lobus depan, lobus parietal dan lobus temporal. Lobus
belakang berkaitan dengan penglihatan manusia. Lobus depan terletak di
sekitar kening dan berkaitan dengan tindakan yang disengaja seperti
kreatifitas, cara seseorang mengatasi permasalahan dan lain sebagainya.
Lobus parietal terletak dibagian atas pada otak, bagian ini berkaitan
dengan proses sensori dan fungsi-fungsi Bahasa. Kemudian, lobus
temporal berada pada bagian kiri dan kanan otak dan berkaitan dengan
pendengaran, memori, dan Bahasa.
2) Otak Kecil atau Cerebellum
Otak kecil merupakan bagian yang terletak pad abagian belakang otak
besar, volume yang dimiliki oleh otak kecil pun berkisar 11% dari
keseluruhan volume otak. Fungsi dari otak kecil yaitu guna
mengordinasikan gerakan. Oleh karena itu, otak kecil memiliki peran atas
perintah kerja otot, hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap gerakan
motorik yang ada dalam diri manusia di atur oleh otak kecil.
3) Batang Otak atau Brain Stem
Batang otak merupakan penghubung vital antara medulla spinalis dan
bagian-bagian otak. Bagian batang otak merupakan area yang tergolong
paling tua dan terdalam dari seluruh bagian otak. Batang otak sering
disebut sebagai otak reptil, karena secara keseluruhan serupa dengan otak
reptil. Otak reptil sendiri berfungsi sebagai sistem yang mengatur reaksi
terhadap bahaya ataupun ancaman. Kemudian, fungsi dari batang otak
yaitu terkait pada penciuman dan memiliki tanggung jawab terhadap
kesadaran otak. Saraf yang ada pada batang otak langsung menuju pada
sistem limbik.
4) Sistem Limbik
Limbik memiliki arti sebagai “batas” dan serangkaian saraf yang
berhubungan secara langsung. Posisi sistem limbik ini berada tepat
dibawah otak besar. Sistem limbik juga sering disebut sebagai otak
mamalia purba, karena adanya kesamaan dari tanggung jawab nya
terhadap memori dan pembelajaran. Otak mamalia purba sendiri
memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran, karena otak
mamalia berperan dalam mengatur kebutuhan akan keluarga, strata
social, dan rasa memiliki. Ada empat system limbik yang berkaitan
langsung dengan memori dan pembelajaran. Pertama yaitu thalamus,
semua informasi sensorik yang masuk (kecuali penciuman) pertama kali
masuk kedalam Thalamus. Kedua yaitu hypothalamus, terletak persis
dibawah thalamus. Ketika thalamus menjalankan fungsinya memonitor
informasi yang datang dari luar tubuh, maka hypholatalamus memonitor
sistem internal tubuh untuk menjaga keseimbangan normal tubuh. Ketiga
yaitu hippocampus terletak dekat dasar area limbik. Bagian ini berfungsi
mengonsolidasikan pembelajaran dan dalam mengalihkan informasi dari
memori belajar melaui sinyal-sinyal elektrik ke wajah penyimpanan
jangka panjang. Kemudian yang keempat yaitu amygdala, terletak
menempel pada ujung hippocampus. Struktur otak ini memainkan peran
atau fungsi penting dalam mengolah emosi, khususnya rasa takut. Bagian
ini mengatur kembali interkasi individu dengan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kemampuan bertahan hidup.

C. Perkembangan Otak
Proses pembelajaran dalam Pendidikan formal ataupu non formal tentu dapat
dikaitkan dengan proses perkembangan otak. Secara umum, otak mengalami
adanya restrukrisasi pada usia dini, remaja, dan dewasa. Berikut ini merupakan
penjelasan dari setiap fase perkembangan otak yang tentunya berkaitan dengan
kemampuan otak untuk belajar.
1) Perkembangan otak pada usia dini
Sekalipun Pendidikan formal pada usia dini semakin popular, sebenarnya
tidak ada bukti yang meyakinkan di bidang neurosains untuk memulai
Pendidikan formal lebih awal (…). Terdapat istilah “jendela emas” terkait
perkembangan anak, yang dimana dapat dikataka bahwa penting untuk
pembelajaran berbagai kemampuan dan keterampilan. Para ilmuwan
percaya bahwa masa perkembangan usia dini ini merupakan masa
sensitive, yang mana tidka selalu sama dan tidak pasti. Masa ini lebih
berupa perbedaan halus pada kemampuan otak untuk dapat dibentuk oleh
lingkungan. Selain itu, pada masa perkembangan ini lebih melibatkan
fungsi visual, motoric, dan memori yang dipelajari secara alami pada
lingkungan.
2) Perkembangan otak pada usia remaja
Neuroscience menujukkan bahwa, di usia remaja pun otak tetap
mengalami perkembangan. Tetapi, berdasarkan berbagai penelitian
menunjukkan bahwa otak di usia remaja tidak lebih siap dari otak dewasa
untuk mengerjakan berbagai proses. Beberapa proses tersebut seperti
mengarahkan perhatian, merencakan masa depan, mencegah perilaku
menyimpang, dan membutuhkan keterampilan social. Pada masa remaja,
otak masih dapat dipertajam dan dibentuk. Maka dari itu, kurikulum yang
tepat dalam Pendidikan formal dapat membantu proses perkembangan
otak remaja.
3) Perkembangan otak pada usia dewasa
Dengan meningkatnya usia, otak terus berubah dan berkembang pada
masa dewasa, tetapi otak menjadi lebih sedikit dapat ditempa dan neuron
mulai hilang dalam Tingkat yang lebih besar (…). Meskipun demikian,
ternyata neuron lahir disatu bagian otak yaitu hippocampus yang
merupakan salah satu bagian di otak yang memiliki peran pendting dalam
belajar daan mengingat. Kemudian, kondisi tersebut menunjukkanbahwa
otak sangat fleksibel dan memungkinkan penggunaannya untuk belajar
sepanjang hayat (life time leaning), terus beradaptasi terhadap keadaan
baru dan pengalaman baru. Pendidikan juga menjadi salah satu factor yang
dapat mempengaruhi struktur otak, termasuk pada orang dewasa.

D. Teori Belajar Neuroscience


Teori belajar neuroscience merupakan teori belajar yang menekankan pada
kinerja otak tentang bagaiaman keseluruhan proses berpikir yang mencakup hal-
hal luas. Dari proses berpikir tersebut akan menghasilkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku atau Tindakan seseorang. Teori ini mempelajari tentang bagaimana
fungsi otak dan seluruh fungsi pada syaraf yang ada. Otak terdiri atas sekitar satu
triliun sel otak yang masing-masing terdiri dari serratus milyar sel otak aktif dan
sekitar Sembilan ratus milyar sel otak pendukung. Namun mengapa tingkat
kecerdasan yang dimiliki oleh manusia berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan
karena adanya perbedaan dalam meningkatkan potensi yang telah dimiliki,
kecerdasan manusia tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah sel otak.
Namun lebih kepada berapa banyak koneksi yang dapat terjadi antara masing-
masing sel otak. Hal ini sangat penting terutama dalam proses belajar dan
pembelajaran karena mampu atau tidaknya seseorang dalam menangkap
informasi atau ilmu pengetahuan yang disampaikan ditentukan oleh kesiapan otak
untuk menangkap informasi atau ilmu pengetahuan tersebut. Jika otak tidak siap,
maka proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi.

E. Prinsip dan Kerangka Belajar dalam Konsep Neuroscience Kognitif


Dalam terlaksananya proses pembelajaran berbasis otak menurut Caine dan
Caine, disebutkan bahwa terdapat 7 prinsip pembelajaran secara alami. Prinsip-
prinsip tersebut menjadi dasar pada metode brain-based learning. Berikut ini
merupakan pemaparan dari ke-7 prinsip utama tersebut.
1. Otak merupakan prosesor parallel yang dimana pikiran, perasaan, behavior,
dan emosi saling berhubungan satu sama lain serta berinteraksi dengan
bermacam-macam model infromasi yang diterima oleh otak.
2. Belajar selalu melibatkan proses yang terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Manusia belajar lebih banyak dari segala sesuatu yang secara
langsung dapat dipahami. Banyak komponen-komponen belajar yang diterima
dari lingkungan sekeliling seseorang dan langsung masuk ke dalam otak kita
tanpa kita sadari dan langsung berinteriaksi dengan level proses belajar secara
tidak langsung.
3. Pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman dan penggunaan informasi.
Setiap otak secara simultan mengamati dan membangun suatu informasi mulai
dari bagian-bagian terkecil, hingga keseluruhan bagian. Dalam pembelajaran,
penting untuk melibatkan kedua belahan hemisfer pada otak secara
bersamaan.
4. Manusia paling sedikit memiliki dua tipe memori sistem yaitu sistem memori
spatial atau sistem autobiografi dan satu pasang sistem untuk pembelajaran
hafalan. Sistem memori spatial tidak membutuhkan Latihan untuk melakukan
percobaan dari memori instan. Sedangkan, pada tingkatan dari siste meori,
segala seuatu dipelajari dengan cara dihafal.
5. Pencarian makna terjadi dengan berpola. Berpola disini diarahkan pada
pengorganisasian dan pengkategorian dari informasi. Otak menolah pola
mengagumkan dari sesuatu yang tanpa adanya makna. Saat kemampuan
alamiah otak mengintegrasikan ifnromasi, lalu diingatkan dalam
pembelajaran, aktivitas, dan informasi yang terjadi secara acak dapat
ditampilkan dan diasimilasi. Otak mencoba untuk membuat pengertian dari
informasi dengan mengurangi kata-kata acak yang tidak ada hubungannya
dengan suatu pola yang lebih familiar.
6. Emosi merupakan salah satu bagian penting dalam pembentukan pola. Di
dalam otak, manusia tidak bisa memisahkan emosi dengan kemampuan otak
dalam berpikir secara kognitif. Karena, kedua hal tersebut adalah factor yang
saling berkaitan.
7. Setiap otak itu unik, hal ini dapat dilihat melalui gaya belajar dan cara
seseorang menyimpan informasi dalam sebuah pola. Setiap orang memang
memungkinkan bila memiliki banyak kesamaan, tetapi sebenarnya dapat
dikatakan bahwa setiap orang sungguh berbeda.

F. Implementasi Neuroscience dalam Pendidikan


Implementasi neuroscience dalam Pendidikan merupakan sebuah proses
mengintegrasikan konsep neuroscience dengan metode pembelajaran untuk
mengoptimalkan kinerja berpikir siswa dan mengembangkan kemampuan mereka
secara komprehensif. Penerapan neuroscience dalam Pendidikan dapat membantu
siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka seperti hal nya terkait
kreativitas, inovasi, dan pola berpikir kritis. Metode neuroscience bertujuan untuk
menyeimbangkan kerja kedua otak yaitu otak kanan dan otak kiri guna
menumbuhkan keaktifan siswa ddalam mengekspresikan perasaan dan cara
berpikir mereka. Implementasi neuroscience dalam Pendidikan dapat dilakukan
dengan menerapkan prinsip neuroscience dalam pembelajaran, seperti
mengoptimalkan kinerja berpikir siswa dengan aktivitas kebiasaan sehari-hari.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan teori neurosains
dalam Pendidikan seperti:
a. Memahami prinsip neurosains yang dimana penting untuk memiliki
pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip dasar neurosains, termasuk
bagaimana otak belajar, mengingat, dan merespons stimulus. Ini membantu
dalam merancang pendekatan Pendidikanyang lebih efektif.
b. Penyesuaian kurikulum, jadi berdasarkan penelitian neurosains, kurikulum
dapat disesuaikan untuk memaksimalkan proses pembelajaran otak. Ini
mungkin melibatkan penggunaan strategi pembelajaran yang lebih interaktif,
konten yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan pendekatan
pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.
c. Penggunaan teknologi Pendidikan, Teknologi dapat digunakan untuk
mendukung pembelajaran berbasis neuroscience. Misalnya, penggunaan
perangkat lunak atau aplikasi yang dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip
neuroscience dapat membantu meningkatkan retensi informasi dan
pengalaman belajar siswa.
d. Fleksibilitas dan Diferensiasi, yang mana setiap otak itu unik. Maka,
pendekatan pembelajaran harus bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan individual para siswa. Hal ini dapat melibatkan strategi
diferensiasi yang memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan
gaya belajar mereka sendiri.
e. Pentingnya Emosi dalam Pembelajaran. Penelitian neuroscience menunjukkan
bahwa emosi memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu, lingkungan belajar harus mendukung kesejahteraan emosional siswa dan
mendorong ikatan positif antara emosi dan pembelajaran.
f. Pembelajaran Aktif dan Berbasis Pengalaman. Neuroscience menekankan
pentingnya pembelajaran aktif dan pengalaman langsung. Melibatkan siswa
dalam aktivitas yang memerlukan partisipasi aktif mereka dapat
meningkatkan keterlibatan dan retensi informasi.
g. Evaluasi Berbasis Neuroscience. Penilaian pembelajaran dapat disesuaikan
dengan prinsip-prinsip neuroscience. Seperti, penggunaan penilaian formatif
yang memberikan umpan balik secara langsung kepada siswa tentang
perkembangan mereka yang dapat membantu memperkuat koneksi neural
yang dibutuhkan untuk pembelajaran yang berkelanjutan.
h. Pendidik yang terlatih. Guru dan pendidik perlu mendapatkan pelatihan yang
memadai terkait prinsip-prinsip neuroscience dan bagaimana cara
menerapkannya dalam praktik kelas. Hal ini mampu membantu guru dalam
merancang pengalaman belajar yang lebih efektid dan berpusat pada siswa.
Gambar 2. Jembatan penghubung neuroscience menurut Tommerdahl

Seperti yang terlihat pada gambar, terkait implikasi neuroscience dalam Pendidikan
memiliki hubungan yang erat antara seluruh elemen-elemen tersebut dalam konteks
Pendidikan (Batubara, 2018). Neuroscience memberikan pemahaman tentang dasar
biologis dari proses belajar dan pengajaran, neuroscience kognitif memperdalam
pemahaman ini dengan mengeksplorasi kaitan antara proses otak dan proses kognitif,
mekanisme psikologi menggambarkan proses mental yang terlibat dalam
pembelajaran, dan teori pendidikan memberikan kerangka kerja untuk merancang dan
melaksanakan strategi pembelajaran yang efektif. Semua ini kemudian diterapkan
dalam konteks ruang kelas, di mana interaksi langsung antara guru dan siswa terjadi
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan memahami hubungan antara semua
elemen ini, kita dapat mengoptimalkan pengalaman pembelajaran siswa dan
memperbaiki praktik pendidikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Implementasi neuroscience dalam Pendidikan merupakan sebuah Langkah yang
penting dan dapat membawa manfaat besar dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Melalui pemahaman tentang dasar dari proses belajar dna
pengajaran,
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, H. H. (2018). Educational Neuroscience Dalam Pendidikan Dasar. Jurnal


Pendidikan Dasar, 1-9.
Putri, A. L., & Ribawati, E. (2022). Penerapan Metode Nuerosains Dalam
Pembelajaran Sejarah. Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP , 1-10.
Rahmadonna, S. (2020). Teori Belajar Neuroscience Untuk Meningkatkan Efektifitas
Belajar Mahasiswa Teknologi Pendidikan Pada Mata Kuliah Pengembangan
Bahan Ajar Cetak. 1-10.
Suryadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains, Rosdakarya:
Bandung, 2014

Anda mungkin juga menyukai