Neurosain merupakan sebuah Sebuah disiplin ilmu yang mempelajari mekanisme belajarnya
syaraf dan bagaimana otak bereaksi dari sains. Ilmu ini mempelajari tentang sistem saraf otak,
termasuk struktur, fungsi, dan perkembangannya, serta bagaimana mereka mempengaruhi
pembelajaran, memori, bahasa, dan lain-lain. Secara sederhana, neuroscience merupakan sebuah
ilmu yang secara khusus mempelajari neuron atau sel saraf. Sel-sel saraf tersebutlah yang
Menyusun system saraf, baik itu susunan saraf pusat maupun saraf tepi. Pada umumnya, para
neurosciencetist lebih focus pada sel syaraf yang berada di bagian otak. Tujuan utama dari
adanya analisis tentang otak manusia adalah guna mempelajari lokalisasi dari fungsi, terutama
fungsi kognitif. Lokalisasi tersebut mengacu pada wilayah spesifik otak yang dapat mengontrol
segala perilaku yang secara spesifik mengarah pada kemampuan seseorang dalam ranah
kognitifnya.
Sedangkan kalau educational neurosains adalah Educational neuroscience adalah bidang kajian
neuroscience yang fokus untuk mengkaji konsep pendidikan dari perspektif sistem kerja otak.
Para guru dan orang tua ternyata masih jarang memperhatikan bidang kajian ini sehingga
menyebabkan munculnya suasana pembelajaran yang pasif dan tidak optimal dalam merangsang
sel-sel saraf di dalam otak manusia
Teori Belajar Neuroscience merupakan konsep yang menekankan kinerja otak dalam
proses belajar. Teori ini mencakup berbagai aspek dari proses berpikir yang menghasilkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Belajar dalam konteks neuroscience dipengaruhi oleh kesiapan
individu dalam belajar dan lingkungan belajar Teori ini mempelajari tentang bagaimana fungsi
otak dan seluruh fungsi pada syaraf yang ada. Otak terdiri atas sekitar satu triliun sel otak yang
masing-masing terdiri dari serratus milyar sel otak aktif dan sekitar Sembilan ratus milyar sel
otak pendukung. Namun mengapa tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh manusia berbeda-beda.
Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam meningkatkan potensi yang telah
dimiliki, kecerdasan manusia tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jumlah sel otak. Namun
lebih kepada berapa banyak koneksi yang dapat terjadi antara masing-masing sel otak. Hal ini
sangat penting terutama dalam proses belajar dan pembelajaran karena mampu atau tidaknya
seseorang dalam menangkap informasi atau ilmu pengetahuan yang disampaikan ditentukan oleh
kesiapan otak untuk menangkap informasi atau ilmu pengetahuan tersebut. Jika otak tidak siap,
maka proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi.
a. Otak besar
Otak besar merupakan area terluas di otak dan mencakup 80% dari seluruh bagian otak.
Permukaan otak besar berwarna abu-abu pucat, berkerut, dan ditandai dengan adanya
jalur yang dalam yaitu disebut sebagai Fissures. Selain itu, otak besar juga diselingi
dengan adanya jalur dangkal yang disebut sebagai sulci. Cereberum terdiri atas empat
bagian yang disebut sebagai lobus, keempat bagian tersebut adalah lobus belakang, lobus
depan, lobus parietal dan lobus temporal. Lobus belakang berkaitan dengan penglihatan
manusia. Lobus depan terletak di sekitar kening dan berkaitan dengan tindakan yang
disengaja seperti kreatifitas, cara seseorang mengatasi permasalahan dan lain sebagainya.
Lobus parietal terletak dibagian atas pada otak, bagian ini berkaitan dengan proses
sensori dan fungsi-fungsi Bahasa. Kemudian, lobus temporal berada pada bagian kiri dan
kanan otak dan berkaitan dengan pendengaran, memori, dan Bahasa.
b. Otak kecil
Otak kecil merupakan bagian yang terletak pad abagian belakang otak besar, volume
yang dimiliki oleh otak kecil pun berkisar 11% dari keseluruhan volume otak. Fungsi dari
otak kecil yaitu guna mengordinasikan gerakan. Oleh karena itu, otak kecil memiliki
peran atas perintah kerja otot, hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap gerakan motorik
yang ada dalam diri manusia di atur oleh otak kecil.
c. Batang otak
Batang otak merupakan penghubung vital antara medulla spinalis dan bagian-bagian
otak. Bagian batang otak merupakan area yang tergolong paling tua dan terdalam dari
seluruh bagian otak. Batang otak sering disebut sebagai otak reptil, karena secara
keseluruhan serupa dengan otak reptil. Otak reptil sendiri berfungsi sebagai sistem yang
mengatur reaksi terhadap bahaya ataupun ancaman. Kemudian, fungsi dari batang otak
yaitu terkait pada penciuman dan memiliki tanggung jawab terhadap kesadaran otak.
Saraf yang ada pada batang otak langsung menuju pada sistem limbik.
Lalu yg terakhir adalah sistem limbik. Sistem limbik ini berada diposisi tepat dibawah
otak besar. Sistem limbik juga sering disebut sebagai otak mamalia purba, karena adanya
kesamaan dari tanggung jawab nya terhadap memori dan pembelajaran. Otak mamalia
purba sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran, karena otak
mamalia berperan dalam mengatur kebutuhan akan keluarga, strata social, dan rasa
memiliki. Struktur otak ini memainkan peran atau fungsi penting dalam mengolah emosi,
khususnya rasa takut. Bagian ini mengatur kembali interkasi individu dengan lingkungan
yang dapat mempengaruhi kemampuan bertahan hidup.
Dalam terlaksananya proses pembelajaran berbasis otak menurut Caine dan Caine,
disebutkan bahwa terdapat 7 prinsip pembelajaran secara alami. Prinsip-prinsip tersebut
menjadi dasar pada metode brain-based learning. Berikut ini merupakan pemaparan dari ke-
7 prinsip utama tersebut.
1. Otak merupakan prosesor parallel yang dimana pikiran, perasaan, behavior, dan emosi
saling berhubungan satu sama lain serta berinteraksi dengan bermacam-macam model
infromasi yang diterima oleh otak.
2. Belajar selalu melibatkan proses yang terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Manusia belajar lebih banyak dari segala sesuatu yang secara langsung dapat dipahami.
Banyak komponen-komponen belajar yang diterima dari lingkungan sekeliling seseorang
dan langsung masuk ke dalam otak kita tanpa kita sadari dan langsung berinteriaksi
dengan level proses belajar secara tidak langsung.
3. Pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman dan penggunaan informasi. Setiap otak
secara simultan mengamati dan membangun suatu informasi mulai dari bagian-bagian
terkecil, hingga keseluruhan bagian. Dalam pembelajaran, penting untuk melibatkan
kedua belahan hemisfer pada otak secara bersamaan.
4. Manusia paling sedikit memiliki dua tipe memori sistem yaitu sistem memori spatial atau
sistem autobiografi dan satu pasang sistem untuk pembelajaran hafalan. Sistem memori
spatial tidak membutuhkan Latihan untuk melakukan percobaan dari memori instan.
Sedangkan, pada tingkatan dari siste meori, segala seuatu dipelajari dengan cara dihafal.
5. Pencarian makna terjadi dengan berpola. Berpola disini diarahkan pada pengorganisasian
dan pengkategorian dari informasi. Otak menolah pola mengagumkan dari sesuatu yang
tanpa adanya makna. Saat kemampuan alamiah otak mengintegrasikan ifnromasi, lalu
diingatkan dalam pembelajaran, aktivitas, dan informasi yang terjadi secara acak dapat
ditampilkan dan diasimilasi. Otak mencoba untuk membuat pengertian dari informasi
dengan mengurangi kata-kata acak yang tidak ada hubungannya dengan suatu pola yang
lebih familiar.
6. Emosi merupakan salah satu bagian penting dalam pembentukan pola. Di dalam otak,
manusia tidak bisa memisahkan emosi dengan kemampuan otak dalam berpikir secara
kognitif. Karena, kedua hal tersebut adalah factor yang saling berkaitan.
7. Setiap otak itu unik, hal ini dapat dilihat melalui gaya belajar dan cara seseorang
menyimpan informasi dalam sebuah pola. Setiap orang memang memungkinkan bila
memiliki banyak kesamaan, tetapi sebenarnya dapat dikatakan bahwa setiap orang
sungguh berbeda.
Penjelasan dari gambar tersebut adalah bahwa ada hubungan yang erat antara semua elemen ini
dalam konteks pendidikan. Neuroscience memberikan pemahaman tentang dasar biologis dari
proses belajar dan pengajaran, neuroscience kognitif memperdalam pemahaman ini dengan
mengeksplorasi kaitan antara proses otak dan proses kognitif, mekanisme psikologi
menggambarkan proses mental yang terlibat dalam pembelajaran, dan teori pendidikan
memberikan kerangka kerja untuk merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran yang
efektif. Semua ini kemudian diterapkan dalam konteks ruang kelas, di mana interaksi langsung
antara guru dan siswa terjadi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan memahami hubungan
antara semua elemen ini, kita dapat mengoptimalkan pengalaman pembelajaran siswa dan
memperbaiki praktik pendidikan.
Kesimpulan dari pembahasan makalah tersebut adalah bahwa implementasi neuroscience
dalam pendidikan merupakan sebuah langkah yang penting dan dapat membawa manfaat
besar dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran. Melalui pemahaman tentang dasar
biologis dari proses belajar dan pengajaran, kita dapat merancang strategi pembelajaran
yang lebih efektif dan sesuai dengan cara kerja otak manusia. Dengan memperdalam
pemahaman tentang kaitan antara proses otak dan proses kognitif melalui neuroscience
kognitif, kita dapat mengidentifikasi cara-cara baru untuk meningkatkan pembelajaran.
Mekanisme psikologi memberikan wawasan tentang proses mental yang terlibat dalam
pembelajaran, sementara teori pendidikan memberikan kerangka kerja untuk merancang
dan melaksanakan strategi pembelajaran yang efektif.
Semua elemen ini kemudian diaplikasikan dalam konteks ruang kelas, di mana interaksi
langsung antara guru dan siswa terjadi. Dengan memahami hubungan antara semua
elemen ini, kita dapat mengoptimalkan pengalaman pembelajaran siswa dan memperbaiki
praktik pendidikan secara keseluruhan.