Anda di halaman 1dari 7

‘’ ILMU TENTANG OTAK (NEUROSAINS KOGNITIF) DALAM FILM LUCY’’

MATA KULIAH : PSIKOLOGI KOGNITIF

KELAS : B 2018

Dosen pengampu : Luh Putu Shanti K, S.Psi, M.Psi

Nama anggota :

Hanna Amalia Ardi Nabilah (30701800055)

M. Syahrul Anwar (30701800081)

Mila Hasna (30701800077)

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai


pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan. Aliran
kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus atau respon yang bersifat
mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di
dalam diri individu yang sedang belajar. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif
seseorang, semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilan dalam memproses berbagai
informasi atau  pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan. Psikologi kognitif memandang
manusia sebagai makhluk yang selalu aktif mencari dan menyeleksi informasi untuk diproses.

Neurosains kognitif adalah kajian ilmiah tentang pikiran dan otak dan bagaimana
perilaku dihasilkan. Bidang antar disiplin dan secara tertutup berkaitan dengan beberapa area
lain, meliputi psikologi (secara khusus psikologi kognitif), kecerdasan buatan, ilmu bahasa dan
psikolinguisitik, filsafat (secara khusus filsafat pikiran), sains syaraf, logika, robot, antropologi,
dan biologi (termasuk biomekanika). Penelitian menemukan bahwa manusia belum optimal
menggunakan otaknya dalam berbagai hal baik untuk memecahkan masalah maupun
menemukan gagasan baru, kebaruan. Otak kiri ini berperan dalam pemrosesan logika, kata-kata,
matematika, dan urutan yang dominan untuk pembelajaran akademis. Otak kanan yang
berurusan dengan irama musik, gambar, dan imajinasi kreatif belum mendapat bagian secara
proporsional untuk dikembangkan.

Demikian juga dengan sistem limbik sebagai pusat emosi yang belum dilibatkan dalam
pembelajaran, padahal pusat emosi ini berhubungan erat dengan sistem penyimpanan memori
jangka panjang. Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses kognitif yang terdapat di
dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap
perintah yang diproses oleh otak akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).
Kecerdasan intrapersonal dan antarpersonal ditata pada sistem limbik dan dihubungkan dengan
lobus prefrontal maupun temporal.Ternyata otak menangkap semua rangsangan untuk dipahami
(dipersepsi) melalui kerja sel saraf, sirkuit saraf, dan nemotransmitter. Sekadar contoh, ketika
seseorang mengingat suatu kejadian di masa lalu, otak akan menanggapi dengan cara yang sama
karena bagi otak semua itu terjadi saat ini. Otak tidak dapat membedakan antara kejadian
sesungguhnya dan ingatan akan suatu kejadian.

Dalam film yang kami tonton, ceramah Professor Norman (Morgan Freeman)
mengungkapkan bahwa manusia paling cerdas hanya mempergunakan 15 % dari 100 miliar
neuron yang ada otaknya. Masih dibawa lumba-lumba sebanyak 20%. Lucy diminta membawa
narkoba jenis baru yaitu CPH4. Tidak tanggung-tanggung narkoba berbentuk bubuk biru itu
disimpan di perut Lucy. Dalam suatu adegan seorang anggota Mafia menendang perut Lucy yang
menyebabkan sebagian narkoba itu pecah. Lucy menjadi “super woman” karena kapasitas
otaknya meningkat. Kemampuannya melebihi lumba-lumba yang berkomunikasi dengan sonar.
Tetapi itu baru di atas 20 % -an belum sampai 100%.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kemampuan Kognitif
Menurut Sujiono, kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Proses kognisi meliputi aspek-aspek persepsi, ingatan, fikiran, symbol,
penalaran dan pemecahan persoalan.
Menurut Patmonodewo kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berfikir
dan mengamati. Jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.
Menurur Haditono kognitif mengandung arti proses berfikir dan proses
mengamati yang menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi yang
membuat setiap orang mengatur dunia dengan caranya sendiri.
Jadi dapat disimpulkan kognitif adalah semua aktivitas mental yang berhubungan
dengan persepsi, fikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang mendapatkan pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa
depan atau semua proses berfikir yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari, menilai dan memikirkan suatu peristiwa dengan peristiwa klainnya serta
mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar.
B. Neurosains
Secara etimologi, neurosains adalah ilmu neural yang mempelajari system syaraf.
Sementara secara terminology, neurosains merupakan bidang ilmu yang
mengkhususkan pada studi saintifik terhadap system syaraf. Atas dasar ini,
neurosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-
fungsinya.
Teori belajar neurosains adalah teori belajar yang menekankan pada kinerja otak
dan fungsi-fungsinya. Tugas dari ilmu neural adalah menjelaskan perilaku manusia
dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di otak. Bagaimana otak tersusun oleh
berjuta sel yang bisa menghasilkan perilaku dan bagaimana sel tersebut bisa
terpengaruh oleh kondisi lingkungan atau hal lainnya.
Secara umum, neurosains mencakup semua bidang ilmu saintifik yang terkait
dengan system syaraf. Psikologi, sebagai studi saintifik proses mental, dapat
dianggap sebagai sub-bidang neurosains, walaupun beberapa teoris fikiran atau tubuh
tidak setuju dengan hal ini.
Neurosains kognitif adalah sebuah bidang akademis yang mempelajari secara
ilmiah substrat biologis dibalik kognisi, dengan focus khusus pada bab otak dari
system mental. Ia membahas pertanyaan bagaimana fungsi psikologis/kognitif
dihasilkan oleh otak. Neurosains kognitif adalah cabang psikologi maupun
neurosains, bertindihan dengan disiplin seperti psikologi fisiologis, psikologi kognitif
dan neuropsikologi. Neurosains kognitif bertopang pada teoriteori dalam sains
kognitif diselaraskan dengan bukti dari neuropsikologi dan pemodelan
komputasional. Karena sifatnya yang multidisiplin, para ilmuan neurosains kognitif
dapat memiliki bermacam latar belakang.
Metode yang diterapkan dalam neurosains kognitif adalah paradigm
eksperimental dari psikofisika dan psikologi kognitif. Studi pasien dengan gangguan
kognitif karena lesi otak merupakan aspek penting dalam neurosains kognitif.
Pusat neurosains kognitif merupakan pandangan kalau fungsi kognitif tertentu
berkaitan dengan daerah tertentu di otak. Neurosains kognitif mulai berintegrasi
dengan landasan teoritis baru sains kognitif, dengan pendekatan psikologi
eksperimental, neuropsikologi dan neurosains. Bila kita tinjau ketika manusia
dilahirkan manusia dianugrahi dengan otak yang sama, menurut Adi Gunawan
(2006) otak terdiri dari sekitar satu triliun sel otak yang masing-masing terdiri dari
sekitar seratus milyar sel otak active dan sisanya sekitar Sembilan ratus milyar adalah
sel otak pendukung.
Dalam teori belajar neuroscience sangat penting untuk kita memahami tentang
bagaimana kerja otak kita atau bagaimana otak bekerja tujuanya adalah ketika kita
memahami cara kerja otak maka kita dapat memaksimalkan potensi dari otak
tersebut. Otak tidak bekerja sendiri namun otak bekerja dengan prinsip sirkuit atau
jalur, maksudnya adalah setiap bagian otak saling membantu atau memberikan daya
dan dukunganya mengumpulkan setiap data yang didapat sehingga membentuk satu
kesatuan. Manusia memiliki dua belahan otak yakni otak kiri dan otak kanan dan
yang baru-baru ini masih hangat di perbincangkan adalah otak tengah otak tengah
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan antara kedua belahan otak antara otak kiri
dan otak kanan.
a. Kelebihan teori kinerja otak
- Memberi suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja
- Memperhatikan kerja alamiah otak
- Menghindari pemforsiran terhadap kinerja otak
- Memahami bagaimana otak bekerja dalam diri manusia
b. Kekurangan teor kinerja otak
- Masin banyak masyarakat yang belum mengetahui sepenuhnya kinerja
otak
- Memerlukan waktu yang lama untuk mempelajari tepri tentang otak
BAB III

PERANCANGAN

A. Tujuan
Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kejadian yang terjadi dalam
kehidupan dengan teori neurosains kognitif yang ada.
B. Operasional tingkah laku
1) Definisi Neurosains Kognitif
Neurosains kognitif adalah sebuah bidang akademis yang mempelajari secara ilmiah
substrat biologis di balik kognisi, dengan fokus khusus pada substrat syaraf dari proses
mental. Neurosains kognitif membahas pertanyaan bagaimana fungsi psikologis/kognitif
dihasilkan oleh otak. Pusat neurosains kognitif merupakan pandangan bahwa fungsi
kognitif tertentu berkaitan dengan daerah tertentu di otak[ CITATION Ana15 \l 14345 ].
Secara singkat, neurosains kognitif meneliti bagaimana struktur dan fungsi otak
menjelaskan proses-proses kognitif (Kosslyn & Koenig, 1992)[ CITATION Mar94 \l 14345 ].
Neurosains adalah tempat di mana proses berpikir terjadi. Sedangkan psikologi kognitif,
adalah bagaimana proses berpikir itu terjadi.

C. Teknis pengambilan data


1) Subjek
Subjek merupakan wanita berusia 25 tahun bernama Lucy. Subjek berkebangsaan
Amerika dan sedang mengampu pendidikan di Taipei, Taiwan.
2) Setting
Setting dalam observasi kali ini adalah hotel Regent, Taipei, Taiwan. Berlin, Paris, dan
Roma.
3) Sampling data
Sampling yang digunakan dalam observasi ini adalah purposive sampling, dikarenakan
observasi ini memerlukan subjek dengan kriteria khusus.
4) Prosedur pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan dalam observasi ini adalah dengan mengamati langsung atau
peneliti sebagai pengamat di lapangan (film) dan kemudian data tersebut dianalisa sesuai
dengan teori yang ada.
5) Pengolahan data
Dalam observasi ini, observer menggunakan analisis data deskriptif dengan metode
kualitatif, yaitu menguraikan dengan apa adanya kemudian dianalisa dengan bertitik tolak
pada data-data tersebut dengan mencari jalan keluar. Metode pengolahan data yang
digunakan yaitu analisis induktif, suatu proses pemahaman yang didasarkan pada
informasi dari film yang kemudian mencocokkan dengan teori yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dalam film ini menceritakan seorang gadis biasa bernama Lucy yang terjerumus dalam
sindikat peredaran narkoba. Mr.Jung sebagai mafia narkoba merobek perutnya dan
memasukkan 1 kilogram narkoba ke dalam perutnya. Narkoba itu bernama CPH4,
dihirup sedikit saja bisa mengakibatkan seseorang bisa gila. Saat dipertengahan jalan
Lucy disiksa oleh salah satu penyekap dan bungkusan narkoba yang ada didalam
tubuhnya terkoyak.
Narkoba itu pecah masuk ke pembuluh darah dan kemudian menyebar hingga otak. Hal
tersebut membuat Lucy menjadi manusia super. Otaknya bekerja melebihi kapasitas
manusia normal lainnya. Kemampuannya melebihi lumba-lumba yang berkomunikasi
dengan sonar. Tetapi itu baru di atas 20 % -an belum sampai 100%.
B. PEMBAHASAN

BAB V

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Daftar Pustaka
Matlin, M. W. (1994). COGNITION 3rd Edition. Harcourt Brace Publishers.

Suprapto, A. (2015). J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam. PENGEMBANGAN METODOLOGI


PEMBELAJARAN PAI MELALUI TEORI PEMROSESAN INFORMASI DAN TEORI
NEUROSCIENCE.

https://www.researchgate.net/publication/323114055_Pendidikan_Neurosains_Dan_Implikasiny
a_Dalam_Pendidikan_Masa_Kini
https://media.neliti.com/media/publications/177272-ID-neurosains-dalam-pendidikan.pdf

https://www.kompasiana.com/jurnalgemini/54f5d9dfa33311fd518b467d/review-lucy-apa-yang-
terjadi-jika-manusia-menggunakan-100-otaknya

http://repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi%20Desy%20Arifiani_BAB%20II.pdf

file:///C:/Users/hp/AppData/Local/Temp/3761-10544-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai