Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

PSIKOLOGI KOGNITIF
ATENSI

Kelas :
3PA17
KELOMPOK:
5
NAMA ANGGOTA:
Ananda Kurniawati 10517644
Erlinda Yudistiani 11517976
muhammad alfin prakoso 13517863
Vanessa Bunga Yolanda 16517054

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2020
ATENSI

Atensi adalah pemusatan upaya mental pada kejadian-kejadian sensorik atau kejadian-
kejadian mental. Dasar gagasan kontemporer tentang atensi adalah premis bahwa kapasitas
sistem pemrosesan informasi untuk mengolah aliran input ditentukan oleh keterbatasan
sistem tsb.

1. Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif


Selektivitas dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran atau channel
capacity, yaitu ketidakmampuan untuk memproses sebuah stimuli sensorik secara
bersamaan. Terdapat suatu kondisi dinamakan sebagai “bottleneck” atau kemacetan
pada suatu tahap pemrosesan informasi, yang sebagian diakibatkan oleh keterbatasan
neurologis, kemacetan juga bisa bersifat adaptif.
Atensi selektif dapat diibaratkan dengan menyorotkan cahaya lampu senter ke
tengah sebuah ruangan gelap untuk mencari benda yang diperlukan, sambil
membiarkan benda-benda lain tetap berada dalam kegelapan. Mengingat informasi
yang diolah dan diingat, tampaknya ada kendala dalam hal kognitif selain
keterbatasan sensorik tersebut. Maka, dengan hati-hati mengarahkan senter ke
perhatian, memproses informasi yang paling diperhatikan, dan mengabaikan atau
kurang memperhatikan informasi yang lain.

Dalam komunikasi, kemampuan untuk bereaksi terhadap sinyal sebagian


berhubungan dengan “kejernihan” sinyal tersebut, artinya seberapa “jernih” sinyal
dari informasi yang mengganggu (noise). Hal ini disebut juga dengan rasio sinyal ke
gangguan (signal-to-noise-ratio). Misalnya, ketika menonton film Hollywood dengan
subtitles, mungkin kamu akan mencoba membaca teks dan pada saat yang bersamaan
kamu menerjemahkan kata-kata yang diucapkan oleh para aktor dalam film.
2. Model-model Atensi Selektif
 Model Penyaringan: Broadbent
Donald Broadbent (1953) menyatakan bahwa atensi adalah hasil dari terbatasnya
kapasitas sistem pemprosesan informasi.
Broadbent: pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf tertentu dibedakan
berdasarkan (a) serabut saraf yang distimulasi, atau (b) jumlah impuls saraf yang
dihasilkan. Teori koneksi Broadbent mengenai persepsi selektif mencakup hampir
seluruh sistem kognitif.

 Model Atenuasi: Treisman


Treisman: manusia cenderung mengikuti makna alih-alih mengikuti pesan dari satu
telinga saja adanya penyaring (filter) perseptual, yang terletak di antara sinyal dan
analisis verbal dan berfungsi menyaring input dengan mengendalikan “volume”
pesan. Stimuli diasumsikan memiliki ambang aktivasi yang berbeda-beda karenanya
kita dapat mendengar suatu percakapan meskipun tidak memusatkan perhatian pada
percakapan itu.
Perbandingan Model Penyaringan: Broadbent dan Model Atenuasi: Treisman

 Atensi Visual
Treisman, dkk (1971) ketika elemen-elemen visual tampil secara mencolok, para
pengamat dapat mengenali batas-batas visual elemen yang mencolok tsb dalam waktu
50 milidetik efek kemunculan. Treisman & julesz mengatakan bahwa terdapat proses
praatentif yang memindai medan penglihatan & dengan cepat mendeteksi ciri-ciri
utama objek ciri-ciri tsb disandikan dalam peta fitur dalam otak.
3. Kesadaran

Kesadaran (consciousness) adalah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap


peristiwa – peristiwa di lingkungannya, serta peristiwa – peristiwa kognitif yang
meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi – sensasi fisik.
Kesadaran memiliki dua sisi:
 Kesadaran meliputi suatu pemahaman terhadap stimuli lingkungan sekitar.
(contoh: anda mungkin tiba – tiba menyadari suara kicauan seekor burung)
 Kesadaran meliputi pengenalan seseorang akan peristiwa- peristiwa mentalnya
sendiri seperti pikiran – pikiran yang ditimbulkan oleh memori dan oleh
kesadaran pribadi akan jati dirinya (contoh: anda mungkin memikirkan nama
burung tersebut)

Terdapat kerangka kerja (framework) yang dapat kita gunakan untuk memahami
kesadaran, yang dinamakan AWAREness  (Solso, 2003, dalam Solso, Maclin, &
Maclin, 2008). Karakteristik-karakteristik utama kerangka kerja tersebut
adalah Attention, Wakefulness, Architecture, Recall of knowledge, dan Emotive.
Attention (Atensi; Perhatian) adalah ketika kita memusatkan energi kita
terhadap hal-hal eksternal maupun internal. Wakefulness  (Kesiagaan; Keterjagaan)
adalah suatu kontinum dari saat kita tidur hingga terjaga. Architecture (Arsitektur)
adalah lokasi-lokasi fisik struktur fisiologis (dan proses-proses yang berhubungan
dengan struktur-struktur tersebut) yang menyokong kesadaran. Recall of
knowledge (Mengingat Pengetahuan), yaitu proses pengambilan informasi tentang
pribadi yang bersangkutan dan dunia di sekelilingnya. Emotive (emotif), yakni emosi
kita terhadap suatu objek dalam kondisi sadar.
Setelah karakteristik-karakteristik utama dari AWARE, terdapat atribut-atribut
sekunder dalam kerangka kerja AWAREness. Yakni, novelty, emergence, selectivity
dan subjectivity.,
Novelty (kebaruan), yaitu kecenderungan untuk mencari hal-hal yang baru,
berinovasi, dan kreatif. Emergence (kemunculan), yaitu bahwa kesadaran berkaitan
dengan pemikiran-pemikiran pribadi dan internal. Selectivity (selektifitas) ini adalah
ketika kita memilah-milih informasi apa yang dapat kita masukkan ke pikiran dalam
suatu waktu, dan subjectivity (subjektifitas) ini dapat mengubah pikiran-pikiran
tersebut dengan cepat karena adanya gangguan-gangguan dari pikiran-pikiran baru
atau dari isyarat-isyarat eksternal.
Mengenai fungsi-fungsi kesadaran, Baars dan McGoven (1996, dalam Solso,
Maclin, & Maclin, 2008) membaginya menjadi 8 fungsi sebagai berikut:

1. Konteks-setting, mendefinisikan konteks dan pengetahuan mengenai sebuah


stimuli yang masuk ke memori.
2. Adaptasi dan pembelajaran, keterlibatan sadar diperlukan untuk menangani
informasi baru dengan sukses.
3. Prioritisasi dan akses, kesadaran diperlukan untuk mengakses besarnya jumlah
informasi yang terdapat di tingkat ketidaksadaran.
4. Rekrutmen dan kontrol, kesadaran memasuki sistem-sistem motorik untuk
menjalankan tindakan-tindakan kesadaran.
5. Pengambilan keputusan dan fungsi eksekutif, membawa informasi dan sumber
daya keluar dari ketidaksadaran untuk membantu pengambilan keputusan dan
penerapan kendali.
6. Deteksi dan penyuntingan kekeliruan, kesadaran memasuki sistem norma
(yang terdapat di ketidaksadaran) sehingga kita dapat mengetahui ketika
melakukan kekeliruan.
7. Monitor diri, membantu mengendalikan fungsi-fungsi sadar dan fungsi-fungsi
tidak-sadar dalam diri kita.
8. Pengorganisasian dan fleksibilitas, mengandalkan fungsi otomatis dalam situasi
yang telah diprediksikan, sekaligus dapat menggunakan sumber-sumber daya
pengetahuan dalam situasi tak terduga.

Tingkat – Tingkat Kesadaran yaitu tidur, bermimpi, penggunaan obat, dan meditasi

Saat tidur, akan nampak jelas perbedaan antara kesadaran dan


ketidaksadaran. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari kondisi terjaga ada 4
tahap menuju tidur yang dalam, setelah itu akan memasuki fase tidur REM
(adanya pergerakan bola mata dan terjadinya mimpi), dan akhirnya kembali ke
keadaan yang semakin sadar.

Pada fase tidur REM yang menghasilkan mimpi, terdapat hipotesis sintesis-


aktivasi yang menyebutkan bahwa aktivitas otak yang berlangsung selama REM
diinterpretasikan otak dengan cara yang sama seperti saat kita sadar.
Penggunaan obat dapat mempengaruhi kesadaran kita, karena reseptor-
reseptor di otak kita peka terhadap obat-obatan dan itu mengubah kondisi
kesadaran kita sehingga menjadi berbeda dengan kondisi kesadaran saat kita
terjaga.

Selain penggunaan obat, dalam beberapa penelitian ilmiah, meditasi juga


dapat mempengaruhi kesadaran, yang dapat berdampak positif seperti
mengurangi stres, meredakan rasa sakit, memperlancar kondisi fisiologis yang
rileks, juga dapat mempengaruhi korteks prefrontal kiri yang berhubungan
dengan perencanaan, pengambilan keputusan yang logis, dan mood yang positif.

Penjelasan Model – model kesadaran dari ahli:

1. Johnson-Laird (1996), mengajukan model komputasional yang menyatakan


bahwa struktur arsitektural kognitif berupa suatu sistem pemrosesan paralel
yang didominasi oleh sebuah hierarki kontrol.
2. Schachter, model DICE (dissociable interactions and conscious experience)
menjelaskan disosiasi memori dalam fungsi memori normal dan fungsi
memori abnormal pada orang-orang yang mengalami kerusakan otak.
3. Shallice (1998), modelnya berfokus pada suatu sistem pemrosesan informasi
yang memiliki 4 subsistem (penataan pendirian, sistem kepenyeliaan, sistem
bahasa, dan sistem memori episodik).
4. Baars (1983, 1988), teori medan kerja globalnya memandang kesadaran
sebagai sebuah panggung tempat terjadinya suatu “sistem penyiaran global”
yang menyebarkan informasi di seluruh otak.

Kita tidak selalu melakukan sesuatu secara sadar sepenuhnya, terkadang terjadi
proses-proses otomatis yang tanpa sadar membuat kita melakukan sesuatu. Proses-
proses otomatis (automatic process) adalah proses-proses yang tidak dapat
dikendalikan, tanpa disertai niat atau kesiagaan eksternal, yang berlangsung dengan
sangat efisien.

Proses proses otomatis:


memori implisit, yakni memori yang diukur melalui sesuatu perubahan
kinerja yang berhubungan dengan beberapa pengalaman sebelumnya.
Sederhananya, kita dapat melakukan kinerja lebih mudah jika kita memiliki
pengalaman memori mengenai hal tersebut sebelumnya.

priming (yang berasal dari kata prime artinya “pemicu”), yang


mengaktifkan asosiasi-asosiasi mental yang berada tepat di bawah ambang
kesadaran.

metakognisi yakni kemampuan monitor-diri terhadap pengetahuan pribadi,


atau kemampuan mengetahui apa yang kita ingat.

4. Pemrosesan Otomatis

Setiap orang mengahdapi stimuli tak terhitung jumlahnya saat secara bersamaan
melakukan beberapa tugas sekaligus. Sebagai contoh, saat kita mengemudikan mobil,
kita mungkin melihat peta, berbicara di telepon seluler, memakan hamburger,
mengenakan kacamata dan seterusnya. Meski demikian dalam penjatahan upaya
(allocation of effort), anda memberikan lebih banyak atensi lebih banyak ke dalam
tindakan mengemudi. Meskipun beberapa atensi juga anda bagikan ke aktivitas selain
aktivitas utama (mengemudi). Aktivitas-aktivitas yang telah anda latih dengan baik
atau anda sering lakukan akhirnya menjadi otomatis sehingga memerlukan lebih
sedikit atensi dibandingkan melakukan aktivitas yang baru. Norman (1976)
menyediakan sebuah contoh, andaikata seorang penyelam sedang menghadapi situasi
krisis di bawah laut missalnya terjerat dalam peralatan menyelamnya sendiri. Untuk
menyelamatkan diri, si penyelam harus melepaskan perlengkapannya (terutama logam
pemberat di sabuknya) dan berangsur-angsur kembali ke permukaan. (Dibawah laut,
tekanan air menyebabkan lebih banyak oksigen, CO2 dan nitrogennya masuk ke
dalam darah berubah menjadi gelembung-gelembung). Gelembung nitrogen sangat
berbahaya karena menyebabkan penglihatan ganda, kehilangan kesasaran, dan
bahkan kematian pada penyelam. Dengan demikian, dalam situasi krisis penyelam
harus kembali ke permukaan dengan segera, namun bertahap, dan dengan kepala
dingin. Latihan melepaskan logam pemberat di sabuk yang dilakukan secara berulang-
ulang, sambil menyelam di kolam renang kadang dipandang sebagai latihan tidak
berguna. Namun jika tugas tersebut dapat dilatih sedemikian rupa sehingga menjadi
otomatis(tidak memerlukan upaya sadar sama sekali). Maka ketika suatu saat si
penyelam harus bertindak dengan cepat dalam bahaya, ia dapat melakukan tugas itu
dengan sukses meskipun kondisi panik.
Posner dan Sayder, menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan otomatis :
 Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar.
 Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran.
 Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikitsumber daya sadar

Anda mungkin juga menyukai