Anda di halaman 1dari 16

BIOPSIKOLOGI DAN PROSES SENSORI MOTORIK

BIOPSIKOLOGI DAN PROSES SENSORI MOTORIK


A. Pengertian Biopsikologi
Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada dasarnya
mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara genetik. Ciri-
ciri ini nampak melalui aspek tinggi badan, warna kulit, warna mata, keadaan rambut lurus atau
kerinting, ketebalan bibir dan sebagainya. Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahawa sifat
dan tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai contoh sifat
pendiam, talkactive, dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia dan tidak dipelajari
melalui pengalaman.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang.
Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 – yang dipandang
sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke
masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan
intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
Berdasarkan pandangan tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam
beberapa periode dengan berbagai tokohnya.

B. Biopsikologi: Tipe Sel dalam Otak


Pada tingkat mikroskopis, kita akan mengetahui bahwa otak terdiri dari dua tipe sel:
 Tipe sel yang pertama disebut dengan Neuron. Neuron merupakan jaringan dalam otak yang
fungsi dan perannya adalah meneruskan stimulus atau informasi antar-neuron dan
meneruskannya pula ke otot-otot penggerak.
 Tipe sel kedua adalah Glia. Secara teknis, ukuran dan bentuk Glia jauh lebih kecil dibandingkan
Neuron. Namun pada dasarnya ada kemiripan fungsi dan peran antara Glia dengan Neuron, yaitu
sama-sama meneruskan informasi. Namun yang menjadikan Glia dan Neuron berbeda adalah
sebab Glia tidak mampu meneruskan informasi dengan jarak yang sangat jauh.

C. Kategori Perilaku dalam Biopsikologi


Dalam Ilmu Biopsikologi, ada pembagian tersendiri terhadap perilaku. Perilaku tersebut
dikategorikan menjadi empat bagian (Tinbergen, 1951):
 Kategori yang pertama disebut dengan Fisiologi. Kategori ini mengaitkan antara perilaku
dengan aktivitas otak dan organ tubuh.
 Kategori kedua adalah Ontogeni. Penjelasan dari Ontogeni adalah bagaimana kita melihat
adanya pengaruh gen, nutrisi, pengalaman, serta interaksi dalam bentuk perilaku.
 Yang ketiga adalah Kategori Evolusi. Kategori ini merekonstruksikan mengenai sejarah evolusi
suatu struktur atau perilaku.
 Dan kategori yang keempat adalah Fungsional. Apa yang dijelaskan dalam kategori ini adalah
alasan mengapa struktur atau perilaku berevolusi.
D. Hubungan antara Otak dan Pikiran
Berbicara tentang hubungan antara otak dan pikiran, para tokoh dan ahli terbagi dalam dua
pandangan teori, yaitu paham dualisme dan paham monisme.
a. Paham Dualisme Otak dan Pikiran
Dalam Biopsikologi, ada seorang tokoh bernama Descartes. Meskipun bukan yang pertama
mengungkapkan, namun Descartes adalah tokoh dari Paham Dualisme. Dualisme merupakan
sebuah paham yang menyatakan bahwa sesuai pendapat awam, pikiran tubuh dan pikiran otak
adalah substansi yang berbeda. Pikiran adalah substansi mental dan otak adalah substansi fisik,
satu sama lain tidak saling mempengaruhi. Asumsi Descartes terhadap Paham Dualisme adalah
bahwa pikiran dan otak bersinggungan pada Kelenjar Pineal. Kelenjar Pineal merupakan sebuah
organ tunggal terkecil di dalam otak yang ia temukan saat itu. Namun Paham yang dianut oleh
Descartes tidak sepenuhnya disetujui oleh para ilmuwan. Bahkan terjadi penolakan terhadap
Dualisme dari kalangan ilmuwan dan filsuf. Penolakan tersebut terjadi karena adanya
pertentangan antara Dualisme dan pengamatan konsisten para ahli fisika terhadap energi serta
materi yang terdokumentasi dengan baik (hukum kekekalan materi dan energi).

b. Paham Monisme Otak dan Pikiran


Dari pertentangan dan penolakan terhadap Paham Dualisme tersebut muncullah paham yang
melawan Dualisme, yakni Paham Monisme. Berbalik dengan Dualisme, Paham Monisme
menganggap bahwa jagad raya hanya terdiri dari satu substansi saja. Paham Monisme itu sendiri
dibagi menjadi beberapa kategori.
 Yang pertama adalah Materialisme. Kategori ini mengandung penjelasan bahwa segala yang ada
di jagad raya adalah materi atau fisik.
 Kategori yang kedua adalah Mentalisme. Mentalisme berarti bahwa sesungguhnya hanyalah
pikiran saja yang ada.
 Dan pembagian yang terakhir adalah Posisi Identitas. Posisi Identitas menjelaskan bahwa proses
yang berkaitan dengan mental itu sama dengan proses yang berkaitan dengan proses otak
tertentu.
 Selain itu, ada pula pendapat ahli yang menyatakan bahwa jenis-jenis hewan selain manusia juga
memiliki kesadaran, karena perilaku mereka sangat kompleks dan teradaptasi (Griffin, 2001).
 Adapula teori yang menyatakan bahwa kesadaran mungkin bukanlah sebuah konsep ilmiah yang
berguna (Wynne, 2004)
c. Paham Solipsisme
Selain Paham Dualisme dan Paham Monisme yang telah disebutkan di atas, adapula sebuah
paham yag disebut dengan Paham Solipsisme. Paham ini menganggap bahwa orang lain adalah
robot atau karakter dari dalam mimpi.

E. Hubungan antara Otak, Pikiran dan Kesadaran


David Chalmes (1995) menganjurkan bahwa sebaiknya di dalam diskusi mengenai
kesadaran terlebih dahulu dibedakan antara permasalahan mudah dan permasalahn sulit.
Permasalahan mudah merupakan model pertanyaan yang jawabannya berhubungan dengan
fenomena yang kita sebut kesadaran. Sedangkan permasalahan sulit adalah model pertanyaan
yang jawabannya justru mencari alasan mengapa dan bagaimana aktivitas otak berkaitan dengan
kesadaran. Untuk dapat memperoleh penjelasan mengapa aktivitas otak dikaitkan dengan
kesadaran, kemungkinan yang dapat kita lakukan adalah mencari aktivitas otak yang dibutuhkan
untuk mempertahankan kesadaran. Atau pada akhirnya justru kita bahkan tidak dapat
menjelaskannya sama sekali.

F. Sistem Sensorik dan Motorik


1) RESEPTOR SENSORIS
Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi didalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah
indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran, dan propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang tersebar di seluruh tubuh
dan terdiri dari struktur yang sederhana. Beberapa informasi dikirim di susunan saraf pusat dan
sampai pada kortek sensoris primer sehingga kita bisa mengetahui ataupun mengenal
rangsangannya. Rangsangan sensoris dapat kita interpretasikan melalui frekuensi-frekuensi basis
setelah terjadi potensial aksi. Datangnya informasi atau rangsangan pada kulit kita itulah yang
dinamakan sensasi, dan saat kita mengenal rangsangan yang datang dari kulit kita inilah yang
dinamakan persepsi.(7)
Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada
lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang datang pada tubuh kita diterima oleh
reseptor yang khusus yang strukturnya lebih komplek daripada reseptor pada kulit. Reseptor
indera ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya
dilindungi oleh jaringan-jaringan di sekitarnya. Informasi yang datang pada reseptor memberikan
distribusi pada daerah-daerah khusus pada kortek serebri seperti auditory kortek, visual kortek
yang akan diterima sebagai rangsangan khusus dan pusat lainnya di batang otak. (7)
Reseptor pada kulit dapat dibagi menjadi tiga macam antara lain exteroceptors dimana
receptor ini memberi informasi terhadap lingkungan luar, proprioseptor merupakan receptor
yang menerima informasi terhadap posisi otot skeletal dan sendi dan yang terakhir interoceptor
yang berfungsi untuk memonitor fungsi organ visceral. Untuk lebih detailnya receptor pada kulit
dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu nosiceptor untuk rasa nyeri, thermoreceptor
untuk temperature, mechanoreceptor untuk rangsangan fisik, dan chemoreceptor untuk
rangsangan kimiawi. Tiap-tiap receptor mempunyai fungsi dan struktur yang berbeda.
Perbedaan antara somatik receptor dan visceral receptor terletak pada lokasi bukan pada
strukturnya. Reseptor nyeri di wajah sama seperti reseptor nyeri di kulit, akan tetapi dua sensasi
itu dikirim pada lokasi yang berbeda di susunan saraf pusat, bagaimanapun juga propriosepsi
adalah sensasi somatik yang unik. Terdapat proprioseptor pada organ viseral thorak dan kavum
abdominopelvic. Kita tidak menyadari bila organ-organ tersebut mulai bekerja, kita tidak bisa
menceritakanyya contohnya saat spleen, appendik, ataupun pankreas bekerja saat itu. organ
viseral mempunyai reseptor rasa nyeri,temperatur,sentuhan yang lebih rendah daripada reseptor
pada kulit dan informasi sensoris yang diterima lokasinya lebih sedikit karena daerah reseptor
tersebar luas di organ.(7)
2) NOCISEPTOR (7)
Reseptor nyeri atau nociseptor terletak pada daerah superfisial kulit, kapsul sendi, dalam
periostea tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ viseral mempunyai
beberapa nociseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang
luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.
Nociseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti
mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang kuat akan
diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuk itulah kita bisa merasakan sensasi rasa nyeri yang
disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrit di nociseptor
menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi
di susunan saraf pusat.
3) THERMORESEPTOR (7)
Temperatur reseptor atau thermorseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada
dermis, otot skeletal, liver, hipothalamus. Reseptor dingin tiga atau empat kali lebih banyak
daripada reseptor panas. Tidak ada struktur yang membedakan reseptor dingin dan panas.
Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim
sampai formasio retikularis, thalamus, dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan
phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang
stabil. Jika kita menghidupkan air conditioning dalam ruangan pada musim panas, temperatur
berubah drastis pada saat pertama kali tetapi kita cepat merasakan nyaman karena sudah terjadi
adaptasi.
4) MECHANORESEPTOR (7)
Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel.
Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup bila
ada respon terhadap tegangan, tekanan, dan yang bisa menimbulkan kelainan pada membran.
Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
a) Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan
memberikan informasi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat
kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan atau debaran.
b) Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan
pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi.
c) Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang
komplek pada reseptor sensoris
5) TACTILE RESEPTOR
Memberikan sensasi secara lengkap tentang sumber rangsangan seperti lokasinya, bentuk,
ukuran, tekstur. Reseptor ini sangat sensitif dan mempunyai daerah reseptif yang sempit.
Reseptor sentuhan dan tekanan memiliki lokasi yang sedikit karena mempunyai daerah reseptif
yang luas dan memberikan sedikit informasi terhadap rangsangannya.
Ada beberapa tipe tactil reseptor pada kulit seperti free nerve ending sentuhan dan tekanan
yang terdapat pada sel epidermis, nerve ending pada root hair pleksus, tactile disk (Merkel’s),
tactil corpuskel (Meissner’s), lamelated corpuscle (Pacinian corpuscle),dan Ruffini corpuscle.
a) Free nerve ending pada epidermis untuk sensasi rasa nyeri dan suhu. Reseptor ini hanya terdapat
pada permukaan cornea pada mata dan bagian permukaan bagian tubuh lainnya.
b) Nerve ending root hair pleksus untuk memonitor adanya kelainan dan pergerakan yang
melewati permukaan tubuh. Seperti saat kita memakai baju maka kita dapat merasakan sesuatu
benda menempel pada kulit kita.
c) Tactile disk (Merkel’s) merupakan reseptor sentuhan dan tekanan yang terdapat pada kulit yaitu
pada sel epithel kulit pada lapisan stratum germinativum.
d) Tactil corpuscle ( Meissner’s) menerima sensasi dari sentuhan dan tekanan dan getaran yang
rendah. Reseptor ini terdapat pada kelopak mata, bibir, jari-jari tangan, puting susu dan genetalia
eksterna.
e) Lamellated corpuscle (Pacinian corpuscle) reseptor ini sensitif terhadap sentuhan yang dalam.
Karena reseptor ini sangat cepat beradaptasi sehingga sangat senstif terhadap denyutan atau
getaran dengan frekuensi yang tinggi. Reseptor ini terdapat pada dermis, jari-jari, glandula
mamae dan genetalia eksterna, pada permukaan dalam dan luar fascia, capsul sendi. Informasi
sensoris visceral diberikan oleh corpuskel lamela di mesenteries, pancreas, dinding urethra, dan
kandung kemih.
f) Corpuscle Ruffini juga sensitif terhadap tekanan dan perubahan-perubahan pada kulit. Reseptor
ini berlokasi pada lapisan retikular dermis.
6) BARORESEPTOR
Baroreseptor bisa memonitor perubahan dari tekanan. Baroreseptor terdiri dari free nerve
ending yang bercabang didalam jaringan elastic pada dinding organ berongga, seperti pembuluh
darah, bagian pernafasan, pencernaan dan tractus urinarius. Bila ada perubahan tekanan dinding
jaringan elastik mengecil atau membesar.
Baroreseptor memonitor dinding pembuluh darah yang besar seperti arteri carotis, aorta.
Hal ini juga mempengaruhi regulasi dari kerja jantung sehingga pembuluh darah tetap mengalir
pada organ –organ vital. Baroreseptor pada paru juga memonitor derajat ekspansi dari paru.
7) PROPRIOSEPTOR
Proprioseptor memonitor perubahan posisi sendi dan otot, adanya tegangan pada tendon
dan ligamen dan kontraksi dari otot. Proprioseptor dapat dibagi menjadi:
a) Muscle spindle yang terdapat pada otot skeletal memonitor panjang dari otot dan tanda tegangan
dari reflek.
b) Golgi tendon yang fungsinya mirip dengan corpuscle Ruffini tetapi berlokasi di otot skeletal dan
tendon. Rangsangan pada reseptor dapat berupa tekanan pada tendon sehingga terjadi kontraksi
otot.
c) Reseptor capsul pada sendi. Reseptor ini sangat kaya dengan free nerve ending yang bisa
mendeteksi tekanan, sentuhan dan pergerakan dalam sendi. Adanya perubahan posisi tubuh
merupakan hasil dari integrasi informasi pada reseptor ini dan juga pada musle spindle, golgi
tendon organ, dan reseptor pada telinga dalam.
8) CHEMORESEPTOR (7)
Spesialisasi pada neuron chemoreseptiv dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari
konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan
lipid-soluble yang larut dalam cairan.
Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada kortek primer sensoris, jadi kita tidak tahu
adanya sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi sensoris datang lalu
diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi
dan fungsi cardiovaskuler. Neuron pada pusat respirasi merespon konsentrasi ion hidrogen (pH)
dan tingkat karbondioksida pada cairan cerebrospinal. Neuron chemoreseptive ini berlokasi di
carotid bodies, dekat arteri karotis inaerna pada tiap sisi leher, dean aortik bodies diantara cabang
utama lengkungan aorta. Reseptor ini memonitor pH dan karbondioksida dan tingkat oksigen
pada darah arteri. Serabut – serabut afferent meninggalkan carotid dan aortik bodies mencapai
pusat respirasi dengan berjalan ke nervus IX (glossopharyngeal) dan X (vagus). (4)
a. Traktus Ascendens Medula Spinalis
Saat memasuki medula spinalis serabut saraf sensoris berbagai tipe dan fungsi dipilih serta
dipisahkan menjadi berkas atau traktus saraf. Beberapa serabut saraf menghubungkan segmen
medula spinalis, sementara yang lain naik dari medula spinalis ke pusat-pusat yang lebih tinggi
dan menghubungkan medula spinalis dan otak. Semua ini disebut serabut ascendens atau traktus
ascendens. Substantia alba medula spinalis terdiri atas traktus ascendens dan traktus descendens.
Traktus ascendens menghantarkan informasi aferen dapat atau tidak dapat mencapai
kesadaran. Informasi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok:
1. Informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh seperti rasa nyeri, suhu dan raba
2. Informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh seperti otot dan sendi.
 ORGANISASI ANATOMINYA
Informasi umum dari ujung sensoris tepi dihantarkan melalui susunan saraf oleh suatu seri
neuron. Lintasan ascendens yang menuju kesadaran terdiri dari 3 neuron :
1. Neuron ordo pertama mempunyai badan sel dalam ganglion radiks posterior medula spinalis,
suatu prosesus tepi berhubungan dengan ujung reseptor sensoris, sementara suatu prosesus
sentralis memasuki medula spinalis melalui radiks posterior untuk bersinaps dengan ujung
neuron ordo kedua
2. Neuron ujung kedua mempunyai suatu akson yang berdecussatio (menyilang kesisi yang
berlawanan) dan naik ke tingkat susunan saraf sentral yang lebih tinggi untuk bersinaps dengan
ujung neuron ordo ketiga.
3. Neuron ordo ketiga terdapat dalam talamus dan mengeluarkan serabut proyeksi melintasi daerah
sensoris korteks serebri.

G. FUNGSI TRAKTUS ASCENDENS


Sensasi rasa nyeri dan suhu naik dalam traktus spinothalamikus lateralis, raba dan tekanan
ringan naik kedalam traktus spinothalamikus anterior. Raba diskriminatif (kemampuan untuk
melokalisir secara tepat daerah tubuh yang diraba dan menyadari bahwa dua titik yang disentuh
secara serempak) naik dalam kolumna alba posterior termasuk juga informasi dari otot-otot dan
sendi-sendi yang berkaitan dengan gerakan dan posisi, disamping itu sensasi getaran juga naik
dalam kolumna alba posterior. Informasi tidak sadar otot, sendi, kulit dan jaringan subkutan
mencapai serebelum melalui traktus spinoserebelaris anterior dan posterior serta melalui traktus
cuneoserebelaris.
Traktus ascendens lainya untuk informasi nyeri suhu dan raba dialirkan ke kolikulus
superior dari otak tengah melalui traktus spinotectalis untuk keperluan refleks spinovisual.
Traktus spinoretikularis merupakan lintasan dari otot dan sendi dan kulit ke formasio retikularis.
Sementara traktus spinoolivarius merupakan lintasan tidak langsung untuk informasi aferen yang
mencapai serebelum.
1. Traktus Spinothalamicus Lateralis Untuk Rasa Nyeri Dan Suhu
Reseptor nyeri dan suhu dalam kulit dan jaringan lainya merupakan ujung saraf bebas.
Impuls nyeri,panas dan dingin memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior
melanjutkan keujung kolumna grisea posterior dan membagi diri menjadi cabang ascendens dan
descendens. Cabang-cabang ini berjalan dalam satu atau dua segmen medula spinalis dan
membentuk traktus posterolateralis lissauer. Serabut dari neuron ordo pertama ini berakhir
dengan cara bersinaps dengan sel-sel dalam kolumna grisea posterior termasuk sel-sel dalam
substantia gelatinosa.
Akson dari neuron ordo kedua menyilang secara oblique ke sisi yang berlawanan dalam
komisura grisea dan alba anterior dalam satu segmen medula spinalis dan serabut baru ditambah
pada spek anteromedial traktus ini sehingga dalam segmen servikalis atas serabut-serabut sakral
terletak posterolateral dan segmen servikal terletak anteromedial. Dengan naiknya traktus
spinothalamikus lateralis melalui medula oblongata maka terletak dekat lateral diantara nukleus
olivarius inferior dan nulkeus traktus spinalis nervus trigeminus. Dan saat ini traktus diikuti oleh
traktus spinothalamikus anterior dan traktus spinotectalis bersama sama membentuk lemniscus
spinalis dan melanjutkan diri naik bagian posterior pons, dalam otak tengah ia terletak dalam
tegmentum lateral lemniscus medialis, dan bersinaps dengan neuron ordo ketiga nukleus
posterolateralis ventralis thalamus.
Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melintas ke
posterior kapsula interna dan korona radiata untuk mencapai daerah somastatik dalam girus
postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan
mulut terletak di inferior, tungkai terletak di superior, kaki dan anogenital pada permukaan
medial hemisferium. Dari sini informasi ditransmisikan pada daerah korteks serebri untuk
digunakan area motorik dan area asosiasi parietal. Peranan korteks serebri adalah
menginterpretasikan informasi sensorik pada tingkat kesadaran.
2. Traktus Spinothalamikus Anterior Untuk Raba Dan Tekanan Ringan
Mirip seperti traktus spinothalamikus lateralis yang memberi kontribusi untuk traktus
posterolateralis dari lisssouer, diduga neuron ordo pertama berakhir dengan sel kelompok
substantia gelatinosa dalam kolumna grisea posterior.
Akson neuron ordo kedua menyilang oblique ke sisi yang berlawanan dalam komisura
grisea dan alba anterior dalam beberapa segmen spinal dan naik dalam kolumna alba
anterolateral yang berlawanan sebagai traktus spinothalamikus anterior. Saat ia naik melalui
medula spinalis serabut baru ditambahkan pada medialis traktus, sehingga pada segmen
servikalis atas medula spinalis serabut sakral merupakan segmen yang sebagian besar terletak di
lateral dan segmen servikal di medial. Dan ia naik melalui medula oblongata bersama dengan
traktus spinothalamikus lateralis dan spinotektalis membentuk lemiscus spinalis (untuk raba
kasar dan tekanan diduga diapresiasi disini).
Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melalui
posterior kapsula interna dan korona radiata mencapai daerah somastetik dalam girus
postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili sacara terbalik tangan dan
mulut terletak di inferior. Apresiasi sadar, raba dan tekanan tergantung pada aktifitas korteks
serebri. Harus ditekankan bahwa rasa hanya dapat dilokalisir secara kasar, dan hanya
memungkinkan diskriminasi intensitas yang sangat kecil.
3. Columna Alba Posterior: Fasciculus Gracilis Dan Fasciculus Cuneatus Untuk Rasa Raba
Diskriminatif, Rasa Getaran, Rasa Sendi Otot Sadar
Akson masuk medula spinalis radik ganglion posterior dan melintas columna alba posterior
sisi yang sama. Disini serabut membagi diri menjadi cabang ascenden panjang dan descenden
pendek. cabang descenden melintas turun dalam sejumlah segmen yang variabel, memberi
cabang contralateral yang bersinap dengan sel dalam cornu grisea posterior , dengan neuron
internunsial dan dengan sel cornu anterior, jelas bahwa serabut descenden pendek terlibat dengan
reflek intersegmental. Serabut ascenden panjang juga berakhir dengan cara bersinap dengan sel
cornu grisea posterior neuron internunsial dan sel cornu anterior. Distribusi ini meluas meliputi
beberapa segmen medula spinalis. Pada serabut descenden pendek, berperan dalam reflek
intersegmental.
Banyak serabut ascenden yang panjang berjalan dalam columna alba posterior sebagai
fasciculus gracillis dan cuneatus. Fasciculus gracillis ditemukan disepanjang seluruh medula
spinalis dan mengandung serabut ascenden panjang saraf sacral, lumbal dan enam saraf thorakal
bagian bawah. Fasciculus cuneatus terletak dilateral pada segmen thorakalis atas dan servikalis
medula spinalis serta dipisahkan dari fasciculus gracillis oleh septum. Fasciculus cuneatus
mengandung serabut ascenden panjang enam serabut saraf thorakal dan semua nervus spinalis
servikalis.
Serabut fasciculucs gracillis dan cuneatus naik ipsilateral dan berakhir dengan bersinaps
dengan neuron ordo ke dua dalam nuklei gracillis dan cuneatus medula oblongata. Akson ordo
ke dua ini juga disebut dengan serabut arkuata interna, memanjang anteromedial di sekeliling
substantia grisea centralis dan menyilang median , berdecusatio dengan serabut yang bersesuaian
pada sisi yang berlawanan dalam decusatio sensorik, Serabut kemudian naik sebagai berkas
tunggal dan kompak yaitu lemniskus medialis melalui medula oblongata, pons, dan otak tengah.
Serabut berakhir dengan bersinaps dengan ordo ke tiga dalam nukleus postero lateralis ventralis
thalamus.
Akson neuron ordo ke tiga meninggalkan dan melintas melalui posterior capsula minterna
dan corona radiata untuk mencapai daerah somestetik pada gyrus postcentralis cortek cerebri.
Paruhan conteralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan mulut diinferior. Dengan cara
ini, kesan seperti raba dengan tingkat intensitas halus, lokalisasi yang tepat dan diskriminasi dua
titik dapat diapresiasi. Rasa getaran dan posisi bagian tubuh yang berbeda-beda dapat diketahui
secara sadar.
Sejumlah serabut dalam fasciculus cuneatus segmen servikalis dan thorakalis atas, setelah
berakhir pada neuron ordo kedua nukleus cuneatus, direlay dan berjalan sebagai akson neuron
ordo kedua untuk memasuki cerebellum melalui pedunkulus cerebellaris inferior sisi yang sama.
lintasan ini disebut Tractus Cuneocerebellaris dan serabut diketahui sebagai serabut arkuata
externa. Fungsi serabut ini untuk mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum
H. TRACTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR UNTUK RASA SENDI OTOT KE
CEREBELLUM
1. Traktus Spinocerebellaris Posterior
Akson yang memasuki medula spinalis dari radix ganglion posterior memasuki columna
grisea posterior serta berakhir dengan bersinap pada neuron ordo kedua pada dasar dari columna
grisea posterior. Neuron ini secara kolektif diketahui sebagai nukleus dorsalis (Columna Clarck).
Akson neuron ordo kedua ini memasuki posterolateral columna alba lateral pada sisi yang sama
dan naik sebagai tractus spinocerebellaris posterior ke medulla oblongata. Disini tractus bersatu
dengan pedunkulus cerebellaris inferior dan berakhir pada cortex cerebellaris. Perhatikan bahwa
ia tidak naik ke kortek cerebri. Karena nukleus dorsalis hanya membentang dari segmen
servikalis kedelapan ke arah kaudal ke segmen lumbal ketiga dan keempat, akson ini memasuki
medula spinalis radik posterior segmen lumbal bawah dan sacral naik dalam columna alba
posterior sehingga mencapai segmen lumbal ketiga atau keempat masuk ke nukleus dorsalis
Serabut spinocerebellaris posterior menerima informasi dari otot sendi, spindel-spindel
otot, organ-organ tendon dan reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak bawah. Informasi
mengenai tegangan otot dan tendon serta gerakan-gerakan otot dan sendi digunakan oleh
serebellum dalam mengkoordinasi gerakan-gerakan anggota gerak serta mempertahankan postur.
2. Tractus Spinocerebellaris Anterior
Akson yang memasuki medula spinalis ganglion radik posterior berakhir dengan bersinap
dengan neuron ordo kedua dalam nukleus dorsalis pada basis columna grisea anterior. Sebagian
besar akson neuron ordo kedua menyilang sisi yang berlawanan dan naik sebagai tractus
spinocerebellaris anterior pada columna alba sisi yang berlawanan. Sebagian kecil akson naik
sebagai tractus spinocerebellaris anterior dalam columna alba sisi yang sama. Setelah naik
melalui medula oblongata dan pons, serabut masuk kedalam cerebellum melalui pedunkulus
cerebellaris superior dan berakhir dalam cortek cerebellaris.
Diduga bahwa serabut yang menyilang kesisi yang berlawanan dalam medula spinalis
menyilang kembali dalam cerebellum. Tractus spinocerebellaris anterior mengalirkan informasi
otot sendi dari spindel-spindel otot, organ-organ tendon, reseptor-reseptor sendi badan dan
anggota gerak atas dan bawah. Diduga juga bahwa melalui facia ini cerebellum menerima
informasi dari kulit dan facia superficial
3. Tractus Cuneocerebellaris
Serabut ini berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki cerebellum melalui pedunculus
cerebellaris inferior sisi yang sama. Serabut ini diketahui sebagai serabut arkuata externa
posterior dan fungsinya adalah mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum.

I. LINTASAN-LINTASAN ASCENDEN LAINNYA


1. Tractus Spinotectalis
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berjalan ke substantia grisea
yang bersinap pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui. Akson neuron ordo kedua
menyilang bidang median dan naik sebagai tractus spinotectalis dalam columna alba
anterolateral yang terletak berdekatan dengan tractus spinothalamikus lateralis. Setelah melintasi
medula oblongata dan pons berakhir dengan bersinap dengan neuron dalam colicullus utak
tengah . lintasan ini memberikan informasi aferen untuk reflek spinovisualis serta membawa
gerakan-gerakan mata dan kepal kearah sumber stimuli.
2. Tractus Spinoreticularis
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron ordo
kedua yang tidak diketahui dalam substantia grisea. Akson neuron ordo kedua ini naik dalam
medula spinalis sebagai tractus spinoreticularis dalam columna alba lateralis. Sebagian besar
serabut ini tidak menyilang dan berakhir dengan cara bersinap dengan neuron formatio reticularis
dalam medula oblongata, pons, otak tengah. Tractus spinoreticularis memberikan lintasan aferen
untuk formatio reticularis yang memainkan peranan penting dalam mempengaruhi tingkat
kesadaran.
3. Tractus Spino-Olivarius
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron ordo
ke dua yang tidak diketahui dalam columna grisea posterior. Akson dalam neuron ordo kedua
melintasi garis tengah dan naik sebagai tractus spino-olivarius dalam substantia alba pada
sambungan columna anterior dan lateralis. Akson ini berakhir dengan bersinap pada neuron ordo
ketiga dalam nuklei olivarius medula oblongata. Akson ini melintasi garis tengah dan memasuki
cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior. Tractus spino-olivarius mengalirkan
informasi dari organ-organ kulit dan proprioseptif ke cerebellum.
4. Tractus Sensorik Viseralis
Sensasi yang timbul dari visera berlokasi dalam toraks dan abdomen memasuki medula
spinalis melalui radiks posterior. Badan-badan sel neuron orde pertama terletak dalam ganglion
radiks posterior. Prosesus tepi sel ini menerima impuls saraf dari ujung reseptor regangan dan
nyeri dalam visera. Prosesus sentral, setelah masuk medula spinalis bersinaps dengan neuron
orde kedua dalam substansia grisea, kemungkinan ke dalam columna grisea anterior atau lateralis
Akson-akson neuron orde kedua diduga bersatu dengan traktus spinothalamicus dan naik
serta barakhir pada neuron orde ketiga dalam nukleus posterolateral ventral thalamus. Tujuan
akhir akson neuron orde ketiga kemungkinan terdapat pada girus postcentralis korteks serebri.
banyak serabut viseral aferen yang memasuki medula spinalis bercabang dan berpartisipasi
dalam aktifitas refleks.(7)
5. Traktus Desenden Medula Spinalis
Neuron motorik dalam kolumna grisea anterior medula spinalis mengirimkan akson-akson
untuk menginervasi otot skelet melalui radiks-radiks anterior medula spinalis. Neuron-neuron
motorik ini disebut sebagai lower motor neuron dan merupakan lintasan umum akhir ke otot.
Lower motor neuron secara konstan mengalami pemboman impuls saraf yang turun dari
medula oblongata, pons, otak tengah dan korteks serebri. Demikian juga dengan impuls yang
masuk sepanjang serabut sensorik radiks posterior. Serabut saraf yang turun dalam substantia
alba dari pusat saraf supraspinal dipisahkan menjadi berkas saraf yang dipisahkan menjadi
berkas saraf yang disebut traktus desenden. Neuron-neuron supraspinal ini beserta traktusnya
disebut upper motor neuron dan memberikan banyak lintasan terpisah yang dapat mempengaruhi
aktifitas motorik.

J. ORGANISASI ANATOMIS
Pengendalian akitifitas otot skelet dari kortek serebri dan pusat-pusat lebih tinggi lainya
dihantarkan melalui susunan saraf boleh suatu seri-seri neuron. Lintasan desenden kortek serebri
seringkali terbentuk dari tiga neuron :
1. Neuron ordo pertama, mempunyai badan sel dalam kortek serebri. Aksonya turun untuk
bersinaps pada neuron orde kedua, suatu neuron internunseal yang terletak dalam columna grisea
anterior medula spinalis
2. Neuron orde kedua pendek dan bergabung dengan neuron orde ketiga yaitu lower motor neuron
dalam kolumna grisea anterior.
3. Neuron orde ketiga menginervasi otot skelet melalui radiks anterior nervus spinalis.

K. FUNGSI TRAKTUS DESCENDEN


Traktus kortikospinalis merupakan lintasan yang berkaitan dengan gerakan terlatih,
berbatas jelas, volunter terutama bagian distal anggota gerak. Traktus retikospinalis dapat
mempermudah atau menghambat aktifitas neuron motorik alfa dan gamma pada kolumna grisea
anterior sehingga mempermudah atau menghambat gerakan volunter dan aktifitas refleks.
Traktus spinotectalis berkaitan dengan gerakan refleks postural sebagai respon terhadap stimulasi
visual.
Serabut-serabut yang berhubungan dengan neuron simpatis dalam kolumna grisea lateralis
berkaitan dengan refleks pupilodilatasi sebagai respon terhadap keadaan gelap. Traktus
rubrospinalis bertindak baik terhadap neuron motorik alpa dan gama pada kolumna grisea
anterior dan mempermudah aktifitas otot ekstensor. Traktus vestibulospinalis bekerja pada
neuron motorik dalam kolumna grisea anterior mempermudah otot ekstensor, menghambat
aktifitas otot fleksor yang berkaitan dalam keseimbangan. Traktus olivospinalis berkaitan dalam
aktifitas muskuler. Serabut otonomik desenden berkaitan dengan pengendalian aktifitas viseral.
1. Tractus Cortikospinalis
Serabut corticospinal timbul sebagai akson sel-sel piramidal yang terletak dalam lapisan
kelima kortek cerebri sepertiga berasal dari kortek motorik primer (area 4), sepertiga dari kortek
motorik sekunder (area 6), sepertiga dari area parietalis (area-area 3, 1, dan 2 ); sehingga,
duapertiga dari serabut timbul gyrus precentralis serta sepertiga timbul dari gyrus postcentralis.
Karena stimulus listrik terhadap bagian-bagian berbeda dari gyrus precentralis menimbulkan
kontraksi bagian-bagian berbeda dari sisi tubuh yang berlawanan, kita dapat mewakili bagian
tubuh pada cortex ini. Perhatikan bahwa daerah yang mengendalikan muka terletak di inferior
dan anggota gerak bawah terletak di superior dan pada permukan medial hemisfer. Homunculus
merupakan gambaran tubuh yang mengalami distorsi, dengan berbagai bagian yang mempunyai
ukuran yang sebanding dengan daerah cortek cerebri yang diperuntukan bagi pengendalianya.
Serabut desends berkonvergensi pada corona radiata dan kemudian melintasi exremitas
posterior capsula interna. Serabut diorganisis sehingga terdekat dengan genu berkaitan dengan
servical tubuh yang terletak di medialis sementara yang terletak di posterior berkaitan dengan
extremitas inferior yang terletak di lateral. Kemudian tractus berlanjut melalui tiga perlima
bagian tengah basis pedunculi otak tengah .
Saat memasuki pons, taktus terbagi menjadi banyak serabut yaitu serabut pontoserebral
trasversa. Dalam medula oblongata, serabut dikelompokan secara bersama di batas anterior
membentuk pembesaran yang disebut sebagai traktus piramidalis. Pada sambungan medula
oblongata dan medula spinalis, sebagian serabut menyilang garis tengah pada decussatio
pyramidum dan memasuki kolumna alba anterior dari medula spinalis untuk membantu traktus
cortiko spinalis lateralis. Serabut selebihnya tidak menyilang dalam decussatio, tetapi turun
dalam columna alba medula spinalis sebagai traktus cortiko spinalis anterior. Serabut ini
akhirnya menyilang garis tengah pada columna grisea anterior segmen-segmen medula spinalis
dalam daerah servikalis dan torakalis atas.
Traktus kortikospinalis turun sepanjang medula spinalis dimana serabutnya berakhir dalam
kolumna grisea anterior semua segmen-segmen medula spinalis. Sebagian besar serabut
kortikospinal bersinaps dengan neuron internunsial, yang pada giliranya bersinaps dengan
neuron motorik alpa dan beberapa neuron motorik gama. Hanya serabut kortikospinal terbesar
bersinaps langsung dengan neuron motorik.
Penting untuk dimengerti bahwa traktus kortikospinalis tidak merupakan satu-satunya
lintasan yang melayani gerakan volunter. Malahan, membentuk lintasan yang bersesuaian
dengan kecepatan dan ketangkasan pada gerakan-gerakan volunter dan karena itu digunakan
dalam melakukan gerakan-gerakan terlatih yang cepat. Banyak gerakan volunter dasar,
sederhana ini diduga dihantarkan oleh traktus-traktus descenden lain.
 Cabang Traktus Kortikospinalis
a) Cabang ini diberikan secara dini pada saat turun dan kembali ke korteks serebri untuk
menghambat daerah korteks yang berdekatan.
b) Cabang ini melintas ke nuklei lentiformis dan caudati,nukleus rubrum,nukleus orifarius serta
formatio retikularis . cabang ini menjaga agar daerah-darah subcortikal mendapat informasi
mengenai aktivitas kortikal. Sekali dalam keadaan waspada daerah-daerah subkortikal bereaksi
dan mengirimkan impuls ke neuron motorik alpha dan gamma melalui lintasan desendens
lainnya.
2. Traktus Reticulospinalis
Diseluruh otak tengah, pons dan medula oblongata terdapat kelompok-kelompok sel-sel
saraf dan serabut saraf yang tersebar dan secara kolektif dikenal sebagai formatio reticularis.
Dari pons, nueron ini mengirimkan akson-akson, yang sebagian besar tidak menyilang, ke
medula spinalis dan membentuk tractus reticulospinalis medula pontine. Dari medula neoron-
neuron yang sama mengirimkan akson secara menyilang dan tidak menyilang terhadap medula
spinalis lalu membentuk traktus retikulospinalis medularis.
Serabut retikulospinalis dari pons turun melalui kolumna alba anterior, sementara serabut
dari medula oblongata turun dalam kolumna alba lateralis. Kedua sel serabut ini memasuki
kolumna grisea anterior medula spinalis dan mempermudah atau menghambat aktifitas dari
neuron motorik alpa dan gama. Dengan cara ini traktus retikulospinalis mempengaruhi gerakan-
gerakan volunter dan aktifitas reflek. Saat ini diduga bahwa serabut retikulospinalis termasuk
serabut otonom descenden. Karena itu traktus retikulospinalis memberikan suatu lintasan melalui
hipotalamus dapat mengendalikan aliran keluar simpatik dan parasimpatik.
3. Traktus Tectospinalis
Serabut traktus ini timbul sel-sel saraf dalam kolikulus superior otak tengah. Sebagian
besar serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar dari asalnya dan turun melalui
batang otak yang berdekatan melalui fasikulus longitudinalis medialis. Traktus tectospinalis
turun melalui kolumna alba anterior medula spinalis berdekatan dengan fisura mediana anterior.
Sebagian besar serabut berakhir dalam kolumna grisea anterior segmen-segmen cervikalis bagian
atas medula spinalis dengan cara bersinaps dengan neuron internonsea. Serabut ini diduga
mengurusi gerakan-gerakan refleks postural sebagai respon terhadap stimulus visual.
4. Traktus Rubrospinalis
Nukleus rubrum terletak dalam tegmentum otak tengah setinggi kolikulus superior. Akson-
akson neuron dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus dan turun sebagai
traktus rubrospinalis melalui pons dan medula oblongata untuk memasuki kolumna alba lateralis
medula spinalis. Serabut yang berakhir dengan cara bersinaps dengan neuron internosea pada
kolumna grisea anterior medula spinalis.
Neuron-neuron nukleus rubrum menerima impuls aferen melalui hubungan dengan korteks
serebri dan serebelum. Keadaan ini diduga merupakan suatu lintasan tidak langsung yang
penting dengan korteks serebri dan serebelum yang mempengaruhi aktifitas neuron motorik alpa
dan gama medula spinalis. Traktus ini mempermudah aktifitas otot-otot fleksor dan menghambat
aktifitas otot ekstensor dan grafitasi.
5. Traktus Vestibulospinalis
Nuklei vestibularis terletak dalam pons dan medula oblongata di bawah atap ventrikulus
keempat. Nuklei vestibularis menerima serabut aferen dari telinga dalam melalui saraf
vestibularis serta dari serebelum. Neuron-neuron vestibularis merupakan asal dari akson-akson
yang membentuk traktus vestibulospinalis. Traktus ini turun tanpa menyilang melalui medula
spinalis dalam kolumna alba anterior. Serabut ini berakhir dengan neuron internosea kolumna
grisea medula spinalis.
Telinga dalam dan serebelum melalui traktus ini mempermudah aktifitas otot-otot
ekstensor serta menghambat aktifitas otot fleksor yang berhubungan dengan pemeliharaan
keseimbangan.
6. Traktus Olivospinalis
Traktus olivospinalis diduga timbul dari nukleus olivarius inferior dan turun dalam
kolumna alba lateralis medula spinalis, untuk mempengaruhi aktifitas neuron motorik dalam
kolumna grisea anterior. Saat ini terdapat keraguan dalam keberadaan traktus ini.

L. SERABUT DESCENDEN OTONOMIK


Pusat-pusat yang lebih tinggi susunan saraf pusat berhubungan dengan pengendalian
aktifitas otonom yang terletak dalam korteks serebri, hipotalamus, kompleks amigdaloidea,
formatio retikularis. Kendatipun traktus-traktus yang berbatas jelas belum diketahui, penelitian
lesi-lesi medula spinalis memperlihatkan terdapatnya traktus-traktus otonom descendens dan
kemungkinan membentuk bagian dari traktus retikulospinalis.
Serabut ini timbul dari neuron pada pusat yang lebih tinggi dan menyilang garis tengah
dalam batang otak. Diduga turut dalam kolumna alba lateralis medula spinalis dan berakhir
dengan bersinaps pada sel-sel motorik otonom dalam kolumna grisea lateral pada tingkat-tingkat
torakal dan lumbal atas (aliran keluar simpatis) dan tingkat sakral tengah (parasimpatis) medula
spinalis.
1. Traktus Intersegmental
Traktus ascendens dan descendens pendek yang berasal dan berakhir dalam medula spinalis,
terdapat dalam kolumna alba anterior lateralis dan posterior. Fungsi lintasan ini adalah saling
menghubungkan neuron-neuron tingkat segmental yang berbeda, dan penting terutama dalam
refleks spinal intersegmental
2. Arkus Refleks
Refleks dapat didefinisikan sebagai suatu respon involunter terhadap stimulus. Refleks
tergantung pada integritas arkus refleks. Dalam bentuk yang paling sederhana, arkus refleks
terdiri dari struktur anatomi berikut :
1. Organ reseptor
2. Neuron aferen
3. Neuron efektor
4. Organ efektor
Arkus refleks seperti ini hanya melibatkan satu sinaps dan disebut arkus refleks
monosinapik. Interupsi refleks pada setiap titik disepanjang perjalananya akan menghapuskan
respon ini.
Pada medula spinalis arkus refleks memainkan peranan penting dalam mepertahankan tonus
otot yang merupakan dasar tubuh. Organ reseptor terdapat pada kulit, otot atau tendon. Badan sel
neuron aferen berlokasi dalam ganglion radiks posterior, dan akson sentral neuron orde pertama
ini berakhir dengan cara bersinaps pada neuron efektor. Karena serabut aferen merupakan
serabut dengan diameter yang besardan menghantarkan dengan cepat dan karena hanya terdapat
satu sinaps maka suatu respon yang sangat cepat merupakan hal yang memungkinkan.
Penelitian fisiologis aktifitas listrik neuron efektor memperlihatkan bahwa setelah pelepasan
monosinaptik yang sangat cepat terdapat pelepasan asinkron yang berlarut-larut. Alasan
pelepasan terakhir ini adalah serabut aferen yang memasuki medula spinalis seringkali
bercabang-cabang dan bersinaps dengan neuron internosea yang akhirnya bersinaps dengan
neuron efektor. Rangkaian neuronal tambahan ini memperlama pemboman neuron efektor
setelah stimulasi dini oleh neuron aferen hilang. Adanya neuron internosea juga menimbulkan
penyebaran stimulus aferen ke neuron pada berbagai tingkat segmental medula spinalis yang
berbeda-beda.
Dalam mempertimbangkan aktifitas refleks otot skelet penting untuk dimengerti hukum
interfasi timbal balik. Secara sederhana, ini berarti bahwa refleks fleksor dan ekstensor anggota
gerak yang sama tidak dapat berkontraksi secara serentak. Agar hukum ini bekerja maka serabut
saraf aferen yang bekerja bertanggung jawab kerja refleks otot fleksor harus mempunyai cabang-
cabang yang bersinaps dengan neuron motorik ekstensor anggota gerak yang sama, yang
menyebabkan serabut ini mengalamai inhibisi.
Dibangkitkanya suatu refleks pada satu sisi tubuh menyebabkan pengaruh-pengaruh pada
anggota gerak sisi-sisi lain. Stimulasi aferen arkus refleks menyebabkan fleksi anggota gerak
ipsilateral menimbulkan ekstensi pada anggota gerak kontralateral.
Pengaruh dari Pusat-pusat Neuronal yang lebih tinggi pada aktivitas reflek spinal
Arkus reflek spinal segmental yang melibatkan aktivitas motorik sangat dipengaruhi oleh
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. Pengaruh ini dihantarkan melalui traktus kortikospinalis,
retikulospinalis, tektospinalis, rubrospinalis, dan vestibulospinalis. Dalam kondisi klinik seperti
syok spinal, setelah penggangkatan pengaruh-pengaruh secara mendadak akibat cedera pada
medula spinalis, reflek spinal segmental mengalami depresi. Jika apa yang disebut syok spinal
hilang dalam beberapa minggu, reflek spinal segmental kembali dan tonus otot-otot meningkat.
Apa yang disebut sebagai rigiditas decebrarasi ini disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan dari
serabut saraf aferen gamma ke spindel otot, yang timbulkan oleh pelepasan neuron ini dari
hubungannya dengan pusat-pusat yang lebih tinggi. Stadium berikutnya adalah paraplegia dalam
extensi dengan dominasi peningkatan tonus otot extensor atas otot flexsor. Beberapa ahli
nuerologi yakin bahwa kondisi ini disebabkan cedera yang tidak lengkap dari semua traktus
desendes dengan traktus vestibulospinalis yang utuh. Jika semua traktus mengalami cedera,
maka terjadi keadaan paraplegi dalam flexi. Dalam keadaan ini, respon-respon bersifat flexsor
dan tonus otot extensor berkurang. (7)

M. PUSAT MOTORIS DAN SENSORIS


Pada corteks cerebral terdapat beberapa daerah :
1. Korteks serebral mengandung 3 jenis fungsional area yaitu motor area, sensori area, dan asosiasi
area. Neuron motoris dan neuron sensoris terdapat pada motoris area dan sensoris area pada
korteks serebri. Semua neuron pada korteks serebri merupakan inter neuron.
2. Setiap hemisfer terdapat fungsi motoris dan sensoris yang berlawanan pada sisi tubuh
(kontralateral).
3. Sekalipun sebagian besar struktur pada 2 hemisfer kanan dan kiri simetris, tetapi tidak ada fungsi
yang sama. Masing – masing memiliki spesialisasi fungsi kortikal.
4. Yang sangat penting yang harus kita ingat tidak ada fungsi area pada korteks serebri yang
bekerja sendirian.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.neuroanatomy.wisc.edu/sc97/text/P4/Pathway.htm
http://www.mona.uwi.edu/fpas/courses/physiology/neurophysiology/DescendingPathwa
ys.htm
Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta: 2004. Hal 21-26.
Martini, frederic. Fundamental Of Anatomy & Physiology. Edisi 7. Pearson
International edition. New york. Page 496-513
Marieb, Elaine, N. Human Anatomy & Physiology. Edisi 7. Pearson International
Edition. Page 491-519
Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. EGC. Edisi 2. Jakarta. Hal 29, 44
Snell, S, Richard. Neuroanatomi Klinik. EGC. Edisi 2. Jakarta. Hal 365-383. About
these ads May 10, 2009 - Posted by poezcorp | Neurologi
Diposkan oleh Unknown di 09.01
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2014 (5)
o ▼ Desember (5)
 BIOPSIKOLOGI DAN PROSES SENSORI MOTORIK
 PERSEPSI, EMOSI, DORONGAN, MOTIVASI, MOTIF DAN BEL...
 TINGKAT KESADARAN PASIEN
 RENCANA MATERI PSIKOLOGI KEPERAWATAN
 PERAN PSIKOLOGI DALAM KEPERAWATAN

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai