Disusun oleh :
PRAKTIKUM GOLONGAN X
Berikut tujuan dari praktikum Indera Rasa Kulit dan Gerakan Refleks :
1. Mengetahui paleosensibilitas dan neosensibilitas pada indera rasa kulit.
2. Memahami gerakan refleks yang merupakan hasil kerja sama rangka dan
otot pada sendi tertentu.
BAB 2
LANDASAN TEORI
c) Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan
struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
C. GERAKAN REFLEKS
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang
terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Untuk terjadi gerak refleks, maka
dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ sensorik (yang menerima impuls),
serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang
(serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik
(menerima dan mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan
gerakan). Gerak refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang
terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena
debu, menarik kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa
sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar; misalnya, bukan saja
tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh
permukaan panas (Pearce, 2009).
Gerak refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang. Ciri
refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari.
Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron
konektor merupakan penghubaung antara neuron sensorik dan neuron motorik.
Jika neuron konektor berada di otak, maka refleksnya disebut refleks otak. Jika
terletak di susmsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang
belakang. Gerakan pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena
rangsangan cahaya merupakan contoh refleks otak. Sedangkan gerak lutut yang
tidak disengaja merupakan gerak sumsum tulang belakang (Idel, 2000).
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung
reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang
terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan
efektor. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis
medulla spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan
terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial
yang sesuai. Lengkung reflex yang Paling sederhana adalah lengkung reflex yang
mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex
semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex
monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron
antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya
antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada
lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya
fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal
fringe), dan oleh berbagai efek lain (Sherwood, 2006).
PROSEDUR KERJA
A. PALEO SENSIBILITIES:
A.I. Rasa Panas dan Dingin
Rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang
sebenarnya, melainkan oleh kecepatan hilangnya panas atau mendapatkan
panas oleh kulit.
1a. Sediakanlah 3 buah bak yang masing-masing berisi :
I. Air es,
II. Air panas 40oC
III. Air dengan suhu ±30oC
1b. Masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke
dalam air 40oC.
Catatlah perasaan yang saudara alami.
1c. Kemudian segera masukkan kedua telunjuk saudara ke dalam bak
III : air dengan suhu ±30oC. Catatlah dan terangkan perasaan yang
saudara alami.
2a. Tempatkanlah punggung tangan saudara ±10 cm di depan mulut
dan tiuplah kulit tangan itu perlahan-lahan. Catatlah rasa yang
saudara alami.
2b. Basahilah punggung tangan itu dengan air dahulu, kemudian
tiuplah seperti percobaan tersebut di atas. Catat pula rasa yang
saudara alami.
2c. Oleskan punggung tangan saudara dengan alkohol atau eter dahulu,
kemudian tiuplah lagi. Rasa yang bagaimanakah yang saudara
alami sekarang? Terangkan
B. NEO-SENSIBILITIES
B.I. Lokalisasi rasa tekan
1. Tutuplah mata orang percobaan, kemudian tekanlah ujung pensil
dengan kuat pada ujung jarinya.
2. Suruhlah orang percobaan menunjukkan dengan pensil tempat yang
telah dirangsang itu. Tentukan jarak antara titik rangsang dan titik
tunjuk dalam mm.
3. Ulangi percobaan tersebut 3x dan tentukan jarak-jarak rata-ratanya.
4. Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah telapak tangan,
lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk.
A. Normal
1. Hitamkan (dengan tinta hitam) suatu daerah kecil di kulit lengan bawah,
kemudian tempelkan diafragma alat Hardy-Wolff pada kulit tersebut.
2. Lakukan penyinaran dengan kekuatan radiasi yang rendah selama 10 detik.
Untuk ini haruslah diatur rheostat.
3. Geserkan tombol rheostat sehingga kekuatan radiasi meningkat dan sinari
lagi kulit yang dihitamkan tersebut selama 10 detik.
4. Lakukan tindakan no.3 dengan setiap kali menggeser tombol rheostat,
sampai orang percobaan merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk.
5. Catatlah angka yang ditunjuk rheostat dan lama penyinaran dalam detik.
Ini merupakan nilai ambang rasa nyeri orang percobaan.
C. Pengaruh Hyperaemia
8. Gosoklah kulit yang telah dihitamkan itu dengan balasan yang tersedia,
kemudian ulangi tindakan no.1 s/d no.4 tersebut di atas.
9. Catatlah hasil-hasil yang didapatkan.
D. GERAKAN REFLEKS
1. Refleks fleksor / monosinaps / patella
Ketuklah patella probandus dengan palu plastik pada kaki yang ditekuk,
Amati respons yang timbul. Saat palu diketukkan pada bagian disekitar
tulang tempurung lutut, terjadi gerakan refleks. Kaki yang tadinya ditekuk
bergerak kedepan sehingga sudut antara kaki dan paha melebar (gerakan
ekstensi).
2. Refleks kornea
Sentuh kornea probandus dengan kapas yang dipilin, Amati respons yang
timbul. Pada saat kapas mendekati kornea mata, terjadi gerakan refleks
menutup (berkedip) oleh kelopak mata untuk melindungi mata.
3. Refleks pupil
Tutp mata 30 detik atau lindungi mata dengan kertas, buka mata lalu amati
pupil mata. Sorot mata dengan senter, Amati pupil lalu bandingkan dengan
pengamatan sebelumnya. Pada saat cahaya senter diarahkan ke pupil mata,
terlihat pupil bergerak semakin mngecil. Hal ini terjadi karena pupil
memungkinkan jumlah cahaya yang masuk ke mata bervariasi. Ketika
jumlah cahaya yang menyorot ke mata cukup banyak, maka ukuran pupil
disesuaikan oleh otot-otot iris untuk memungkinkan lebih sedikit cahaya
yang masuk, sesuai kebutuhan.
4. Refleks pineal
Sentuh bagian dalam daun telinga probandus dengan benda tumpul atau
kapas yang digulung panjang sebagai aplikator, Amati proses yang timbul.
Kepala probandus selalu menghadap ke bagian telinga yang akan disentuh,
bahkan sebelum telinganya benar-benar tersentuh.
5. Refleks nosiseptif
Jepit dengan keras anggota tubuh probandus, Amati respons yang timbul.
Pada saat tangan dijepit dengan keras menggunakan pinset, terjadi gerakan
memberontak. Hal ini terjadi saat bagian tubuh lainnya dijepit dengan
keras.
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM
1. PALEOSENSIBILITAS
1.1. Rasa Panas dan Dingin
Lokasi Media Uraian Rasa
Jari Telunjuk Kanan Air Es Dingin, nyeri, kaku
Jari Telunjuk Kiri Air 40̊ C Panas, tidak nyeri, tidak kaku
Jari Telunjuk Kanan Air Suhu Kamar Jari Telunjuk Kanan : hangat, nyeri hilang
dan Kiri Jari Telunjuk Kiri : dingin, kaku
Punggung Tangan - Dingin
Punggung Tangan Air Suhu Kamar Agak dingin
Punggung Tangan Alkohol Sangat dingin
Panas : 9
Lengan Bawah Dingin : 9
Tekanan : 9
Panas : 0
Kuduk Dingin : 9
Tekanan : 9
Panas : 9
Pipi Dingin : 9
Tekanan : 9
140
berat bebean yang dirasakan (g)
120
100
80
60
40
20
0
0 50 100 150 200
berat beban awal (g)
2.4. Kemampuan Diskriminasi
2.4.1. Diskriminasi Kekerasan
Telapak Lengan
Kekasaran Kertas Jari Tangan Kuduk
No Tangan Bawah
Gosok
I II III I II III I II III I II III
1. 00 (paling halus) B B S B S S B B B S S S
2. 1 (halus) B B S S B B B S B B S S
3. 2 (sederhana kasar) B B B S B B S B B S S B
4. 3 (kasar) B B S B B B B B S B B S
Total jawaban benar 9 8 9 4
4. GERAKAN REFLEKS
PEMBAHASAN
1. PALEOSENSIBILITAS
1.1.Rasa-Rasa Panas dan Dingin
Percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin dilakukan dengan
memasukkan telunjuk ke dalam air es, air panas 40oC, dan air pada suhu
kamar (air PDAM). Jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam air es lalu
dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (air PDAM) terasa lebih
hangat, sedangkan jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam air panas 40ᵒ C
terasa lebih dingin saat dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar (air
PDAM). Hal ini disebabkan karena adanya perbandingan atau perbedaan
relatif indera rasa kita saat merasakan panas atau dingin, bukan kekuatan
mutlak dari suhu suatu benda.
Pada percobaan meniup punggung tangan, orang coba merasa
dingin karena terjadi penguapan pada permukaan punggung tangan dengan
mengambil panas dari kulit. Saat punggung tangan dibasahi oleh air
kemudian ditiup, air akan menyerap kalor untuk menguap, tetapi proses
penguapan air lebih lama dibandingkan dengan proses penguapan alkohol.
Maka dari itu, saat orang coba mengoleskan alkohol terlebih dahulu,
tiupan akan terasa lebih dingin dibanding saaat diberi air. Hal ini
disebabkan karena titik penguapan alkohol lebih rendah dari air sehingga
mengambil kalor lebih banyak dari permukaan kulit dan orang coba
merasa lebih dingin.
2. NEOSENSIBILITAS
2.1. Lokalisasi Rasa Tekan
Berdasarkan rata-rata pada hasil percobaan yang telah kita lakukan
pada probandus bagian yang paling peka terhadap rasa tekan adalah pada
kuduk. Hal ini ditunjukan dengan hasil rata-rata pada daerah kuduk yang
paling kecil yaitu sebesar 1,3 mm.
Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit,
yakni pada titik-titik yang berbeda dan terpisah-pisah, dengan diameter
perangsangan kira-kira 1mm. Pada sebagian besar daerah tubuh jumlah
reseptor bervariasi, 3-5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang bdari satu
titik dingin persentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas.
Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit. Alat indera untuk nyeri
adalah ujung saraf telanjang yang terdapat di hampir semua jaringan
tubuh.
2.2. Diskriminasi Rasa Tekan
Pada percobaan ini dilakukan dengan cara menekan pada ujung jari
dengan sebuah jangka, menggunakan metode simultan (bersamaan)
dengan perbesar setiap kali 2 mm sampai dirasakan dua titik sampai dapat
dibedakan dua titik oleh orang coba. Pada percobaan ini dapat kita ketahui
bahwa daerah yang paling peka dalam membedakan dua titik ujung jangka
yaitu pada depan telinga dan ujung jari. Terbukti dengan rata-rata yang
kecil yaitu 4 mm. Sedangkan bila menggunakan metode suksesif
(berurutan) daerah yang paling peka dalam membedakan dua titik ujung
jangka ada pada lengan bawah dengan rata-rata terkecil yaitu 2 mm.
Jam : 13.00-15.00