Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

(SALURAN PERNAFASAN)

DISUSUN OLEH:

Christianty Stevani M. B (2443020083)


Kadek Dewi Anggriani P (2443020093)
Moniga Dhea Angesty (2443020108)
Mumfaridatul khorida (2443020110)
Sri Retno A (2443020117)
Nabila Salsabila (2443020275)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS  FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2020-2021
10/19/20 page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pernapasan  merupakan proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup
yang berasal dari makhluk hidup dengan gas yang ada di lingkungannya. Sedangkan
proses perombakan bahan makanan menggunakan oksigen sehingga diperoleh energi
dan gas sisa pembakaran karbon dioksida (CO2) disebut respirasi. Proses respirasi
yang menggunakan oksigen disebut juga respirasi. Proses respirasi yang
menggunakan oksigen disebut juga respirasi aerob sedangkan respirasi yang tidak
membutuhkan oksigen disebut respirasi anaerob (Rahmat, 2007).
Respirasi merupakan proses penguraian senyawa organik kompleks menjadi
senyawa-senyawa yang sederhana. Sebagian besar proses respirasi berlangsung
didalam mitokondria. Adapun sebagian proses yang lain berlangsung dalam sitosol
(Dartius,1999). Jumlah pernafasan dapat menujukan keadaan irama jantung dan
pertukaran gas di dalam darah. Berdasarkan penelitian medis, jumlah pernafasan
dianggap sebagai penanda disfungsi paru-paru (Das, 2013).
Peran sistem respirasi adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Untuk melakukan pertukaran gas, sistem
kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama. Sistem kardiovaskular 
bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru-paru sedangkan sistem
pernapasan melakukan dua fungsi terpisah yaitu ventilasi dan respirasi (Handoko,
2001).
Pada prinsipnya, pertukaran gas yang terjadi di jaringan tubuh dan paru-paru
terjadi secara difusi mengikuti perbedaan tekanan. Udara yang sampai alveoli
memiliki tekanan O2 yang lebih tinggi dan tekanan CO2 yang lebih rendah
dibandingkan dengan darah dalam pembuluh arteri yang melewati alveoli. Jika
tekanan udara 1 atmosfer (760 mmHg), dan volume O2 adalah 21%, tekanan parsial
O2 (PO2) di udara bebas adalah 0,21 x 760 mmHg, yaitu sekitar 160 mmHg.
Sementara itu, tekanan parsial CO2 (PCO2) diketahui adalah sekitar 0,23 mmHg.
Akibatnya, O2 dari udara berdifusi melewati epitel alveoli dan kapiler ke dalam darah
di dalam kapiler (Campbell, 1998).

10/19/20 page 2
1.2 Tujuan praktikum
1. Mengukur volume dan menghitung kapasitas pernapasan.
2. Memahami perbedaan spirogram pada pasien dengan berbagai macam
gangguan pernapasan.
3. Memahami efek surfaktan dan tekanan intrapleural pada respirasi.

BAB II
LANDASAN TEORI

Fungsi fisiologis dari sistem pernapasan sangat penting untuk kehidupan. Jika
masalah berkembang dalam kebanyakan sistem fisiologis lainnya, kita bisa bertahan
untuk beberapa waktu tanpa menangani mereka. Tetapi, jika problem yang
berkepanjangan berkembang dalam sistem pernapasan (atau sistem peredaran darah),
kematian dapat terjadi dalam hitungan menit
Peranan utama sistem pernapasan adalah mendistribusikan oksigen dan
menyingkirkan karbon dioksida dari, semua sel tubuh. Sistem pernapasan bekerja
sama dengan sistem sirkulasi untuk mencapai hal ini. Pernapasan mencakup ventilasi,
atau pergerakan udara ke dalam dan ke luar paru-paru (pernapasan), dan transportasi
(melalui darah) oksigen dan karbon dioksida di antara paru-paru dan sel tubuh.
Jantung memompa darah yang tidak mengandung oksigen ke kapiler paru-paru,
tempat pertukaran gas terjadi antara darah dan alveoli (kantong udara dalam paru-
paru). Sehingga mengoksidasi darah. Jantung kemudian memompa darah yang
beroksigen ke jaringan tubuh, tempat oksigen digunakan untuk metabolisme sel. Pada
saat yang sama. Karbon dioksida (produk limbah metabolisme) dari jaringan tubuh
difusi ke dalam darah. Darah ini diperkaya karbon dioksida, dilengkapi oksigen,
kemudian kembali ke jantung, melengkapi sirkuit.
Ventilasi adalah hasil dari kontraksi otot rangka. Ketika diafragma, otot
berbentuk kubah yang membagi rongga dada dan perut — dan otot interkostal
eksternal berkontraksi, volume dalam rongga dada meningkat. Peningkatan volume
10/19/20 page 3
toraks ini mengurangi tekanan dalam Rongga dada. Memungkinkan gas atmosfer
untuk memasuki paru-paru (proses yang disebut inspirasi). Ketika diafragma dan
mantan interkostal eksternal santai, tekanan dalam rongga dada meningkat seiring
dengan penurunan volume, sehingga udara terpaksa keluar dari paru-paru (suatu
proses yang disebut ekspirasi). Inspirasi dianggap sebagai Proses aktif karena
kontraksi otot memerlukan penggunaan ATP, sedangkan ekspirasi biasanya dianggap
sebagai Proses pasif karena otot rileks, bukan berkontaksi, Kapan Seseorang sedang
berlari, Akan tetapi,ekspirasi menjadi proses aktif, hasil dari kontraksi otot intercostal
internal dan otot perut. Dalam hal ini. Kedua inspirasi Dan ekspirasi dianggap proses
aktif karena otot Kontraksi dibutuhkan untuk keduanya.
Jumlah udara yang mengalir ke dalam dan keluar dari paru-paru dalam menit
saya adalah ventilasi menit pulmonaris, yang dihitung dengan melipatgandakan
frekuensi nafas menurut volume setiap nafas (jumlah pasang surut). Ventilasi harus
diatur setiap saat untuk mempertahankan oksigen dalam darah arteri dan karbon
dioksida dalam darah venous pada tingkat normal mereka — yakni, pada sebagian
tekanan normal mereka. Sebagian tekanan gas adalah proporsi tekanan yang gas itu
kerahkan dalam suatu campuran. Misalnya, di atmosfer di permukaan laut, tekanan
total adalah 760 mm Hg. Oksigen membentuk 21% dari total atmosfer dan, karena itu,
memiliki tekanan sebagian (Po) dari 160 mm Hg 0,21.
Oksigen dan karbon dioksida berdifusi menuruni gradien tekanan parsial mereka,
dari tekanan parsial tinggi hingga tekanan parsial rendah. Oksigen berdifusi dari
alveoli paru-paru ke dalam darah, dimana ia dapat larut dalam plasma dan menrmpel
pada hemoglobin, dan kemudian berdifusi dari darah ke jaringan. Karbon dioksida
(yang dihasilkan oleh reaksi metabolik jaringan) berdifusi dari jaringan ke dalam
darah dan kemudian berdifusi dari darah ke dalam alveoli untuk dikeluarkan dari
tubuh.
Dalam latihan ini anda akan menyelidiki dasar mekanika dan regulasi sistem
pernapasan. Konsep anda akan menjelajahi dengan paru-paru buatan akan membantu
anda memahami pengoperasian sistem pernapasan manusia secara lebih rinci.

10/19/20 page 4
BAB III
ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Piranti lunak PhysioEx 9.0 dan komputer.

BAB 1V
HASIL PRAKTIKUM

AKTIVITAS 1

EXPERIMEN DATA

Patient Type TV ERV IRV RV FVC TLC FEV1 FEV1 (%)


Heavy Exercise 3650 750 600 1000 ND 6000 ND ND
Moderate Exercise 1875 1125 2000 1000 ND 6000 ND ND
Asthma Attack Plus Inhaler 500 1500 2800 1200 4800 6000 3840 80%
Acute Asthma Attack 300 750 2700 2250 3750 6000 1500 40%
Emphysema 500 750 2000 2750 3250 6000 1625 50%
Normal 500 1500 3000 1000 5000 6000 4000 80%

10/19/20 page 5
10/19/20 page 6
10/19/20 page 7
AKTIVITAS 2

AKTIVITAS 2

Tabel diatas merupakan kondisi pernapasan dalam kondisi normal, asma, asama tanpa
inhaler, olahraga ringan, olahraga berat, dan emphysema. Pada saat olahraga berat dan
ringan angka yang ditunjukkan cenderung lebih besar dari pada kondisi normal.

Grafik pada saat normal


Pada saat melakukan pernapasan normal maka grafik yang ditunjukkan adalah seperti
diatas TV (tidal volume) yang ditunjukkan adalah 500ml, ERV (Expiratory reserve
volume) yang ditunjukkan adalah 1500ml, IRV (Inspiratory reserve volume) yang
10/19/20 page 8
ditunjukkan adalah 3000ml, RV (residual volume) adalah 1000, FVC (forced vital
capacity) adalah 5000, TLC (total lung capacity) adalah 6000ml sedangkan FEV1
adalah 4000 sehingga presentase FEV1 adalah 80%

Pada saat kondisi emphysema maka grafik yang ditunjukkan adalah seperti diatas TV
(tidal volume) yang ditunjukkan adalah 500 ml, ERV (expiratory reserve volume)
yang ditunjukkan adalah 750 ml, IRV (inspiratory reserve volume) yang ditunjukkan
adalah 2000 ml, RV (residual volume) yang ditunjukkan adalah 2750, FVC (Forced
vital capacity) adalah 4800, TLC (total long capacity) adalah 6000 ml sedangkan
FEV1 adalah 1625 sehingga presentase FEV1 adalah 50%

10/19/20 page 9
Pada saat kondisi kondisi asthma attack plus inhaler maka grafik yang di tunjukkan
adalah seperti diatas TV (volume tidal) yang ditunjukkan adalah 500 ml, ERV
(expiratory reserve volume)yang ditunjukkan adalah 1500 ml, IRV (inspiratory
reserve volume) yang ditunjukkan adalah 2800 ml, RV(residual volume) yang
ditunjukkan adalah 1200, FVC(forced vital capasity) adalah 4800, TLC(total lung
capacity) adalah 600ml sedangkan FEV1 adalah 3840 sehingga presentase FEV1
adalah 80% pada saat kondisi ashma dan diberikan inhaler maka grafik yang terjadi
hampir sama atau mendekati grafik pada saat kondisi normal

Pada saat mengalami asma maka grafik yang ditunjukkan adalah seperti diata TV
(tidal volume) yang ditunjukkan adalah 1875ml, ERV(expiratory reserve volume)
yang ditunjukkan adalah 1125ml, IRV(inspiratory reserve volume) yang ditunjukkan
adalah 200ml, RV(residual volume) adalah 1000, TLC(total lung capacity) adalah
6000 ml. pada saat kondisi ashma dan diberikan inhaler maka grafik yang terjadi
hampir sama atau mendekati grafik pada saat kondisi normal. Pada saat melakukan
olahraga ringan maka FVC<FEV1 dan presentase FEV1 tidak terlihat

10/19/20 page
10
Pada saat mengalami asma maka grafik yang ditunjukkan adalah seperti diatas TV
(tidal volume) yang ditunjukkan adalah 3650ml, ERV(expiratory reserve volume)
yang ditunjukkan adalah 750ml, IRV(inspiratory reserve volume) yang ditunjukkan
adalah 600ml, RV(residual volume) adalah 1000, TLC (Total Lung Capacity) adalah
6000ml. pada saat kondisi ashma dan diberikan inhaler maka grafik yang terjadi
hampir sama atau mendekati grafik pada saat kondisi normal. Pada saat melakukan
olahraga berat maka FVC, FEV1 dan presentase FEV1 tidak telihat.

AKTIVITAS 3

10/19/20 page
11
10/19/20 page
12
10/19/20 page
13
 

10/19/20 page
14
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

5.1 Pengukuran Volume dan Kapasitas Paru

Berdasarkan hasil praktikum,saat mengecilnya radius paru-paru maka aliran


udara, TV, ERV, IRV, VC, FEV1, TLC juga semakin kecil. Hal ini berbeda dengan
Residu Volume yang seiiring mengecilnya radius paru-paru justru semakin meningkat
dan breath rate yang nilainya tetap sama meski radiusnya berubah. Residu Volume
adalah udara yang masih tersisa di dalam paru-paru meski telah terjadi ekspirasi
maksimal. Pada ekspirasi normal, paru-paru tidak dapat membuang seluruh gas ke
atmosfer. Namun , akan terjadi ekspirasi secara paksa dalam kehidupan sehari-hari
yaitu saat bersin, bernyanyi, berteriak. Tujuan dari adanya residu volume adalah agar
paru-paru tidak mengalami pengempesan dan juga untuk mempertahankan volume
minimal paru-paru. Breath Rate merupakan jenis penyaki obstruktif dan penyakit
restriktif. Penyakit obstruktif terjadi karena adanya penyumbatan pada saluran
pernafasan. Penyakit restriktif terjadi karena hilangnya elastisitas pada paru-paru.
Terjadinya penyakit obstruktif akan menyebabkan radius paru-paru mengecil
sehingga FEV1 juga akan mengalami penurunan. FEV1 merupakan jumlah udara
yang bisa dikeluarkan selama 1 detik pertama.

5.2 Perbandingan Data Spirometri

Emfisema merupakan perbesaran permanen alveoli dan disertai dengan kerusakan


pada dinding alveolar. Paru-paru akan kehilangan elastisitasnya. Pada penderita
emfisema, parameter yang berubah adalah ERV, IRV, RV, FVC, FEV1, dan FEV1
(%). ERV akan menurun karena pada penderita emfisema, paru-parunya kehilangan
elastisitasnya sehingga udara tidak bisa dihirup secara maksimal, kemudian IRV juga
akan menurun karena volume udara dihirup secara paksa tidak maksimal. FVC
menurun karena udara yang dihirup dan dikeluarkan secara paksa tidak bisa
maksimal. RV meningkat karena bronkiolus akan terbuka selama inspirasi dan akan
kolaps saat ekspirasi sehingga sisa udara yang ada di paru-paru akan meningkat dari
orang normal. FVC yang menurun akan berdampak pada FEV1 dan FEV1 (%).
Serangan Asma Akut merupakan kondisi ketika otot polos bronkiolus
mengalamai kejang sehingga aliran udara menyempit. Pada penderita asma akut,
parameter yang berubah adalah TV, IRV, ERV, RV, FVC, FEV1, dan FEV1 (%). TV
menurun karena aliran udara menyempit sehingga volume dalam paru-paru penderita
asma lebih rendah dari orang normal. IRV dan ERV menurun karena diameter
bronkiolus akan lebih menyempit selama ekspirasi dibandingkan saat inspirasi.
Penderita asma mudah untuk melakukan inspirasi, tapi kesulitan saat melakukan
ekspirasi karena penyempitan bronkiolus. RV meingkat karena pasien asma sulit
untuk mengeluarkan sisa udara di paru-paru. FVC menurun karena volume udara
yang dihirup dan di keluarkan secara paksa tidak bisa maksimal. FEV1 dan FEV1 (%)
menurun karena FVC menurun.
Ketika orang melakukan olahraga mereka membutuhkan metabolisme untuk
memenuhi kebutuhan tubuhnya. Saat melakukan olahraga, TV akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan udara di dalam paru-paru, sehingga pada orang yang melakukan
olahraga berat, TV-nya akan lebih tinggi10/19/20
dibandingkan
page dengan orang yang melakukan
15
olahraga dengan intensitas sedang. ERV dan IRV menurun karena saat melakukan
olahraga, kita akan kesulitan untuk menghirup dan mengeluarkan udara secara paksa
dari paru-paru kita sehingga pada orang yang melakukan olahraga berat, ERV dan
IRV akan lebih rendah dari orang yang melakukan olahraga dengan intensitas sedang.
FVC tidak diketahui datanya karena tes FVC dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan pada paru. FEV1 dan FEV1 (%) juga tidak diketahui datanya karena tidak
dilakukan tes FVC.

5.3 Efek Surfaktan dan Tekanan Intrapleural


Berdasarkan hasil praktikum, pemberian surfaktan dapat menimbulkan efek yang
berbeda sesuai dengan banyak cairan yang diberikan. Surfaktan dapat menurunkan
tegangan permukaan suatu fluida sehingga dapat mengemulsi dua fluida yang tidak
saling bercampur, dimana aliran udara yang ada akan semakin meningkat. Pada bayi
prematur sering mengalami kesulitan bernafas karena jumlah paru surfaktan di paru-
parunya terlalu rendah. Karena, sel ini muncul pada usia kehamilan 22 minggu dan
mulai memproduksi surfaktan pertama kali antara usia kehamilan 28 minggu dan 32
kehamilan. Fosfolipid pertama penyusun surfaktan adalah fosfatidilkolin. Protein
penyusun surfaktan terdiri dari empat surfactant-related proteins, yaitu dua protein
hidrofobik dan dua protein hidrofilik. Penambahan surfaktan secara berurut dapat
mengubah sistem paru-paru karena tegangan permukaan akan turun secara brturut-
turut.
Tekanan Intrapleural adalah tekanan didalam rongga pleura. Saat melakukan
percobaan ini salah satu sisi tabung yang berisi paru-paru dibuka, sehingga tekianan
intrapleural menjadi sama dengan tekanan atmosfer. Peristiwa ini memberikan efek
kolaps pada salah satu sisi katup paru-paru yang terbuka. Sehingga membuat tekanan
volume paru-paru menurun, setelah paru-paru mengalami kolaps, paru tidak dapat
kembali lagi seperti semula. Kolaps paru dapat disebabkan oleh pneumothorak, yang
terjadi karena proses penekanan oleh darah atau udara. Paru kolaps mengisyaratkan
tidak adanya udara dalam alveoli.

BAB VI
KESIMPULAN

AKTIVITAS 1

Padaa Quiet expiration adalah pernapasan di saat keadaan normal.


saat quiet expiration ini tidak ada otot yang berkontraksi. Hal ini terjadi di
karenakan pergerakan napas tersebut terjadi secara pasif dalam artian fungsi
elastisitas paru-paru ber fungsinya yaitu mengembang dan akan kembali ke
bentuk semula. ERV adalah volume paru-paru yang dipaksakan keluar. ERV
dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui ketika kita berolahraga, meniup
balon, batuk, bersin, dan lainnya.

Pada percobaan ini kita akan mengamati volume udara saat airway
radius 5 mm hingga 3 mm. Pada saat airway radius 5 mm didapat hasil ERV
1200 mL, Sedangkan saat airway radius 3 mm hanya 156 mL. Hal ini
dikarenakan semakin lebar airway radius, udara yang keluar atau masuk lebih
banyak. Jika airway radius diperkecil. Maka, udara yang keluar juga lebih
10/19/20 page
16
sedikit. Residual Volume (RV) merupakan udara yang masih tersisa di paru-
paru setelah terjadi ekspirasi paksa. Saat airway radius 3 mm, udara yang
dikeluarkan lebih sedikit dan udara lainnya masih tersisa di paru-paru.

Kami juga menghitung nilai FEV1(%) pada percobaan ini yang


hasilnya didapat dari FEV1 dibagi VC lalu dikali 100%. Pada 5 mm didapat
hasil 73,9%, 4 mm 72,4%, dan 3 mm 70,2%. Menggunakan hasil ini diketahui
bahwa FEV1 dibawah nilai normal. Diketahui nilai normal FEV 1 adalah 75%-
85%.

AKTIVITAS 2

- Pada penderita asma dan empisema memiliki cenderung mengalami kesulitan


dalam menghirup dam menghembuskan nafas.
- Penggunaan inhaler menyebabkan kondisi pernapasan seperti keadaan normal.

AKTIVITAS 3
Tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang
bekerja pada permukaan zat cair sepanjang permukaan yang menyentuh benda
itu. Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis.
Tekanan intrapleura adalah tekanan yang timbul pada cavum
intrapleura. Tekanan intrapleura atau kadang-kadang disebut tekanan recoil adalah
tekanan
negative dalam ruang intrapleura yang diperlukan untuk mencegah pengempisan paru
-paru. Biasanya besarnya –4 mmHg. Pada inspirasi dalam, paru-paru
mengembang sangat besar.
 Tekanan intrapleura yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru
dapat mencapai –9 sd -12 mmHg. Tekanan ruang intrapleura lebih negative dari pad
tekanan cairan intrapleura (-10mmHg). Sedangkan tekanan permukaan pleura (+6
mmHg). Jadi berarti tekanan intrapleura = jumlah tekanan cairan intrapleura dan
tekana permukaan pleura. Pneumothorax  adalah suatu keadaan yang menyebabkan
paru-paru mengempis. Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna . Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang
berkembang atau tidak berkembang, sedangkan pneumothoraks timbul karena udara
masuk kedalam rongga pleura. 
 
 
Pembentukan paru dimulai pada kehamilan 3 - 4 minggu dengan terbentuknya
trakea dari esofagus. Pada 24 minggu terbentuk rongga udara yang terminal termasuk
epitel dan kapiler, serta diferensiasi pneumosit tipe I dan II. Sejak saat ini pertukaran
gas dapat terjadi namun jarak antara kapiler dan rongga udara masih 2 -3 kali lebih
lebar dibanding pada dewasa. Setelah 30 minggu terjadi pembentukan bronkiolus
10/19/20 page
17
terminal, dengan pembentukan alveoli sejak 32 – 34 minggu. Surfaktan muncul pada
paru-paru janin mulai usia kehamilan 20 minggu tapi belum mencapai permukaan
paru. Muncul pada cairan amnion antara 28-32 minggu. Level yang matur baru
muncul setelah 35 minggu kehamilan. Surfaktan mengurangi tegangan permukaan
pada rongga alveoli, memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah kolapsnya alveoli
selama ekspirasi. Selain itu dapat pula mencegah edema paru serta berperan pada
sistem pertahanan terhadap infeksi. (4),(9) Komponen utama surfaktan adalah
Dipalmitylphosphatidylcholine (lecithin) – 80 %, phosphatidylglycerol – 7 %,
phosphatidylethanolamine – 3 %, apoprotein (surfactant protein A, B, C, D) dan
cholesterol. Dengan bertambahnya usia kehamilan, bertambah pula produksi
fosfolipid dan penyimpanannya pada sel alveolar tipe II. Protein merupakan 10 % dari
surfaktan., fungsinya adalah memfasilitasi pembentukan film fosfolipid pada
perbatasan udara-cairan di alveolus, dan ikut serta dalam proses perombakan
surfaktan.
Surfaktan disintesa dari prekursor di retikulum endoplasma dan dikirim ke
aparatus Golgi melalui badan multivesikular. Komponen-komponennya tersusun
dalam badan lamelar ,yaitu penyimpanan intrasel berbentuk granul sebelum surfaktan
disekresikan. Setelah disekresikan (eksositosis) ke perbatasan cairan alveolus,
fosfolipid-fosfolipid surfaktan disusun menjadi struktur kompleks yang disebut mielin
tubular Mielin tubular menciptakan fosfolipid yang menghasilkan materi yang
melapisi perbatasan cairan dan udara di alveolus, yang menurunkan tegangan
permukaan. Kemudian surfaktan dipecah, dan fosfolipid serta protein dibawa kembali
ke sel tipe II, dalam bentuk vesikel-vesikel kecil ,
 
Melalui jalur spesifik yang melibatkan endosom dan ditransportasikan untuk
disimpan sebagai badan lamelar untuk didaur ulang. Beberapa surfaktan juga dibawa
oleh makrofag alveolar Satu kali transit dari fosfolipid melalui lumen alveoli biasanya
membutuhkan beberapa jam. Fosfolipid dalam lumen dibawa kembali ke sel tipe II
dan digunakan kembali 10 kali sebelum didegradasi. Protein surfaktan disintesa
sebagai poliribosom dan dimodifikasi secara ekstensif di retikulum endoplasma,
aparatus Golgi dan badan multivesikular. Protein surfaktan dideteksi dalam badan
lamelar sebelum surfaktan disekresikan ke alveolus.
Pada saat inspirasi tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer. Tekanan paru
dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru diakibatkan
oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu
faktor thoracal dan abdominal. Faktor thoracal (gerakan otot-otot pernafasan pada
dinding dada) akan memperbesar rongga dada ke arah transversal dan anterosuperior,
sementara faktor abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar diameter
vertikal rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan negatif pada
kavum pleura, paru-paru menjadi terhisap sehingga mengembang dan volumenya
membesar, tekanan intrapulmoner pun menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya
O2 akan bergerak dari lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O 2 akan berdifusi
masuk ke kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus.
Sebaliknya, pada proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar
dari tekanan atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma akan
mengakibatkan rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga tekanan pada kavum
pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan
10/19/20 page
18
intrapulmoner akan meningkat sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari peru-
paru ke atmosfer.

10/19/20 page
19

Anda mungkin juga menyukai