Anda di halaman 1dari 10

Kontraksi Otot

Lurik II
KELOMPOK
2
Tujuan
Praktikum Alat dan Bahan
1. Memahami mekanisme terjadinya
tetanus pada otot skeletal. 1. Otot rangka dari
2. Memahami mekanisme terjadinya kaki katak
fatigue pada otot skeletal.
3. Memahami kontraksi isometrik 2. Electrical
serta hubungan antara panjang Stimulator
dan tegangan pada otot 3. Mounting stand
skeletal.
4. Memahami kontraksi isotonik 4. Oscilloscope
dan hubungan antara beban dan
kecepatan kontraksi pada otot
skeletal.
Activity 4. Tetanus pada Otot Rangka
yang Terisolasi

Meningkatkan frekuensi stimulus menghasilkan


peningkatan kekuatan otot, ransangan yang
diberikan secara sering dalam periode waktu
yang lama pada akhirnya akan mencapai suatu
dataran tinggi (plateu) yang di sebut tetanus.

Pada frekuensi stimulus 50X/detik terjadi


unfused tetanus yang mulai berkembang sekitar
80 msec.

Pada frekuensi stimulus 130X/detik terjadi


fused tetanus yang mulai berkebang sekitar 60
msec.

Pada frekuensi stimulus 146X/detik otot


mencapai tekanan tetanik maksimalnya yang
ditandai dengan tidak terjadinya peningkatan
gaya aktif pada frekuensi stimulus 148X/detik
dan 150X/detik.
Activity 5. Kelelahan pada Otot
Rangka yang Terisolasi

- Kekuatan otot yang distimulasi terus-


menerus pada akhirnya mulai menurun seiring
waktu, hal ini menandai terjadinya fatigue.
- Pada pemberian waktu istirahat selama 10
detik, otot mampu mempertahankan tegangan
maksimalnya selama 1 detik ketika stimulator
dinyalakan lagi.
- Pada pemberian waktu istirahat selama 20
detik, otot mampu mempertahankan tegangan
maksimalnya selama 5 detik ketika stimulator
dinyalakan lagi.
- Hal ini menunjukkan lamanya waktu
istirahat akan secara proporsional
meningkatkan kemampuan otot dalam
mempertahankan lamanya tegangan maksimal
sewaktu stimulattor dinyalakan lagi.
Activity 6. Hubungan Antara Panjang
dan Ketegangan pada
Otot Rangka

1. Selama kontraksi isometik, otot tetap pada panjang


yang sama.
2. pada panjang otot 75 mm., dihasilkan active force
sebesar 1.82 gr., dan belum ada passive forcenya.
3. ketika panjang otot diperpendek, active force
menurun dan masih belum ada passive forcenya.
4. ketika panjang otot diperpanjang, pada panjang 80
mm, active force meningkat, dan mulai muncul nilai
passive force.
5. pada panjang otot 90 mm dan 100 mm, active force
mengalami penurunan, hal ini terjadi karena jumlah
miosin yang terikat ke aktin menurun akibat
sarkomer yang meregang.
6. pada panjang otot 90 mm, total forcenya
mengalami penurunan dibandingkan pada panjang
otot 80 mm dan 100 mm, hal ini terjadi karena active
force menurun dan passive force belum meningkat ke
nilai yang signifikan.
Activity 7. Hubungan Antara Beban
dan Kecepatan Kontraksi
pada Otot Rangka
1. Selama kontraksi isotonik, panjang otot rangka
berubah.
2. pada penambahan beban 0.5 gr, kecepatan
penyusutan panjang otot sebesar 0.1 mm/msec, jarak
beban yang berpindah 4.00 mm, dan durasi kontraksi
78.00 msec.
3. pada penambahan berat beban, nilai kecepatan
penyusutan panjang otot, jarak beban yang berpindah
dan durasi kontraksi menjadi semakin menurun.
4. pada penambahan beban 2.00 gr, terjadi kontraksi
isometrik , dimana tidak terjadi perubahan panjang otot.
5. pada peningkatan beban, otot harus meghasilkan lebih
banyak kekuatan untuk meindahkannya, oleh karena itu
periode laten akan menjadi lebih lama, karena
membutuhkan lebih banyak waktu untuk menghasilkan
kekuatan yang lebih besar daripada beban..
Kesimpulan
1. Pemberian frekuensi stimulus yang 6. Mematikan stimulator selama beberapa
meningkat pada otot rangka yang diisolasi waktu akan memberikan waktu untuk
secara terus menerus menimbulkan tetanus. recovery otot rangka, sehingga otot
2. Unfused tetanus adalah keadaan dimana akan menghasilkan lebih banyak
kontraksi otot mencapai suatu dataran
kekuatan untuk periode waktu yang
tinggi (plateu) yang bergetar. Pada
lebih panjang.
pemberian stimulus 50x/detik, unfused
tetanus mulai berkembang.
7. Active force dapat meningkat atau
3. Fused tetanus adalah keadaan dimana menurun tergantung pada panjang
kontraksi otot mencapai suatu dataran istirahat dimulai. Hal ini karena
tinggi (plateu) dimana kedutan akan mulai adanya hubungan panjang otot-
melebur sehingga setiap kedutan menjadi tegangan pada sarkomer.
tidak bisa dibedakan satu sama lainnya. 8. Passive force dihasilkan dengan
Pada pemberian stimulus 130x/detik, fused meregangkan otot atau memperpanjang
tetanus mulai berkembang. otot.
4. Pada pemberian stimulus 146-150 9. Periode latent menjadi lebih lama
kali/detik, tegangan tetanik maksimal saat beban yang diberikan lebih
berkembang. berat.
5. Saat otot rangka mengalami kelelahan, 10.Kecepatan pemendekan menjadi lebih
gaya kontraksi juga mulai menurun. lama saat beban yang diberikan lebih
berat.
Daftar Pustaka

1.Berger, RA, 1982. Applied Exercise


Physiology; Philadelphia, Lea Feveger.
2.Ganong W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 23. Jakarta, EGC.
3.Guyton A.C. 1993. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 7, Jakarta. EGC.
4.Guyton and Hall, 2016, Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Jakarta.
5. Marieb.N.Elaine, Hoehn Katja.2016.Human
Analogy & Physiology, 10 th edition.
Pearson Education Limited.
6. William F. Ganong, 2005, Penerbit Buku
Kedokteran EGS: Buku Ajar Kedokteran,
Jakarta.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai