Anda di halaman 1dari 16

BAB.

1 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum adalah untuk memahami pengaruh pemberian obat pada kerja otot polos
lambung

BAB 2. LANDASAN TEORI


Berbeda dengan otot lurik (skeletal), pada otot polos dapat mengadakan
kontraksi tanpa dipengaruhi adanya kemauan atau kesadaran (kontraksi secara
involuntary).Otot polos bekerja pada organ dalam seperti pada lambung, usus, saluran
pencernaan dll.Pada keadaan normal otot polos akan bekerja tetap stabil baik dalam
keadaan kontraksi maupun relaksasi. Otot polos bekerja secara ritmik berirama
dengan tempo yang tetap sama dan tidak mudah lelah. Secara keseluruhan sifat-sifat
otot polos dalam keadaan normal sebagai berikut :
o Rhytmicity yaitu terjadinya kontraksi secara ritmis dari otot polos tanpa
rangsangan dari luar
o Tonik kontraksi yaitu otot polos mempunyai tonus tertentu, baikdalam
keadaan relaksasi maupun kontraksi. Tapi sewaktu-waktu tonus dapat
meningkat dan beberapa lama menurun lagi tanpa adanya rangsangan
dari luar.
o Plasticity, sifat ini terutama pada otot visceral. Pada panjang yang berbeda
tegangan otot polos bisa sama maupun sebaliknya, pada panjang yang sama
bisa mempunytai tonus yang berbeda
(Guyton and Hall, 2006).
Sel otot polos berbentuk gelendong dengan diameter 2-5 mikron dan
panjangnya 60-200 mikron. Otot polos memiliki 2 tipe :
1. Multi unit smooth muscle
2. Visceral smooth muscle
Multi Unit Smooth Muscle pada permukaan luar dari tiap serat otot ditutup
oleh lapisan yang disebut basement membrane like substance yang merupakan
glukoprotein.Sel otot ini yang paling penting adalah kontraksi otot ini hampir

seluruhnya bekerja karena adanya rangsangan saraf dan sangat sedikit oleh faktor
stimulasi dari localtissue.Pada otot ini tidak terjadi kontraksi yang spontan misalnya
otot ciliary mata dan iris mata.(Sherwood, 2001).
Visceral Smooth Muscle yaitu sel sel otot ini terletak berhimpitan satu sama
lain, dimana membran terletak diantara sel-sel berdekatan dan saling berlekatan
seluruhnya atau sebagian. Sel otot ini terdapat pada dinding alat pencernaan makanan,
saluran empedu, ureter dan uterus.Potensial aksi pada visceral smooth muscle dapat
terjadi akibat pengaruh adanya hormon, neurotransmitter dan spontan.(Sherwood,
2001).
Otot polos mengandung filamen aktin dan miosin yang mempunyai sifat kimiawi
mirip dengan otot rangka. Aktin dan meiosin yang berasal dari otot polos akan saling
berinteraksisatu sama lain dengan cara yang hampir sama dengan otot rangka.
Selanjutnya, proses kontraksi diaktifkan oleh ion kalsium dan adenosin trifosfat untuk
memberikan energi bagi kontraksi. (Ethel,2004).
Dalam percobaan ini menggunakan lambung katak untuk mengetahui bagaimana
kerja otot polos dengan menunjukkan gerakan-gerakan peristaltic untuk beberapa
waktu. Dengan penggunaan larutan thyrode, yang mempunya struktur elektrolit
hampir sama dengan elektrolit tubuh, digunakan untuk merendam lambung dan
memenuhi kebutuhan oksigen. (Ganong,2005).
Pada awal percobaan usus kelinci dipotong, kemudian segera dimasukkan ke
dalam tabung perendam yang sebelumnya sudah diisi larutan thyrode yang telah
dialiri oksigen dari udara dengan kecepatan optimal.Larutan tersebut mempunyai
susunan elektrolit yang hampir mendekati susunan elektrolit cairan tubuh kelinci.
(Guyton and Hall, 2006).
Terjadi penambahan zat obat tertentu untuk melihat perubahan sistem
kontraksi otot polos zat-zat yang bekerja terhadap Sistem otot, yakni :

a. Parasimpatikomimetika (kolinergik) yang merangsang organ-organ yang


dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek perangsangan oleh asetilkolin,
misalnya pilokarpin dan fisotigmin.
b. Parasimpatikolitika (antikolinergik) justru melawan efek-efek kolinergik,
misalnya alkaloid belladonna dan propantelin.
(Tan Hoan Tjay,2002)

BAB 3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Kimograf
3.2 Kertas kimogram
3.3 Lampu spiritus
3.4 Penulis otot
3.5 Benang jahit halus
3.6 Statif+klem-klem
3.7 Larutan Tyrode
3.8 Cairan fiksasi
3.9 Papan Katak
3.10 Katak
\

BAB 4. TATA KERJA

4.1

BUNUHLAH KELINCI SEPERTI TELAH DIJELASKAN DALAM


PETUNJUK
1. Kemudian dinding rongga perut dibedah (tanyakan kepada asisten).
2. In vivo pergerakan-pergerakan usus kelinci tersebut diperhatikan.
3. Usus kelinci dibebaskan dari jaringan sekitarnya.
4. Usus bagian jejunum dipotong dari ikatan usus lain dan saluran yang
ada.

5. Ujung usus diikat pada kait dalam tabung perendam dan digantung
ujung dasar ususnya.
6. Memulai untuk dicatat gerakan-gerakan lambung pada kimograf.
4.2 PENGARUH OBAT-OBATAN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS
1. 0,5 cc dari suatu macam obat yang tersedia dimasukkan setiap kali ke dalam
tabung
2. Setelah cukup mempelajari pengaruh suatu macam obat, cairan di dalam
tabung perendam diganti dengan cairan thyrode yang baru
3. Tindakan no 1 dan 2 dikerjakan dengan macam obat yang lain. Obat yang

d.

ditambahkan adalah:
a. Adrenalin
0,01% / 00
b. Acethycholin
0,5% / 00
c. Asulfas atropine 0,01% / 00
Pilocarpin
0,5% / 00

BAB 5. HASIL PRAKTIKUM


Dalam praktikum kontraksi otot polos jejunum kelinci ini, kita lakukan
percobaandari visceral

smooth

muscle untuk

mengetahui

pengaruh

larutan

adrenergic dancholinergicterhadap gambaran kontraksi otot polos visceral secara invitro. Pengamatan ditujukanterhadap variabel : amplitudo, frekuensi dan tonus. Pada
awal percobaan usus kelinci dipotong, kemudian segera dimasukkan ke dalamtabung
perendam yang sebelumnya sudah diisi larutanthyrode yang telah dialiri oksigendari
udara dengan kecepatan optimal.Larutan tersebut mempunyai susunan elektrolityang
hampir mendekati susunan elektrolit cairan tubuh kelinci.

Selain dalam keadaan normal, penyelidikan juga dilakukan dengan


pengaruhempat macam obat terhadap kontraksi otot polos jejunum kelinci yaitu
dengan penambahan obat Adrenalin, Asetilkolin, Asulfas atropine, dan Pilocarpin.
5.1 Kontraksi otot polos pada keadaan normal

Gambar 1 :Kontraksi otot polos tanpa adanya penambahan zat obat (normal)
Pada keadaan normal dapat terlihat dari grafik yang terjadi tetap stabil baik dalam
keadaan kontraksi maupun relaksasi. Otot polos bekerja secara ritmik berirama
dengan tempo yang tetap sama. Secara keseluruhan sifat-sifat otot polos dalam
keadaan normal sebagai berikut :
o Rhytmicity yaitu terjadinya kontraksi secara ritmis dari otot polostanpa
rangsangan dari luar
o Tonik kontraksi yaitu otot polos mempunyai tonus tertentu, baikdalam
keadaan

relaksasi

maupun

kontraksi.

Tapi

sewaktu-waktu

tonus

dapatmeningkat dan beberapa lama menurun lagi tanpa adanya rangsangan


dari luar.

o Plasticity, sifat ini terutama pada otot visceral. Pada panjang yangberbeda
tegangan otot polos bisa sama maupun sebaliknya, pada panjang yangsama
bisa mempunytai tonus yang berbeda.
5.2 Penambahan Zat Obat
5.2.1. Penambahan Asetilkolin

7
Gambar 2 :Kontraksi dengan konsentrasi 10
volume 0,1 ml

4
Gambar 3 :Kontraksi dengan konsentrasi 10

volume 0,2 ml

Pada penambahan Asetilkolin pada percobaan kontraksi otot jejunum kelinci,


sangat lah berdampak.Kontraksi otot polos mulai meningkat ketika pemberian larutan
asetilkolin dengan konsentrasi

107

volume 0,1ml.Dengan seiring penambahan

konsentrasi yang diberikan, kontraksi otot polos yang terjadi makin meningkat
4

maksimal. Kontraksi meningkat maksimal ketika konsentrasi 10

5.2.2. Penambahan Adrenalin

volume 0,2 ml

5
Gambar 4 :Kontraksi dengan konsentrasi 10
volume 0,2 ml

Gambar 5 :Kontraksi dengan konsentrasi 10

volume 0,4 ml

Pada penambahan adrenalin terjadi penurunan potensial sehinggafrekuensi


dan kontraksi ritmik akan menurun. Hal ini dapat dilihat dari hasil percobaan diatas,
pada pemberian Adrenalin dengan konsentrasi

105

volume 0,2 ml sudah

menunjukkan penurunan terkecil kontraksi otot dibanding tanpa penambahan. Ketika

konsentrasi Adrenalin yang diberikan meningkat, otot kontraksi nya semakin di dasar.
4
Hal tersebut terjadi kontraksi minimum pada konsentrasi 10

volume 0,4 ml.

5.2.3. Penambahan Pilokarpin

6
Gambar 6 :Kontraksi dengan konsentrasi 10
volume 0,3 ml

2
Gambar 7 :Kontraksi dengan konsentrasi 10
volume 0,1 ml

Pada penambahan Pilokarpin pada percobaan kontraksi otot polos mengalami


perbedaan gaya kontraksi. Kontraksi otot polos mulai meningkat minimum ketika
pemberian larutan pilokarpin dengan konsentrasi

10

volume 0,3 ml. Dengan

seiring penambahan konsentrasi yang diberikan, kontraksi otot polos yang terjadi
makin meningkat maksimal. Kontraksi meningkat maksimal ketika konsentrasi
102 volume 0,1 ml.

5.2.4. Penambahan Atropin Sulfat

7
Gambar 8 :Kontraksi dengan konsentrasi 10
volume 0,1 ml

5
Gambar 9 :Kontraksi dengan konsentrasi 10
volume 0,1 ml

Pada penambahan atropin terjadi penurunan potensial sehingga frekuensi dan


kontraksi akan semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari hasil percobaan diatas,
pada pemberian atropin dengan konsentrasi

10

volume 0,1 ml sudah

menunjukkan penurunan terkecil kontraksi otot dibanding tanpa penambahan atropin.


Ketika konsentrasi atropin yang diberikan meningkat, otot kontraksinya semakin
minimum hingga berada didasar. Hal tersebut terjadi kontraksi minimum ketika
5
pemberian Kontraksi dengan konsentrasi 10
volume 0,1 ml.

BAB 6. PEMBAHASAN
6.1.
Pembahasan Hasil Praktikum
6.1.1. Kontraksi Otot polos dalam keadaan normal
Pada keadaan normal otot polos akan bekerja tetap stabil baik dalam keadaan
kontraksi maupun relaksasi. Dia bekerja dibawah kesadaran, pada organ dalam.Otot
polos bekerja secara ritmik berirama dengan tempo yang tetap sama. Secara
keseluruhan sifat-sifat otot polos dalam keadaan normal sebagai berikut :
o Rhytmicity yaitu terjadinya kontraksi secara ritmis dari otot polos tanpa
rangsangan dari luar
o Tonik kontraksi yaitu otot polos mempunyai tonus tertentu, baikdalam
keadaan relaksasi maupun kontraksi. Tapi sewaktu-waktu tonus dapat
meningkat dan beberapa lama menurun lagi tanpa adanya rangsangan
dari luar.
o Plasticity, sifat ini terutama pada otot visceral. Pada panjang yang berbeda
tegangan otot polos bisa sama maupun sebaliknya, pada panjang yang sama
bisa mempunytai tonus yang berbeda.
6.1.2.

Kontraksi otot polos dengan penambahan Asetilkolin

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa pada penambahanAsetilkolin


pada larutan thyrode terjadi kenaikkan frekuensi (kontraksi per menit)pada tonus otot
polos lambung katak. Asetilkolin merupakan parasymatic agentyang menurunkan
potensial membran dengan threshold agar tetap..Dipolarisasi disini disebabkan
penurunan permeabilitas Nadan Influx Na ke dalam membran karena adanya
pemasukan Ca ke dalam sel.Dalam grafik percobaan diatas, didapatkan gambaran
grafik frekuensi kontraksi yangmengalami kenaikkan dibandingkan dengan kontraksi
normal control normalnya.
6.1.3. Kontraksi otot polos dengan penambahan Adrenalin
Pada penambahan adrenalin terjadi penurunan potensial sehinggafrekuensi
dan kontraksi ritmis turun. Adrenalin merupakan suatu sympatic agentyang
meningkatkan potensial membran dengan threshold tetap,sehinggadepolarisasi sukar
terjadi,akibatnya

potensial

yang

terjadi

kecil.

Adrenalin

jugamenghambat

permeabilitas Na, sekaligus menghambat pemasukan Na ke dalamsel, sehingga


frekuensi kontraksi meningkat dan otot sulit mencapai nilai ambangkarena jarang
terjadi potensial aksi.Peningkatanfrekuensi ini juga menyebabkanpeningkatan tonus
otot.Penghambatan ini juga berhubungan dengan penurunanarus keluar Ca dari sel-sel
otot.Dari grafik kami didapatkan keadaan tonus yangturun yang berbeda dengan
keadaan aslinya(setelah penambahan adrenalin).
6.1.4.

Kontraksi otot polos dengan penambahan Pilokarpin

Penambahan

pilokarpin

bersifat

menurunkan

potensial

membran

sehinggaamplitudo meningkat bisa digambarkan kontraksi otot yang terjadi makin


meningkat.Bahan ini juga menyebabkan peningkatan permeabelitasmembran
terhadap Na,sehingga terjadi peningkatan frekuensi kontraksi yangdiikuti oleh
peningkatan tonus otot.Dalam grafik hasil percobaan terjadipeningkatan kontraksi

sehingga menyebabkan amplitudo naik dibandingkan dengan grafik kontrol tanpa


adanya penambahan.
6.1.5.
Atropin

Kontraksi otot polos dengan penambahan Atropin Sulfat


sulfat

mempunyai

yangmenaikkan

potensial

menurun.Atropin

sulfat

fungsi

membran

yang

sehingga

merupakan parasympatolitic

sama

dengan

permeabilitas
agent yang

adrenalin
membrane

menghambat

asetilkolinagar tidak dapat bekerja pada membran, akibatnya frekuensi, amplitudo,


dan tonusyang didapatkan dari percobaan lebih rendah dari kontrolnya.Akibatnya
terjadi penurunan potensial sehingga frekuensi dan kontraksi akan semakin menurun.
6.2. Pembahasan Pertanyaan Buku Petunjuk Praktikum

1. Apa yang dapat saudara ketahui mengenai pengaruh dari macam macam
obat yang diberikan terhadap frekuensi dan tonus gerakan gerakan
lambung?
Penambahan Asetilkolin akan mengalami kenaikan frekuensi (kontraksi
permenit) tonus otot lambung katak. Pada hasil percobaan kami pun grafik
kimograf juga menggambarkan bahwa kontraksi otot mengalami kenaikan
akibat semakin besarnya konsentrasi yang diberikan.
Penambahan Adrenalin akan terjadi penurunan potensial sehingga
frekuensi dan kontraksi ritmis turun. Penambahan konsentrasi terjadi
mengakibatkan kontraksi otot sangatlah minimum.
Penambahan Pilokarpin dapat terjadi peningkatan frekuensi kontraksi
yang diikuti oleh peningkatan tonus otot.Pada hasil percobaan kami, kontraksi
otot mengalami peningkatan terus-menerus.
Penambahan Atropin asulfat mempunyai fungsi yang sama dengan
adrenalin yaitu dapat menurunkan potensial sehingga kontraksi menurun.

Pada hasil percobaan kami, semakin lama semakin mengalami penurunan


kontraksi otot.
2. Apakah yang dinamakan gerakan anti peristaltik dan bilamanakah terjadinya?
Gerak anti peristaltik adalah gerak mengeluarkan atau gerak memuntahkan.Hal
ini terjadi karena adanya tekanan didalam abdomen lebih tinggi dari tekanan
didalam thorak.Dapat terjadi pula akibat kelumpuhan klep peda bagian bawah
esofagus yang berfungsi sebagai klep pembuka dan penutup dari muskulus
sfingter esofagus.
BAB 7. KESIMPULAN
7.1 Otot polos bekerja stabil baik dalam keadaan kontraksi maupun relaksasi
secara ritmik berirama dengan tempo yang tetap sama dan tidak mudah lelah.
7.2 Asetilkolin
bersifat
obat
kolinergik,
mengakibatkan
frekuensi
kontraksimengalami kenaikkan dibandingkan dengan kontraksi kontrol
normalnya.
7.3 Pada penambahan adrenalin terjadi penurunan potensial sehingga frekuensi
dan kontraksi ritmik akan menurun.
7.4 Pilokarpin bersifat menurunkan potensial membran sehingga amplitudo
meningkat bisa digambarkan kontraksi otot yang terjadi makin meningkat.
7.5 Obat antikolinergik seperti Atropine memeperlambat kerja otot polos maka
kontraksi akan semakin menurun

DAFTAR PUSTAKA
th
Ganong,W.F, 2005,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11 ed , EGC: Jakarta
th
Guyton and Hall, 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 9 ed , EGC: Jakarta
th
Guyton,and Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11 ed , EGC: Jakarta

th

Sherwood, L, 2001, Fisiologi Manusia 2 ed , EGC: Jakarta


Sloane,Ethel, 2004, Anatomi Fisiologi Bagi Pemula, EGC: Jakarta
Tan Hoan Tjay. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai