Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum II Fisiologi Manusia

SUHU TUBUH DAN PENGATURANNYA


(TERMOREGULASI)

Oleh :

ROSDIANA MUS
143112620120077

JURUSAN S1 BIOLOGI MEDIK


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2015
LAPORAN PRAKTIKUM 5 FISIOLOGI MANUSIA

A. Judul : Percobaan pengukuran Suhu Tubuh dan


(Termoregulasi)
B. Tanggal : 20 Oktober 2015

C. Tujuan :

1. Mengukur suhu ketiak (axilla) dan suhu mulut seseorang.


2. Menerangkan pengaruh bernapas melalui mulut dan berkumur air es pada
suhu mulut seseorang.
3. Menyimpulkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh binatang
poikilotermik.

D. Dasar Teori

1. Suhu Tubuh

Suhu tubuh dipertahankan tetap konstan (homeotherm) sekitar 37o C


dalam berbagai kondisi lingkungan oleh sistem pengaturan suhu (Hunt,
2011 dalam Zahro Abdanifauzi, 2013). Sistem pengaturan suhu
(thermoregulatory system) tersebut diatur oleh hypothalamus di otak.
Hypothalamus mengatur tekanan otot, tekanan pembuluh darah dan
pengaturan kelenjar keringat. Hypothalamus memiliki kemampuan
merespon panas dan dingin yang berfungsi menerima informasi suhu tubuh
dan mengirimkan pesan kekulit, otot dan organ lainnya untuk mengatur
suhu tubuh agar tetap normal (Zahro Abdanifauzi, 2013).
Suhu tetap merupakan kesetimbangan antara panas yang dihasilkan
didalam tubuh dengan panas yang dikeluarkan ke lingkungan (Suma’mur,
1996 dalam Zahro Abdanifauzi, 2013). Ketika suhu tubuh meningkat, otak
memberikan pesan untuk mengeluarkan keringat dan meningkatkan aliran
darah dikulit. Dan ketika suhu turun, otak memberikan pesan untuk
menurunkan aliran darah dan menggigil (Zahro Abdanifauzi, 2013).
a. Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh
adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus
anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas,
vasodilatasi dan menimbulkan keringat. (Sunardi, 2008)
Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan
penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil,
meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan
mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal
metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan
terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas
melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu
tubuh ke arah normal (Tortora, 2000 dalam sunardi 2008).
Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke
area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel
neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH
(Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus
menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya
merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan
TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH
kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor
akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai
normal, diantaranya adalah :
1) Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis
yang menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami
vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat,
sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya
kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal
meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
2) Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal
merangsang pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam
darah. Hormon sebaliknya , menghasilkan peningkatan metabolisme
selular, dimana meningkatkan produksi panas.
3) Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan
tonus otot dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi
siklus yang berulang-ulang yang disebut menggigil. Selama menggigil
maksimum, produksi panas tubuh dapat meningkat 4x dari basal rate
hanya dalam waktu beberapa menit.
4) Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan
lebih hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid
secara perlahan-lahan meningkatkan metabolisme rate, dan
peningkatan suhu tubuh. (Sunardi, 2008)
Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme
feed back negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas.
Tingginya suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan
impuls syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat
penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas. (Sunardi,
2008)
Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi
pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang
ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan
peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang
lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate berkurang,
dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar
keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air
menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini
melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu
tubuh kembali normal. (Sunardi, 2008)
Skema Mekanisme Feedback Negatif Menghemat Atau
Meningkatkan Produksi Panas
Sumber : Tortora, 2000 halaman 900 Dalam Sunardi 2008

Menurut (Myers, 2006 dalam Sunardi, 2008) mengatakan


keseimbangan termoregulasi dicapai dengan diikuti oleh mekanisme di
dalam regio anterior hipotalamus/ preoptic area yang termosensitif.
Neuron-neuron yang sensitive terhadap dingin terlebih dahulu Kembali ke
homeostasis ketika suhu tubuh kembali normal Menurun
mengintegrasikan input sensori dan kemudian memicu efektor untuk
memproduksi metabolisme panas, vasokonstriksi, menggigil dan respon
lainnya. Di sisi lain, untuk mengaktifkan kehilangan panas, neuron-neuron
yang sensitif terhadap panas merangsang efektor untuk mengalami
dilatasi, bernapas pendek dan cepat, berkurangnya metabolisme rate,
dan mengambat efektor untuk penghasil panas. Walaupun temperature
sirkulasi darah dalam hipotalamus berpartisipasi dalam mekanisme
control umpan balik terhadap system sensor-efektor, reseptor di kulit
memberikan tanda kritis termal melalui serabut afferent ke AP/POA.
(Sunardi, 2008)
b. Prinsip pengaturan suhu tubuh
Konsep Core temperature yaitu dianggap merupakan dua bagian
dalam soal pengaturan suhu yaitu :
1) Bagian dalam inti suhu tubuh, yang benar- benar mempunyai suhu
rata-rata 37 C, yaitu diukur pada daerah (mulut, otot, membrane
tympani, vagina,esophagus.(Tr)
2) Bagian luar adalah temperature kulit + 1/3 massa tubuh yaitu
penukaran kulit sampai+ 2 cm kedalam.(Ts)Dari dua bagian tersebut
dapat disimpulkan bahwa temperature suhu tubuh rata-rata (tmb :
Temperatur Mean Body) dengan rumus : TMB = 0,33 Ts + 0.67 Tr
(Curie Julia Kulzumia, dkk. 2012)
Termolisis adalah proses kehilangan panas.Proses ini berlangsung
dengan cara :
1) Melalui kulit:Radiasi,Konduksi,Konveksi,Eksresi,Evaporasi
2) Melalui traktus respiratorius\
3) Melalui Urin dan Feses . (Curie Julia Kulzumia, dkk. 2012)

c. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh


Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1) Exercise:
semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x,
sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
2) Hormon:
Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur
utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin,
dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-
15%.
3) Sistem syaraf:
selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system
syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan
norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon
epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga
meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
4) Suhu tubuh:
meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate,
setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan
reaksi biokimia 10 %.
5) Asupan makanan:
makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama
intake tinggi protein.
6) Berbagai macam faktor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.
7) Usia:
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-
anak. regulasi suhu akan normal setelah anak mencapai pubertas.
Pada lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya
mekanisme control suhu (terutama kontrol vasomotor), penurunan
jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat,
penurunan metabolism
8) Olahraga:aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
metabolisme lemak dankarbohidrat.
9) Kadar Hormon:suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
10) Irama sirkardian suhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat
Celcius selama periode 24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00
dan 04:00 dini hari.
11) Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persyarafan
12) Lingkungan:
mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar.
Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai
mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang
normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati suhu tubuh inti
yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar
0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada
siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang
hilang. (Rhyrin, 2014)

d. Poikilotermik dan Homoiotermik


Berdasarkan keampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh,
hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu poikilotermik dan
homoeotermik. Hewan poikilotermik yaitu hewan yang suhu tubuhnya
selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Sementara,
hewan homoeotermik yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu
konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah
(Kanisius, 2006).
Menurut konsep kuno, poikilotermik sama dengan hewan berdarah
dingin, sedangkan homoeotermik sama dengan hewan berdarah panas.
Contohnya kadal dan mamalia yang hidup d gurun. Kadal adalah hewan
poikilotermik, sementara mamalia adalah hewan homoeotermik. Suhu
tubuh hewan poikilotermik biasanya lebih rendah dari pada suhu tubuh
hewan homoeotermik. Akan tetapi, pada saat tertentu ketika suhu
lingkungan di gurun mencapai 50oC, suhu tubuh kadal dapat menjadi
lebih tinggi (misalnya 42oC) dari pada suhu tubuh mamalia gurun, yang
suhunya tetap sekitar 37oC atau 38oC (Kanisius, 2006).
Hewan poikilotermik juga dapat disebut sebagai ektoterm karena
suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan
ekternalnya. Sementara, homoeotrmik dapat disebut endoterm karena
suhu tubuhnya diatur oleh produksi panas yang terjadi dalam tubuh
(Kanisius, 2006).
e. Pentingnya Suhu Tubuh yang Stabil bagi Hewan
Suhu tubuh pada kebanyakan hewan dipengaruhi oleh suhu
lingkungannya. Ada hewan yang dapat bertahan hidup pada suhu -2oC,
sementara hewan lainnya dapat hidup pada suhu 50oC, misalnya hewan
yang hidup d gurun. Suhu tubuh yang konstan (tidak banyak berubah)
sangat dibutuhkan oleh hewan karena beberapa alasan. Pertama,
perubahan suhu dapat mempengaruhi konformasi protein dan aktivitas
enzim. Apabila aktivitas enzim terganggu, reaksi dalam sel pun akan
terganggu. Dengan demikian, perubahan suhu dalam tubuh hewan akan
memengaruhi kecepatan reaksi metabolism dalam sel (Kanisius, 2006).
Kedua, perubahan suhu tubuh berpengaruh terhadap energy
kinetic yang dimiliki oleh setiap molekul zat sehingga peningkatan suhu
tubuh akan memberi peluang yang lebih besar kepada berbagai partikel
zat untuk saling bertumbukan. Hal ini mendorong terjadinya berbagai
reaksi penting dan mungkin meningkatkan kecepatannya. Jadi,
peningkatan suhu tubuh hewan dapat meningkatkan laju reaksi dalam sel.
Meskipun begitu, jika peningkatan laju reaksi terjadi secara tidak
terkendali maka hal itu akan merugikan (Kanisius, 2006)

2. Alat Ukur Suhu


Alat ukur suhu yang tidak dipengaruhi oleh suhu yang diukur
sebelumnya adalah thermometer. Pembuatan thermometer dipelopori oleh
Galileo Galilei pada tahun 1595. Alat buatan Galileo disebut termoskop,
yang terdiri dari labu kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan ujung
pipa terbuka. Prinsip kerja thermometer buatan Galileo didasarkan pada
perubahan volume gas dalam labu. Prinsip kerja thermometer biasanya
menggunakan sifat pemuaian zat cair. Di dalam thermometer terdapat
wadah (reservoir) yang berisi zat cair. Wadah ini berhubungan dengan pipa
kapiler. Thermometer dibuat dari kaca transparan agar zat cair di dalamnya
terlihat. Sepanjang pipa kapiler terdapat skala suhu. Thermometer yang
menggunakan raksa disebut thermometer raksa dan yang menggunakan
alkohol disebut thermometer alkohol (Abdullah, 2006). Jenis-jenis
termometer :
1. Termometer Laboratorium
Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur suhu air dingin atau air
yang sedang dipanaskan. Termometer laboratorium menggunakan
raksa atau alkohol sebagai penunjuk suhu. Raksa dimasukkan ke dalam
pipa yang sangat kecil (pipa kapiler), kemudian pipa dibungkus dengan
kaca yang tipis. Tujuannya agar panas dapat diserap dengan cepat oleh
termometer.

Skala pada termometer laboratorium biasanya dimulai dari 0 C


hingga 100 C. 0 C menyatakan suhu es yang sedang mencair,
sedangkan suhu 100 C menyatakan suhu air yang sedang mendidih.
2. Termometer Ruang
Termometer ruang biasanya dipasang pada tembok rumah atau
kantor. Termometer ruang mengukur suhu udara pada suatu saat. Skala
termometer ini adalah dari -50 C sampai 50 C. Skala ini digunakan
karena suhu udara di beberapa tempat bisa mencapai di bawah 0 C,
misalnya wilayah Eropa. Sementara di sisi lain, suhu udara tidak pernah
melebihi 50 C.

3. Termometer Klinis
Termometer klinis disebut juga termometer demam. Termometer ini
digunakan oleh dokter untuk mengukur suhu tubuh pasien. Pada
keadaan sehat, suhu tubuh manusia sekitar 37 C. Tetapi pada saat
demam, suhu tubuh dapat melebihi angka tersebut, bahkan bisa
mencapai angka 40.

Skala pada termometer klinis hanya dari 35 C hingga 43 C. Hal ini


sesuai dengan suhu tubuh manusia, suhu tubuh tidak mungkin di bawah
35 C dan melebihi 43 C. (Anonim, 2014)

E. Alat, Bahan dan Cara Kerja


1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan kedua untuk pengukuran suhu
tubuh dan pengaturannya (termoregulasi) yaitu sebagai berikut :
NO Nama Alat Jumlah
1 Termometer klinik 1 Unit
2 Termometer kimia 1 Unit
3 Papan Fiksasi katak 1 Unit
4 Stopwatch 1 Unit
5 Gelas erlenmeyer 1 Unit

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan kedua untuk pengukuran
suhu tubuh dan pengaturannya (termoregulasi) yaitu sebagai berikut :
NO Nama Bahan Jumlah
1 OP (Mahasiswa) 1 Orang
2 Katak 1 Ekor
3 Air Es dan Air Hangat Secukupnya

3. Cara Kerja
a. Pengukuran Suhu Mulut
1) Bersihkan termometer klinik dengan alkohol
2) Turunkan miniskus bawah air raksa sampai dibawah skala
dengan mengayunkan sentakan termometer tersebut berkali-kali.
3) Letakan rservoir termometer dibawah lidah dan OP menutup
mulut rapat-rapat.
4) Setelah 5-10 menit kemudian baca dan catat suhu OP.

b. Pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur dengan air es


pada suu mulut
1) Turunkan miniskus air raksa sampai miniskus bawah.
2) Letakan termometer dibawah lidah OP
3) Baca dan catat suhu mulut setelah 5 menit.
4) Tanpa menurunkan miniskus air raksa letakan kembali
termometer di bawah lidah OP.
5) Baca dan catat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
6) OP bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil
menutup lubang hidung. Ulangi percobaan sebanyak 5 kali
7) OP berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit,
segera setelah itu ukur dan catat suhu dan ulangi sebanyak 5 kali
percobaan.

c. Pengukuran suhu axilla


1) Kerinkan ketiak OP, OP berbaring terlentang
2) Seperti prosedur 1 a dan b letakan termometer dibawah keriak
dan jepit dengan baik.
3) Setelah 10 menit baca dan catat suhu ketiak OP.

d. Pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang


poikilotermik
1) Tetapkan suhu ruang dengan termometer kimia.
2) Ikat dengan tali seekor kodok yang terlentang diatas papan
fiksasi.
3) Masukan termometer kimia ke dalam esofagus kodok,
4) Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
5) Dengan termometer masih dalam esofagus katak benamkan
kodok ke dalam air es selama 5 menit.
6) Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
7) Keluarkankodok dari air es dan ukur suhu air es.
8) Keluarkan kodok adari air es dan diamkan beberpa menit dalam
suhu ruang, sementara itu siapkan air hangat.
9) Masukan kembali termometer kedalam esofagus kodok,
benamkan kodok dalam air hangat sampai setinggi leher kodok.
10) Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.

F. Hasil Percobaan (Data)


Terlampir

G. Pembahasan
Pada percobaan Tanggal 20 Oktober 2015 tentang pengukuran suhu
tubuh dan pengaturannya dilakukan pengukuran suhu pada hewan yaitu
katak dan OP (mahasiswa). Sebelum melakukan percobaan pada katak dan
OP dilakukan pengukuran suhu ruang dan suhu ruang adalah 24,5 oC.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh suhu normal katak adalah 25
oC. Setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan air es yang bersuhu
18oC katak mengalami penurunan suhu dimana suhu semula katak yaitu 25 oC
menjadi 20,5oC. Selanjutnya, katak dimasukkan ke dalam air hangat yang
bersuhu 39oC dan katak mengalami perubahan suhu tubuh menjadi
meningkat yaitu 35oC. dari perubahan – perubahan suhu katak tersebut telah
membuktikan bahwa katak tergolong hewan poikilotermik (hewan bersuhu
dingin, sehingga suhu tubuh katak akan berubah sesuai dengan suhu
lingkungannya. Apabila suhu lingkungan terlalu rendah, maka suhu tubuh
katak juga akan rendah. Sebaliknya, apabila suhu lingkungan tinggi, maka
suhu tubuh katak akan naik. Suhu rendah pada katak akan menyebabkan
katak menjadi kurang aktif. Perubahan suhu yang terjadi pada katak ini
dikarenakan katak termasuk hewan poikilotermik, sehingga tidak mempunyai
sistem yang dapat digunakan untuk menjaga suhu tubuh mereka seperti
halnya hewan homeotermik.
Pengukuran suhu yang dilakukan pada OP (homoiotermik) yang
dilakukan oleh seorang OP perempuan dengan umur 23 Tahun dengan 3
perlakuan yaitu suhu mulut selama 5-10 menit dan hasilnya 37,6oC, suhu
mulut setelah bernapas dengan mulut dalam 5 menit yaitu 37,4 oC, suhu
mulut setelah bernapas dengan mulut dalam 5 menit yaitu 37,6 oC, dan suhu
mulut setelah berkumur dengan air air es selama 1 menit dalam 5 menit yaitu
36,5oC. Berdasarkan 3 perlakuan yang dilakukan kepada OP perubahan hasil
pengukuran suhu tidak berbeda jauh.
Hasil pengukuran suhu axilla/ketiak OP setelah 10 menit yaitu
didapatkan suhu 37,3oC. Pada percobaan pengukuran suhu axilla/ketiak
usahakan ketiak dalam keadaan kering dan tidak lembab karena kelembapan
ketiak dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari percobaan pengukuran suhu katak(poikilotermik) membuktikan
perubahan suhu tubuh yang sangat significant karena dipengaruhi oleh
suhu lingkungan. Apabila suhu lingkungan rendah maka suhu tubuh katak
juga akan rendah, begitupun sebaliknya. Pada pengukuran suhu mulut
OP(homoiotermik) didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda dari 3
perlakuan sedangkan pada pengukuran suhu axilla/ketiak OP yaitu 37,3oC.
2. Saran
Sebelum melakukan pengukuran suhu, sebaiknya diperhatikan dahulu
faktor-faktor yang bisa mempengaruhi hasil baik kondisi pasien seperti
umur, berat badan, jenis kelamin maupun alat yang akan digunakan agar
tidak mempengaruhi hasil pengukuran dan hasil pengukuran yang
diperoleh benar-benar valid.

I. Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Pengertian Dan Alat Ukur Suhu.
http://softilmu.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-dan-alat-ukur-suhu.html
Abdullah, Mikrajuddin, 2006, IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 1, Jakarta :
Erlangga
Abdanifauzi, Zahro. 2013. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu
Tubuh Pekerja Pabrik Di Kecamatan Ciputat Tahun 2013. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta .
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24297/1/Zahro
%20Abdani%20Fauzi-fkik.pdf
Curie Julia Kulzumia, dkk. 2012. Laporan Fisiologi Praktikum
4”Termoregulasi”. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
https://nisdishahih24.files.wordpress.com/2012/12/laporan-praktikum-
fisiologi-4-termoregulasi.pdf
Kanisius, 2006, Fisiologi Hewan, Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota
IKAPI)
Rhyrin. 2014. Makalah Pengaturan Suhu Tubuh.
http://rirhynpe.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengaturan-suhu-
tubuh.html
Sunardi. 2008. Kontrol Persyarafan Terhadap Suhu Tubuh. (Residensi
Sp.KMB). https://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/kontrol-
sistem-persyarafan-terhadap-suhu-tubuh.pdf

Anda mungkin juga menyukai