Anda di halaman 1dari 35

imunoserologi

Pemeriksaan HORMON TIROID


triidotironin
T3 total dan

DISUSUN OLEH :
VIVI TARI ANGGRAINI (27903319039)
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid

• Terletak di daerah leher


depan,tepat di bawah
laring
• Berwarna merah coklat
dengan 2 lobus yang
dihubungkan oleh
istmus
• Tiroid terbentuk dari banyak asinus
(folikel), tiap folikel sferis dikelilingi
oleh satu lapisan sel dan diisi oleh
bahan proteinaseosa bewarna
merah muda yang disebut koloid.
• Folikel merupakan susunan dari sel
folikel yang membentuk bola-bola
berongga yang masing-masing
membentuk satu unit fungsional.
• Koloid merupakan bahan yang
berfungsi sebagai tempat
penyimpan ekstrasel untuk
hormon tiroid.
Peranan Fisiologis Hormon
Kelenjar Tiroid

Hormon utama yang di


sekskresikan oleh tiroid adalah.
Tiroksin (T4) dan Triiodotironin
(T3). Triiodotironin juga
dibentuk di jaringan perifer
melalui deionisasi tiroksin .
Hormon tiroid adalah penentu utama laju
metabolik basal dan juga memiliki efek lain.
Dibandingkan dengan hormon lain, kerja
hormon tiroid relatif “lamban”.

Respons terhadap peningkatan hormon tiroid


baru terdeteksi setelah beberapa jam , dan
respon maksimal belum terlihat dalam
beberapa hari.

Durasi respon juga cukup lama, sebagian


karena hormon tiroid tidak cepat terurai tetapi
juga karena respon terhadap peningkatan
sekresi terus terjadi selama beberapa hari atau
bahkan minggu setelah konsentrasi hormon
tiroid plasma kembali ke normal
Efek triiodotironin dan tiroksin dapat dikelompokkan
kedalam beberapa kategori

Efek pada laju metabolisme dan produksi panas

Efek pada metabolisme antara

Efek simpatomimetik

Efek pada sistem kardiovaskular

Efek pada pertumbuhan dan sistem saraf

Kalsitonin
Mekanisme Kerja Hormon Tiroid


Hormon tiroid masuk kedalam sel, dan
triiodotironin berikatan dengan reseptor tiroid
(thyroid receptor,TR) di inti.


Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA
melalui Zinc fingers dan meningkatkan atau, pada sebagian
kasus, menurunkan ekspresi berbagai gen berbeda yang
mengode enzim yang mengatur fungsi sel.


Pada umumnya, Triiodotironin bekerja lebih cepat dan tiga
sampai lima kali lebih kuat daripada tiroksin karena hormon ini
terikat kurang erat dengan protein plasma tetapi lebih erat
dengan reseptor hormon tiroid.RT3 bersifat inert
Efek fisiologis Hormon Tiroid
Jaringan sasaran Efek Mekanisme
Jantung Konotropik Meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik-β
Inotropik Memperkuat respon terhadap ketekolamin darah
Meningkatkan proporsi rantai berat myosin α (dengan
aktivitas ATPase yang lebih tinggi

Jaringan lemak Katabolik Merangsang lipolisis


Otot Katabolik Meningkatkan penguraian protein
Tulang Perkembangan Mendorong pertumbuhan normal dan perkembangan
tulang
Sistem saraf Perkembangan Mendorong perkembangan otak normal

Saluran cerna Metabolik Meningkatkan laju penyerapan karbohidrat

Lipoprotein metabolik Merangsang pembentukan reseptor LDL


Lain-lain Kalorigenik Merangsang konsumsi oksigen oleh jaringan yang aktif
secara metabolik (kecuali : testis, uterus, kelenjar limfe,
limpa, hipofisis anterior)
Meningkatkan kecepatan metabolisme
Hal-Hal Yang Penting Tentang
Kelenjar Tiroid

Hormon tiroid diatur oleh sumbu hipotalamus-


hipofisis-tiroid. Thyroid stimulating hormone
(TSH), hormon tropic tiroid dari hipofisis
anterior, adalah regulator fisiologik terpenting
sekresi hormon tiroid.Hampir setiap tahap
dalam sintesis dan pelepasan hormon tiroid
dirangsang oleh TSH.

Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid,


TSH juga mempertahankan integritas structural
kelenjar tiroid
Penyakit Gangguan Tiroid
Hipotiroidisme

Hipertiroidisme

Stimulasi oleh Gonadotropin Korionik

Tiroiditis

Tiroiditis Subakut

Sindrom “Sakit Eutiroid”


Gambaran laboratorium Hipotiroidisme
Algoritme Pemeriksaan Penderita diduga Hipotiroidisme
Hipertiroidisme
Tiroid mungkin menghasilkan hormon dalam jumlah
berlebihan dari bagian-bagian nodular lokal jaringan
hiperfungsi (adenoma atau gondok noduar toksik) atau dari
hiperaktivitas keseluruhan (gondok toksikdifus, penyakit
Graves).

Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia yang lebih muda


daripada gondok noduar toksik; keduanya lebih sering pada
perempuan dibandingkan laki-laki.
Gejala-gejala nonspesifik meliputi rasa cemas,
rasa lelah, penurunan berat walaupun nafsu
makan normal atau meningkat, intoleransi
terhadap panas, dan peningkatan berkeringat

Pada penyakit Graves, tetapi tidak pada


gondok nodular toksik, sering terjadi
penonjolan bola mata yang berlebihan
(eksoftalmos) dan pelebaran jaringan
palpebra
Temuan laboratorium
• Pada sebagian besar tipe hipertiroid T3 dan T4
tinggi, disertai peningkatan penyerapan T3 dan
T4 bebas atau indeks tiroksin bebas yang sangat
tinggi.
• Para pasien ini memperlihatkan T4 dan FTI yang
normal, tetapi akdar T3 meningkat.
• Pemeriksaan kadar T3 dapat sangat bermanfaat
pada pasien yang secara klinis hipertiroid, tetapi
memiliki T4 dan FTI yang normal.
Pemeriksaan Gangguan Fungsi Tiroid
Pemeriksaan FT4

Pemeriksaan FT3

Pemeriksaan Anti-Tiroglobulin

Pemeriksaan T3 Total

Pemeriksaan T4 Total

Pemeriksaan Tiroglobulin

Pemeriksaan Anti-TPO

Pemeriksaan TSHs

Pemeriksaan TSH Neonatus


PEMERIKSAAN T3 TOTAL

TUJUAN : Penunjang dignosis hipertiroid


dan diagnosis T3 tirotoksis, dimana pada
kondisi tersebut terjadi peningkatan
pada kadar T3 Total tetapi tidak pada T4
Total.
PRINSIP PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan ARCHITECT T3 Total merupakan two-step


immunoassay untuk menentukan adanya Total T3 di dalam
serum atau plasma manusia menggunakan teknologi CMIA.
PRINSIP PEMERIKSAAN

 1. Sampel dan paramagnetic microparticle yang telah dilapisi


dengan anti-T3 dicampurkan T3 yang ada di dalam sampel
mengikat anti-T3 yang melapisi micropartikel.
 2. Setelah pencucian, ditambahkan T3 acridinium labeled
Conjugate untuk menghasilkan reaksi.
 3. Setelah pencucian lainnya, kemudian ke dalam campuran
reaksi ditambahkan larutan Pre-Trigger dan Trigger untuk
menghasilkan reaksi.
 4. Hasil reaksi chemiluminescent yang diukur sebagai RLU.
Hubungan terbalik yang ada antara jumlah Total T3 yang
terdapat di dalam sampel dan RLU dideteksi oleh ARCHITECT i
Optical System.
Serum (Clot activator, SST)
Persyaratan & Jenis Sampel : Plasma (Na-heparin, Li-heparin, K-EDTA)

Volume : 250 – 500 μL

Stabilitas Sampel : 2 – 8° C : ≤ 6 hari


< (-10)° C : > 6 hari, maksimal penyimpanan
1 bulan

Metode : Chemiluminescent Microparticle


Immunoassay (CMIA)

Nilai Rujukan : 0,7 - 1,55 ng/dL


PENANGANAN SAMPEL

 Jangan menggunakan spesimen yang telah diinaktivasi.


 ▪ Spesimen harus bebas dari fibrin, sel darah merah, atau
partikelpartikel
 lain.
 ▪ Hindari menggunakan spesimen beku ulang. Sampel beku yang
 dicairkan harus dicampur dengan cara divortex pada kecepatan
 rendah atau dibolak-balik perlahan-lahan dan disentrifus
terlebih
 dahulu untuk menyingkirkan sel darah merah atau partikel dan
 untuk memberikan hasil yang konsisten.
 ▪ Jika terdapat gelembung pada sampel, hilangkan gelembung
 sebelum dikerjakan, gunakan stik sekali pakai untuk
masingmasing sampel menghindari adanya kontaminasi silang.
REAGEN

Jenis : ARCHITECT Total T3


Anti-T3 (sheep) coated microparticle
▪ T3 acridinium-labeled conjugate
Reagen-reagen lain yang diperlukan :
▪ ARCHITECT Total T3 Manual Diluent
7K64-50
▪ ARCHITECT i Pre-Trigger Solution
▪ ARCHITECT i Trigger Solution
▪ ARCHITECT i Wash Buffer
Stabilitas ▪ 2 – 8° C : sampai tanggal kedaluwarsa
▪ On board : 30 hari
PENANGANAN REAGEN

 Siap pakai
 ▪ Tidak diperbolehkan melakukan pencampuran reagen antar botol
 (dalam satu kit) dan antar kit yang berbeda.
 ▪ Sebelum loading reagen pada alat untuk pertama kalinya, botol
 mikropartikel harus digoyang-goyang perlahan untuk
 meresuspensi mikropartikel.
 ▪ Septa harus digunakan untuk mencegah terjadinya penguapan
 reagen dan kontaminasi dan untuk menjamin integritas reagen
Keakuratan hasil pemeriksaan tidak dapat dijamin jika septa tidak
 digunakan sesuai dengan petunjuk kit insert.
 ▪ Ketika menangani Conjugate, ganti sarung tangan yang telah
 kontak dengan serum atau plasma manusia, karena dapat
 menetralkan conjugate.
KONTROL
Jenis Lyphochek Immunoassay Plus Control
370
Stabilitas Lyphochek Immunoassay Plus Control :
Sebelum dibuka dan dilarutkan, pada 2
– 8 ° C sampai tanggal
kedaluwarsa
▪ Setelah dilarutkan pada 2 – 8° C
sampai 7 hari
▪ Setelah dilarutkan pada (-20) – (-70)°
C sampai 20 hari
Penanganan Kontrol Larutkan satu vial kontrol dengan 5.0
mL air distilasi atau air
deionisasi menggunakan pipet
volumetrik, diamkan selama 15
menit lalu homogenkan perlahan.
▪ Sebelum digunakan, setarakan terlebih
dahulu pada suhu kamar
(18 – 25° C) dan homogenkan secara
perlahan.
KALIBRATOR

Jenis ARCHITECT Total T3 Calibrator 7K64-02


▪ CalA 0.2 ng/mL (0.31 nmol/L)
▪ CalB 0.5 ng/mL (0.77 nmol/L)
▪ CalC 0.75 ng/mL (1.15 nmol/L)
▪ CalD 1.5 ng/mL (2.30 nmol/L)
▪ CalE 3.5 ng/mL (5.38 nmol/L)
▪ CalF 6.0 ng/mL (9.22 nmol/L)
Stabilitas 2 – 8° C sampai tanggal kedaluwarsa
Penanganan Kalibrator Siap pakai
Interval Kalibrasi Menggunakan reagen kit dengan nomor
lot baru
Kontrol keluar dari rentang yang
ditentukan di kit insert atau terjadi
kecenderungan hasil QC.
▪ Setelah maintenance atau
penggantian sparepart yang
berdampak langsung kepada kualitas
hasil pemeriksaan.
ALAT

ARCHITECT i System
LANGKAH KERJA

Siapkan reagen, lalu homogenkan mikropartikel sebelum reagen dimasukkan ke


dalam Homogenisasi dilakukan dengan membolak-balikkan botol mikropartikel
sebanyak 30 kali. Amati secara visual untuk memastikan bahwa endapan sudah
tidak ada. Jika endapan/ suspensi masih ada, maka reagen tidak boleh digunakan

Order kalibrasi jika diperlukan

Order tes sesuai dengan IK-OPR-PS-ALT-ARCHITECT.


LANGKAH KERJA

Letakkan reagen ke alat.

Letakkan bahan kontrol/ sampel ke Sample


Carrier dan tempatkan pada Sample Load
Queue

Tekan RUN.
PERFORMANCE REAGEN

Linearitas 0.44 – 5.60 ng/mL

Sesuai dengan NCCLS protocol EP5-A, diperiksa 3


Presisi panel
menggunakan 2 lot reagen dilakukan duplo sebanyak
2 kali perhari
selama 20 hari

Batas Deteksi 0.40– 6.0 ng/mL


PERFORMANCE REAGEN

Batas
Pengenceran

> 6 ng/mL, lakukan pengenceran secara manual 1 : 2 dengan


menggunakan ARCHITECT Total T3 Manual Diluent. Tambahkan
minmal 75 μL sampel ke dalam 75 μL Manual Diluent, untuk
menghindari kontaminasi teteskan Manual Diluent ke dalam
tabung bersih lalu pipet sesuai kebutuhan.
Kadar fT3 baru diperiksa bila ada indikasi. Indikasi
pengukuran fT3 serum. 

Diperlukan 1. Tirotoksikosis potensial dengan TSH


tertekan dan fT4 normal
2. Selama terapi obat antitiroid untuk
mengenal kelebihan T3 tunggal yang
menetap
3. Diagnosis tirotoksikosis yang
diinduksi oleh amiodaron

Berguna 1. Kekambuhan dini tirotoksikosis


2. Perluasan kelebihan T3 selama terapi
penekanan T4 atau setelah kelebihan
dosis
Tidak diperlukan atau salah 1. Diagnosis hipotiroidisme
2. Selama sakit kritis
3. Selama sulih T4 rutin
4. Penapisan subyek asimtomatik
5. Pemantauan pengobatan T3
STUDI KASUS

Anda mungkin juga menyukai