Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM HOMEOSTASIS

PEMERIKSAAN T3

PROBANDUS
Nama : Tn. Ferdi
Nama : Imanuela Olive
Umur : 39 th
Jenis Kelamin : Laki laki Kelas : 3191016
Tanggal Praktikum : 12 November 2021

METODE : EIA

I. TUJUAN :
Untuk mengetahui kadar T3 dalam serum seseorang dalam ng/mL

II. PRINSIP :
Pada EIA T3, antibodi kedua (IgG anti-tikus kambing) dilapisi pada sumur mikrotiter.
Sejumlah serum pasien yang diukur, sejumlah antibodi Anti-T3 monoklonal tikus, dan
jumlah konstan T3 yang terkonjugasi dengan peroksidase lobak ditambahkan ke
sumur mikrotiter. Selama inkubasi, antibodi anti-T3 tikus terikat pada antibodi kedua
pada sumur. T3 dan enzim terkonjugasi-T3 bersaing untuk tempat pengikatan terbatas
pada antibodi anti-T3. Setelah inkubasi 60 menit pada suhu kamar, sumuran dicuci 5
kali dengan air untuk menghilangkan konjugat T3 yang tidak terikat. Larutan TMB
kemudian ditambahkan dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu kamar,
menghasilkan perkembangan warna biru. Perkembangan warna dihentikan dengan
penambahan HCI 1N, dan absorbansinya diukur secara spektrofotometri pada 450 nm.
Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah enzim yang ada, dan
berbanding terbalik dengan jumlah standar T3 yang tidak berlabel yang diuji dengan
cara yang sama. Konsentrasi T3 dalam sampel yang tidak diketahui kemudian
dihitung.

III. ALAT dan BAHAN :


Alat Bahan
- Tabung reaksi - Sampel serum
- Mikropipet - Reagen TMB
- Tip + tissue - Larutan standart
- Tempat sampah - Bahan kontrol
- Spektrofotometer - Reagen antibodi T3

| Laporan Prak. Homeostasis 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM HOMEOSTASIS
- Plat mikrotiter 450 - Reagen konjugasi
nm - Larutan stop solution
- Kertas grafik
- Kertas hisap

IV. CARA KERJA :


1. Amankan jumlah sumur berlapis yang diinginkan di dudukannya Siapkan
lembar data dengan identifikasi sampel.
2. Pipet 50 L standar, spesimen, dan kontrol ke dalam sumur yang sesuai.
3. Masukkan 50 μL Reagen Antibodi T3 ke dalam masing-masing sumur.
Mencampur secara menyeluruh selama 30 detik.
4. Tambahkan 100 L Working Conjugate Reagent ke dalam masing-masing
well. Aduk rata selama 30 detik. Penting untuk dimiliki pencampuran
lengkap pada langkah 3 dan 4.
5. Inkubasi pada suhu kamar (18-25°C) selama 60 menit.
6. Keluarkan campuran inkubasi dengan menjentikkan piring wadah limbah.
isinya ke dalam
7. Bilas dan kibaskan sumur 5 kali dengan suling atau deionisasi air. (Tolong
jangan gunakan air keran.)
8. Pukul sumur dengan tajam ke kertas penyerap atau handuk kertas untuk
menghilangkan semua sisa tetesan air.
9. Keluarkan 100 μL Reagen TMB ke dalam masing-masing sumur. Aduk
perlahan selama 5 detik.
10. Inkubasi pada suhu kamar, dalam gelap, selama 20 menit.
11. Hentikan reaksi dengan menambahkan 100 μL Stop Solution ke masing-
masing dengan baik.
12. Aduk perlahan selama 30 detik. Pastikan semua warna biru berubah
sepenuhnya menjadi kuning.
13. Baca absorbansi pada 450 nm dengan pembaca pelat mikrotiter dalam
waktu 15 menit.

V. NILAI NORMAL :
Hipotiroid : < 0,8 ng/mL
Eutiroid : 0.8 – 0.9 ng/mL
Hipertiroid : >1,9 ng/mL

| Laporan Prak. Homeostasis 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM HOMEOSTASIS

VI. HASIL :
2,1 ng/mL

VII. KESIMPULAN :
Hasil pemeriksaan T3 pada sampel serum no 16 yang diperiksa, didapatkan hasil lebih
dari normal atau hipertiroid

VIII. PEMBAHASAN :
Kelenjar tiroid memiliki struktur berlobus dua dibawah dan dibelakang laring.
Kelenjar tiroid merupakan organ yang sangat vaskuler dengan jalinan kapiler darah
dan limfe disekeliling folikel. Kelenjar tiroid menghasilkan 2 hormon, yaitu Tiroksin
(T4) dan Triiodotironin (T3). Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid
memerlukan yodium, yaitu suatu elemen yang terdapat dimakanan dan air. Kelenjar
tiroid akan menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Maka dari
itu hormon tiroid amat istimewa karena mengandung 59-65% elemen yodium.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang memegang peranan penting
dalam mengatur metabolisme yang dihasilkannya, merangsang laju sel-sel dalam
tubuh melakukan oksidasi terhadap bahan makanan, memegang peranan penting
dalam pengawasan metabolisme secara keseluruhan20. Kelenjar tiroid ( berat
normal 20-30 gram) tersusun atas folikel yang dibatasi oleh sel epitel kuboid dan
mengandung timbunan sekresi protein (koloid). Fungsi utama sel epitel tiroid adalah
mensintesis asam amino beryodium (iodinate aminoacids), tiroksin (T4) dan tri-
iodotironin (T3)

Sintesis hormon tiroid melibatkan suatu glikoprotein unik, tiroglobulin, dan


suatu enzim esensial, peroksidase tiroid (TPO).
Terdapat tiga jenis penyakit dalam kelenjar tiroid:

a) Malfungsi sekresi: hipertiroidisme atau hipotiroidisme

b) Pembesaran seluruh kelenjar: struma

c) Masa soliter: suatu nodul yang besar pada struma nodular, adenoma atau
karsinoma

| Laporan Prak. Homeostasis 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM HOMEOSTASIS

Hormon tiroid :

a) Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Kelenjar hipofise anterior mensekresi


hormon penstimulasi tiroid sebagai respon terhadap hormon pelepas tiroid
(thyroid releasing hormone, TSH) yang berasal dari hipotalamus. TSH
menstimulasi sekresi tiroksin (T4 ) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Sekresi TSH bergantung pada sistem umpan balik negatif. Peningkatan
kadar T4 dapat meningkatkan pelepasan TRH , yang menstimulasi sekresi
TSH. Peningkatan kadar T4 menyupresi pelepasan TRH yang menyupresi
sekresi TSH.

Pengukuran hormon penstimulasi tiroid (TSH) merupakan tes fungsi tiroid


yang paling banyak digunakan. Pengukuran ini relatif tidak terganggu oleh
interferensi assaydan dapat dipercaya dalam memprediksi fungsi tiroid
sesuai prinsip umpan balik negatif30. Nilai normal TSH pada orang dewasa
0,35-5,5 µIU/ml, <3 ng/ml.
b) Tiroksin (T4)
Tiroksin adalah hormon utama yang disekresikan oleh kelenjar tiroid dan
minimal 25 kali lebih pekat dari pada triiodotironin (T3). Kadar T4 serum
umumnya digunakan untuk mengukur konsentrasi hormon tiroid dan fungsi
kelenjar tiroid. Penggunaan iodin yang terikat protein dianggap usang dan
uji ini jarang dilakukan. Nilai T4 normal pada orang dewasa 4,5-11,5 µg/dl.

c) Triiodotironin (T3)32

Triiodotironin merupakan salah satu hormon tiroid, terdapat dalam jumlah


yang sedikit didalam darah dan bekerja lebih singkat dan ampuh
dibandingkan kadar tiroksin (T4). Kadar T 3 dan T4 memiliki cara kerja yang
sama didalam tubuh. Kadar T 3 serum disekresikan sebagai respon terhadap
hormon penstimullasi tiroid dari kelenjar hipofisis dan hormon pelepas
tiroid (TRH) dari hipotalamus. Nilai normal T3 pada orang dewasa 80-200
ng/dl.

Uji fungsi tiroid dilakukan dengan menggunakan sampel serum, baik dengan cara
manual maupun otomatis. Uji ini umumnya menggunakan antibodi yang khas.
Terdapat beberapa uji yang dapat digunakan untuk memeriksa fungsi tiroid, yaitu:2,3

| Laporan Prak. Homeostasis 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM HOMEOSTASIS
metode dengan menggunakan sampel serum untuk mengukur kadar jumlah
keseluruhan hormonnya (total tetra-iodotironin/TT4 dan total tri-iodotironin/ TT3)
serta kadar hormon terkait yang bebas (free tetra-iodotironin/FT4 dan free tri-
iodotironin/ FT3); Pengukuran protein pengikat hormon tiroid menggunakan:
Thyroxin Binding Globulins (TBG), Transthyretin (TTR)/Prealbumin (TBPA),
albumin dan perangsang tiroid, hipofisis; tirotropin (Thyroid Stimulating Hormone,
TSH) dan protein prekursor hormon tiroid, tiroglobulin; Autoantibodi tiroid seperti:
Thyroid Proxidase Antibodies (TPOAb), thyroglobulinantibodies (TgAb) dan TSH
receptor antibodies (TRAb) kesemuanya dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid.

Menurut kelainan fungsinya, gangguan tiroid dapat dibedakan dalam 3 jenis :


- Hipotiroid : kumpulan manifestasi klinis akibat berkurangnya/ berhentinya
produksi hormon tiroid
- Hipertiroid : atau tirotoksikosis merupakan kumpulan manifestasi klinis akibat
kelebihan hormon tiroid
- Eutiroid : keadaan tiroid yang berbentuk tidak normal tapi fungsinya normal

IX. DAFTAR PUSTAKA:

Fedler C. Laboratory Tests of Thyroid Function: Pitfalls in Interpretation. CME July


2006; 24(7): 386–390.

UK Guidelines for the Use of Thyroid Function Tests. 2006; 52–66.

British Columbia Medical Association. Thyroid Function Tests: Diagnoses and


Monitoring of Thyroid Function Disorders in Adults. 2010; 1–6.

Kurniawan L. B. Et all. (2015). Diagnosis Tiroid. Indonesian Journal of Clinical


Pathology and Medical Laboratory Vol. 21, No. 3.

Syuhada. Et all. (2015). Korelai Kadar Tiroksin (T4), Triiodotironin (T3), dan Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) Serum dengan Kadar Kolestrol Total pada Pasien
Hipertiroid di RSUD Dr.H.Abdul Moelek Provinsi Lampung Bulan Februari-
Maret Tahun 2015. Jurnal Medika Malahayati Vol 2 No.4; 200-206. Universitas

| Laporan Prak. Homeostasis 2021 |


LAPORAN PRAKTIKUM HOMEOSTASIS
Malahayati Bandar Lampung.

Dewi, I. P. (2017). Perbedaan Kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH), Follicel


Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinising Hormone (LH) pada Perempuan
Usia Subur Terpajan Pestisida. Skripsi. Universitas Muhhamadiyah Semarang.

| Laporan Prak. Homeostasis 2021 |

Anda mungkin juga menyukai