Anda di halaman 1dari 31

“TIROID”

INTERPRETASI DATA KLINIK


Kelompok 2

Cyndia Hadhinati (1701097)


Dyan Febrian (1701101)
Hervinia (1701106)
Nora Handayani (1701116)
Reihan Khairiati (1701124)
Tria Andriani (1701130)

Dosen pembimbing : Dr. apt. Meiriza Djohari, M.Kes.


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
ANATOMI FISIOLOGI TIROID
STRUKTUR KELENJAR TIROID

• Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terdiri dari


dua lobus dan terdapat di dalam leher yang
dihubungkan oleh isthmus yang sempit.
• Letak kelenjar ini di sebelah kanan dan kiri trakea.
• Kelenjar ini lunak, berwarna cokelat dan ditutupi
oleh kapsul.

Kelenjar tiroid memerlukan yodium sebagai suatu


elemen yang terdapat dalam makanan dan air untuk
menghasilkan hormon tiroid  hormon tiroid yang
telah kembali ke kelenjar tiroid dan di daur ulang
untuk kembali menghasilkan hormon tiroid. kembali
ANATOMI FISIOLOGI TIROID
FISIOLOGI HORMON TIROID

satu lapisan Folikel


• Kelenjar tiroid sangat efisien dalam penggunaan
epitel sel (unit fungsional)
yodium. Penyerapan 150 sampai 200 mg iodide
seharian dari makanan cukup untuk membentuk
jumlah normal hormon tiroid.
• Iodida yang diserap dipompa ke dalam sel folikel
melawan gradien konsentrasi. Yodium (Iˉ) diangkut
Beriisi substansi melintasi membran basal sel tiroid oleh protein
sekresi yang disebut membran intrinsik yang disebut Na+ / I symporter
koloid. (NIS).
• Hormon tiroid terikat kepada thyroxine-binding globulin
(TBG) dan protein plasma lainnya untuk transportasi
dalam darah.
• Hormon bebas memasuki sel dan mengatur
kompleks glikoprotein- mekanisme umpan balik hipofisis.
tirosin yang disebut • Ada tiga protein pengikat tiroid utama: TBG,
tiroglobulin. transtiretin dan albumin.
ANATOMI FISIOLOGI TIROID
Hormon Yang Dihasilkan Kelenjar Tiroid

1. Triidotironin (T3)
2. Tiroksin (T4)
Merupakan hormon asam amino
Merupakan hormon asam
yang dibentuk di jaringan
amino.Tiroksin berfungsi untuk
perifer melalui proses Hormon ini tetap mempengaruhi metabolisme sel,
deiodinasi T4. Berfungsi untuk terikat pada proses produksi poros oksidasi
mempengaruhi pertumbuhan, tiroglobulin
hingga saatnya
di sel-sel tubuh kecuali otak dan
perkembangan dan diferensiasi
disekresikan. sel limfe.
jaringan tubuh.
ANATOMI FISIOLOGI TIROID
Mekanisme Kontrol Hormon Tiroid

T3 dan T4 menghambat
peningkatan sekresi TSH
pada kelenjar hipofisis. Bila
sekresi TSH meningkat,
maka sekresi T3 dan T4
meningkat, dan ini akan
mengakibatkan mekanisme
kerja tiroid juga akan
meningkat
Penandaan Biokimia
Pemeriksaan Hormon Tiroid

Pemeriksaan terhadap hormon tiroid mulai


berkembang setelah diperkenalkan teknik
radioimmunoassay (RIA) pada awal tahun 1970-an,
Pemeriksaan hormon diikuti dengan immunoradiometric assay (IRMA),
enzyme-linked immunoassay (ELISA) dan enzyme
tiroid meliputi
immunoassay (EIA), serta yang terbaru
pemeriksaan T3, T4, electrochemiluminescent assay (ECLIA). ECLIA
TSH dan fT4. menjadi metode yang paling peka dibandingkan
yang terdahulu. Cara ini dikembangkan sejak akhir
tahun 1980-an dan pada Kursus Laboratory
Endocrinology di Singapore tahun 1989.
Penandaan Biokimia
Pemeriksaan Hormon Tiroid
1. Metode Enzyme Immunoassay (EIA)

• Untuk mendeteksi antigen dan


antibodi dengan penambahan Cara Kerja :
enzim yang dapat menkatalisis 1. Plate plastik dilapisi dengan antigen yang akan
bereaksi dengan antibodi pada serum pasien, 
substrat sehingga terjadi diinkubasi dengan gabungan enzim-antibodi pada
perubahan warna. plate.
• Enzim yang sering digunakan 2. Jika terdapat antibodi, gabungan tersebut bereaksi
horseradish peroxidase, alkaline dengan kompleks antigen-antibodi pada plate.
phosphatase, Glucose-6- 3. Aktivitas enzim diukur dengan spektrofotometer
phosphatase dehydrogenase dan setelah penambahan substrat kromogenik spesifik
bgalaktosidase. yang akan menyebabkan perubahan warna.
Penandaan Biokimia
Pemeriksaan Hormon Tiroid
1. Metode Enzyme Immunoassay (EIA)

Alat Microwells (Metode EIA)


Penandaan Biokimia
Pemeriksaan Hormon Tiroid
2. Metode ELFA (Enzyme Linked Immunofluorescent Assay)

• Menggunakan enzim sebagai petanda dan


digunakan substrat yang berfluoresensi
(4- Methylumbelliferone)
• Menggunakan system reagen strip dan
solid phase receptable (SPR) yang dilapisi
antigen atau antibodi berfungsi sebagai
pippeting.
• Semua langkah dilakukan otomatis oleh
alat.
• Panjang gelombang yang digunakan 450
nm.
Penandaan Biokimia
Pemeriksaan Hormon Tiroid
2. Metode ECLIA

Pada metode ECLIA adalah melalui beberapa tahapan inkubasi dimana :


• Inkubasi pertama : sampel ditambah antibodi spesifik monoclonal
biotinylasi, dan antibodi spesifik yang dilabel dengan komplek ruthenium
membentuk kompleks sandwich.
• Inkubasi kedua : setelah ditambahkan mikropartikel yang dilapisi
streptavidin, komplek yang terbentuk berikatan dengan fase solid melalui
interaksi biotin dengan streptavidin. Campuran reaksi diaspirasi dalam
cell pengukur dimana mikropartikel secara magnetic ditangkap pada
permukaan elektroda. Substansi yang tidak berikatan dibuang melalui
Procell. Aplikasi voltase (tegangan) pada elektroda kemudian
Alat Luminometer (Metoda ECLIA)
menginduksi emisi chemiluminescent yang akan diukur oleh
photomultiplier
A. Pemeriksaan T3
 Konsentrasi T3 jauh lebih kecil daripada  Pemeriksaan T3 metode ECLIA menggunakan

T4 prinsip kompetitif dengan waktu pemeriksaan

 Merupakan faktor penting untuk selama 18 menit.


 Nilai Normal Range pada individu normal
mendiagnosis penyakit tiroid.
berkisar 0,6-1,85 ng/mL. Pada umumnya,
 Peningkatan T3 tanpa adanya peningkatan
kadar T3 total dalam serum cenderung pararel
T4 kebanyakan merupakan gejala awal dari
dengan TBG. Peningkatan kadar T3 dapat
tirotoksikosis rekuren pada pasien yang
terjadi pada penderita hipotiroid yang sedang
telah mendapat terapi.
mendapatkan terapi. Konsentrasi minimal
 T3 berikatan dengan protein serum
yang dapat terdeteksi adalah 0,2 ng/mL.
Thyroxine Binding Globulin (TBG)
untuk transport ke dalam sel.
B. Pemeriksaan T4
 Pengukuran T4 total dengan  Pemeriksaan T4 metode ECLIA
immunoassay merupakan metode
skrining untuk mengetahui adanya menggunakan prinsip kompetitif dengan
gangguan tiroid pada pasien. waktu Pemeriksaan selama 18 menit.
 Peningkatan kadar T4 ditemukan pada
hipertiroidisme karena Grave’s disease  Nilai Normal. Kadar T4 rentang antara
dan Plummer’s disease pada akut dan 5,0 - 13,0 ng/mLKonsentrasi minimal
subakut tiroiditis.
 Kadar T4 yang rendah berhubungan yang dapat terdeteksi adalah 0,4 ng/mL.
dengan hipotiroidisme kongenital,
myxedema, tiroiditis kronis (Hashimoto’s
disease) dan beberapa kelainan genetik.
B. Pemeriksaan TSH
 Nilai Normal Rata-rata kadar TSH dewasa
normal adalah 1,6 (0,4 - 6,0) µIU/mL.
 Pemeriksaan kadar TSH plasma atau Kadar yang rendah juga dapat terjadi akibat
serum merupakan metode yang sensitif
hipersekresi T3 dan T4 pada Grave’s
untuk mendiagnosis hipotiroidisme
primer atau sekunder. disease atau tiroiditis. Diagnosis banding
diperoleh dengan cara memeriksa kadar
TSH dan fT4 dalam serum secara simultan.
 Konsentrasi minimal yang dapat terdeteksi
adalah 0,2 µIU/Ml
Metode Pemeriksaan Free T4

EIA ELFA ECLIA


D. Pemeriksaan Free T4
 T4 berikatan dengan protein serum Thyroxine
Binding Globulin (TBG) untuk transport ke
L-thyroxine (T4) merupakan dalam sel, yang normalnya mengikat 80% T4.

hormon tiroid yang paling sering diukur  Protein lainnya yang juga berikatan dengan
hormon tiroid adalah TBPA dan Albumin. Hanya
dalam diagnosis fungsi kelanjar tiroid,
0,03% T4 yang bebas.
karena mempunyai pengaruh utama
 T4 yang bebas ini disebut sebagai Free T4
terhadap sintesis protein dan konsumsi (fT4)  merupakan metabolit akif, sehingga
pemeriksaan fT4 menjadi indikator dari status
oksigen pada hampir semua jaringan. tiroid pasien

Hipotiroidisme primer menyebabkan produksi T4 oleh kelenjar tiroid
berkurang, sehingga kadar fT4 yang ada di sirkulasi juga rendah.

Hipertiroidisme primer mengakibatkan produksi T4 yang berlebihan sehingga


kadar fT4 meningkat

Pemeriksaan fT4  untuk mengetahui secara langsung adanya keseimbangan


antara T4 dan T4 yang terikat TBG dalam serum
Metode EIA
 Pemeriksaan fT4 menggunakan  Setelah inkubasi selama 60  intensitas warna yang terbentuk
prinsip solid phase competitive menit pada suhu kamar, wells sebanding dengan jumlah
enzyme immunoassay. dicuci untuk menghilangkan T4 enzim yang ada dan
 Sampel serum pasien, standar conjugate yang tidak terikat. berbanding terbalik dengan
dan Thyroxine Enzyme Conjugate  Larutan H2O2/TMB jumlah fT4 pada sampel.
Working Reagent ditambahkan ditambahkan dan diinkubasi

pada well yang telah di-coated selama 20 menit hinggga

dengan antibodi monoklonal anti terbentuk warna biru.

T4.  Pembentukan warna biru

 fT4 yang ada pada spesimen dihentikan dengan

pasien dan T4 berlabel conjugate menambahkan 3N HCl dan

akan berkompetisi untuk berikatan absorbans dibaca secara

dengan antibodi. spektrofotometrik pada 450 nm.


Prinsip pemeriksaan fT4? Metode EIA
Metode ELFA
Pemeriksaan fT4 metode ELFA menggunakan prinsip kompetitif dengan waktu pemeriksaan
selama 40 menit.

Sampel diambil dan di transfer ke dalam SPR yang mengandung antigen fT4 berlabel fosfatase

alkalin ( conjugate).

Kompetisi terjadi antara antigen sampel dan antigen berlabel untuk antibodi fT4 yang melapisi

bagian dalam SPR.

Kemudian ditambahkan substrat 4-methyl umbelliferyl fosfat, enzim akan mengkatalisis reaksi

hidrolisis substrat menjadi 4-methyl-umbelliferon sebagai produk fluoresen

Di baca pada panjang gelombang 450 nm.


Prinsip pemeriksaan fT4? Metode ELFA
Metode ECLIA
Prinsip fT4 metode ECLIA menggunakan prinsip kompetitif dengan
waktu pemeriksaan selama 18 menit.

+ Nilai normal rentang fT4 antara 0,8 – 2,0 ng/dL.


+ Perubahan konsentrasi serum binding protein pada umumnya akan
menyebabkan perubahan yang sama pada konsentrasi T4 total, sedangkan
kadar fT4 yang secara fisiologis aktif tetap tidak berubah pada individu
yang eutiroid.
+ Pemeriksaan konsentrasi fT4 dapat memberikan penilaian yang lebih
akurat untuk penilaian status tiroid daripada pemeriksaan T4 total.
+ Peningkatan konsentrasi fT4 mengindikasikan hipertiroidisme dan
konsentrasi yang rendah mengindikasikan hipotiroidisme.
IMPLIKASI KLINIK
ABNORMALITAS TIROID
Hipotiroid
Hipotiroid dibedakan menjadi :
- Klinis jelas (overt)
- Klinis tidak jelas (subklinis).

Seseorang dengan hipotiroidisme detak


jantungnya melambat, alih-alih meningkat.
Pasien sangat lesu, kedinginan, mengalami
peningkatan berat badan, sembelit, disfungsi
ereksi, gangguan pada siklus menstruasi.
+ Hipotiroid subklinis  keadaan dengan kadar TSH meningkat
ringan dan kadar fT3 dan T4 normal disertai dengan sedikit/tanpa
gejala klinis.

+ Hipotiroid klinis/overt  kelainan klinis yang paling umum,


dimana kadar TSH tinggi dan fT4 rendah dalam serum. Penyebab
utamanya adalah kadar yodium yang tidak cukup atau asupan yodium
yang rendah.
Hipertiroid
Hipotiroid dibedakan menjadi :
- Klinis jelas (overt)
- Klinis tidak jelas (subklinis).

+ Hipertiroid klinis atau tirotoksikosis ditandai


dengan peningkatan kadar T3 dan T4, dan
penurunan kadar TSH serum. Penyebab
tersering adalah penyakit Graves yang
disebabkan oleh produksi antibodi terhadap
reseptor TSH yang merangsang pembentukan
hormon tiroid berlebih.
Goiter
 Pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dapat
merata (difuse) atau nodular, tunggal atau
banyak (multinodular).
 Goiter bisanya disebakan oleh rangsangan
berkepanjangan oleh TSH atau zat serupa
TSH (TSH-like agent) baik pada hipotiroid
maupun hipertiroid dan dapat pula pada
keadaan eutiroid.
 Penyebab tersering adalah defisiensi yodium
Eutiroid
 Penyebabnya  keadaan fisiologis normal atau terganggu atau oleh pengaruh obat-
obatan.
 Sindrom eutiroid (sick euthyroidsyndrome) tersering diamati pada pasien rawat inap
dengan penyakit bukan tiroid.
 Sebanyak 13% pasien rawat inap dengan penyakit akut mungkin menunjukkan nilai
hormon tiroid tidak normal. Pada kebanyakan pasien kelainan bersifat sementara dan
akan kembali normal setelah pulih dari penyakit akut.
 Sebagai respon akut, terjadi penurunan hormon tiroid terutama T3 karena hambatan
proses deyodinasi T4 menjadi T3. Hal ini merupakan respon fisiologis untuk menurunkan
penggunaan kalori dan katabolisme protein, yang menguntungkan terutama pada pasien
dengan status gizi kurang baik
Graves
+ Penyakit graves terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang kelenjar tiroid.
+ Sering terjadi pada wanita anatara usia 20-40 tahun.
+ Gejala penyakit graves mirip dengan hipertiroidisme
seperti kecemasan, penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan, mata bengkak atau gatal, keringatan
berlebihan, sensitivitas panas, dan lemah otot.
+ Penyakit graves sering disebut pula sebagai penyakit
gondok karena kelenjar tiroid membesar dan berpotensi
menimbulkan kesulitan bernapas.
Hashimoto
+ Hashimoto  penyakit dimana sistem kekebalan
tubuh menyerang kelenjar tiroid, seperti penyakit
graves.
+ Perbedaannya  pada penyakit Hashimoto produksi
hormon tiroid menuju turun, bukan meningkat.
+ Gejala penyakit Hashimoto meliputi intoleransi
terhadap cuaca dingin, gondok, kesulitan menelan,
penambahan berat badan,kelelahan, sembelit, rambut
beruna, ketidakteraturan menstruasi pada wanita dan
kesulitan berkonsentrasi.
Pengaruh Obat-Obatan Terhadap
Fungsi Tiroid!
o dopamine dan glukokortikoid  mengurangi sekresi TSH
o lithium dan sediaan yodida  menurunkan fT4
o Amiodaron  mungkin meningkatkan atau menekan fT4
o estrogen dan androgen  mempengaruhi TBG tapi tidak
mempengaruhi fT4 atau fT3
THANK
YOU! CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

DO YOU HAVE ANY


QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai