PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipotiroidisme?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hipotiroidisme.
b. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan pengertian Hipotiroidisme.
2. Mendeskripsikan jenis-jenis Hipotiroidisme.
3. Mendeskripsikan penyebab Hipotiroidisme.
4. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hipotiroidisme.
D. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hipotiroidisme
maka manfaat pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan
masyarakat dan perawat Hipotiroidisme.
b. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham
akan perawatan Hipotiroidisme.
b. Bagi Penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan
memahami secara spesifik tentang Hipotiroidisme.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Dan Fisiologi Tiroid
KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak pada leher
bagian anterior dengan berat sekitar 20
gram. Terdiri dari 2 lobus yang
dihubungkan oleh itshmus yang terletak
dibawah laring. Kelenjar tiroid
menyimpan iodin dan mensekresi
hormon tiroid dan kalsitonin. Hormon
tiroid sebenarnya terdiri dari dua jenis
hormon: tiroksin ( tetraiodotironi, T4 )
dan ( triiodotrironin, T3 ) hormon-
hormon ini yang mengatur kecepatan
metabolisme dan proses pertumbuhan serta diferensiasi jaringan. Kalsitonin
membantu mempertahankan kadar kalsium serum.
Pembentukan Hormon Tiroid
Tahapan pembentukan hormon tiroid oleh sel folikel adalah sebagai berikut:
1. Penangkapan iodide dan oksidasi iodine
2. Pembentukan tiroglobulin
3. Organifikasi tiroglobulin ( iodine berikatan dengan tryosylmoities pada
tiroglobulin) untuk membentuk 3 monoiodotirosin dan 3,5
diioditirosin.
4. Coupling ikatan mono dan ikatan diiodo membentuk T4 atau T3
5. Hormon disimpan sel-sel folikuler berkaitan dengan tiroglobin.
6. Dengan stimulasi yang cukup, proteolisis memisahkan T4 dan T3 dari
tiroglobulin.
7. T3 dan T4 dilepaskan dan tiroglobulin mengalami siklus ulang.
Pembentukan hormon tiroid berlangsung melalui beberapa tahap dan prosesnya
berlangsung dibawah pengaruh thyroid stimulatting hormon ( TSH ) dan thyroid
releasinghormon (TRH). Regulator utama T4 dan T3 sistem umpan kalsitonin
diatur terutama oleh kadar kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum akan
meningkatkan pelepasan kalsitonin, dan penurunan kadarnya akan menghambat
pelapasan kalsitonin.
Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiri
depan trakea, menyekresikan tiroksin, triyodotionin yang mempunyai efek nyata
pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikan kalsitonin,
suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsium. Tidak adanya sekresi
tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme turun sekitar 40
persen dibawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihana sekali dapat
menyebabkan laju metabolisme basal meningkat 60 sampai 100 persen diatas
normal. Sekresi tiroid terutama ditur oleh hormon perangsang tiroid yang
disekresi oleh kelenjar hifpofisis anterior.
Hormon yang paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin
(T4). Akan tetapi juga disekresi triyotironin (T3) dalam jumlah sedang. Fungsi
kedua hormon ini secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan
integritas kerja. Triyodiotironin kira-kira empat kali kekuatan tiroksin, tetapi ia
terdapat lebih jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh jauh lebih singkat
daripada tiroksin.
Pembentukan dan sekresi Tiroglobulin oleh sel Tiroid, sel-sel tiroid adalah
sel kelenjar yang khas yang menyekresi protein.Retikulum endoplasma dan
komples golgi mensintesis dan meyekresi suatu molekul glikoprotein berat yang
dinamakan tiroglobulindengan berat molekul 660.000 ke dalam folikel
Hormon tiroid mempunyai dua efek utama pada tubuh (1) meningkatkan
kecepatan metabolisme secara keseluruhan dan (2) pada anak –anak merangsang
pertumbuhan
B. Pengertian
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang
penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital. Goiter dapat
terlihat pada pasien hipotiroidisme dengan dapat herediter dalam biosintesis
hormone tiroid; pada penderita seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH
yang menyebabkan pembesaran tiroid goiter dapat juga terlihat pada penderita
tiroiditis Hashimoto, suatu penyakit autoimun yang infiltrasi limfosit dan
destruksi kelenjar tiroidnya dikaitkan dengan antitiroglobulin atau antibodi
mikrosomal sel antiroid. Pasien dengan hipotoidisme sekunder mungkin
menderita tumor hipofisis dan defisiensi hormone-hormon trofik hipofisis lainya.
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
Hipotiroidisme congenial atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir,
atau menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Nanifestasi dini
kritenisme antara lain ikterus fisiologik yang menetap, tangisan parau, konstipasi,
somnolen, dan kesulitan untuk mencapai perkembangan normal. Anak yang
menderita hipotiroidisme congenital memperlihatkan tubuh yang pendek; profil
kasar, lidah menjulur kkeluar; hidung yang lebar dan rata; mata yang jaraknya
jauh; rambut jarang; kulit kering; perut menonjol; dan hernia umbilikalis.
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis spifisis, dan keterlambatan
perkembangan gigi. Komplikasi utama dari hipotiroidisme congenial dan
hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati adalah retardasi
mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan memperbaiki hipotiroidisme secara
dini. Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir dan bayi kecil harus menyadari
kemungkinan ini.
a. Jenis
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan
resistensi perifer.
Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu,
umumnya diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun.
Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.
b. Penyebab
Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
Bawaan
Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
Kelainan hormogonesis
Kelainan bawaan enzim (inborn error)
Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar
yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
Idiopatik (autoimunisasi)
Tiroidektomi
Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
Pemakaian obat anti-tiroid
Kelainan hipofisis.
Defisiensi spesifik TSH
C. Etiologi
Pathway
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara
lain;
1. Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang
2. Kulit dingin dan kering.
3. Wajah membengkak dan gerakan lamban.
4. Aktivitas motorik dan intelektual lambat.
5. Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita
hipotiroidisme sering mengeluh hiperminore.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf
pusat atau kelenjar tiroid.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanyaN
menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi. Pemeriksaan
fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks.
Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok,
rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan
tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital
menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh
rendah.
Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
G. Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau
tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila
disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau
keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria.
Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.(Brunner
&Suddarth.2001).
H. Manifestasi Klinis
1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung.
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki.
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh
8. Manifestasi klinis per sistem:
Sistem integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal;
pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar;
rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.
Sistem pulmonari: hipoventilasi, dipsnea
Sistem kardiovaskular: bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,
hipotensi, toleransi terhadap aktivitas menurun.
Metabolik: penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
Sistem muskuloskeletal: nyeri otot, kontraksi dan relaksasi yang
melambat
Sistem neurologi: intelektual yang melambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau
somnolen, bingung, hilang pendengaran.
Sistem gastrointestinal: anoreksia, peningkatan berat badan,
konstipasi, distensi abdomen.
Sistem reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti
amenore,atau masa menstruasi yang memanjang
Psikologis: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.
I. Penatalaksaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi
tanpa menggigi,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran
hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi
semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid
bisa diberikan secara intravena.
Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme
antara lain: kadar tiroksin dan dan triyodoronin serum yang rendah, BMR yang
rendah, dan peningkatan kolesterol serum. Kadar TSH serum mungkin tinggi
mungkin pula rendah, bergantung pada jenis hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme
primer, kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan kadar tiroksin rendah.
Sebaliknya, kedua pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan
hipotiroidisme sekunder.
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,
biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 µg/hari), khususnya pada pasien yang
lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa hari atau
minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis
pemeliharaan maksimal 150 µg/hari. Pada dewasa muda, dosis pemeliharaan
maksimal dapat dimulai secepatnya. Pengukuran kadar TSH pada pasien
hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat terapi
pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang
adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan
mengikuti kadar tiroksin bebas.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid,
yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Pengobatan
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,
biasanya dalam dosis rendah sejumlah 50 µg/hari dan setelah beberapa hari atau
minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis
pemeliharaan maksimal sejumlah 200 µg/hari. Pengukuran kadar tiroksin serum
dan pengambilan resin T3 dan kadar TSH penderita hipotiroidisme primer dapat
digunakan untuk menentukan menfaat terapi pengganti.
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan
secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan
hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang
banyak disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid
yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu
mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid. Apabila
penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat
diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Terapi sulih hormon
Obat pilihannya adalah sodium levo-thyroxine. Bila fasilitas untuk
mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
Umur Dosis g/kg BB/hari
0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-5 tahun 5-6
2-12 tahun 4-5
> 12 tahun 2-3
Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan jaringan
sekitar. Tekanan pada trakea dan esofagus dapat mengakibatkan inspirasi stridor
dan disfagia. Tekanan pada laring dapat mengakibatkan suara serak.
Prosedur Pembedahan
Pertimbangan keperawatan perioperatif
Pemeriksaan perioperatif yang menyeluruh terhadap fungsi pernafasan,
kardiovaskuler, dan ginjal serta sistem saraf pusat sangat penting untuk menilai
faktor-faktoryang dapat meningkatkan resiko perioperatif. Pasien dengan
disfungsi tiroid harus dipantau secara ketat untuk melihat tanda-tanda perubahan
laju metabolisme. Tanda –tanda tersebut antara lain
hipertermia,takikardi,iritabilitas,emosi yang berlebihan. Perawat perioperatif harus
siap membantu petugas anestesi untuk memberikanlabel dan mengirim darah
untuk pemeriksaan arteri gas darah,mencatat keluaran urine,dan memulai
pendinginan pasien jika diperlukan. Hasil pemeriksaan fungsi tiroid (T3 dan T4 )
serta pengobatan yang sedang minimum harus di kaji. Keparahan proses penyakit
dan usia pasien juga harus dipertimbangkan.secara umum orang yang berusia
lebih tua memiliki resiko pembedahan yang lebih besar di banding pasien yang
lebih muda.pasien ini mungkin memperlihatkan gejala gagal jantuk kongesif atau
fibrilasi atrium.
Pasien yang mengalami pembedahan tiroid tidak hanya menghadapi
kemungkinan diagnosis kangker dan proses penyakitnya, tetapi juga mungkin
memperlihatkan kecemasan terhadap citra diri mereka. Penilaian ini penting bagi
rencana perawatan pasien yang dilakukan oleh perawat perioperatif. Garis insisi
untuk pembedahan tiroid terletak dibagian lehar yang mudah terlihat,dan bnyak
pasien mengkhawatirkan hasil kosmetik dari pembedahan tesebut.harus deiberi
keyakinan bahwa insisiuntuk tiroidektomi akan dibuat garis alur alami leher.
Apabila tumor berukuran besar maka akan memungkinkan timbul gangguan
fungsional dan kosmetik, tetapi hal ini dapat diperkecil dengan teknik-teknik
rekonstruksi yang sesuai
Prosedur pembedahan
Instrumentasi
• Instrument dan retractor kepala dan leher
• Retractor Gelpi, per, dan penggaruk
• Klem lahey
• Forsep bersudut tegak berujung halus
• Retractor greene
• Baki trakeostomi disiapkan
Meja mayo disiapkan untuk benda berikut:
• Mata pisau 15 dan pemegang pisau 3
• Forsep bersudut tegak kecil yang tegak dan tumpul
• Klem mosquito, hemostat bengkok
• Gunting benang dan metzenbaum kacil
• Forsep jaringan dan forsep adson dengan gigi
• Retraktor miller-senn dan per
• Retraktor gelpi, greene,dan Richardson kecil
Peralatan
• Penyangga kaki berbantal
• Unit pembedah listrik
• Pengisap
Barang
• Pembedahan minor, yang mencakup baju bedah, baskom, handuk,
dan wadah jarum.
• Pisau, dan klip
• Benang sutera
• Benang yang tidak dapat diserap dengan jarum pemotong
berukuran kecil
• Tabung suntik asepto
• Selang pengisap
• Handpiece pembedah listrik
Pemberian posisi
Pasien yang menderita hipotiroidisme mungkin mengalami edema tungkai
bawah dan kerapuhan kulit. Untuk menjaga integritas kulit, maka di tempat tidur
operasi dapat ditempatkan bantalan busa
Pasien diletakkan dalam posisi telentang dengan gulungan kain di bawah
leher scapula. Hal ini akan menyebabkan ekstensi leher dan memungkinkan ahli
bedah mendapat akses yang lebih baik ke tempat operasi. Setelah siku diberi
bantalan yang sesuai, maka lengan dapat diletakkan di sisi pasien dan
diekstensikan da atas papan lengan. Sebelum pasien diletakan dalam posisi
trendelenburg terbalik, sebuah penpopang kaki disambungkan ke tempat tidur
operasi. Posisi ini akan mengurangi tekanan vena, menurunkan aliran darah ke
kelenjar tiroid, mempermudah akses ahli bedah ke tempat operasi.
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita
akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu
lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul
gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari biasanya. Pada
waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar,
mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti orang bodoh sedangkan
hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal, mulutnya selalu terbuka dan juga
lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan
keadaan psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali
imbesil.
Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap
semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai
kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
Karsinoma Tiroid
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SYSTEM ENDOKRIN HIPOTIROIDISME
A. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
b) Riwayat Kesehatan
c) Keluhan utama klien
d) Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin
e) Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas
tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau
bertambah buruk.
f) Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
g) Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
h) Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
Pola makan
Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
Pola aktivitas.
i) Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan
ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup
kelima komponen konsep diri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasionalisasi
o Hasil
1 Intoleran aktifitas Tolerasi Melaporkan 1.Anjurkan Istirahat
berhubungan aktivitas sedikit lelah aktivitas sesuai membantu
dengan membaik. pada AKS tolerasi. menghemat
penurunan energy.
metabolism
sekunder 2.Bantu aktivitas Memberikan
terhadap perawatan kesempatan
hipotiroidisme mandiri ketika pada pasien
pasien berada berada dalam
dalam keadaan keadaan lelah
lelah.
2 Resiko tinggi Hilang dari Melaporkan 1.Berikan makanan Meningkatkan
terhadap konstipasi pasase yang kaya serat. massa feses
konstipasi bentuk feses dan frekuensi
berhubungan lunak buang air
dengan besar.
penurunan
peristaltic 2.Ajarkan pada Untuk
pasien tentang peningkatan
jenis – jenis asupan cairan
makanan yang kepada pasien
banyak agar feses tidak
mengandung air. keras.
3.Kolaborasi Untuk
pemberian obat mengencerkan
pencahar dan feses.
enema bila
diperlukan.
3 Pola nafas tidak Perbaikan Melaporkan 1. Pantau frekuensi, Mengidentifika
efektif dan pola dapat kedalaman, pola si hasil
berhubungan bernafas pemeriksaan
dengan depresi nafas normal dengan pernafasan. dasar untuk
ventilasi efektif memantau
perubahan
selanjutnya dan
mengevaluasi
efektivitas
intervensi.
Mencegah
2. Dorong pasien aktifitas dan
untuk nafas dalam meningkatkan
dan batuk. aktifitas yang
adekuat.
D. Implementasi
Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme
sekunder
Tindakan :
a. Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.
b. Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995). Evaluasi pada pasien dengan
gangguan system endokrin hipotiroidsme adalah :
1. Perbaikan dan pola nafas normal.
2. Tolerasi aktivitas membaik.
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,
mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.
DAFTAR PUSTAKA