Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TROPIS DENGAN

PENYAKIT CAMPAK

Kelompok 6

1. Ayinia Nuraini Renel


2. Miriam S. Mariang
3. Elda Magablo

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN CAMPAK ATAU MORBILI”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “ASUHAN


KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CAMPAK ATAU MORBILI” ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 04 April 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi
pada anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari
sebelum muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.
Campak timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak.
Sejak program imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus menurun,
namun akhir-akhir ini kembali meningkat. Di Amerika Serikat, timbul
kejadian luar biasa dengan kasus 147 kasus sejak awal Januari hingga awal
Februari 2015. Di Indonesia, kasus campak masih banyak terjadi dan tercatat
peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2014. (Halim, 2016)
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013
terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia
(berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian
besar anak kurang dari 5 tahun. Berdasarkan laporan Dirjen PP&PL Depkes
RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah
kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus. frekuensi KLB sebanyak 173
kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak
usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih
banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada
kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus) (Halim, 2016).
Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden kasus
campaknya cukup tinggi. Pada tahun 2008, angka absolut campak di
Indonesia adalah 15.369 kasus. Dari data profil kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate (IR) penyakit campak di
Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk, sedangkan Case Fatality Rate
(CFR) pada KLB campak tahun 2010 adalah 0,233.
Oleh karena penyakit campak ini adalah salah satu penyakit yang
menyebabakan kematian tertinggi pada anak, maka sebagai seorang perawat
kita juga harus dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ii

1
penderita campak. Bagi masyarakat yang belum terjangkit penyakit campak
juga bisa diberikan edukasi untuk mendapatkan imunisasi campak.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana definisi campak?
2) Apa saja klasifikasi dari campak?
3) Apa saja etiologi dari campak?
4) Bagaimana patofisiologi dari campak?
5) Bagaimana penatalaksanaan pada campak?
6) Apa saja pemeriksaan diagnostik pada campak?
7) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien campak?

C. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan dan memahami definisi Campak
2) Menjelaskan dan memahami klasifikasi Campak
3) Menjelaskan dan memahami etiologi Campak
4) Menjelaskan dan memahami patofisiologi Campak
5) Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan Campak
6) Menjelaskan dan memahami pemeriksaan diagnostik Campak
7) Menjelaskan, memahami dan mempraktekkan asuhan keperawatan pada
klien dengan Campak pada anak.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan
rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut
dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama
mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit
infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral,
stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi,2
yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai
enanthem spesifik (Koplik's spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh.
Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media,
eksaserbasi dan kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada
anak dengan malnutrisi terutama di negara berkembang. Terapi untuk
campak dan komplikasinya menyedot banyak sumber daya medis di
sebagian besar Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Campak adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus rubeola
(campak) dan merupakan penyakit yang sangat menular yang biasanya
menyerang anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan batuk, korisa, demam
dan ruam makulopapular yang timbul beberapa hari sesudah gejala awal.
B. Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang
sama dengan virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus). (Halim, 2016)
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai
RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus
campak memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin)
berperan penting dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F
(Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M

3
(Matrix) dipermukaan dalam lapisan pelindung virus berperan penting
dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large),
NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P
berperan dalam aktivitas polymerase RNA Virus, sedangkan protein NP
berperan sebagai struktur protein nucleocapsid. Karena virus campak
dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan
yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga
dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar
ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka
hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2 jam. (Halim,
2016)
C. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Penampakan
awal penyakit berupa malaise, iritabilitas, temperatur setinggi 40,6 °C.
Konjungtivitas dengan lakrimasi berlebih, edema kelopak mata dan
fotofobia, serta batuk keras yang cukup berat. Masa penularan : 2 hari
sebelum gejala prodromal sampai 4 hari timbulnya erupsi. Cara penularan
melalui droplet.
Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:
1. Stadium prodromal
Berlangsung kira-kira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam
yang dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain demam, dapat timbul
gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa
rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk. Gejala-gejala
saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata
berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik
berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots yang
muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk tidak
teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan noda
putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang
lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat
pemeriksaan klinis.
2. Stadium eksantem
Timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang
dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke
wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas
4
bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya
memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam.
Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya
mengindikasikan adanya komplikasi.
3. Stadium penyembuhan (konvalesens)
Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan
pola timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi
kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.

D. Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal
dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan
melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi
dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah
penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem
retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga
terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7
infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan
saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14, virus ada di darah,
saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian
virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag (Tabel 1).
Tabel 1. Patogenesis Infeksi Campak (Halim, 2016)
Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup
dan melekat pada permukaan epitel
5
nasofaring ataupun konjungtiva.
Infeksi terjadi di sel epitel dan virus
bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan
limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel
saluran napas, virus melekat pertama
kali, juga di sistem retikuloendotelial
regional dan kemudian menyebar
5-7 Viremia sekunder
7-11 Timbul gejala infeksi di kulit dan
saluran napas
11-14 Virus terdapat di darah, saluran
napas, kulit, dan organ-organ tubuh
lain.
15-17 Viremia berkurang dan menghilang.

E. Penatalaksanaan
Anies (21:1997) mengemukakan bahwa beberapa hal penting dalam
perawatan penyakit campak pada anak-anak anatar lain : istirahat di
tempat tidur, memperhatikan makanan dan minumannya, perawatan mata
dan hidung. Serangan penyakit ini dapat diperpendek dengan banyak
beristirahat selama beberapa hari di tempat tidur, terutama bila serangan
penyakit cukup hebat, artinya bintik-bintik sangat merah dan suhu badan
tinggi.
Menurut Wong (663:2003) pertimbangan perawatan pada penderita
campak adalah :
1. Isolasi sampai ruam hari ke-5, bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan
pernapasan.
2. Pertahankan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.
3. Batuk, lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan petroleum, anjurkan
untuk mengonsumsi cairan dan makanan yang halus dan lembut.
4. Perawatan kulit, jaga agar kulit tetap bersih, gunakan mandi air hangat bila
perlu
F. Web of Caution
Mengendap Saluran cerna
Paramyxoviridae pada organ
morbili virus 7
Hiperplasi
Epitel jaringan limfoid
Kulit
Masuk saluran nafas saluran
Iritasi mukosa usus
Ditangkap oleh Poliferasi sel endotel Fungsi
makrofag kapiler dalam silia
korium Sekresi

Menyebar ke kelenjar
Sekret
limfa regional Eksudasi serum / Peristaltik
eritrosit dalam
epidermis Reflek
Mengalami replikasi Diare
batuk

Ruam
Virus dilepas ke Dehidrasi
Ketidak
dalam aliran darah
efektifan
(viremia primer)
bersihan Ketidak
Gangguan jalan nafas seimbangan
integritas kulit
Virus sampai RES cairan dan
elektrolit

Replikasi kembali Set poin meningkat

Virus sampai ke Histamin Peningkatan suhu tubuh


multiple tissue site
(viremia sekunder)
Gatal (nyeri Hipertermi
ringan)
Reaksi radang
Nafsu makan
Gangguan
Pengeluaran mediator rasa
kimia nyaman Intake nutrisi

Ketidak seimbangan
Mempengaruhi
nutrisi kurang dari
termostat dalam
kebutuhan tubuh
hipotalamus
12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan Umum
Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas
Biasanya meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14
th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi,
jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register,
tanggal masuk rumah sakit.
2. Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum
durum dan palatum mole.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan
pernah kontak dengan pasien campak.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
6. Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari. Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan
berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
13
Status Gizi 
Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gizi buruk kurang dari 60%
2. Gizi kurang 60 % - <80 %
3. Gizi baik 80 % - 110 %
B. Riwayat tumbuh kembang anak
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun  yaitu umur ( tahun ) x 2 +
8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun
16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata –
rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun
yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra
sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan
 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak
dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak
peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang
ketrampilan motorik dan bahasanya.
 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase
oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
 Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
14
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.
2. Kepala dan leher
a. Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
b. Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
3. Mulut
a. Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan
pada mulut dan traktus digestivus.
4. Toraks
a. Inspeksi :
Biasanya Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit
secara klinis menyerupai influenza.
b. Auskultasi :
Biasanya Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5. Abdomen
a. Inspeksi :
Biasanya Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
b. Auskultasi
Biasanya Bising usus.
15
c. Perkusi
Biasanya Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda
abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
6. Kulit
a. Inspeksi :
Biasanya Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
b. Palpasi :
Biasanya Turgor kulit menurun

Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif : Virus sampai ke multiple Hipertermi
- Pasien mengeluh tissue site (viremia
pusing sekunder)
- Pasien mengeluh
panas
Reaksi radang
Data Objektif :
- Suhu tubuh
Pengeluaran mediator
meningkat
kimia
- Pasien tampak
gelisah
Mempengaruhi termostat
- Mukosa mulut
dalam hipotalamus
kering
- Keringat berlebihan
Set poin meningkat
- Frekuensi
pernafasan
Peningkatan suhu tubuh
meningkat
- Kejang
Hipertermi
- Takikardi
- Kulit terasa panas

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif: Virus dilepas ke dalam Ketidak 16
efektifan
- Pasien mengeluh aliran darah (viremia bersihan jalan napas
hidung mampet primer)
- Pasien mengeluh
susah napas Mengendap pada organ
Data Objektif:
- Didapatkan suara Menurunya Fungsi silia
ronkie pada saata
auskultasi Peningkatan Sekret
- Terlihat sekret
berlebih Reflek batuk

Ketidak efektifan
bersihan jalan napas

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif : Virus dilepas ke dalam Kekurangan volume
- Pasien mengeluh aliran darah (viremia cairan dan elektrolit
haus primer)
- Pasien mengeluh
lemas Mengendap pada organ
- Pasien mengeluh
mencret Saluran cerna
- Pasien mengeluh
muntah Hiperplasi jaringan
Data Objektif : limfoid
- Turgor kulit jelek
- Perubahan Iritasi mukosa usus
produksi urine
- Penurunan Sekresi meningkat
pengisian vena
(capillary refill ) Peristaltik meningkat
17
- Volume dan
tekanan nadi Diare
menurun
- Denyut nadi Dehidrasi
meningkat
- Demam Kekurangan volume
- Kulit kering cairan dan elektrolit
- Bibir kering
- Mata cekung
- Akral dingin

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif: Hipertermi Ketidak seimbangan
- Pasien mengatakan nutrisi kurang dari
mual Nafsu makan menurun kebutuhan tubuh
- Pasien mengatakan
tidak napsu makan Intake nutrisi menurun
Data Objektif:
- Mukosa mulut Ketidak seimbangan
kering nutrisi kurang dari
- Konjungtiva dan kebutuhan tubuh
selaput lendir pucat
- Terdapat bercak
merah pada mukosa
mulut

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif: - Virus dilepas ke dalam Gangguan integritas kulit
Data Objektif: aliran darah (viremia
- Ruam pada kulit primer)

Mengendap pada organ


kulit
18

Poliferasi sel endotel


kapiler dalam korium
Ruam

Gangguuan integritas
kulit

Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses inflamasi dan infeksi virus campak
2. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret pada
nasofaring
3. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d dehidrasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d demam, nafsu
makan menurun
5. Gangguan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.

Intervensi
Diagnosa: Hipertermi b.d proses inflamasi dan infeksi virus campak
NOC NIC
- Termoragulasi 1. Pastikan jalan napas paten
Kriteria Hasil : 2. Pantau tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh dalam keadaan normal 3. Berikan oksigen, yang diperlukan
36,5oC – 37,50C 4. Hentikan aktivitas fisik
2. Nadi, RR dalam keadaan normal 5. Kendurkan pakaian pasien
Kolaborasi:
6. Berikan obat antipiretik sesuai
dengan advice dokter

Diagnosa: Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret pada
nasofaring 19
NOC NIC
Respiratory status : Airway patency Respiratory management :
1. Tingkat pernapasan (5) 1. Memantau kecepatan, irama,
2. irama pernapasan (5) kedalaman, dan upaya pernapasan
3. Kedalaman inspirasi (5) 2. Lakukan auskultasi bunyi nafas,
4. Kemampuan untuk membersihkan 3. Catatan onset, karakteristik, dan
sekret (5) durasi batuk
5. Tersedak (5) 4. Memonitor sekresi pernapasan
6. Batuk (5) pasien
Airway management :
5. Lakukan terapi fisik dada, yang
sesuai
6. Hilangkan sekresi dengan
mendorong batuk atau pengisapan
7. Mengatur asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
8. Posisi semi fowler untuk
mengurangi dyspnea
9. Pantau pernapasan dan status
oksigenasi, yang sesuai

Diagnosa: Kekurangan volume cairan b.d dehidrasi


NOC NIC
Fluid Blance Fluid/Electrolyte management
1. Tekanan darah (5) 1. Pantau adanya tanda dan gejala
2. Keseimbangan intake dan output memburuk overhydration atau
(5) dehidrasi
3. Berat badan Stabil (5) 2. Pantau adanya tanda dan gejala
4. Turgor kulit (5) retensi cairan
5. Membran mukosa lembab (5) 3. Pantau adanya manifestasi dari
ketidakseimbangan elektrolit 20

4. Memberikan resep diet yang tepat


untuk cairan tertentu atau elektrolit
ketidakseimbangan (misalnya,
rendah sodium, cairan-dibatasi,
ginjal, dan tidak menambahkan
garam)
5. Memantau efek samping (misalnya,
mual, muntah, diare) dari
resep elektrolit tambahan
6. Konsultasikan dengan dokter jika
tanda-tanda dan gejala cairan dan /
atau elektrolit ketidakseimbangan
menetap atau memburuk
Fluid management :
7. Memantau status hidrasi (misalnya,
membran mukosa lembab,
kecukupan pulsa, dan tekanan darah
ortostatik), yang sesuai
8. Memantau intake dan output cairan

Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d demam,


napsu makan menurun
NOC NIC
Nutritional status Nutrititional Management :
1. Asupan gizi (5) 1. Menentukan status gizi pasien dan
2. Intake makanan (5) kemampuan untuk memenuhi gizi
3. Intake cairan (5) kebutuhan
Nutritional status : energy 2. Mengidentifikasi alergi makanan
4. Pertumbuhan (anak-anak) (5) pasien atau intoleransi
3. Menentukan preferensi makanan pasien
4. Anjurkan keluarga pasien tentang
kebutuhan nutrisi 21 ,
(yaitu
mendiskusikan diet
pedoman dan gizi seimbang)
5. Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
6. Memberikan lingkungan yang optimal
untuk konsumsi makan (mis, bersih,
berventilasi, santai, dan bebas dari bau
yang kuat)
7. Dorong keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara di
rumah sakit atau fasilitas perawatan,
yang sesuai
8. Monitor berat badan pasien

Diagnosa : Gangguan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.


NOC NIC
Tissue integrity : skin & mucous 1. Pantau tanda-tanda infeksi
membranes 2. Dorong klien untuk menghindari
Kriteria hasil : menggaruk dan menepuk kulit
1. Suhu kulit (5) 3. Menawarkan alternatif untuk menggaruk
2. Elastisitas (5) (misalnya, udara dingin dari hair dryer)
3. Keringat (5) 4. Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet,
4. Tekstur (5) warna dan suhu, kelembaban dan
5. Perfusi jaringan (5) kekeringan yang berlebih, area kemerahan
6. Integritas kulit (5) dan rusak.
7. Mandikan dengan air hangat dan sabun
ringan
8. Balikkan atau ubah posisi dengan sering
9. Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan
tentang tanda kerusakan kulit, jika
diperlukan. 22
BAB IV

PENUTUP
B. Kesimpulan
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola
(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama
masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles
dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai
oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2010).
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama
dengan virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus). Campak
merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan oleh virus campak
yang ditularkan melalui perantara droplet. Manifestasi klinis berupa demam,
batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam seluruh tubuh. Tatalaksana umumnya
suportif disertai pemberian vitamin A sesuai usia penderita. Pencegahan
dilakukan dengan imunisasi vaksin campak ataupun vaksin MMR (Halim,
2016).

32
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 1997. Mengatasi Gangguan Kesehatan pada Anak-Anak. Jakarta: PT Alex


Media Komputindo Kelompok Gramedia
Bulechek, Gloria M., et. al. 2013. Nursing Interventions Clssification (NIC) 6th
Edition. USA: Mosby Elsevier
Cave, S. 2003. Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Anak. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Halim, R. G. (2016). Campak pada Anak. CDK-238, Vol.43 No.3.
Herdman, T.H. &  Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses : Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.
Newell, S.J. 2003. Pediatrika Edisi 7. Jakarta: Erlangga
Rampengan, T.H dan Laurentz, I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Jakarta: EGC.
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition:
Measurement of Health Outcomes. USA: Elsevier
Wong, D.L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
33

Anda mungkin juga menyukai