PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2, 9, 13
Campak atau measles atau rubeola adalah penyakit virus gawat dan
mudah menular yang menyebabkan suhu badan tinggi, ingusan, batuk dan
mata merah , diikuti dengan ruam. Penyakit campak bersifat endemik di
seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700 kematian yang disebabkan
oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16
kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun.
Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak
kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai
12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus.
Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD.
Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok
umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383
kasus). Campak kadang-kadang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya
seperti radang paru-paru. Kira-kira satu orang dari 1.000 yang terkena campak
akan menderita radang otak. Dari setiap 10 anak yang terkena infeksi seperti
ini akan meninggal dunia dan banyak akan menderita cacat otak permanen.
Campak dapat ditularkan melalui batuk dan bersin dari seorang penderita
sebelum orang tadi menyadari bahwa dia sakit.
Gondong atau mumps atau dalam istilah kedokteran disebut parotitis
mempunyai gejala suhu badan tinggi, sakit kepala dan radang kelenjar ludah.
Insidens penyakit parotitis telah jauh menurun dibandingkan dengan periode
sebelum tahun 1967. Di Amerika Serikat data yang dilaporkan oleh CDC
(Centre of Disease Control) yang terakhir, hanya menyebutkan 1692 kasus
pada tahun 1993. Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta penderita
parotitis yang berobat di unit rawat jalan sejak tahun 1994 - 1998 adalah
sebanyak 61 kasus. Kira-kira satu dari 5000 anak akan menderita radang
otak. Penyakit ini dapat menyebabkan tuli permanen. Kira-kira satu dari lima
laki-laki remaja atau dewasa yang menderita gondong akan menderita radang
dan bengkak buah pelir. Laki-laki dengan kondisi ini biasanya sembuh tuntas,
tetapi pada keadaan yang jarang ini dapat menyebabkan kemandulan.
Gondong dapat ditularkan melalui batuk dan bersin dari seorang penderita
sebelum orang tadi menyadari bahwa dia sakit.
Rubella atau campak Jerman, ini penyakit anak yang ringan tetapi juga
dapat menular pada remaja dan orang dewasa. Penyakit ini menyebabkan
kelenjar bengkak, nyeri sendi dan ruam pada wajah dan leher yang
berlangsung dua sampai tiga hari. Kesembuhan selalu cepat dan tuntas. Pada
populasi yang belum divaksinasi, rubella umumnya timbul pada musim semi
dengan epidemi yang timbul dengan siklus siklus setiap 6-9 tahun sekali.
Diperkirakan ditemukan 20 kasus rubella ditemukan setiap tahunnya di
Amerika Serikat. Rubella sangat berbahaya apabila seorang wanita yang
terkenanya dalam 20 minggu pertama kehamilan. Ini dapat menyebabkan
kelainan serius pada bayi yang dilahirkan. Rubella dapat ditularkan melalui
batuk dan bersin dari seorang penderita sebelum orang tadi menyadari bahwa
dia sakit. Rubella sangat mudah menular dan cara paling baik untuk
melindungi ibu yang sedang mengandung dan bayinya ialah memastikan
wanita tadi diimunasi sebelum mengandung (kehamilan supaya dihindari
selama satu bulan sesudah imunasi).
Pencegahan dari ketiga penyakit diatas dapat dilakukan dengan
memberikan imunisasi MMR (Mumps, Measles, Rubella). Namun, banyak
beredar kabar bahwa vaksin MMR dapat menyebabkan autisme pada anak.
Salah satu alasan utama adanya perhatian dari masyarakat terhadap kejadian
ini adalah sejalan dengan semakin luasnya pemakaian vaksin MMR dan
sejalan dengan peningkatan terjadinya prevalensi autisme.Konsekuensi dari
kejadian ini adalah banyak di antara orang tua yang ragu untuk memberikan
vaksin MMR pada anaknya sehingga risiko untuk mendapatkan penyakit
akan besar dan kemungkinan untuk eradikasi penyakit menjadi terlambat.
Sedangkan di Indonesia sendiri belum ada data yang membuktikan
mengenai hubungan antara vaksin MMR dengan kejadian autisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gondong
1. Batasan 1,8
Penyakit gondong adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus (Paramyxovirus) dan menyerang jaringan kelenjar dan saraf.
Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling
sering. Kejadian parotitis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi.
Insidens parotitis tertinggi pada anak-anak berusia antara 4-6 tahun. Onset
penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah
sekitar kelenjar parotis. Masa inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu.
Gejala lainnya berupa demam, malaise, mialgia, serta sakit kepala.
2. Patofisiologi 1
Virus penyebab gondongan dapat menyebar melalui kontak langsung
dengan percikan ludah, bahan muntah dan urine. Virus masuk ke dalam
tubuh melalui hidung atau mulut. Virus memperbanyak diri di saluran
napas atas dan menyebar ke kelenjar getah bening lokal. Masa ini dikenal
dengan masa inkubasi dan berlangsung selama 12-25 hari. Kemudian virus
akan menyebar ke seluruh tubuh dengan lokasi yang dituju adalah kelenjar
parotis, ovarium (indung telur) pada wanita atau testis (buah zakar) pada
laki-laki, pankreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.
3. Gejala klinis 1
kembali
normal
sebelum
pembengkakan
kelenjar
hilang.
4. Diagnosis 1
Diagnosis penyakit parotitis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan tidak
memerlukan pemeriksaan laboratorium, kecuali gejala klinis yang muncul
tidak klasik untuk parotitis.
5. Diagnosis banding 4
a. Difteri berat/bullneck
b. Tetanus karena trismusnya
c. Salivary calculus
6. Komplikasi 4
5
a. Meningitis
b. Ensefalitis
c. Orkitis
7. Penatalaksanaan 1
Parotitis merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri. Pengobatan
yang diberikan hanya untuk mengurangi gejalanya saja yaitu parasetamol
untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan demam. Pengobatan dengan
anti virus sampai saat ini masih belum terbukti dapat bermanfaat, begitu
pula dengan obat imunomodulator yang bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh. Pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat dapat
membantu mempercepat penyembuhan.
8. Pencegahan 1
Penderita penyakit gondongan masih dapat menjadi sumber penularan
sampai 10-14 hari setelah keluhan bengkak ditemukan. Sebaiknya selama
periode tersebut, penderita dianjurkan untuk tidak masuk sekolah atau
melakukan aktifitas di keramaian. Untuk mencegah penularan gondongan
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan, mulai dari cuci tangan,
mencuci bersih peralatan makan atau mainan atau benda lain yang sering
disentuh. Pencegahan adalah solusi terbaik supaya terhindar dari penyakit
ini. Cara pencegahan terbaik untuk parotitis adalah dengan imunisasi
MMR (mumps, measles, rubella) yang merupakan bagian dari jadwal
imunisasi rutin rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2011.
Vaksin ini merupakan kombinasi dengan vaksin measles (campak) dan
rubella (campak Jerman). Diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 15
bulan dan kemudian usia 5-6 tahun
B. Campak 5
1. Batasan
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai
lebih kurang 4 hari setelah muncul ruam. Infeksi ini disebarkan lewat
udara (airborne).
2. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara,
menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul terjadinya viremia kedua setelah 5-7 hari
dari infeksi awal. Giant cells dan proses keradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronkial paru, juga terdapat edema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah
(3C : coryza, cough and conjunctivitis) dan demam yang makin lama
makin tinggi.
Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari
ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber
infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat
berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala
klinik
ensefalitis.
Setelah
masa
konvalesen
pada
panas
turun,
4. Diagnosis
a. Anamnesis
Demam tinggi terus-menerus 38,5 atau lebih disertai batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti dengan diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam
kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula.
Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul,
batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak
nafas atau dehidrasi.
b. Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga
stadium :
1) Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam
yang diikuti batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis
dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbul yaituenantema
pada mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.
2) Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular
yang bertahan selama 5-6 hari. Timbul ruam dimulai dari batas
batas rambut dan dahi, di belakang telinga kemudian menyebar ke
wajah, leher dan akhirnya ke bagian ekstremitas.
3) Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit
menjadi kehitaman dan mengelupas yang menghilang setelah 1-2
minggu.
Sangat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk
mewaspadai timbulnya komplikasi. Gizi buruk merupakan salah satu
resiko untuk terjadinya komplikasi berat.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabial ada
komplikasi infeksi bakteri
b) Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
2) Pemeriksaan untuk komplikasi
a) Ensefalopati/ensefalitis
dilakukan
pemeriksaan
cairan
6. Komplikasi
a. Campak menjadi bera pada pasien dengan gizi buruk dan pada anak
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
10
Kortikosteroid
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan
11
ancaman serius untuk janin bila ibu mendapatkan infeksi pada masa
kehamilan.
Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang
dewasa. Virus ini menular lewat udara. Rubella juga biasanya ditularkan
oleh ibu kepada bayinya dan bayi yang terkena virus rubella selama di
dalam kandungan beresiko mengalami cacat.
2. Epidemologi
Sebelum dilakukan vaksinansi terhadap rubella tahun 1969, pandemik
rubella terjadi setiap 6-9 tahun yang puncaknya terjadi saat musim semi.
Sejak tahun 1969 ketika vaksin untuk rubella dilakukan dan anak-anak
secara rutin divaksinasi, tindakan
tersebut membantu
mencegah
penyebaran penyakit ke ibu hamil yang rentan. Manusia adalah satusatunya inang dari virus rubella, yang disebabkan baik melalui oral droplet
atau transplasental kepada janin, yang menyebabkan infeksi kongenital.
3. Patofisiologi
Infeksi terjadi melalui mukosa saluran pernapasan bagian atas.
Hanya sedikit yang diketahui mengenai peristiwa yang terjadi selama
minggu ke-2 hingga ke-3 masa inkubasi. Replikasi virus mula-mula
mungkin
terjadi
dalam
saluran
pernapasan,
diikuti
dengan
dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya
erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian
menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.
Ruam pada rubella biasanya bertahan selama 3 hari. Kelenjar getah
bening akan tetap bengkak selama 1 minggu atau lebih dan nyeri sendi
dapat bertahan lebih dari 2 minggu. Waktu inkubasi rubella adalah 14-23
hari dengan rata-rata 16-18 hari, artinya mungkin seseorang anak yang
terinfeksi rubella baru menunjukkan gejalanya setelah 2-3 minggu
kemudian.
Bagan 1. Patofisiologi Rubella.
4. Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang dapat dijadikan pedoman anak terserang infeksi
rubella adalah:
a. Demam diatas 38oC
b. Pembengkakan pada kelenjar getah bening
c. Hidung tersumbat atau pilek, batuk. Pada fase prodromal terjadi
inflamasi ringan mukosa mulut atau hidung sehingga menyebabkan
meningkatnya aliran mukus di daerah tersebut.
13
d. Sakit tenggorokan
e. Sakit pada persendian
f. Sakit kepala
g. Ruam pungtata dan ruam makulopapuler yang diawali pada wajah
dengan cepat menyebar ke punggung dan kemudian lengan dan kaki
dan seluruh tubuh
h. Hilang nafsu makan
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Biasanya anak dibawa oleh keluarganya dengan keluhan demam
tinggi, adanya benjolan di leher, muncul bintik merah ditubuhnya,
sakit tenggorokan, sakit persendian, batuk dan pilek.
b. Pemeriksaan fisik
1) Suhu >38C
2) Pembesaran KGB atau limfadenopati di retroaurikuler, cervical
posterior dan post occipital
3) Ruam pungtata (bukit) dan ruam makulopapuler (pulau) yang
diawali pada wajah dengan cepat menyebar ke punggung dan
kemudian lengan dan kaki dan seluruh tubuh
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan serologis
2) Memantau filter IgM/IgG dengan mikro elisa
3) Hemmagglutinasi pasif
6. Diagnosis Banding
1. Campak
Meskipun secara klinis rubella mirip dengan campak pada umumnya,
namun sebenarnya penyakit ini sangat berbeda.Bila penyakit campak
tergolong penyakit infeksi saluran napas,dimana virus ini hanya
14
(ukuran
kepala
kecil)
disertai
dengan
kelambatan
15
2. Indikasi
Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada riwayat infeksi campak,
gondongan, rubella atau imunisasi campak. Tidak ada efek imunisasi yang
16
17
19
1%
pada anak
20
Orang tua harus dijelaskan tentang kemungkinan gejala yang dapat timbul
dan diberikan petunjuk untuk mengurangi demam dengan penggunaan
antipirerik seperti parasetamol pada masa 5-12 hari setelah imunisasi.
7. Hubungan vaksinasi MMR dengan kejadian autisme
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara vaksin MMR dengan kejadian autisme. Meskipun
demikian
WHO
memperingatkan
bahwa
kesimpulan
ini
tidak
21
22
.
BAB III
KESIMPULAN
Gondong, Campak dan Rubella dapat dicegah dengan vaksinasi MMR.
Vaksin MMR merupakan vaksin live attenuated yang dibuat dari virus
atau bakteri liar penyebab penyakit. Mikroorganisme vaksin yang
dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh (replikasi) dan
menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit. Vaksin
MMR diberikan pada umur 15-18 bulan, dosis satu kali 0.5 ml subkutan
dalam atau intramuskular. Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun
atau 12-18 tahun. Vaksin MMR diberikan minimal 1 bulan setelah
penyuntikan dengan kuman atau virus hidup lain. Pemberian vaksin
MMR akan menurunkan risiko kejadian penyakit gondongan, campak,
dan
rubella
serta
komplikasi
yang
dapat
ditimbulkannya
Perlu
DAFTAR PUSTAKA
23
24