DAFTAR ISI
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEJASIN PELAIHARI
NOMOR : 440/ SK- 74/ RSUD HB/ VIII/ 2022
TENTANG
Mengingat :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Ditetapkan di Pelaihari
pada tanggal 1 Agustus 2022
DIREKTUR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada tim
penyusun. Sehingga buku Pedoman Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Limbahnya di Instalasi Sanitasi
RSUD Hadji Boejasin Pelaihari dapat diselesaikan.
Buku Pedoman Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Limbahnya di Instalasi Sanitasi ini merupakan
Pedoman bagi pihak yang ada kaitannya dengan Instalasi Sanitasi RSUD Hadji Boejasin, dalam tata cara
pelaksanaan Instalasi Sanitasi.
Tidak lupa tim penyusun menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak
dalam membuat buku Pedoman Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Limbahnya di Instalasi Sanitasi.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Cover
Lampiran Keputusan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I DEFINISI .................................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................. 2
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................... 3
BAB IV DOKUMENTASI ..................................................................................... 20
Lampiran
BAB I
DEFINISI
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya;
2. Limbah adalah sisa suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa
suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang mengandung B3.
4. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3. Dalam hal ini yang dapat dilakukan di
RS adalah mengadakan, menerima, menyimpan, dan menggunakan B3;
5. Penyimpanan B3 adalah Teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan
kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan
manusia, dan makhluk lainnya.
6. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/ atau menghilangkan sifat
bahaya dan/ atau sifat racun.
7. Penghasil Limbah B3 adalah setiap orang yang karena Usaha dan/atau Kegiatannya
menghasilkan Limbah B3.
8. Pengumpul Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pengumpulan
Limbah B3 sebelum dikirim ke tempat Pengolahan Limbah B3, Pemanfaatan Limbah B3,
dan/atau Penimbunan Limbah B3.
9. Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan
Limbah B3.
10. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.
11. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
12. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
13. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
14. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi,
dan pembuatan obat citotoksik.
15. Simbol Limbah B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik Limbah B3.
16. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk tulisan yang
berisi informasi mengenai penghasil limbah B3, alamat penghasil pimbah B3. waktu
pengemasan, jumlah, dan karakteristik limbah B3.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbahnya di RSUD
Hadji Boejasin meliputi :
Simbol ini menunjukkan suatu bahaya yang pada suhu dan tekanan standar (25°C,
760 mmHg) dapat meledak dan menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi kimia
dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan disekitarnya.
b) Pengoksidasi ( Oxidizing )
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau
menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama bahan
bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara.
c) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), sangat mudah
menyala (highly flammable) dan mudah menyala (flammable)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Terbakar karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
b. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api;
c. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
d. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang
berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab;
e. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0° C dan titik didih
lebih rendah atau sama dengan 35° C;
f. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0° C – 21° C
g. Cairan yang mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan atau pada
titik nyala (flashpoint) tidak lebih dari 60° C (140°F) akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada
tekanan udara 760mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode
“Close-up Test”
h. Padatan yang pada temperature dan tekanan standar (25°C dan 760
mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam
10 detik. Padatan yang hasil pengujiannya “Seta Closed Flash Point Test”
nya menunjukan titik nyala kurang dari 40°C.
i. Aerosol yang mudah menyala.
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
4
Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit
yang cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit
atau mulut.Penentuan tingkat sifat racun ini didasarkan atas uji LD 50
(amat sangat beracun, sangat beracun dan beracun); dan/atau
Sifat bahaya toksisitas akut.
e) Berbahaya (harmful)
Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun
gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
f) Korosif (corrosive)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Menyebabkan iritasi (terbakar)
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan
laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 C; dan/atau
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.
5
g) Iritasi (irritant)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau
terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi
atau peradangan;
Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal
dapat menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing;
Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit;
dan/atau Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi
serius pada mata.
Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya
terhadap lingkungan Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian
pada ikan atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat
ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon),
persistent di lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated Biphenyls.
6
i) Karsinogenik (carsinogenic), Teratogenis (Teratogenic), dan Mutagenik
(mutagenic)
Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang
dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:
a. Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
b. Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio;
c. Mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genetica;
d. Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio;
e. Mutagenik yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genética;
f. Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
g. Toksisitas terhadap sistem reproduksi atau gangguan saluran pernafasan.
Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan
tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan atau terkena panas atau pecah
dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.
7
distributor wajib menyertakan lembar data keselamatan bahan (Material
Safety Data Sheet-MSDS).
2. Penerimaan B3
a. Memeriksa wadah dan pengemas. Kemasan yang diterima harus dalam
bentuk asli dan dalam keadaan utuh serta mencantumkan:
1) Nama sediaan atau nama barang
2) Isi/ bobot netto
3) Komposisi isinya dalam nama kimia
4) Nomor registrasi
5) Petunjuk cara penggunaan
6) Petunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya
7) Tanda peringatan lainnya
8) Nama dan alamat pabrik yang memproduksi
9) Cara pertolongan pertama akibat bahan berbahaya.
3. Penyimpanan B3
Menyimpan bahan berbahaya sesuai dengan keterangan pada pengemas,
misalnya:
a. Harus terpisah dari bahan makanan, bahan pakaian dan bahan lainnya.
b. Tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya satu dengan yang
lain.
c. Bahan yang mudah meledak dijauhkan dari bangunan yang menyimpan
oli, gemuk, dan api yang menyala.
d. Bahan yang mudah mengoksidasi harus disimpan di tempat yang sejuk
dan mendapat pertukaran udara yang baik.
e. Bahan yang mudah menyala (terbakar) harus disimpan di tempat terpisah
dari tempat penyimpanan perbekalan farmasi lain, mudah dilokalisir bila
terjadi kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi dengan pemadan api.
f. Bahan beracun harus disimpan di tempat yang sejuk, mendapat
pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari langsung dan jauh
dari sumber panas.
g. Bahan korosif (bisa juga untuk bahan irritant) harus disimpan di tempat
yang dilengkapi dengan sumber air untuk mandi dan mencuci.
h. Penyimpanan terpisah berdasarkan klasifikasi, ditempatkan pada lokasi
yang aman dan baik dan dilengkapi dengan sistem tanggap darurat dan
prosedur penanganan B3.
8
4. Penanganan B3
a. Bekerja dengan bahan berbahaya dan beracun harus sesuai prosedur
masing-masing bahan berbahaya dan beracun.
b. Ventilasi yang benar dan pengadaan exhaust fan akan mengurangi
petugas dari paparan kontaminan yang ada di udara.
c. Petugas yang bekerja dengan bahan berbahaya dan beracun harus
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja sesuai yang
tercantum di Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan berbahaya dan
beracun. Menghindari paparan B3 dengan menggunakan Alat pelindung
Diri yang sesuai. Mencegah cedera mata dengan alat pelindung mata,
menghindari penghirupan bahan kimia berbahaya dengan menggunakan
masker, meminimalkan kontak kulit dengan mengenakan sarung tangan
dan sepatu boat kapan pun menangani B3.
d. Gunakan bahan berbahaya dan beracun secukupnya, jangan berlebihan
yang menyebabkan bahan bersisa.
e. Petugas yang bekerja dengan bahan berbahaya dan beracun harus
ditraining tentang bahan berbahaya dan beracun dan penggunaan
MSDS.
f. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah menjaga perilaku pribadi saat
bekerja dengan menghindari mengganggu atau mengejutkan pegawai
lain, tidak membiarkan lelucon praktis, keributan, atau kegaduhan
berlebih terjadi kapan pun, ataupun bahan B3 hanya dipergunakan
untuk tujuan yang dimaksudkan.
g. Menghindari makan, minum, merokok, mengunyah permen karet,
menggunakan kosmetik, dan meminum obat di tempat bahan kimia
berbahaya digunakan. Menyimpan makanan, minuman, cangkir, dan
peralatan makan dan minum lainnya di tempat bahan kimia ditangani
atau disimpan, ataupun mengecap bahan kimia.
h. Mencuci tangan dengan sabun dan air segera setelah bekerja dengan
bahan kimia apa pun, meski sudah mengenakan sarung tangan.
9
b. Bila terjadi tertelan B3 sedapat mungkin dirangsang untuk
muntah bila kondisi pasien sadar, setelah itu pasien dapat pula
minum susu ataupun air 2-4 gelas.
c. Bila terhirup, lindungi pasien dengan cara memindahkanya ke
tempat dengan udara yang segar dan tidak ada bahan paparan.
Nilai pernafasannya, bila tidak adequate berikan bantuan napas.
Apabila terjadi gagal nafas dapat diberikan bantuan nafas,
ventilator, dan pemberian oksigen.
d. Sesegera mungkin dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
untuk memperoleh pengobatan simtomatik, suportif, atau
apabila terjadi kegawatan dapat segera diatasi. Pelaporan
terjadinya kecelakaan dilakukan dengan mengisi form
kecelakaan B3 dan dilaporkan pada bagian K3 rumah sakit.
10
5. Satuan
6. Sifat B3
7. Label B3
8. Ketersediaan lembar data keselamatan bahan (MSDS)
9. Cara pengemasan
10. Cara penyimpanan
11. Ketersediaan emergency kit.
11
penanganan selanjutnya diperlakukan sebagai limbah B3, serta dilakukan
pencatatan dan pelaporan kepada unit kerja terkait di rumah sakit.
d. Perangkat alat pembersih (spill kit) atau alat metode pembersih lain untuk
limbah B3 harus selalu disiapkan di ruangan sumber dan dilengkapi cara
penggunaan dan data keamanan bahan (MSDS).
e. Pewadahan limbah B3 diruangan sumber sebelum dibawa ke TPS Limbah B3
harus ditempatkan pada tempat/wadah khusus yang kuat dan anti karat dan
kedap air, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, dilengkapi penutup,
dilengkapi dengan simbol B3, dan diletakkan pada tempat yang jauh dari
jangkauan orang umum.
f. Limbah B3 di ruangan sumber yang diserahkan atau diambil petugas limbah
B3 rumah sakit untuk dibawa ke TPS limbah B3, harus dilengkapi dengan
berita acara penyerahan, yang minimal berisi hari dan tanggal penyerahan,
asal limbah (lokasi sumber), jenis limbah B3, bentuk limbah B3, volume
limbah B3 dan cara pewadahan/pengemasan limbah B3.
g. Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS limbah B3 harus
menggunakan kereta angkut khusus berbahan kedap air, mudah dibersihkan,
dilengkapi penutup, tahan karat dan bocor. Pengangkutan limbah tersebut
menggunakan jalur (jalan) khusus yang jauh dari kepadatan orang di ruangan
rumah sakit.
h. Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS dilakukan oleh petugas
yang sudah mendapatkan pelatihan penanganan limbah B3 dan petugas harus
menggunakan pakaian dan alat pelindung diri yang memadai.
12
yaitu, APD (alat pelindung diri), limbah jaringan dari laboratorium, limbah
farmasi, limbah covid dari ruang isolasi, PCR, IGD Post Pantau, OK. Limbah
infeksius yang tidak dapat diolah dengan sterilwave akan dilakukan
pengangkutan dengan pihak ke-3.
2) Limbah Farmasi
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak
memungkinkan dikembalikan, dapat dimusnahkan menggunakan
insinerator atau diolah ke perusahaan pengolahan limbah B3.
3) Limbah Sitotoksis
Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan dilarang dibuang dengan
cara penimbunan (landfill) atau dibuang ke saluran limbah umum.
Pengolahan dilaksanakan dengan cara dikembalikan keperusahaan
atau distributornya, atau dilakukan pengolahan dengan insinerasi.
Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan kedistributor.
Insinerasi pada suhu tinggi 1.000°C s/d 1.200 °C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah
dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
13
Untuk limbah bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut
halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh diolah
dalam mesin insinerator, kecuali insineratornya dilengkapi dengan
alat pembersih gas.
Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia tersebut ke
distributornya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah kimia:
Limbah kimia yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk
menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.
Limbah kimia dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun di atas tanah
karena dapat mencemari air tanah.
Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar ditempatkan dalam
kontainer yang kuat karena sifatnya yang korosif dan mudah
terbakar.
6) Limbah Radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang
terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus
menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus di bidang radiasi.
Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan
radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan.
Petugas proteksi radiasi secara rutin mengukur dan melakukan
pencatatan dosis radiasi limbah radioaktif (limbah radioaktif sumber
terbuka). Setelah memenuhi batas aman (waktu paruh minimal),
diperlakukan sebagai limbah medis
Memiliki instrumen kalibrasi yang tepat untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang ketat akan menjamin
keakuratan dalam melacak limbah radioaktif dalam pengiriman
maupun pengolahannya.
Penanganan limbah radioaktif dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
16
180 (seratus delapan puluh) hari, untuk limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk limbah B3
kategori infeksius sejak limbah B3 dihasilkan.
g) Cara penyimpanan Limbah B3 pada fasilitas penyimpanan Limbah B3 berupa
bangunan sebagaimana dimaksud wajib memenuhi persyaratan :
Rancang bangun sesuai dengan jenis, karakteristik, dan jumlah Limbah
B3 yang disimpan;
Luas ruang penyimpanan sesuai dengan jumlah Limbah B3 yang
disimpan;
Desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan tertutup;
Atap dari bahan yang tidak mudah terbakar;
Memiliki sistem ventilasi untuk sirkulasi udara;
Sistem pencahayaan disesuaikan dengan rancang bangun tempat
Penyimpanan Limbah B3;
Lantai kedap air dan tidak bergelombang;
Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung
tumpahan dengan kemiringan paling tinggi 1% (satu persen);
Lantai bagian luar bangunan dibuat agar air hujan tidak masuk ke dalam
bangunan tempat penyimpanan Limbah B3;
Saluran drainase ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil
pembersihan ceceran atau tumpahan Limbah B3;
Bak penampung tumpahan untuk menampung ceceran, tumpahan
Limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran atau tumpahan
Limbah B3;dan
Dilengkapi dengan simbol Limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
h) Cara penyimpanan Limbah B3 dalam kemasan wajib memenuhi ketentuan
persyaratan sebagaimana dimaksud meliputi :
Menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik yang
dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3;
Mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan;
Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dilakukan penyimpanan, pemindahan, dan/atau pengangkutan; dan
Berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak.
i) Pengemasan Limbah B3 harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan
berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan perubahan keadaan yang
dapat mempengaruhi kualitas Limbah B3 dalam kemasan.
Pengemasan limbah B3 dapat menggunakan kemasan sebagai berikut:
1. Drum;
2. Jumbo Bag;
3. Tangki IBC; dan/atau
4. Kontainer.
17
5) Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan cara:
a) Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila tahap
pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pihak pengolah atau penimbun
limbah B3 dengan pengangkutan menggunakan jasa pengangkutan limbah B3
(transporter limbah B3).
b) Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan dapat
dilakukan pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.
c) Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian kerjasama
secara three parted yang ditandatangani oleh pimpinan dari pihak rumah sakit,
pihak pengangkut limbah B3 dan pengolah atau penimbun limbah B3.
d) Rumah sakit harus memastikan bahwa:
Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3 memiliki
perizinan yang lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Izin yang dimiliki oleh pengolah maupun pengangkut harus
sesuai dengan jenis limbah yang dapat diolah/diangkut.
Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut limbah B3 yang
digunakan pihak pengangkut limbah B3 harus sesuai dengan yang
tercantum dalam perizinan pengangkutan limbah B3 yang dimiliki.
Setiap pengiriman limbah B3 dari rumah sakit ke pihak pengolah atau
penimbun, harus disertakan manifest limbah B3 yang ditandatangani dan
stempel oleh pihak rumah sakit, pihak pengangkut dan pihak
pengolah/penimbun limbah B3 dan diarsip oleh pihak rumah sakit.
Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh pihak pengangkut
limbah B3.
Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai, dilengkapi
simbol limbah B3 dan nama pihak pengangkut limbah B3.
19
BAB IV
DOKUMENTASI
2 Alkohol 70% 1000 Alkohol 70% Cairan Cairan mudah Ada Depo Rawat Inap, Depo Rawat Jalan,
ML terbakar Laboratorium, Gudang
Farmasi, Inst. Sanitasi
3 Spiritus Spiritus Cairan Cairan mudah Ada Laboratorium, Gudang Farmasi, Inst.
terbakar Sanitasi
4 Bayclin Natrium Cairan Cairan mudah Ada Ruang OK, Laundry, Kamar Jenazah,
Hipoklorit terbakar, Gudang Farmasi, Inst. Sanitasi
(NaOCl) Oksidator
5 Asam sitrat 1 Kg Asam sitrat Serbuk Oksidator Ada Ruang Hemodialisa, Gudang Farmasi
anhidrat
6 Hydrogen peroxide H2O2 3 % Cairan Korosif Ada Gudang Farmasi, Depo Rawat Jalan,
800 m Ruang OK, Ruang Bedah,
Klinik THT, IGD
7 Paraformal Tablet Padatan Karsinogenik, Ada Ruang OK, Gudang Farmasi
dehide100 tablet formaldehide 100 Beracun
mg
BENTUK
NO NAMA DAGANG KANDUNGAN SEDIAAN KATEGORI TANDA MSDS LOKASI
8 Aniosym N,N-didecyl-N- Cairan Iritasi Ada Gudang Farmasi, Ruang Rawat
metil poli
(heksametil
ammonium
propionate), Poli
(hemametil en
biguanid)
hidrocloride,
Excipients
9 Surfanios Didecyldimethy Cairan Iritasi Ada Gudang Farmasi, Ruang Rawat,
lammonium Inst. Sanitasi
Chloride dan
Alkylamine
10 E/Care Handscrub Chlorheksidine Cairan Iritasi Ada Gudang Farmasi, Ruang Rawat
gluconate 4% b/v
11 Aseptic gel 500 ml Etanol, Propanol Cairan Iritasi Ada Gudang Farmasi, semua unit layanan
12 Zinc Oxide ZnO Serbuk Iritasi Ada Gudang Farmasi, Depo farmasi
14 Asam benzoat Asam Benzoat Serbuk Iritasi, Ada Gudang Farmasi, Depo farmasi
Kerusaka
n Mata,
Beracun
15 Asam Borat Asam Borat Serbuk Beracun Ada Gudang Farmasi, Depo farmasi
BENTUK
NO NAMA DAGANG KANDUNGAN SEDIAAN KATEGORI TANDA MSDS LOKASI
16 Biosanitizer Hydrogen cairan Iritasi, cairan Ada Gudang Farmasi
Peroxida 6 % mudah terbakar
17 Formalin 10 L Formalin Cair Cairan Karsinogenik, Ada Laboratorium, Ruang OK, gudang
37% Beracun Farmasi, Kamar Jenazah
18 Povidone Iodine 10 Povidone Iodine Cairan Beracun Ada Ruang Rawat, Gudang Farmasi
% 1000 ML
DAFTAR B3
INSTALASI LABORATORIUM
BENTUK KATEGORI TANDA MSDS
NO NAMA DAGANG KANDUNGAN SEDIAAN
1 EA-50 Campuran spiritus, metil alkohol, isopril Cairan Mudah terbakar, Ada
alkohol, eosin_Y dan beracun
2 Eosin Y 1% Campuran spiritus, metil alkohol, isopril Cairan Mudah terbakar, Ada
alkohol, eosin_Y dan beracun
4 Xylol Xylene (isomer campuran) {Benzene, Cairan Iritasi, mudah terbakar Ada
dimetil-}Etilbenzena
{Ethylbenzol; Phenylethane}
3 X-RAY FCR UK 26X36 CM @ Negative film Lembaran film Mudah terbakar Ada
150
4 X-RAY FCR UK 35X43 CM @ Negative film Lembaran film Mudah terbakar Ada
100
9 X-RAY FILM CT SCAN 11 X 17 Negative film Lembaran film Mudah terbakar Ada
(35
X 43 /RO)
DAFTAR B3 INSTALASI SANITASI
2 Sabun Krim Sadium Carbonate, Sodium Padat Korosif dan Iritasi Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
metasilicate pentanydrate, Jalan dan Rawat Inap
Nonylphenol ethoxylate,
Sodium aluminosilicate
3 Handwash Mixture of sodium laureth Cairan Iritasi Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
(sabun cuci sulfate, cocamide MEA Jalan dan Rawat Inap, Semua
tangan) Instalasi, Semua Unit
4 Stella spray Diaminostilbene, disulfonic Cairan Iritasi Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
asam sinonim Jalan dan Rawat Inap, Semua
Instalasi, Semua Unit
5 Cling Clean Citric acid, sulfamic acid, Cairan Korosif Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
(pembersih alcohols, C9-11, ethoxylated Jalan dan Rawat Inap, Semua
kaca) Instalasi, Semua Unit
NO NAMA BENTUK TANDA /
KANDUNGAN KATEGORI MSDS LOKASI
DAGANG SEDIAAN SIMBOL
6 Vixal toilet Hydrochloric acid Cairan Korosif Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
and bathroom Jalan dan Rawat Inap, Semua
cleaner Instalasi, Semua Unit
7 Wipol karbol Soap, NaOH, Pine oil Cairan Iritasi Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
wangi Jalan dan Rawat Inap, Semua
Instalasi, Semua Unit
8 Baygon Propoxur, OSHA, ACGIH Cairan Iritasi, karsinogenik, dan Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
beracun Jalan dan Rawat Inap, Semua
Instalasi, Semua Unit
9 Kapur Barus Naphthalene >98% Padat Iritasi Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
Jalan dan Rawat Inap, Semua
Instalasi, Semua Unit
10 S.O.S Steel IARC, NTP, OSHA carcinogen Cairan Iritasi dan Karsinogenik Ada Inst. Sanitasi, Manajemen, Rawat
Wool Soap list Jalan dan Rawat Inap, Semua
Pads Instalasi, Semua Unit
(pembersih
lantai)
Lampiran 2
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
RAHASIA,
TIDAK
Laporan KNC,KTC,KTD,Sentinel
I. DATA PASIEN
Nama : .....................................................................................( inisial )
No MR : .................................................Ruangan :..................
Umur : …....Bulan …....T ahun
Kelompok Umur* :
□ 0-1 bulan □ > 1 bulan - 1 tahun
□ > 1 tahun - 5 tahun □ > 5 tahun - 15 tahun
□ > 15 tahun - 30 tahun □ > 30 tahun - 65 tahun
□ > 65 tahun
Jenis kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Penanggung biaya pasien :
□ Pribadi □ Asuransi Swasta
□ BPJS □ Lainya ( sebutkan )..............
Tanggal Masuk RS : ...................................................... Jam ............................................
7. Tempat Insiden
□ Lokasi kejadian ............................................................................................. (sebutkan)
(T empat pasien berada)
8. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
□ Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
□ Anak dan Subspesialisasinya
□ Bedah dan Subspesialisasinya
□ Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
□ THT dan Subspesialisasinya
□ Mata dan Subspesialisasinya
□ Saraf dan Subspesialisasinya
□ Anastesi dan Subspesialisasinya
□ Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
□ Jantung dan Subspesialisasinya
□ Paru dan Subspesialisasinya
□ Jiwa dan Subspesialisasinya
□ Lain-lain ................................................................................................... (sebutkan)
9. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
□ Unit kerja penyebab .................................................................... (sebutkan)
10.Akibat Insiden T erhadap Pasien* :
□ Kematian
□ Cedera Irreversibel / Cedera Berat
□ Cedera Reversibel / Cedera Sedang
□ Cedera Ringan
□ Tidak ada cedera
11.Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
12.Tindakan dilakukan oleh* :
□ Tim : terdiri dari : .................................................................................................
□ Dokter
□ Perawat
□ Petugas lainnya.........................................................................................................
13. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
□ Ya □ Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit
kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
RAHASIA,
TIDAK
Laporan Kondisi Potensial Cidera ( KPC )