Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN(B3)


RS UMUM DAERAH BAA
2023
p

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAA


NOMOR. /821/UK/RSD.RN/ /2023
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

DIREKTUR RS UMUM DAERAH BAA

Menimbang : a.bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien di Rumah Sakit UMUM DAERAH BAA,
maka Rumah Sakit wajib mengupayakan pemenuhan Standar
keselamatan dan sasaran keselamatan pasien melalui
pengelolaan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3);
b.bahwa direktoral Bina Upaya Kesehatan Rujukan Direktorat
Jenderal Bina Upaya kesehatan kementerian kesehatan RI
Jakarta, Agustus 2011 telah menerbitkan Buku Pedoman
Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b perlu ditetapkan Keputusan Direktur Rumah
Sakit tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
di Rumah Sakit UMUM DAERAH BAA
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958, tentang Pembentukan
derah–daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah–daerah Tingkat
I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia1655);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang – undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
6. Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintah
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja;
8. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52
Tahun 2018 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 86 tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup;
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013
tentang simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
13. Peraturan Lingkungan Hidup dan No. 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Limbah;
p

14.Peraturan Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56/MENLHK-


SEKJEN/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAA
TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BAA
Kesatu : Rumah Sakit UMUM DAERAH BAA mematuhi peraturan perundang-
undangan dan ketentuan mengenai Pengelolaan Bahan dan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berlaku
Kedua : Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3) di
rumah Sakit UMUM DAERAH BAA tercantum dalam lampirankeputusan ini

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian
dari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Ba’a
pada tanggal 2022
Direktur,

dr. Widyanto P. Adhy, M.Biomed.Sp.PD


ppppppP

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang melipahkan rahmat Dan
karuinuanya sehingga dapat tersusunnya panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) RS UMUM DAERAH BAA.
Dalam rangka pengelolaaan bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya di
rumah sakit, maka diperlukan upaya- upaya untuk pengelolaan agar bahan B3 tidak
membahayakan bagi sarana dan prasana rumah sakit , SDM keluarga pasien dan
pasien serta lingkungan hidup sekitarnya. Oleh karena itu bahan dan limbah B3 wajib
dilakukan pengelolaan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan panduan ini, karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan guna
penyempurnaannya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan buku ini.

Ba’a, Juli 2023

Tim penyusun

Poltje Ibchar W. Daud, Amd.KL

i
ppppppP

DAFTAR ISI

SK DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN BUKU PANDUAN


PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN (B3)
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I. PENGERTIAN ............................................................................................. 1
BAB II. RUANG LINGKUP ...................................................................................... 2
BAB III. KEBIJAKAN ................................................................................................ 3
BAB IV. TATALAKSANA .......................................................................................... 5
A. Identifikasi B3 dan Limbah B3 .............................................................. 5
B. Klasifikasi B3 dan Instalasi/Unit Penghasil Limbah B3 ........................ 5
C. Pelabelan dan Pengemasan B3 ........................................................... 6
D. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ...................................... 9
E. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ............................ 10
F. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ...................... 11
G. Penanganan Tumpahan Limbah B3 dan Pelaporan Insiden ............. 13
H. Alat Pelindung Diri Untuk Penanganan B3 dan Limbah B3 ............... 16
BAB IV. DOKUMENTASI ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENGERTIAN

Rumah sakit selain memberikan dampak positif sebagai sarana kesehatan juga
memberikan dampak negatif yaitu menghasilkan limbah sehingga perlu mendapatkan
perhatian. Beberapa masalah kesehatan berhubungan dengan pembuangan limbah
rumah sakit yang tidak tepat antara lain tifoid, kolera, malaria, penyakit kulit, parasitosis
usus, dan hepatitis. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang
meliputi pengurangan dan pemilahan limbah B3, penyimpanan limbah B3, pengangkutan
limbah B3, pengolahan limbah B3, penguburan limbah B3, dan/atau penimbunan limbah
B3.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 ini diperlukan dukungan dari semua pihak, dari proses pengadaan
sampai pembuangan limbah dengan aman, hal ini berkaitan dengan upaya mencegah
terjadinya paparan/pencemaran pada masyarakat Rumah sakit itu sendiri dan pada
lingkungan sekitarnya.
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah bahan yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan yang berbahaya dan atau
beracun (B3).

1. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,


menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
2. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan limbah B3.
3. Penyimpanan B3 adalah tehnik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas
dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negative B3 terhadap lingkungan
hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
4. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukan B3
kedalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya.
5. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ketempat
lain dengan menggunakan sarana angkutan.
6. Pemanfaatan limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali(re use) dan atau
daur ulang (recycle) dan atau perolehan kembali (recovery) yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga
aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
7. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukan klasifikasi B3.
8. Label B3 adalah uraian siangkat yang menunjukan klasifikasi dan jenis B3.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Rumah Sakit merupakan penghasil limbah klinis terbesar. Berbagai jenis limbah
yang dihasilkan dirumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan bisa membahayakan
dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama kepada petugas
yang menangani limbah tersebut serta masyarakat sekitar rumah sakit. Limbah tersebut
diperlukan pengelolaan pendahuluan sebelum diangkut ketempat pembuangan atau
dimusnahkan dengan unit pemusnah setempat.
Rumah sakit dalam memberikan pelayanan, menggunakan berbagai jenis bahan
berbahaya dan beracun yang berpotensi menimbulkan berbagai risiko. Untuk
mengantisipasi dan meminimalisasi dampak dari kemungkinan risiko tersebut, maka perlu
dibuat panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah B3.
Pengelolaan bahan dan limbah B3 di rumah sakit,meliputi :
A. Definisi dan Tujuan
B. Identifikasi bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
C. Klasifikasi B3 dan Instalasi / Unit Penghasil Limbah B3
D. Pelabelan dan Pengemasan B3 & Limbah B3
E. Pengelolaan B3, meliputi Pengadaan B3 dan Penyimpanan B3
F. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
G. Pengelolaan LimbahB3, meliputi :
1. Pengumpulan limbah B3.
2. Penyimpanan limbahB3.
3. Pembuangan limbah B3.
H. Penanganan Tumpahan Limbah B3 dan Pelaporan Insiden
I. Alat Pelindung Diri untuk Penanganan B3 dan Limbah B3
J. Dokumentasi

2
PERATURAN DIREKTUR RS UMUM DAERAH BAA
N0 166/RSDK/KEP-01/PPI/VII/2022
TENTANG
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)
DIREKTUR RS UMUM DAERAH BAA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit UMUM DAERAH BAA, maka diperlukan
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian Infeksi
(PPI) yang bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/unit
pelayanan yang ada;
b. Bahwa penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian
infeksi merupakan salah satu gugus tugas/unit pelayanan
di RS UMUM DAERAH BAA yang harus mendukung
pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka
diperlukan penyelenggaraan pencegahan dan
pengendalian infeksiyang bermutu tinggi;
c. Bahwa agar penyelenggaraan pencegahan dan
pengendalian infeksi dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi
RS UMUM DAERAH BAA sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI);
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Dharma Kert;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004,
tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor. 36 tahun
2009, tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2014
tentang Keperawatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No
129/MenKes/SK/III/2008, tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pencegahan Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Keputusan Direktur RS UMUM DAERAH BAA No :
011/RSDK/KEP-01/TKRS/III/2019 Tentang Kebijakan Tata
Kelola Rumah Sakit.
3
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS UMUM DAERAH BAA


TENTANG KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RS
UMUM DAERAH BAA
Kesatu : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pencegahan
dan pengendalian infeksi RS UMUM DAERAH BAA
dilaksanakan oleh Direktur RS UMUM DAERAH BAA

Kedua : Keputusan Ini berlaku sejak ditetapkan, dan akan direview


paling lambat tiga tahun

4
BAB IV
TATA LAKSANA

A. IDENTIFIKASI B3 DAN LIMBAH B3


1. Untuk menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan di RS
UMUM DAERAH BAA mengacu pada:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.472/MENKES/PER/V/1999 tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.02Tahun2008 tentang
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No.P.56/Menlhk-
Setjen/2015 tentang Tata cara teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Identifikasi B3 dilakukan dengan cara:
a. Inventarisasi jenis B3 di area Rumah Sakit.
b. Inventarisasi sumber penghasil B3 dan limbah B3.
c. Inventarisasi Lembar Data Keselamatan Bahan, dengan Material Safety Data
Sheet (MSDS).
d. Pengecekan label/symbol pada kemasan sesuai dengan sifat B3 dan limbah
B3 dan instalasi/unit penghasil.

B. KLASIFIKASI B3 DAN INSTALASI/UNIT PENGHASIL LIMBAH B3


1. Klasifikasi B3
a. Mudah meledak (explosive);
b. Pengoksidasi (oxidizing);
c. Sangat mudah sekali menyala (extremelyflammable);
d. Sangat mudah menyala (highlyflammable);
e. Mudah menyala (flammable);
f. Amat sangat beracun(extremelytoxic);
g. Sangat beracun (highlytoxic);
h. Beracun (moderatelytoxic
i. Berbahaya (harmful);
j. Korosif (corrosive);
k. Bersifat iritasi (irritant);
l. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. Karsinogenik (carcinogenic

5
Instalasi/unit kerja yang menghasilkan limbah B3 di RumahSakit sesuai jenis dan sifat
sebagai berikut:

Instalasi/unit
Jenis/limbah b3
penghasil limbahB3
No
1 Unit Rawat Jalan/Poliklinik Mudah terbakar, iritan, beracun
2 Unit Rawat Inap Mudah terbakar, korosif, iritan, beracun
3 Unit Laboratorium Mudah terbakar, korosif, iritan, beracun
4 Unit Kamar Operasi Mudah terbakar, korosif, iritan
5 Unit Gawat Darurat Mudah terbakar, korosif, iritan
6 Unit Farmasi Iritan dan mudah terbakar
7 VK Iritan dan mudah terbakar
8 Unit Kesling Korosif, iritan
9 Gudang Umum Mudah terbakar, korosif, iritan, beracun
10 UnitIT Iritan
11 Unit PSRS Iritan, mudah meledak, mudah terbakar

C. PELABELAN DAN PENGEMASAN B3


1. Label B3

Mudah meledak Padatan mudah Cairan mudah terbakar


menyala

Beracun Korosif Berbahaya terhadap


lingkungan

Infeksius Reaktif

6
2. Label Limbah B3
a. Setiap Bahan B3 yang digunakan akan menghasilkan limbah B3. Dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, selain dihasilkan limbah
B3 sesuai dengan bahan yang digunakan,juga dihasilkan limbah B3 lain sebagai
akibat dari pelayanan kesehatan.
b. Jenis limbah B3 yang dihasilkan di RumahSakit, dikategorikan, ditempatkan
dalam wadah dan diberi label/lambing limbah B3 sebagai berikut :

No Kelompok Limbah Kategori Warna Wadah/kemasan Lambang


wadah

1 Limbah Infeksius
a. Limbah padat yaitu Limbah Infeksius Kuning Kantong plastik
yang dihasilkan dari barang kuat dan anti
dapat dibuang -disposable bocor, atau
items- selain limbah benda container
tajam antara lain pipa
karet, kateter, dan set
intravena
Limbah mikrobiologi &
bioteknologi yaitu limbah
dari pembiakan di
laboratorium, stok atau
specimen mikroorganisme
hidup atau vaksinyang
dilemahkan, pembiakan sel
manusia dan hewan yang
digunakan dalam penelitian
dan agen infeksius dari
penelitian dan laboratorium
industri, limbahyang

b. dihasilkan dari bahan Infeksius Kuning Kantong plastik


biologis, racun, dan kuat dan anti
peralatan yang digunakan bocor, atau
untuk memindahkan kontainer
pembiakan.

7
c. Limbah pakaian kotor Infeksius Kuning Kantong plastik
yaitu barang
terkontaminasi dengan
cairan tubuh termasuk
kapas, pakaian, plaster
atau pembalut kotor, tali-
temali, sprei, selimut, dan
kain-kain tempattidur
danbarang lainnya yang
terkontaminasi dengan
darah.
2. Limbah Patologis

a. Limbah anatomi manusia Infeksius Kuning Kantong plastik


yaitu jaringan, organ, dan kuat dan anti
bagian tubuh. bocor, atau
container.

3 Limbah Radioaktif Radioaktif Merah/ku Kantong plastik


ning

4. Limbah Tajam

a. Limbah benda tajam antara Infeksius Kuning Kantong plastik


lain jarum, siringe, skalpel, Benda
pisau, dan kaca, yang Tajam
dapat menusuk atau
menimbulkan luka, baik
yang telah digunakan atau
belum

b. Limbah Tajam Non Benda Hitam Kantong plastik -


Infeksius Tajam hitam dan drum

5. Limbah bahan kimia Kimia cair - Dirigen tertutup


kedaluwarsa, tumpahan,
atau sisa kemasan Limbah
bahan kimia antara lain
bahan kimia yang
digunakan untuk Dirigen tertutup
menghasilkan bahan
biologis, bahan kimia yang
digunakan dalam
desinfeksi, dan sebagai

8
insektisida. Drum

Dirigen tertutup

6. Limbah farmasi Obat - Kuning Kantong plastik -


buangan yaitu limbah obat atau kontainer
kedaluwarsa,
terkontaminasi, dan
buangan
7. Limbah Patologis Anatomi Infeksius Kuning Kantong plastik
atau pewadahan
kontainer

c. Pengemasan bahan dan limbah B3


1) Kemasan bahan dan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang sesuai.
2) B3 dapat dikemas ulang dengan memperhatikan kaidah-kaidah keselamatan
dan keamanan.
3) Simbol dan label B3 diberikan pada kemasan, tempat penyimpanan,dan
tempat pengumpulan B3sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4) Simbol dan label yang mengalami kerusakan wajib diganti dengan yang baru.

D. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


1. Pengadaan B3
Pengadaan B3 dilakukan oleh distributor atau rekanan B3 yang telah memiliki ijin
dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam pengadaannya, distributor wajib menyertakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet – MSDS).
2. Penyimpanan B3
Penyimpanan B3 harus memperhatikan sifat – sifat dari bahan tersebut dan reaksi
akibat interaksi bahan dalam penyimpanan. Interaksi yang terjadi selama dalam
proses penyimpanan antara lain adalah interaksi bahan dengan lingkungan,
interaksi bahan dengan wadah, interaksi bahan dengan bahan. Penyimpanan
bahan berdasarkan jenis Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun :
a. Penyimpanan bahan mudah terbakar (flammabel).
1) Jauh dari sumber api.
2) Sediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b. Penyimpanan bahan mudah meledak (eksplosive)
1) Tempat penyimpanan berventilasicukup
2) Jauhkan dari sumber api/panas
3) Hindarkan tumbukan/benturan mekanis

9
c. Penyimpanan bahan oksidator
1) Tempat penyimpanan berventilasicukup
2) Jauhkan dari sumber api/ panas
3) Jauhkan dari bahan mudah terbakar/reduktor
d. Penyimpanan bahan reaktif
1) Tempatpenyimpanan berventilasicukup
2) Jauhkan dari sumber api/ panas
3) Sediakan alat pemadam api ringan tanpa air(CO2,Halon, DryPowder)
e. Penyimpanan bahan beracun
1) Tempat penyimpanan berventilasicukup
2) Disimpan terpisah dari bahan-bahanyangmungkin bereaksi
3) Sediakan alat pelindung diri, masker,gloves danpakaian kerja
f. Penyimpanan bahan korosif
1) Tempat penyimpanan berventilasi cukup
2) Disimpan terpisah dari bahan beracun
3) Wadah tertutup dan beretiket
4) Sediakan alat pelindung diri kaca mata, gloves dan pakaian kerja.
g. Penyimpanan gas bertekanan
1) Disimpan tegak dan terikat
2) Disimpan pada ruangan dingin dan tidak terkena matahari langsung
3) Jauh dari sumber api/panas
4) Disimpan jauh dari bahan – bahan korosif yang dapat merusak kran-kran.

E. PENANGANAN BAHAN BERBAHAYADAN BERACUN (B3)


Dalam penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),hal penting yang harus
diperhatikan adalah sifat fisik, kimia, bahaya dan akibat dari bahan tersebut.
1. Diagram/skema dalam penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) sebagai
berikut :

Nama dan Sifat fisik Wujud fisik Sifat kimia Sifat bahaya
formula
bahan

TD Gas Toksik
Reaktivitas
TL Cair Flammable
Tekanan Uap Padat Eksplosif
Suhu
Dekomposisi
Berat Jenis

2. Penanganan bahan beracun


Untuk menghindari paparan bahan beracun, cara penanganan yang dilakukan
sebagai berikut :
a. Penanganan dalam ruang khusus.
b. Bekerja dengan arah angin dari pekerja ke sumber emisi.
c. Ruang kerja berventilasi.
d. Memakai alat pelindung masker atau respirator yang tepat.

10
Penanganan bahan korosif
Untuk mencegah paparan bahan kimia korosif, penanganan jenis bahan ini
dilakukan dengan :
a. Menggunakan sarung tangan (gloves)
b. Pelindung mata (goggle)
c. Pelindung badan (jas lab)

Sarung tangan Pelindung mata Pelindung badan (jas


(gloves) (goggle) lab)

3. Penanganan bahan mudah terbakar (flammable)


Untuk mencegah bahaya kebakaran dalam penanganan bahan mudah terbakar,
cara yang dilakukan :
a. Pisahkan 3 unsur terjadinya kebakaran meliputi bahan mudah terbakar O2
dan sumber panas.
b. Simpan bahan tersebut pada tempat dengan temperatur ruang dan
berventilasi cukup.
4. Penanganan bahan kimia reaktif
a. Penyimpanan jauhkan dari sinar matahari atau panas.
b. Hindarkan dari pengadukan yang menimbulkan panas.
c. Hindari benturan pada saat pengangkutan.
d. Penanganan harus menggunakan alat pelindung diri (kacamata, pelindung
muka dan badan, sarung tangan).
e. Sediakan alat pemadam api ringan di tempat penyimpanan/lokasi kerja.
5. Penanganan bahan iritasi (irritant)
a. Kemasan mengggunakan bahan pvc/plastic.
b. Ruangan harus berventilasi cukup.
c. Penanganan harus menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan,
masker).

F. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


1. Pengumpulan Limbah B3
a. Limbah B3 dari sumber dipisahkan dengan kemasan/wadah plastic kuning untuk
limbah infeksius, wadah safety box untuk limbah infeksius tajam, wadah
dirigen/drum untuk B3 cair.
b. Dari sumber limbah B3 dikumpulkan dan diangkut dengan trolley ke Tempat
Pengumpulan Sementara limbah B3 yang berada di area barat rumah sakit .
c. Pengangkutan ke Tempat pengumpulan Sementara limbah B3 menggunakan
jalur yang sama dengan jalur lalu lintas staf dan pengunjung dan juga alat/bahan
bersih.

11
Trolley/Bin limbah B3

2. Penyimpanan Limbah B3
a. Sebelum limbah B3 dimasukan ke dalam TPS limbah B3 dilakukan
penimbangan dan dicatat didalam log book/catatan limbah B3 untuk
mengetahui jumlah limbah B3 setiap harinya.
b. Peyimpanan limbahB3 dipisahkan berdasarkan karakteristiknya.
1) Limbah B3 infeksius(padat dan benda tajam)
2) Limbah B3 Cair
3) Limbah B3 Umum (accubekas,bolalampu,tinta,kalengcat,olibekas dll).
4) Limbah Benda Tajam NonInfeksius (Pecahan Kaca, Piringdll)
c. Ketentuan Penyimpanan limbah B3
1) Tempat penyimpananan limbah B3 dialasi dengan pallet agar lantai
dapat dibersihkan setiap saat. Petugas yang menimbang harus
menandatangani catatan jumlah B3 di dalam logbook/catatan produksi
limbah B3.
2) Ruang penyimpanan limbah B3 harus memiliki ventilasi yang baik,
dilengkapi dengan penerangan dan APAR.
3. Pembuangan Limbah B3
a. Pembuangan dan pemusnahan limbah B3 di Rumah Sakit dilakukan
sendiri oleh Rumah Sakit menggunakan incenerator.
b. Frekuensi pemusnahan limbah B3 di rumah sakit adalah 1 minggu 3 kali
pemusnahan dengan waktu penyimpanan sementara di Rumah Sakit
maksimal 3 hari (standar 90 hari)

12
G. PENANGANAN TUMPAHAN LIMBAH B3 DAN PELAPORAN INSIDEN
1. Penanganan Tumpahan Limbah B3
a. Penanganan tumpahan limbah B3 adalah tindakan gawat darurat terhadap
tumpahan limbah B3 yang tercecer di areaunit yang menghasilkan limbah B3,
area Rumah Sakit dan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan di Rumah Sakit terdiri dari limbah infeksius,
limbah B3 cair (laboratorium), dan limbah B3 umum (aki bekas, bola lampu,
tinta, dll).
b. Agar upaya penanganan tumpahan B3 berjalan efektif, perlu didukung dengan
penyediaan sarana spill kit tumpahan B3. Spill kit tersebut adalah seperangkat
perlengkapan penanganan tumpahan yang terdiri dari:
1) APD : Google, masker disposible, sarung tangan disposible, apron
disposible.
2) Cairan: desinfektan dan handrub.
3) Peralatan: adsorben (kertas, kain majun, kantong plastik kuning, serokan,
sapu kecil, spuit).
4) Lembar pelaporan untuk pencatatan kejadian.
c. Penanganan tumpahan limbah B3 agar tidak terjadi paparan terhadap petugas:
1) Penanganan tumpahan limbah B3 infeksius.
a) Petugas melepaskan perhiasantangan (jam, cincindll) kemudian
mencuci tangan.
b) Petugas menggunakan alat pelindung diri (tutupkepala, masker, kaca
mata gogel, sarung tangan, apron plastic, sepatu kerja)
c) Serap tumpahan dengan kertas buram atau kertaslainnyayang mudah
menyerap. Bersihkan tumpahan yang sudah terserap dan masukkan
dalam kantung plastik kuning.
d) Basahi lantai yang terkena tumpahan dengan desinfektan/larutan
chlorine 0.5% selama 10 menit.
e) Kemudian lap atau pel dengan larutan chlorine 0,05 %.
f) Lepas APD (sarung tangan, masker, apron) dan masukkan ke kantong
plastik kuning.
g) Buang plastik kuning ke tempat sampah infeksius.
h) Petugas mencuci tangan dengan sabun dengan 6 langkah cuci tangan.
i) Isi kembali spill kit dan buat laporan kejadian tumpahan pada formulir.
j) Formulir laporan serahkan kepada Tim K3 paling lama 2 x 24 jam.
d. Penanganan tumpahan limbah B3 non infeksius
1) Penanganan tumpahan solar :
a) Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (sarung tangan dan sepatu
boot).
b) Lokalisir tumpahan solar dengan adsorbent pasir/serbuk kayu/koran/kain
bekas.
c) Hindarkan semua materialyang berpotensi menimbulkan percikan/ nyala
api.
d) Masukkan adsorben pasir/serbuk kayu/koran/solar ke dalam kantong
plastik kuning/ember/drum.
e) Bersihkan lantai yang terkena tumpahan solar dengan detergen sampai
lantai tidak licin.
f) Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir.
g) Lakukan prosedur cuci tangan dengan sabun

13
h) Buat laporan kejadian tumpahan pada formulir pelaporan.
i) Serahkan kepada Panitia K3 paling lama 2 x 24 jam.
2) Penanganan tumpahan cairan accu bekas:
a) Petugas menggunakan AlatPelindung Diri (sarung tangan, masker dan
sepatu boot).
b) Lokalisir tumpahan cairan accu bekas dengan adsorbent pasir.
c) Bersihkan tumpahan dengan sekop/sendok semen.
d) Masukan tumpahan ke dalam ember/drum.
e) Bersihkan lantai dengan detergen untuk menghilangkan sifat asam
cairan accu bekas.
f) Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir.
g) Lakukan prosedur cuci tangan dengan sabun.
h) Buat laporan kejadian tumpahan pada formulir pelaporan.
i) Serahkan kepada Panitia K3 paling lama 2 x 24 jam.
3) Penanganan pecahan bola lampu :
a) Cuci tangan dengan menggunakan handrub.
b) Petugas menggunakan Alat Pelindung diri (sarung tangan, masker dan
sepatu boot)
c) Lokalisir pecahan lampu TL dan Bohlam
d) Angkat pecahan dengan menggunakan serokan dan sapu kecil dan
masukkan ke dalam safety box.
e) Bersihkan lantai dengan lap basah dan buang ke kantong plastik kuning.
f) Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir. (7) Lakukan prosedur
cuci tangan dengan handrub.
g) Buat laporan kejadian tumpahan pada formulir pelaporan. (9) Serahkan
kepada Panitia K3 paling lama 2 x 24 jam.
4) Penanganan tumpahan limbah Air Raksa (merkuri)
a) Cuci tangan dengan menggunakan handrub
b) Letakkan tanda peringatan (warning sign) pada area tumpahan limbah
B3 air raksa (merkuri).
c) Gunakan alat pelindung diri berupa: sarung tangan disposible dan
masker disposible.
d) Kemudian lakukan penanganan dengan menggunakan cara-cara
sebagai berikut:
1. Menggunakan spuit :
Sapu dan kumpulkan tumpahan limbah B3 air raksa
(merkuri) menggunakan sapu ijuk kecil dengan hati-hati. Hisap
limbah B3 air raksa (merkuri) dengan spuit. Semprot dan masukkan
limbah B3 air raksa (merkuri) ke dalam kantong plastik ¼ kg.
2. Menggunakan serokan kecil:
Sapu dan kumpulkan tumpahan limbah B3 air raksa
(merkuri) menggunakan sapu ijuk kecil dengan hati-hati. Tampung
ke dalam serokan kecil. Masukkan limbah B3 air raksa (merkuri) ke
dalam kantong plastik ¼ kg.
3. Cara kombinasi:
a. Sapu dan kumpulkan tumpahan limbah B3 air raksa (merkuri)
menggunakan sapu ijuk kecil dengan hati-hati. Tampung ke
dalam serokan kecil.Hisap limbah B3 air raksa (merkuri) dengan
spuit. Semprot dan masukkan limbah B3 air raksa (merkuri) ke
dalam kantong plastik ¼ kg.

14
b. Beri label B3 pada kantong plastik ¼ kg yang telah berisi limbah
air raksa (merkuri).
c. Masukkan limbah B3 air raksa (merkuri) beserta APD ke dalam
kantong plastik kuning.
d. Kemudian bawa dan buang ke tempat penampungan
sementara (TPS) B3 non infeksi.
e. Bersihkan tangan dengan prosedur cuci tangan yang benar
setelah melakukan penanganan tumpahan limbah B3 air raksa
(merkuri).
f. Catat dan laporkan kejadian tersebut kepada Tim K3 RSU.
Hermina Arcamanik.

2. Pelaporan Insiden
a. Kontaminasi/paparan bahan berbahaya beracun (B3) serta limbahnya
dapat menimbulkan bahaya pada manusia maupun lingkungan. Kejadian
kontaminasi/tumpahan dikategorikan sebagai kecelakaan akibat kerja
sehingga perlu pelaporan (accident report).
b. Alur pelaporan insiden sama dengan kejadian pelaporan kecelakaan akibat
kerja (SPO pelaporan kecelakaan akibat kerja di Rumah Sakit). Laporan
insiden dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan oleh Panitia K3 dan dilaporkan
kepada Direktur.
c. Arahan Direktur RS UMUM DAERAH BAA dijadikan petunjuk untuk
meningkatkan/memperbaiki agar tidak terjadi lagi insiden kecelakaan akibat
kerja akibat kontaminasi baik bahan maupun limbah berbahaya beracun.
d. Alur Pelaporan Insiden :

Tumpahan/ Pengobatan Pencatatan accident


Kecelakaan
kontaminasi B3/ di UGD report dan evaluasi
akibat kerja
Limbah B3 oleh K3 RS

Pelaporan data
accident repot ke
Direktur

Arahan dan
tindak lanjut dari
Direktur

15
H. ALAT PELINDUNG DIRI UNTUK PENANGANAN B3 DAN LIMBAH B3
1. Bahan dan limbah bahan Berbahaya dan Beracun berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku tentang Keselamatan Kerja, maka Rumah
Sakit harus menyediakan peralatan pelindung diri yang digunakan secara benar
disertai prosedur tertulis cara penggunaannya dan selalu dipelihara dalam kondisi
layak pakai.
2. Pimpinan RS menetapkan secara tertulis jenis dan jumlah Alat Pelindung Diri
(APD) yang harus ada di Rumah Sakit, dimana dan pada saat apa dipergunakan
serta siapa yang mempergunakan alat pelindung diri tersebut.
3. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di setiap unit kerja cukup banyak
jenisnya, antara lain masker, sepatu boot, sarung tangan disposable, kaca
mata/google, apron disposable, jas laboratorium dan baju operasi.
4. Seluruh unit kerja yang yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

16
BAB V
DOKUMENTASI

Dalam upaya meningkatkan dan menjamin keamanan dalam kegiatan


pengelolaan bahan dan limbah B3 di rumah sakit UMUM DAERAH BAA, perlu dilakukan
pendokumentasian terhadap berbagai tahapan pengelolaannya, mulai dari pengadaan
hingga pemusnahan B3.
A. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dokumentasi pengadaan akan kebutuhan bahan berbahaya dan beracun (B3) di
Rumah Sakit dilaksanakan petugas yang berwenang sesuai ketentuan yang
berlaku. Pengadaan B3 harus dilengkapi dokumen ijin/sertifikat dari
rekanan/suplier yang mengadakan B3.
B. Penyimpanan B3 dan Limbah B3
Dokumentasi penyimpanan B3 dan limbah B3 dilaksanakan Panitia K3 RS dan
petugas kesehatan lingkungan. Kegiatan pendokumentasian meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Pendokumentasian jumlah, jenis dan label/simbol B3 di seluruh tempat
penyimpanan.
2. Pendokumentasian Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet/MSDS).
3. Pencatatan jumlah limbah B3 yang disimpan dalam TPS Limbah B3.
4. Pencatatan jumlah limbah B3 yang akan dimusnahkan oleh rekanan yang
bersertifikasi.
5. Pendokumentasian perijinan terhadap penyimpanan sementara limbah B3
dari instansi yang berwenang.
C. Pemusnahan Limbah B3
Dokumentasi pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh petugas kesehatan
lingkungan. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. Pendokumentasian perijinan rekanan yang kerjasama dalam pemusnahan
limbahB3.
2. Pengarsipan manifest limbah B3 dari rekanan.
3. Pendokumentasian melalui sertifikasi bukti pemusnahan limbah B3 dari
rekanan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2011.Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya.Jakarta : Kemenkes RI

Permenkes N0.27.2017. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Pasienkes

Anda mungkin juga menyukai