TINJAUAN PUSTAKA
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka
panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, therapeutik, dan rehabilitasi
untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau
melahirkan.
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan
kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor
serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang
memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).
berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah
sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan,
2004).
Harold koonts dan Cyrill O. Donnel dalam bukunya yang berjudul prinsiple of
management yang dikutip oleh Marsum dan Siti Fauziah (2007), Manajemen ialah
keberhasilan yang dicapai bersifat kebetulan dan tidak efektif. Manajemen modern
tujuan dilakukan secara sistematis dan rasional didasarkan atas data dan informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tujuan dapat tercapai secara efektik dan
efisien.
tujuan, sasaran, serta penjabaran tugas dan kewajiban secara baik dan efisien. Proses
pemanfaatan sumber daya manusia (SDM), uang, bahan dan alat yang dianalisis dan
diatur secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dan
untuk mencapai tujuan. Tujuan manajemen rumah sakit seperti berikut ini:
b. Mengevaluasi efektifitas.
e. Kualitas.
Dalam kegiatan organisasi rumah sakit yang kompleks pengalaman saja tidak
akan cukup, penanganannya tidak bisa lagi atas dasar kira-kira dan selera, hal ini
disebabkan oleh :
terlatih pula secara benar dan tepat. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang
berorientasi pada pasien, dan menjaga mutu pelayanan perlu dengan manajemen yang
handal, dengan demikian segala hal yang diperlukan akan tersedia dalam bentuk:
a. Tepat jumlah
b. Tepat waktu
tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian bila
terjadi perubahan di rumah sakit, yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan
akan memberikan garis besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua
aspek, yaitu operasional, produk, dan jasa dari rumah sakit secara terpadu dan saling
hingga hasil akhir limbah setelah diolah. Manajemen diterapkan mulai dari sumber
daya yang tersedia, proses pengelolaan limbah hingga evaluasi terhadap kegiatan
sakit. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sumber daya manusia
sebagai sumber daya aktif, dana atau keuangan, sarana dan prasarana (machine),
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
Manajemen tidak lepas dari SDM ( sumber daya aktif), koordinasi antar
1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik, mental,
tanggung jawabnya
8. Keamanan
kemajuan
pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
2. Teknis sanitasi
service.
rumah sakit. Petugas sanitasi rumah sakit menentukan hasil layanan yang paling
dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah sakit. Petugas sebagai pemberi
ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri (Hapsari,
2010).
Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung
pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi
lingkungan.
diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait, sesuai dengan peraturan
a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan
dan non medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.
pengolahan
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan
dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Hapsari,
2010).
diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan pedoman buku
2009).
kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan
dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri (Marsum dkk, 2007).
perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur
yaitu :
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang
yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
Supaya pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan
beracun (B3) termasuk di dalamnya limbah Infeksius. Selain itu minimisasi limbah
sebagai bagian kunci dari penerapan sistem manajemen lingkungan rumah sakit
pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang dihasilkan relatif lebih
manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan dapat diandalkan baik dalam
aspek yaitu, operasional, produk, dan jasa di rumah sakit secara terpadu dan saling
kondisi kerja di rumah sakit. Hal ini merupakan harapan yang cukup realistis
lingkungan di sekitarnya.
Sistem manajemen lingkungan rumah sakit tidak didesain untuk menilai tingkat
kinerja pengelolaan lingkungan berjalan seperti spiral yang terus berputar kearah
5. Peraturan perundang-undangan
Dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan maka ada peluang bagi rumah
Sebagian rumah sakit yang telah berdiri selama beberapa tahun kemungkinan telah
Apabila tidak saat ini rumah sakit tersebut pasti terkena tuntutan hukum dan
sakit.
Manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal sebagai total quality
jangka pendek maupun jangka panjang. Efisiensi pemakaian berbagai sumber daya
rumah sakit. Setelah sejumlah biaya dikeluarkan untuk membuat dan menerapkan
sertifikasi secara tidak langsung akan menjadi suatu penghematan biaya dalam
Rumah Sakit yang memiliki sertifikasi ISO 14001 telah menunjukkan bahwa
memenuhi standar dalam ISO 14001 pasien akan merasa bahwa lingkungan rumah
sakit tersebut telah terlindungi. Hal ini erat kaitannya dengan usaha rumah sakit
bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme
pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif
(Depkes, 2006).
tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung
bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia,
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas sendiri
Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan
beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
rumah sakit. Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis
akibat kegiatan RS yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu :
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock
(sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan
infeksius.
Limbah cair RS adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni
Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah air yang tidak bersih
dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau
hewan, yang lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industri.
semua buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
sebagian dari limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Sumber air limbah
2. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis
yaitu berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain – lain.
3. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain – lain (Chandra,
2007).
Sampah Rumah Sakit dapat digolongkan antara lain menurut jenis unit
penghasil dan untuk kegunaan desain pembuangannya. Namun dalam garis besarnya
A. Sampah Medis
Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis
dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga
ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang
bedah, atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.
atau ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan
sebagainya.
diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai
binatang percobaan.
B. Sampah Nonmedis
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
2. Kantor/administrasi
3. Unit perlengkapan
4. Ruang tunggu
5. Ruang inap
8. Unit pelayanan
lain – lain.
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber,
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun,
pengelolaan stok kimia dan farmasi, dan peralatan dimulai dari pengumpulan,
Limbah padat yang akan/dapat dimanfaatkan lagi harus melalui proses sterilisasi.
ke tempat pembuangan akhir sebelum di anggap aman bagi kesehatan (Depkes RI,
2004).
Menurut pendapat Okun dan Ponghis yang dikutip Soeparman dan Soeparmin
(2002) berbagai kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat
Bahan padat terlarut penting diketahui terutama apabila limbah cair akan
Merupakan ukuran kandungan bahan organik dalam limbah cair dan ditentukan
Merupakan ukuran persyaratan kebutuhan oksigen limbah cair yang berada dalam
d. pH
macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus
karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan RS, seperti
udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis.
Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut
Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat memiliki
cedera. Sifat bahaya dari limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu
- Limbah mengandung zat kimia atau obat – obatan berbahaya atau baracun
kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam
fasilitas penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta
memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat
antara lain :
sakit
- Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan
transportasi.
pathogen. Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :
- Melalui pernafasan
dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan
melalui secret yang terhirup atau air liur dan lain – lain. Benda tajam tidak hanya
dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi
luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan
penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat
berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan
akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi
dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau
membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah
jika mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa saluran pernafasan dapat
menyebabkan cedera. Cedera yang umum terjadi adalah luka bakar (Pruss.A, 2005).
Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis
dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan
muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif bersifat
genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai materi genetik. Bahaya yang
permukaan luar container atau karena cara serta durasi penyimpanan limbah tidak
layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan limbah
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal
2. Minimisasi limbah
management/TQEM)
pengangkutan
pemilahan
pemotongan
pengolahan
Pembuangan
akhir
mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan dan pemberian label
yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja, dan
penanganan.
2. Penampungan
Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman,
dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam penyimpanan
limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh dilakukan untuk
3. Pemisahan limbah
kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah rumah tangga biasa,
kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan dibakar (limbah infeksius),
kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi bisa
pengaturan pembuangan, biru muda atau transparan dengan strip biru tua untuk
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan limbah klinis adalah
sebagai berikut:
pengelolaan
4. Pemisahan sampah sesuai sifat dan jenisnya adalah langkah awal prosedur
5. Limbah radioaktif harus diamanakan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang
citotoksis (110°C)
Mutu emisi udara harus dipantau dalam rangka menghindari pencemaran udara.
10. Perlu diperhatikan bahwa program latihan karyawan atau staf RS menjadi bagian
Limbah padat
organik dibakar
Dibuat kompos
Biogas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Penanganan Limbah Padat Tidak Berbahaya
Sumber : Adisamito, 2007
prapengolahan pengolahan
Sumber
Dised Containment
Secured Landfill
Laut
Gambar2.3 Penanganan Limbah Padat Berbahaya
Sumber : Adisamito, 2007
mudah berkarat, kedap air, terutama untuk penampung sampah basah, bertutup rapat
dalam mengolah limbah, namun hal ini membawa konsekuensi besarnya biaya
padat tersebut adalah melalui pewadahan dan pemilahan pada sumber, pengumpulan,
limbah yang dihasilkan. Jumlah ini memnentukan jumlah dan volume sarana
Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 Kg per orang per hari. Untuk
rumah sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah
2. Jumlah disposibel
kualitas sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran, dan sifat kimiawi
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses
fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama
yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya
pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya
adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah
yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal
1. Penanganan yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
limbah.
bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau
seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik. Limbah dari
3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah
1. Pemisahan limbah
Tabel 2.1. Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
Warna
No Kategori Kontainer Lambang Keterangan
/ Kantong
Plastik
patologi
dan
anatomi
2. Penyimpanan limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.
warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
3. Penanganan limbah
ditutup
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu
(double bagging)
kantung limbah
ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk
mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau
Kereta atau troli yang digunakan untuk transportasi sampah medis harus
Dalam beberapa hal dimana tidak tersedia sarana setempat, sampah medis
1) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut, dan
harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang dibawa.
2) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi
biasanya digunakan kereta dorong , dan dibersihkan secara berkala serta petugas
pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak
secara terpisah.
4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang dan bebas
yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron,
pelindung kaki/ sepatu boot, dan sarung tangan khusus (Depkes RI, 2004).
(insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah
dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri, insinerator
berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 - 1500ºC atau
lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan
penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal
dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa
klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Arifin, 2007).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan
berikut:
Tambahkan lapisan kapur. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih
sebagai berikut:
instansi/unit.
sebagai berikut :
a. Golongan A
1) Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang terkontaminasi deri
medis/medis yang mudah dijangkau atau bak sampah yang dilengkapi dengan
diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila tiga perempat penuh. Kemudian
diikat dengan kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah
medis. Bak ini juga hendaknya jadwal pengumpulan sampah. Isi kantong jangan
sampai longgar pada saat pengangkutan dari bak ke bak, sampah hendaknya
insinerator. Bisa juga dengan autoclaving tetapi kantong harus dibuka dan
(b) Limbah dari unit lain: limbah hendaknya dimusnahkan dengan insinerator. Bila
2) Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan
yang bertanggung jawab. Kepala Instalasi Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q. Sub
limbah medis atau kantong lain yang tepat dan kemudian dimusnahkan dengan
insinerator. Kecuali bila terpaksa, jaringan tubuh tidak boleh dicampur dengan
b. Golongan B
Sampah jenis ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bila
telah penuh diikat dan ditampung dalam bak sampah medis sebelum diangkut dan
c. Golongan C
unit sejenis (misalnya tempat binatang percobaan disimpan), dibuat dalam kode
publikasi lain.
d. Golongan D
e. Golongan E
Kecuali yang berasal dari ruang dengan risiko tinggi, isi dari sampah dari
golongan ini bisa dibuang melalui saluran air, WC atau unit pembuangan untuk
itu. Sampah yang tidak dapat dibuang melalui saluran air hendaknya disimpan
2007).
disertakan terutama pada sampah yang dapat membahayakan petugas atau orang-
dengan unit-unit yang berkaitan seperti unit pemadam kebakaran, kesehatan, polisi,
adalah:
a. Incinerasi.
b. Sterilisasi dengan uap panas/autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 ºC.
formaldehyde).
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai
desinfektan).
g. Microwave treatment.
dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologis atau gabungan ketiga sistem
pengolahan cara aerob dan pengolahan limbah cara anaerob (Ginting, 2007).
sebagian dari limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Sumber air limbah
Air limbah yang tidak berhubungan dengan tindakan medis yaitu berupa air
Air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
Rumah Sakit, Limbah cair rumah sakit terdiri dari limbah cair infeksius dan non
1. Pelayanan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) pasien berupa limbah cair dalam kamar
2. Laboratorium klinis, berupa air limbah dari pencucian peralatan laboratorium dan
sejenisnya.
3. Pengobatan/ perawatan klinis, terutama berasal dari kegiatan pencucian ginjal dan
pencucian peralatan.
4. Ruang operasi.
dalam Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, sifat ukuran, fungsi dan
kegiatan rumah sakit mempengaruhi kondisi air limbah yang dihasilkan. Secara
umum air limbah mengandung buangan pasien, bahan otopsi jaringan hewan yang
laboratorium berbagai macam bahan kimia baik toksik maupun non toksik, dan lain-
lain. Apabila limbah laboratorium cukup besar (lebih dari 1 pin atau 0,568 liter)
Limbah ini harus dipisah dan ditampung kemudian diolah secara kimia-
fisika, baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cair lainnya dan diolah dengan
pengolahan secara biologis. Secara skematis penanganan limbah cair di rumah sakit
Berbahaya
Sungai
Sludge
Treatment Laut
Pembuangan Akhir
biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses
secara biologi dapat dilakukan secara aerobik (dengan udara) dan anaerobik (tanpa
udara) atau kombinasi aerobik dan anaerobik. Proses biologis biasanya digunakan
untuk pengolahan air limbah dengan BOD yang tidak terlalu besar.
Pengolahan limbah secara biologis aerobik dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
yang ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan dibiakkan secara
oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya (Adisasmito, 2007).
contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam
adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan
yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai.
waktu tinggal dapat juga dilakukam proses aerasi. Salah satu contoh proses
pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam
(Adisasmito, 2007).
sakit yaitu proses lumpur aktif (active sludge proces), reaktor putar biologis (rotating
“up flow”, dan pengolahan dengan sistem “biofilter anaerob-aerob”. Untuk memilih
jenis teknologi atau proses yang akan digunakan untuk pengolahan air limbah,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : karakteristik air limbah, jumlah
limbah serta standar kualitas air olahan yang diharapkan (Adisasmito, 2007).
EFISIENSI
JENIS PENGHILANGAN
KETERANGAN
PROSES BOD
(%)
Lumpur 85 – 95 -
Aktif
Standar
sangat cocok untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar. Karena jika diterapkan
untuk rumah sakit dengan kapasitas yang kecil, teknologi ini kurang ekonomis karena
Badan
Air
Aerator Lumpur
Pelumatan/Dewartering
50% Lumpur Dialirkan Kembali Lumpur Diperas
Sebagai Pembenihan
(Mengandung Banyak Bakteri) Pengeringan Lumpur Sinar
Matahari/Pemanasan
Keterangan :
Prinsip kerja
a. Penguraian secara biologis pada tangki aerasi, periode tinggal kurang lebih 6-8
jam
mengendap (kurang lebih 1-2 jam) sehingga air yang dapat dihasilkan cukup
jernih.
Sistem kolam oksidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air limbah rumah
sakit yang terletak ditengah-tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas.
Kolam Oksidasinya dibuat bulat atau elip dan air limbah dialirkan secara
berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara
mengendapkan benda-benda pada dan lumpur lainnya. Selanjutnya air yang sudah
nampak jernih dialirkan ke bak klorinasi sebelum dibuang ke dalam sungai atau
kebadan air lainnya. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan
Limbah Cair 25 M
TANAH
SUMUR
Gambar 2.8 Pembagian Kolam Oksidasi
Proses pengolahan air limbah dengan biofilter "up flow" ini terdiri dari bak
pengendap, ditambah dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil
atau batu pecah, plastik atau media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam
terdiri atas 2 ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur sedangkan ruang kedua
berfungsi sebagai pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak terendapkan
di bak pertama, dan air luapan dari bak pengendap dialirkan ke media filter dengan
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh
organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter
patogen, kemudian dibuang langsung ke sungai atau saluran umum. Skema proses
pengolahan air limbah dengan biofilter "Up Flow" dapat dilihat seperti terlihat dalam
Gambar 2.9 Diagram proses pengolahan air limbah dengan sisten biofilter "Up
Flow"
Sumber : Said dkk, 2007
pengembangan dari proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak Pengolahan
air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni
bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir,
Skema proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem biofilter
Gambar 2.10 Diagram proses pengolahan air limbah rumah tangga (domistik)
dengan proses biofilter anaerob-aerob.
dari proses lumpur aktif dan proses biofilter. Pengolahan air limbah dengan proses
aerasi kontak ini terdiri dari dua bagian yakni pengolahan primer dan pengolahan
sekunder.
a. Pengolahan Primer
Pada pengolahan primer ini, air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar
screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas,
plastik dll. Setelah melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendapan awal,
untuk mengendapkan parikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak
b. Pengolahan Sekunder
Proses pengolahan sekunder ini terdiri dari bak kontaktor anaerob (Anoxic)
dan bak kontaktor aerob. Air limpasan dari bak pengendapan awal dipompa dan
dialirkan ke bak penenang, kemudian dari bak penenang air limbah mengalir ke
kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Di dalam bak
kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu
split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan
kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Air limpasan dari bak kontaktor
anaerob dialirkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi ini diisi dengan media dari
bahan platik (Polyethylen), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau
dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
media. Dengan demikian air limbah akan dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal
tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik. Proses ini sering
kriteria tersebut diatas kecuali masalah lahan yang diperlukan, sebab untuk kolam
stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas, maka biasanya sistem ini dianjurkan
untuk rumah sakit di pedalaman (di luar kota) yang biasanya masih tersedia lahan
yang cukup. Sistem ini hanya terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
c. Bak klorinasi
e. Inlet
organisme yang aktif dimana oksigen tidak ada dan proses ini ditunjukkan oleh
proses fermentasi metan. Sebagai hasil fermentasi metan oleh bakteri anaerobik zat
yang konsentrasinya tinggi atau lumpur, seperti pengolahan pada kotoran manusia
atau air limbah dari proses fermentasi alkohol dari tetes. Pada umumnya air limbah
sebagai berikut :
c. Anaerobic Filter
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari
besar kecilnya rumah sakit atau jumlah tempat tidur, maka konstruksi anaerobic
kesehatan lingkungan rumah sakit, limbah cair rumah sakit harus memenuhi syarat-
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimpangannya.
air dan limbah harus mengalir dengan lancar serta terpisah dengan saluran air
hujan.
3. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan
4. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
5. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai
kebutuhan yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang
berwenang.
bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai
8. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
- Pemilahan/pen
ampungan
Sumber daya
- Pengumpulan
penanganan limbah - Pemindahan
padat dan cair: dan Analisis pengelolaan
pengangkutan limbah padat dan
- Tenaga/Petugas - Penyimpanan
- Dana cair RSU dr.
sementara
- Sarana dan Djasamen Sragih
- Pembuangan/p
prasarana h Pematangsiantar
- Pedoman teknis
Penanganan limbah
cair:
- Saluran
- Penampungan KepMenkes RI
- Pengolahan/
No.1204/Menkes/SK/X/
pembuangan
2004
Gambar 2.11 Kerangka Konsep