Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit merupakan sarana kesehatan dan salah satu bentuk organisasi pelayanan
kesehatan, khususnya terkait dengan upaya kesehatan rujukan. Tujuan program kesehatan
rujukan antara lain adalah: peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi rumah sakit, melalui
penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan tenaga, standard peralatan, profesi dan
manajemen rumah sakit (Aditama, 2003).
Dalam rangka menuju era globalisasi, rumah sakit juga dihadapkan pada berbagai
perubahan eksternal, seperti perubahan tata ekonomi dunia, arus informasi tanpa batas,
pola penyakit, pola demografi penduduk, teknologi, peralatan rumah sakit, yang semua
itu akan berdampak pada perubahan tata nilai dan tuntutan masyarakat yang merupakan
sebuah system, salah satunya  praktek keperawatan.
Saat ini keberhasilan rumah sakit sangat ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan,
kreativitas dan motivasi staf dan karyawannya. Kebutuhan tenaga-tenaga
terampil  didalam berbagai bidang dalam sebuah rumah sakit sudah merupakan sebuah
tuntutan dunia global yang tidak bisa ditunda. Kehadiran teknologi dan sumber daya lain
hanyalah alat atau bahan pendukung, karena pada akhirnya SDM-lah yang menentukan
(Danim, 2004).
Rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri bentuk produknya tidak
dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual, serta pemasaran yang menyatu
dengan pemberi pelayanan, sehingga diperlukan sikap dan perilaku khusus dalam
menghadapi konsumen. Tenaga perawat yang merupakan “the caring profession”
mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan
di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-
sosial-spiritual. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan
selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding
pelayanan lainnya.
Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit merupakan sistem pengelolaan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien agar menjadi berdaya guna dan
berhasil guna. Sistem pengelolaan ini akan berhasil apabila seorang perawat yang
memiliki tanggung jawab mengelola mempunyai pengetahaun tentang manajemen
keperawatan dan kemampuan memimpin orang lain disamping pengetahuan dan
keterampilan klinis yang harus dikuasainya pula (Nurachmah, 2004).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan. Manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan organisasi. Dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal
sebagai manajemen keperawatan (Ritonga, 2014).
Teori manajemen modern berasal dari Henry Fayol, yang telah memperkenalkan
fungsi-fungsi atau aktivitas-aktivitas administrator seperti : planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), coordinating (pengkoordinasian) dan controlling
(pengendalian) (Potter dan Perry, 2005).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Dalam hal ini
seorang manajer keperawatan dituntut untuk melakukan suatu proses yang meliputi lima
fungsi utama yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, pengarahan, dan kontrol
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi
pasien dan keluarganya (Nursalam, 2004). Proses manajemen keperawatan dilaksanakan
melalui tahap-tahap yaitu pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategi dan
operasional), implementasi dan evaluasi.
Penerapan manajemen keperawatan dapat dilakukan diberbagai bidang keperawatan,
salah satunya adalah keperawatan bedah. Ruang IIIB sebagai salah satu ruang rawat inap
penyakit bedah Kelas III, bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada individu
baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai kelainan dan gangguan fisiologis baik
aktual maupun potensial yang memerlukan asuhan keperawatan khusus seperti infeksi,
trauma, dan gangguan fisik lainnya.       
Praktek manajemen keperawatan di ruang .... sebagai salah satu proses pembelajaran
klinik diharapkan mampu membentuk calon-calon praktisi keperawatan yang professional
baik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan  maupun manajerial keperawatan. Praktek
pembelajaran ini kami lakukan di unit rawat inap penyakit .....  Rumah Sakit Umum
Daerah W. Z. Yohanes Kupang.
Ruang .... dalam pengelolaan asuhan keperawatan profesionalnya menerapkan model
pemberian asuhan keperawatan dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang
terkoordinasi dan kooperatif dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang
menyeluruh lengkap terhadap pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial
peserta didik keprawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan dan manajemen
keperawatan juga melakukan praktek langsung di lapangan.
1.2. Tujuan
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Gillies, 2006).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning,
organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey (2009) dalam Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suat pekerjaan melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan
sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang
sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmuji, 2012).

2.2. Fungsi Manajemen Keperawatan


Fungsi-fungsi manajemen keperawatan secara garis besar antara lain : merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan. Fungsi-fungsi manajemen
menurut Fayol (1949) dapat digambarkan sebagai berikut :
Controlling

Directing

Organizing

Planning

Gambar : Empat Langkah Proses Manajemen Menurut Fayol

a. Perencanaan ( Planning ) yaitu kegiatan menentukan tujuan jangka panjang atau


pendek yang berhubungan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
( Heesey, Blanchard & Johnson, 1996 ). Menurut Longest, ( 1976, dalam La Monica,
1998 ) perencanaan menyediakan cara mempersatukan kegiatan dari seluruh peserta
organisasi kearah tujuan bersama. Definisi yang lain dari Depkes RI ( 2001 ),
perencanaan adalah pertimbangan seorang kepala ruangan dalam menyeimbangkan
antara kebutuhan pasien, perawat dan dokter serta administrator. Perencanaan
pelayanan keperawatan adalah fungsi dasar dari manajeman yang merupakan tugas
utama dari semua manejer keperawatan dan merupakan proses yang sistematis
berdasarkan teori-teori manajemen. Menurut Gibson, Ivancevich & Donally (1996)
perencanaan adalah hasil yang akan dicapai dan menetapkan cara untuk mencapai
hasil tersebut. Hasil perencanaan yang diharapkan seharusnya dipahami bersama oleh
seluruh anggota organisasi, khususnya kearah mana perencanaan organisasi dan
bagaimna cara mencapainya. Perencana akan membuat analisis agar perencanaan
berkaitan dengan kriteria sasaran, tujuan, visi dan misi. Hasil perencanaan adalah
menetapkan sasaran organisasi dan cara bertindak untuk mencapai tujuan.
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas, perencanaan merupakan suatu usaha
sistematis kepala rungan untuk menentukan kebutuhan sumber daya dan dana
organisasi untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Kegiatan kepela
ruangan dalam tahap perencanaan antar lain mensosialisasikan visi, misi dan tujuan
rumah sakit, merencanakan kegiatan ruangan sesuai visi, misi dan tujuan rumah sakit,
merencanakan pembuatan visi dan misi runagan, merencanakan kebutuhan SDM,
merencanakan kebutuhan alat kesehatan/material kesehatan dan sarana prasarana
penunjang lainnya, dan pelibatan perawata pelaksana dalam membuat rencana tiap
unit serta penentuan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
b. Pengorganisasian ( organizing ) yaitu menggerakan sumber daya manusia dan sumber
daya yang dimiliki institusi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasin
manajemen keperawatan adalah pengelompokkan atau pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang meliputi subprevisi, koordinasi
dengan unit kerja lain baik secara vertikal maupun horizontal ( Depkes RI, 2001;
Hersey & Blanchard 1977, dalam La Monica 1998 ). Perorganisasian adalah kegiatan
mengintegrasikan semua sumber daya. Semua bertujuan agar kelompok mau bekerja
sama. Menurut Gibson, Ivancevitch dan Donally ( 1996 ) fungsi perorganisasian
adalah mendesaian tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu menetapkan mana
pekerjaan yang masuk dalam kelompok, sehingga menajer mencari metode dan proses
agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik. Secara garis besar penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengorganisasian suatu proses penyatuan semua sumber daya
dan dana sehingga dapat saling mendukung atau bekerja sama sesuai fungsinya.
Adapun hasil pengorganisasian adalah menetapkan siapa, melakukan apa dan dengan
siapa bekerja. Pengorganisasian keperawatan oleh kepela ruangan harus menjelaskan
bagaimna melaksanakan asuhan keperawtan sesuai dengan Standar Asuhan
Keperawatan ( SAK ) dan Standard Operational Procedur ( SOP ), menyusun jadwal
dinas, memberikan perhatian terhadap pekerjaan/supervisi, melakukan pertemuan
rutin ( rapat ruangan , diskusi, pre dan post conference ), menentukan metode
penugasan keperawatan dan membuat struktur organisasi ruangan.
c. Pengarahan ( directing ) yaitu memberikan motivasi dan bimbingan kepada perawat
pelaksana agar melaksanakan kegiatan yang diiginkan. Pengarahan pelayanan
keperawatan adalah proses penerapan pelayan keperawatan untuk mencapai tujuan
pelayanan yang optimal meliputi kegiatan motivasi, komunikasi dan kepemimpinan
( Depkes RI, 2001 ). Kepala ruangan dalam hal ini akan melakukan kegiatan
membimbing, mengarahkan pekerjaan perawat pelaksana, memberikan motivasi,
memberi reward, mendekegasikan pekerjaan, meneruskan informasi kebujakan
darikepala rumah sakit serta melakukan supervisi internal ruangan. Gibson,
Ivancevich & Donally (1996) fungsi pengarahan adalah untuk personal dan
interpersonal.Sehingga bila bila tidak menguasai keterampilan interpersonal akan
gagal. Termasuk kegitan pengarahan yaitu interaksi atasan-bawahan, kerja individu,
permainan ( rule of the game ), komunikasi, persaingan, penerimaan dan penolakan
lain, bergabung/meninggalkan kelompok, menerima imbal jasa/kompensasi dan
mengatasi stres.
d. Pengendalian ( controlling ) yaitu kegiatan membandingkan hasil kerja dengan
standar penampilan kerja yang diiginkan dan mengambil kegiatan perbaikan bila ada
kekurangan. Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara
berkesinambungan ( Depkes RI, 2001 ). ( Hersey & Blanchard 1977 dalam La
Monica, 1998 ) mengatakan pengendalian adalah mengumpulkan umpan balik dari
hasil-hasil yang telah dicapai secara periodik dalam rangka membandingkan hasil-
hasil perencanaannya dan menindaklanjuti. Disamping itu pengendalian adalah
kegiatan menilai hasil kerja secara periodik yang dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan sehingga menghasilkan umpan balik untuk ditindaklanjuti. Menurut
Gibson, Ivancevich & Donally ( 1996 ) fungsi pengendalian menjamin hasil aktual
konsisten dengan perencanaan. Apakah hasil sesuai dengan perencanaan kalau tidak
kenapa, Apa ada yang salah dengan fungsi perencanaan. Aktivitas seleksi dan
penerimaan karyawan, inspeksi kegiatan evaluasi kinerja, dan analisis laporan
keuangan. Menajer membandingkan hasil kerja dengan standar kinerja. Kepala
ruangan aka melakukan kegiatan antara lain menilain hasil kerja Asuhan Keperawatan
dan membandingkan dengan standar yang ditetapkan, menilai sikap dan perilaku
perawat pelaksana, melihat biaya yang sudah keluar, merencanakan tindak lanjut
evaluasi (Murray & Di Croce, 2005).
Menurut Gillies ( 1989 ), manajemen keperawatan adalah proses untuk melaksanakan
melalui staf perawat dalam rangka memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
rasa aman pada pasien/keluarga/masyarakat. Dalam pelaksanaan di institusi
pelayanan, manajemen keperawatan menerapkan pendekatan sistem. Pendekatan
sistem terdiri dari input ( masukan ), process ( proses ), Output ( keluaran ), Control
( pengendalian ) dan feedback mechanism ( mekanisme umpan balik ), input
( masukan ) yang ada dalam ruang pelayanan keperawatan misalnya ada saran-
prasarana, alat kesehatan dan materiel kesehatan, metode pelayanan keperawatan serta
sumber daya perawat dan tenaga penunjang. Penerapan proses ( process ) dipelayanan
keperawatan antara lain sistem atau metoda kerja yang diterapkan guna
menyelesaikan tugas/pelayanan/asuhan keperawatan termasuk didalamnya pola
pengarahan dan penegendalian kerja. Output ( keluaran ) dalam pelayanan
keperawatan berupa hasil penampilan kinerja yang baik atau buruk. Kinerja yang baik
dapat dirasakan oleh pasien dan perawat misalnya tingkat kepuasan, percepatan
pemulangan pasien, dokumentasi keperawatan yang lengkap dan paling penting
adalah tidak ada komplen dari pasien/keluarga/masyarakat. Sedangkan untuk
mengawal pelaksanaan pekerjaan mulai perencanaan sampai pelaksanaan evaluasi,
maka seorang menajer juga menerapkan sistem Controll ( penendalian ) yang baik
agar tujuan sesuai dengan rencana awal dan berjalan secara efektif dan efesien.
Adapun feedback mechanism ( mekanisme umpan balik ) adalah semua hambatan
yang menganggu atau yang membuat lancar proses pelaksanaan tugas harus dimonitor
dan tindaklanjuti. Tindak lanjut secara cepat atau lambat yang penting harus
dilakukan dan dilaporkan kepada manajer tingkat tinggi diatasnya.
Skema
Teori Pendekatan Sistem Menurut Gillies ( 1989 )

Input Proses Output

Feedback Mechanism

Dibawah ini dapat dilihat tingkatan manajer keperawatan yang bisa menggambarkan
berat ringgannya tanggung jawab sesuai level manajer yang dijabatnya. Seorang top
manajer atau menajer puncak keperawatan seperti Kadep ( Kepela Departeman ) atau
Kabid ( Kepala Bidang ) atau direktur keperawatan akan memiliki tanggung jawab yang
lebih besar pada pembuatan perencanaan ( Planning ) dan pengendalian ( Controlling )
dari pada tugas manajemen yang lainnya. Manajer top seorang Planner sehingga seorang
manajer top minimal lulusan S2 manajamen keperawatan. Seorang Kasi ( Kepala Seksi )
atau Kasubdep keperawatan sebagai Middle manajer atau manajer tengah, menjadi penerus
dan penyimbang antara kebujikan top manajer dan manajer bawah ( First Line ) sehingga
semua tahap manajamen harus dikuasai. Adapun manajer pemuka seperti kepala ruangan
memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas-tugas manajer yang lebih baik
kearah Staffing and directing. Walaupun dalam kenyataannya masukan dan saran kepala
ruangan di perlukann demi peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
BAB 3
KAJIAN SITUASI FUNGSI MANAJEMEN KEPRAWATAN

3.1 Fungsi Perencanaan


3.1.1 Visi Ruangan
Rumah Sakit Unggulan dan Terpercaya Masyarakat Nusa Tenggara Timur
3.1.2 Misi Ruangan
1) Meningkatkan Kualitas Produk Layanan Rumah Sakit yang Berorientasi pada
Keselamatan Pasien (Pantient Safety)
2) Mengembangkan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
3) Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan Kepada Rumah Sakit
4) Meningkatkan Penyelenggaraan Kualitas Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian
yang Menunjang Pelayanan Kesehatan Prima
3.1.3 Falsafah Ruangan
Belum terlihat falsafah ruangan.
3.1.4 Standar Operasional Prosedur
3.1.5 Standar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan dalam keperawatan bedah meliputi pengkajian, penentuan
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan sesuai proses keperawatan tentunya memiliki batasan-batasan
yang harus terpenuhi agar pendokumentasian menjadi akurat dapat
dipertanggungjawabkan dan tanggung gugat.
Pendokumentasian asuhan keperawatan harus dilaksanakan secara kontinyu
dan berkesinambungan setiap bulan dan diisi oleh perawat pelaksana untuk
mengetahui mutu pendokumentasian di ruangan, diaudit oleh bidang keperawatan
dengan bantuan kepala ruangan atau klinik instruktur yang telah ditunjuk dan
dilegalisasi dengan SK direktur.
Setiap tahapan proses keperawatan harus dilalui dengan tahap pertahap, sesuai
dengan karakteristik standar keperawatan yang meliputi :  Sistematis terdiri dari
serangkaian langkah-langkah yang diatur; bertujuan  mencapai kebutuhan perawatan
klien; dinamis (menyangkut kesinambungan aksi dan evaluasi); ilmiah  didasarkan
pada pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah, mengemukakan masalah yang
sering muncul yang kemudian mendorong riset keperawatan.
Dokumentasi keperawatan dilakukan melalui lima tahap dari pengkajian,
menentukan diagnosa keperawatan, menetapkan rencana keperawatan, implemntasi
dan evaluasi sesuai dengan standar yang dibuat.
3.2 Fungsi Pengorganisasian
3.2.1 Struktur Organisasi
Kepala Ruangan

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2 Ketua Tim 3

Anggota/PP : Anggota/PP : Anggota/PP :

3.2.2 Uraian Tugas

Kepala Ruangan Perawat Primer (Ketua Tim) Perawat Assosiet (Anggota


(Karu) Tim)

 menerima  Membuat perencanaan  memberikan askep


pasien baru askep  mengikuti timbang
 memimpin  mengadakan tindakan terima
rapat kolaborasi  melaksanakan tugas
 mengevaluasi  memimpin timbang terima yang didelegasikan
kinerja perawat  mendelegasikan tugas  mendokumentasikan
 membuat daftar  memimpin ronde tindakan keperawatan
dinas keperawatan
 menyediakan  mengevaluasi pemberian
material askep
          
 perencanaan,  bertanggung jawab
pengarahan dan terhadap pasien
pengawasan  memberikan petunjuk jika
pasien akan pulang
             memimpin timbang terima
 mengisi resume
keperawatan

3.2.3 Pengaturan Jadwal Dinas


3.2.4 Pengaturan daftar Pasien
3.2.5 Peongorganisasian Perawatan Klien
3.2.6 Sistem Penghitungan Tenaga
3.3 Fungsi Pengarahan
3.3.1 Operan
Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan
oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan
klien saat itu.
Kegiatan operan diruang ....yang dilakukan oleh kelompok dilakukan sesuai
dengan standart operasional prosedur yang  sudah disepakati dan ditetapkan  dengan
menerapkan  prinsip operan, namun masih belum optimal, karena operan yang
dilakukan kadang-kadang tidak dilakukan bersama-sama karena belum semua perawat
hadir pada waktunya, visit dokter pada jam pergantian shift, bersama kepala ruang /
ketua tim.
3.3.2 Pre dan post Conferece
Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan dan sebelum operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau
penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Kegiatan  pre conference di kelompok  adalah, setelah operan dan pengarahan
dari kepala ruangan, ketua tim melakukan kegiatan pre-post conference bersama
anggota timnya dan membagi habis pasien sesuai dengan pasien kelolaan dan pasien
titipan pada shiftnya. Mahasiswa berdiskusi dengan kepala ruang tentang metode
penugasan tim primer, bersama-sama dengan ketua tim menentukan tingkat
ketengantungan pasien agar mempunyai persepsi yang sama sehingga dalam
pembagian tugas perawat pelaksana disesuaikan tingkat ketergantungan pasien.
3.3.3 Motivasi Kepada Perawat
Peningkatan motivasi sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung maupun
tidak langsung. Misalnya diklat secara rutin mengadakan pelatihan dan pembinaan.
3.3.4 Pendelegasian
Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendelegasian diruangan masih belum ada
tetapi dilakukan hanya dengan cara lisan.
Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada
Masalah : Belum optimalnya penerapan pendelegasian dalam penerapan metode
MPKP
3.3.5 Supervisi
Dalam penerapan MPKP diruang ... kegiatan supervisi sudah dapat dilakukan
oleh kepala ruangan maupun ketua tim, antara lain supervisi kegiatan operan, pre-post
conference, pemberian askep dan dokumentasi asuhan keperawatan, tetapi kegiatan
masih belum terjadual dan dilakukan secara spontan jika kepala ruang tidak sibuk.
Kendala dalam pelaksanaan supervisi yang ditemukan adalah belum terbiasa
dengan perencanaan pengarahan dan merasa canggung untuk melakukan supervisi,
serta tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, kepala
ruangan dan katim tidak dapat memberikan masukan dan perbaikan kepada perawat
yang disupervisi.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan adalah :
direncanakan siapa, kapan waktunya, kegiatan apa yang akan disupervisi, bagaimana
supervisi dilaksanakan dan penentuan standar serta alat supervisi. Agar supervisi
dapat dilakukan dengan lebih baik, kepala ruangan / ketua tim perlu melatih dan
membudayakan kegiatan supervisi secara terus menerus dan mengembangkan ilmu
yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi
diruangan-ruangan, merencanakan pengembangan SDM baik secara formal maupun
informal, dan juga memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan
katim terutama yang berkaitan dengan supervisi.
3.3.6 Ronde Keperawatan
Ronde keparawatan di runagan Asoka dilaksanakan.
3.4 Fungsi Pengendalian
3.4.1 Indikator Mutu
1. BOR
Nilai BOR yang ideal antara 60 – 85 % (Depkes RI. 2005). Selama praktek maka
BOR di ruangan adalah 28,5 %, artinya mengalami penurunan dari rata-rata BOR
yang ada diruangani ini,
2. BTO
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Selama praktek maka BTO
di ruangan adalah 0,25 kali.
3. TOI
TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat
diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan  gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari. Dan
hasil analisis kegiatan nilai TOI 2 hari.
4. LOS
Secara umum ALOS ideal 6-9 hari. Hasil analisis alos selama praktek manajemen
4 hari artinya ada penurunan angka rata-rata lama rawat pasien dibanding alos
sebelumnya
3.4.2 Audit dokumentasi Kperawatan
Audit dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan asoka dilaksanakan.
3.4.3 Survei kepuasan
Tidak dilakukan survei kepuasan pasien.
3.4.4 Survei Masalah pasien
Selama praktek tidak dijumpai kejadian infeksi nosokomial, tidak ada kasus pasien
yang cedera selama dalam perawatan.

Anda mungkin juga menyukai